Home / All / Sang Panglima Perang / Pria Misterius

Share

Pria Misterius

Author: Cristi Rottie
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

    Bukannya Zhang Yuan yang merasa panik dan harus pergi dari sana, tapi seseorang misterius itu yang terlebih dahulu menghilang dalam sekejab mata. Dugaan Zhang Yuan benar kalau di dalam istana ada pihak yang mungkin saja berselisih dengan Wei Hongli dan berusaha mencari kesalahannya.

    Zhang Yuan yang begitu penasaran dengan isi di dalam peti itu, masih meneruskan pengawasannya sampai kotak peti dimasukan ke dalam ruangan.

    Keesokan harinya di waktu yang sama, Zhang Yuan kembali lagi ke kediaman Wei Hongli untuk mencari kotak peti kiriman dari Dong Shuo. Tengah malam merupakan waktu yang tepat untuk melakukan aksinya. Begitu mendapatkan kesempatan, Zhang Yuan masuk ke dalam wilayah kediaman. Dia mengendap-ngendap menuju ke salah satu bangunan rumah yang berada di bagian belakang kediaman.

     Meski situasi di saat itu terasa aneh sebab sangat sunyi dan tak ada satu pun penjaga yang terliha

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Sang Panglima Perang   Penjagaan Ketat Di Gerbang

    Setelah berhasil keluar dari dalam wilayah istana, Zhang Yuan akhirnya bisa bernapas lega, tapi bukan berarti sudah aman, melainkan masih ada masalah lain yang lebih besar lagi di depan mata. Tanda peringatan bahaya telah membuat seluruh kerajaan Wei berwaspada dan meningkatkan keamanan di tiap-tiap gerbang kota. Meski sekarang dia bisa menghindari kejaran para prajurit, tapi jalan untuk keluar dari gerbang kerajaan akan lebih sulit lagi. Merasa diburu membuat jiwa Zhang Yuan tertantang. Prajurit kerajaan dan keamanan kota telah bergabung untuk menemukan penyusup yang masuk di istana hingga memaksanya untuk melarikan diri di kedalaman hutan. Kegelapan hutan membantunya untuk beristirahat sejenak setelah berlari tak henti-henti dari kejaran para prajurit Wei. Napas yang tersengal-sengal diatur kembali sambil menyandarkan tubuhnya pada sebatang pohon besar. “Apa kau sudah lelah berla

  • Sang Panglima Perang   Siapa Yi Lang?

    “Yi Lang?” Zhang Yuan tak menyangka kalau bisa bertemu dengan seorang teman seperjuangan yang telah lama terpisah. Meski wajah dan penampilannya sudah banyak perubahan, tapi tetap saja Zhang Yuan masih mengingat orang pertama yang memberinya makan dengan serangga aneh bahkan menjahit lukanya dengan cara unik. “Zhang Yuan, oh tidak, seharusnya aku memanggilmu ... panglima Zhang Yuan. Lama tak berjumpa, panglima Zhang Yuan. Kupikir kau sudah melupakan aku.” “Tentu saja tidak.” “Kalau begitu, kau juga tidak melupakan apa yang aku katakan padamu waktu itu, ‘kan?” Yi Lang menarik pedangnya dan menghunuskan lurus ke depan, “pertarungan kita waktu itu belum selesai, Zhang Yuan. Aku ingin membunuhmu dengan tanganku sendiri!” Yi lang dengan cepat berlari menghampiri Zhang Yuan dan

  • Sang Panglima Perang   Pangeran Weihongli

    “Aku akan mengantarmu melewati gerbang kerajaan.” Pertanyaan Zhang Yuan diacuhkan, dan hanya di jawab dengan pembahasan lain. Kereta yang membawa mereka berdua kini telah berada di depan pintu gerbang, dan dihadang oleh seorang prajurit pengawal. Meski pun Yi Lang menggunakan cara yang sama seperti menyingkirkan beberapa prajurit tadi, tapi kali ini tidak berpengaruh sebab ada pengawal pribadi Wei Hongli yang meminta izin agar dia bisa memeriksa keamanan di dalam kereta. “Pangeran ketujuh, tolong jangan mempersulitku. Aku hanya mengkhawatirkan keselamatanmu saja.” Perkataan pengawal pribadi Wei Hongli membuat Zhang Yuan terpaku menatap Yi Lang. Namun Yi Lang justru mengacuhkan identitasnya yang terbongkar dengan menyuruh Zhang Yuan masuk ke dalam ruang kosong yang ada di bawah tempat duduk. Begitu tirai pintu dibuka oleh pengawal Wei Hong

  • Sang Panglima Perang   Sembuh

    “Liu Bai, kenapa kau berdiri saja di depan pintu? Tidakkah kau lihat tabib istana sudah datang? Cepat minggir!” “Penasihat Dong Shuo, panglima Zhang masih dalam perawatan tabib militer. Dan tabib juga mengatakan agar tidak boleh mengizinkan siapa pun masuk sebelum dia keluar dari dalam.” Liu Bai meggunakan berbagai alasan untuk mengulur waktu, memberikan kesempatan bagi Zhang Yuan agar dia boleh sampai di dalam benteng. Alasan pertama dari Liu Bai diterima oleh Dong Shuo, mereka menunggu sesuai dengan apa yang dikatakan Liu Bai. Namun beberapa menit telah berlalu, Dong Shuo mulai curiga sebab tak ada suara apa pun di ruang kamar itu, dia memaksa untuk masuk sekarang tapi Liu Bai bersikeras tidak mengizinkan mereka mengganggu konsentrasi sang tabib. “Kenapa Liu Bai? Apa kau menyembunyikan sesuatu? Atau ada yang terjadi dengan panglima Zhang?” tutur Dong

  • Sang Panglima Perang   Lolos Dari Masalah

    “Tuan, panglima Zhang Yuan memang terkena racun dan sudah sembuh dengan ramuan yang diberikan tabib militer.” Mendengar penjelasan dari tabib istana, Dong Shuo terdiam menatap datar ke arah Zhang Yuan. Dia kemudian memasang wajah kebahagiaan akan kesembuhan Zhang Yuan, “karena panglima Zhang sudah sembuh, maka keberangkatan kita untuk kembali ke istana akan lebih cepat lagi.” Dong Shuo dan yang lainnya segera meninggalkan ruang kamar Zhang Yuan, sedangkan Liu Bai dan tabib militer masih tetap tinggal di dalam ruangan itu. Begitu mereka pergi, Zhang Yuan dan sang tabib baru melepaskan napas berat sambil mengatur pernapasan yang sejak tadi mereka atur agar tidak memancing kecurigaan Dong Shuo. “Tuan, syukurlah kau cepat sampai. Aku tadi sudah pasrah dengan keadaan, kupikir kau tidak bisa kembali tepat waktu—” “Sudah-

  • Sang Panglima Perang   Pelaporan Masalah

    Hari ini mereka meninggalkan benteng Utara untuk kembali ke istana. Barisan para prajurit yang akan kembali juga telah berderet rapi, memanjang, dan memenuhi jalanan. Kali ini kepulangan mereka memang membawa kemenangan, tapi di hati Zhang Yuan justru menyayangkan para prajurit yang meninggal karena masalah pedang. “Penasihat Dong Shuo, panglima Zhang Yuan, hati-hati di jalan,” ucap jenderal Fang Jianming menjura dengan memegang kepalan tangan yang satunya di depan dada, diikuti oleh jenderal Li Qianqi yang ada di sampingnya. “Jenderal Fang, jenderal Li. Sampai bertemu lagi,” balas Zhang Yuan dengan memegang kepalan tangannya sendiri di depan lalu menundukan wajah sekali. Keduanya saling menatap dalam isyarat ketegasan mata, sebelum Zhang Yuan berbalik dan naik di atas kuda. Barisan prajurit juga segera berangkat mengikuti ketiga pemimpin yakni, Dong Shuo, Zhang Y

  • Sang Panglima Perang   Masalah Pedang

    Mendengar pengakuan Zhang Yuan, para menteri dan pejabat istana yang ada di dalam ruangan saling berbisik, tak menyangka kalau hal sepenting ini disembunyikan oleh Zhang Yuan. Sedangkan Dong Shuo justru tersenyum puas karena telah mendapatkan kelemahan Zhang Yuan, rencana yang sudah dia aturkan sebelum bala bantuan berangkat dari istana mendapatkan hasil yang memuaskan seperti ini. Sebenarnya sejak awal dia telah merencanakan hal ini untuk menyelamatkan dirinya sendiri, dan memancing Zhang Yuan masuk dalam jebakannya. “Zhang Yuan, kau tahu apa hukuman yang harus diterima jika menyembunyikan masalah penting ini dariku?!” “Yang mulia, aku tahu salah, mohon yang mulia menghukumku setelah aku memberitahukan alasannya.” Zhang Yuan kembali melanjutkan cerita tentang kejadian di medan perang yang merugikan banyak prajurit. Pedang yang dipakai pr

  • Sang Panglima Perang   Pertemuan Dengan Guan Zhong

    Pembicaraan mereka terhenti sebab kedatangan Qin Huang yang saat ini memasuki aula istana dan duduk di singgasana. Perjamuan kemenangan segera dibuka olehnya dengan bersulang untuk semua orang yang hadir. Bagi Zhang Yuan perjamuan ini merupakan langkah penting karena dia telah berhasil masuk ke dalam rencana Dong Shuo, di mana dia juga memiliki rencana tersembunyi lainnya. Semua orang yang hadir di aula istana mungkin akan berpikir kalau Dong Shuo dan Guan Zhong sedang berselisih, tapi bagi Zhang Yuan mereka berdua hanya sedang memainkan sandiwara, jadi tak masalah juga jika dia turut mengikuti permainan ini.*** “Tuan, menteri Guan Zhong ada di depan, dia meminta untuk bertemu denganmu. Apa harus diizinkan masuk?” tanya Xiao Gu berdiri sedikit jauh dari halaman luas, tempat di mana Zhang Yuan berlatih. Ayunan pedang yang bergerak bebas di uda

Latest chapter

  • Sang Panglima Perang   Ma Jun Dan Permaisuri Berhasil Lolos

    Semua orang terperangah melihat kaisar Qin Huang yang seharusnya tak boleh ada di situasi berisiko seperti ini. Perintah untuk menangkap permaisuri Xun Yan dan Ma Jun segera dilakukan oleh prajurit yang dipimpin He Qianfan. Namun sayang tindakan itu berakhir gagal sebab kerumunan rakyat yang berlari dari arah berlawanan, menghalangi pasukan He Qianfan yang berusaha mengejar Ma Jun dan Xun Yan. Sementara itu Zhang Yuan justru terdiam melihat pemandangan di depan mata. Ma Jun dan Xun Yan berlari begitu cepat, hingga berhasil bergabung dengan pasukan musuh. Sedangkan Qin Huang terlarut dalam kegeraman, dia memerintahkan jenderal memimpin pasukan dan menangkap kembali kedua tahanan kerajaan yang meloloskan diri dengan cara apa pun. “Panglima Zhang, kau berani meloloskan tahanan kerajaan!? Apa perintahku sama sekali tidak kau anggap!?” Qin Huang menatap geram ke arah Zhang Yuan. Zhang Yuan menundukkan wajah dan mengakui kesalahan. Namun emo

  • Sang Panglima Perang   Dua Nyawa Untuk Keselamatan Banyak Nyawa

    Pesan yang tertulis di atas kertas membangkitkan kegeraman. Ekspresi Zhang Yuan berubah, kertas dicengkeram kuat hingga tangannya bergetar. “Ada apa panglima Zhang?” tanya jenderal ikut merasa penasaran melihat ekspresi Zhang Yuan. “Mereka meminta kita untuk menyerah. Jika tidak, akan ada kiriman tubuh tak bernyawa lagi setiap dua jam!” “Sialan! Mereka benar-benar tidak manusiawi!” umpat jenderal menahan geram, “apa panglima Zhang punya rencana lain?” Zhang Yuan terdiam sejenak. “Mau mengancamku? Baik!” Zhang Yuan memerintahkan Chen Changyi untuk membawakan pesan ke pihak musuh menggunakan ancaman balik dengan menggunakan nyawa Ma Jun dan permaisuri. Suasana menjadi semakin tegang ketika dua jam berlalu. Kali ini tubuh tak bernyawa seorang wanita muda dan anak kecil yang dikirimkan oleh seekor kuda. Namun Zhang Yuan masih tetap tidak memberi perintah penyerangan hingga menimbulkan perdebatan dengan jenderal.

  • Sang Panglima Perang   Siaga!

    “Jenderal, kau mencariku?” Pertanyaan Zhang Yuan tak dijawab. Dilihatnya ke mana tujuan arah pandangan mata jenderal. Di ruangan lain, tampak Ma Jun tengah diinterogasi dengan paksaan dan siksaan agar pertanyaan dari seorang prajurit dijawab. Jeritan memekik setiap kali satu layangan cambukkan mengoyak tubuh Ma Jun. “Dia sangat gigih!” jenderal menoleh ke samping lalu melanjutkan perkataan, “sejak tadi dia meminta untuk berbicara denganmu, panglima Zhang.” Zhang Yuan mengangguk singkat lalu berjalan meninggalkan jenderal menuju ke ruangan dimana Ma Jun sementara disiksa. Dengan wajah lebam dan tubuh terluka seperti itu, Ma Jun masih begitu gigih. Ekspresi wajahnya berubah saat kedatangan Zhang Yuan disadari. “Tinggalkan kami berdua.” Tak peduli seperti apa ekspresi Ma Jun padanya, Zhang Yuan hanya diam dalam tatapan dingin. Kini di dalam sana hanya tersisa Zhang Yuan dan Ma Jun. Dua pasang mata saling menatap lama

  • Sang Panglima Perang   Mati Lebih Damai

    Terasa nyeri hebat dipunggung akibat benda pipih dan tajam. Nyeri semakin bertambah saat benda yang telah menembus daging ditarik kembali. Zhang Yuan berbalik. Ditatapnya wajah ketakutan dari perempuan yang memegang belati berdarah. “Kak Zhang!” seru Liu Bai dengan suara lantang. Dia berlari cepat dari kejauhan diikuti beberapa prajurit di belakang menuju ke arah Zhang Yuan. “Tangkap dia!” pintah Liu Bai dengan wajah panik memeriksa luka tusukan di punggung Zhang Yuan. Sementara Liu Bai memeriksa punggung Zhang Yuan yang terluka, Zhang Yuan memerintahkan para prajurit untuk melepaskan perempuan yang menusuknya. “Liu Bai, aku tidak apa-apa. Luka ini sama sekali tidak berpengaruh bagiku.” “Tidak bisa! Melukai pejabat penting kaisar hukumannya adalah kematian! Bunuh dia!” bantah Liu Bai memandang serius ke arah prajurit. “Liu Bai! Sudahku bilang jangan mengikutiku!” bisik Zhang Yuan menetapkan sorot mata tajam menata

  • Sang Panglima Perang   Ma Jun Dan Permaisuri Ditangkap

    “Ma Jun….” seorang prajurit muncul dari belakang prajurit lainnya, “kau terlalu menyulitkan panglima Zhang. Berikan dia waktu lebih lama untuk memikirkan tawaranmu.” Sosok yang muncul dan berucap menyela Ma Jun menjadi pusat perhatian semua orang. Jika tidak mengenali suara, Zhang Yuan tentu tak tahu kalau yang berbicara adalah permaisuri Xun Yan. Memakai pakaian lelaki, tatanan rambut lelaki, wajah tanpa riasan telah mengubah penampilan keagungan Xun Yan. “Permaisuri Xun Yan, akhirnya kau muncul juga. Aku memang sengaja menunggumu.” Sudut mulut Zhang Yuan melengkung kecil. “Zhang Yuan, aku sedang mengandung keturunan kaisar. Jika nyawa mereka sama sekali tidak bisa memaksamu, bagaimana dengan keturunan kaisar? Apa kau mau membinasakan keturunan kaisarmu!?” “Baik! Kalau begitu, aku ingin lihat seperti apa cara permaisuri membinasakan keturunan kaisar. Apakah dengan racun? Atau kau ingin menusuk perutmu sendiri dengan pedang?"

  • Sang Panglima Perang   Ancaman Ma Jun

    Lama menunggu pergerakkan di dalam hutan, akhirnya bayangan salah satu prajurit seratus muncul menunggangi kuda dengan membawa informasi keadaan di dalam hutan. Tak menyangka perangkap yang ditujukan untuk menyerang pasukan musuh malah harus dibatalkan sebab Ma Jun menjadikan rakyat yang disanderanya sebagai tameng. Liu Bai dan kedua komandan tidak berani mengambil risiko, mereka menunggu Zhang Yuan untuk memberikan perintah. Zhang Yuan mendengus remeh, ”lakukan penyerangan! Perintahkan komandan Liu Bai melindungi para sandera dari jauh, sedangkan ketiga komandan lainnya jalankan perintah sesuai rencana!” Suara keributan dari dalam hutan terdengar. Dentingan pedang berirama tak beraturan memberikan berita secara tak langsung bahwa pertempuran sedang terjadi di dalam sana. Semakin lama keributan yang berasal dari dalam hutan terdengar begitu jelas, hingga bayangan prajurit seratus muncul di depan mata. Dengan langkah berhati-hati mereka b

  • Sang Panglima Perang   Pesan Penting

    Seminggu berlalu pekerjaan penggalian pun di luar dugaan, kedua pasukan yang ditugaskan menggali di dua titik berbeda telah bertemu. Perintah untuk memblokir jalur sungai yang mengalir ke desa wilayah musuh dilaksanakan. Dengan menggunakan batu-batu besar sebagai landasan dilapisi batu-batu kecil dan tumpukan tanah, akhirnya pekerjaan ini selesai. Kabar dari He Qianfan memberitahukan bahwa terjadi masalah besar di istana. Permaisuri Xun Yan dikabarkan sedang mengandung keturunan kaisar. Hal ini menyebabkan hukuman eksekusi untuk sementara ditiadakan sampai permaisuri melahirkan. Namun di malam beberapa hari berikutnya permaisuri menghilang dari istana. He Qianfan juga memberitahukan kalau kaisar menitipkan pesan pada Zhang Yuan apa pun yang terjadi jangan biarkan Ma Jun atau permaisuri keluar dari wilayah kerajaan. Disodorkannya lembaran kertas yang baru saja selesai Zhang Yuan baca ke depan Liu Bai. Sementara Liu Bai, Peng Boqin dan Chao Jiming mel

  • Sang Panglima Perang   Penggalian Jalur Sungai

    Mendengar pertanyaan Zhang Yuan, wajah jenderal menjadi canggung. Dia memberikan penjelasan kalau rakyat hanya ingin membantu meringankan dan melayani prajurit agar mereka bisa beristirahat dan pulih secepatnya. “Dengan kondisi rakyat yang sudah seperti ini, bagaimana bisa jenderal membebankan mereka untuk melayani kita?!” Zhang Yuan kesal. Disampaikannya masukan agar semua prajurit yang tidak terluka mengambil bagian dalam pekerjaan rakyat. “Tapi panglima Zhang, jika harus memerintahkan prajurit melakukan tugas rakyat, mereka bisa kewalahan jika sewaktu-waktu musuh datang menyerang. Lagipula aku yang memimpin peperangan ini, panglima Zhang hanya datang untuk membantu saja. Semua keputusan ada di tanganku!” bantah jenderal memasang wajah tak suka. “Seperti apa hasil dari kepemimpinanmu dalam perang ini, kau tentu lebih tahu!” Ditatapnya jenderal dengan wajah dingin lalu melanjutkan perkataan, “jika jenderal bisa lebih baik dalam memimpin

  • Sang Panglima Perang   Sungai

    Setelah berjam-jam menunggangi kuda mengikuti tepi jalur sungai, Zhang Yuan menghentikan perjalanannya. Beristirahat di depan perapian sambil memegang batang kayu yang ujungnya tertancap seekor ikan. Aroma lezat dari ikan segar yang telah matang tak menyia-nyiakan waktu selama satu jam menangkap ikan di sungai. Suara ringkikan kuda dari kejauhan melengkungkan sudut mulut Zhang Yuan. Wajah Liu Bai terlihat begitu kesal ketika dia turun dari kuda. “Kak Zhang, kau ke mana lagi? Aku mencarimu sejauh ini dan kau ternyata sedang menikmati makanan enak di sini?” “Bukankah aku bilang akan menunggumu di tepi sungai?” jawab Zhang Yuan santai, melihat ke depan sungai lalu menoleh ke arah Liu Bai lagi. “Kemarilah dan cicipi ikan buatanku,” lanjut Zhang Yuan mendekatkan ikan yang telah masak ke hidungnya. Liu Bai tersenyum penuh semangat duduk di sisi Zhang Yuan lalu mengambil sedikit daging ikan. “Kak Zhang ternyata sangat hebat dalam ha

DMCA.com Protection Status