Nihao.... Terima kasih sebesar-besarnya untuk semua pembaca yang telah mengikuti perjalanan Zhang Yuan. Tak menyangka cerita ini telah berakhir, dendam Zhang Yuan telah terbalaskan, dan janjinya untuk menjadi seorang lelaki yang nyata sesuai dengan keinginan ayahnya juga sudah tercapai. Tapi kalian tenang saja, akan ada season dua untuk "Sang Panglima Perang" kita, perjalanan Zhang Yuan masih akan berlanjut lagi. Menurut pembaca semua, apa alasan saya membuat season 2 ini? Tiga orang pembaca yang menjawab dengan tepat akan diberi hadiah menarik dari saya. Jawabannya ditulis di kolom review pembaca, yah. Aku tunggu.
AKHIR KATA ....Terima kasih banyak saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena telah turut campur tangan dalam pembuatan novel ini sejak dari pertama hingga boleh berakhir di season 1. Sangat luar biasa berkat yang saya terima.Terima kasih banyak untuk semua pembaca yang telah mengikuti perjalanan Zhang Yuan. Harapan saya semoga dengan adanya cerita ini bukan hanya untuk menjadi bahan hiburan, melainkan boleh bermanfaat, menjadi motivasi, dan suatu dorongan bagi kita semua dalam menjalani kehidupan di dunia ini. Tetap semangat, jangan pernah menyerah!Jika jatuh, bangkit lagi! Kita tak akan pernah bangkit jika tidak mengalami kejatuhan.Jika salah, maka perbaikilah! Gagal? Bangkit lagi!Selama Anda berjuang, maka akan ada proses yang terjadi!Terima kasih sedalam-dalamnya untuk seluruh pihak Goodnovel yang telah menyediakan wadah bagi saya untuk belajar, mengembangkan, dan mempublikasi tulisan saya ini. Semoga Goodnovel semakin berjaya dengan kualitas-kualitas karya yang lu
SINOPSIS Setelah berhasil menghabisi pengkhianat di dalam kerajaan, bahkan melibatkan begitu banyak nyawa prajurit untuk berperang, akhirnya kerajaan Song boleh menikmati kedamaian. Kaisar Qin Huang menikmati menjadi penguasa atas empat kerajaan di usia mudanya. Namun hal itu belum juga memuaskan sebelum lima kerajaan berhasil ditaklukkannya. Rumor yang tersebar di seluruh kerajaan tentang panglima perang yang mendominasi layaknya seorang penguasa membuat kehidupan Zhang Yuan kembali memasuki medan perang yang sebenarnya. Ditambah lagi kecemburuan Qin Huang terhadap kisah cinta Yinping adalah akar dari kehancurannya. Susah payah dia mempertahankan hidup di tengah-tengah jebakan yang mengancam nyawa, akhirnya Zhang Yuan boleh kembali lagi. Namun sayang kedatangannya ke kerajaan bukanlah hal yang baik, sebab sosok Qin Huang telah berubah menjadi sangat kejam dan bahkan mengajukan persyaratan menakutkan sebagai syarat Zhang Yuan diterima kembali olehnya. Melalui identi
BRAAKK!....TLINNGG!.... “Lancang!” Teriakan Qin Huang yang terdengar begitu geram membuat semua pelayan di dalam ruangan berlutut dan membungkukkan badan, tak berani mengangkat kepala mereka meski dahi telah menyentuh lantai yang dingin. Kesabaran Qin Huang tak tertahankan lagi setelah semenit lalu mendengarkan kalimat seorang pelayan yang membangkitkan kegeramannya. Semua barang di atas meja dilemparkan ke depan hingga mengenai sang pelayan. “Ampuni aku, Yang Mulia!” seru seorang wanita pelayan istana yang masih dalam keadaan membungkuk. Dengan nada terdengar ketakutan dia melanjutkan perkataannya, “ha-hamba hanya mengatakan apa yang hamba lihat dengan mata sendiri. Hamba tidak berani membohongi Yang Mulia.” Sorot mata Qin Huang memerah. Semburat nadi di pelipis terlihat bersamaan terdengarnya kertakan gigi. “Pengawal!” Bariton tegas menahan kertakkan gigi mengiring beberapa pengawal istana masuk ke dalam ruanga
Qin Huang merangkul erat pinggang kecil Yinping hingga kedua tubuh mereka menempel. Tindakan itu berlanjut, dia hendak mengecup, tapi yang didapatnya adalah penolakan dari Yinping. Tangan yang merangkul itu terlepas, tubuhnya terenyak ke belakang setelah mendapatkan penolakan yang cukup kuat di bidang datar.“Aku benar-benar lelah, yang mulia. Maaf telah mengecewakanmu, silakan keluar!” Yinping mengarahkan tangannya ke pintu keluar dengan wajah datar, “Wuhan!” teriaknya menoleh ke samping,tapi setelah lewat beberapa detik bayangan Wuhan tak juga muncul. Suasana tegang itu sedikit berubah saat Qin Huang tertawa. “Kau mendorongku dengan begitu kuat Yinping, kau tidak lelah, tapi sengaja menolakku!”“Benar! Lantas kenapa?” tantang Yinping menatap angkuh, “pernikahan ini hanya karena aliansi. Jika bukan terpaksa, aku tidak akan pernah menjadi selirmu, bahkan dalam mimpi pun tidak!”Perkataan ini membuat telinga Qin Huang panas. Dia tahu jelas apa alasan Yinping menolaknya. Mer
“Baik!” Qin Huang berdiri. Salah satu sudut bibirnya terangkat memandangi Yinping, “lakukan saja sesuai keinginanmu. Paling tidak kerajaanku dan kerajaan Huan hanya bisa berkabung sebab selir kekaisaran Yinping meninggal karena sakit parah.”Tak peduli belati di leher Yinping telah menekan kulit halus itu, Qin Huang membungkuk, mendekati Yinping. Pikirnya tindakan itu hanya ancaman semata, tapi begitu melihat cairan merah mengalir pelan di leher, Qin Huang mulai ragu.“Ini adalah peringatan terakhir! Jika aku mati, maka kau sama sekali tidak akan pernah mendapatkan tujuan utamamu menikah denganku!”Mata Qin Huang memaku tajam. Di situasi seperti ini dia benar-benar tidak berdaya. Dari sorot mata Yinping yang begitu tegas, bahkan tangan yang memegang belati pun tak bergetar sama sekali, Qin Huang sadar kalau gadis di depannya tidak sedang mengancam.“Kau hanya jaminan perdamaian kerajaan, Yinping. Jika kau mati, aku tentu saja akan tetap memenangkan pertempuran dengan kerajaanmu!” Lagi
“Kalian melakukannya dengan baik,” ucap Zhang Yuan setelah selesai menatap kelima lelaki yang ada di hadapannya secara satu-persatu. Helaan napas panjang beriring ekspresi kelegaan di wajah menyatu dengan sorot mata penuh kebanggaan. Dia kembali berucap, “dengan begini aku bisa tenang.” Kalimat terakhir itu membuat kelima lelaki saling melempar pandang satu sama lain. Dari ekspresi mereka tersirat jelas kekhawatiran terhadap Zhang Yuan, seperti sedang membicarakan pesan-pesan terakhir yang sengaja disembunyikan. “Panglima Zhang, ke mana pun kau pergi, kami berlima akan selalu mengikutimu,” sosor Chen Changyi—komandan bertubuh paling kekar dan tinggi di antara mereka berlima. Keempat orang juga dengan antusiasnya mengangguk, menunjukkan keyakinan teguh mereka untuk Zhang Yuan. Suasana di saat ini membuat keraguan dan rasa tak tega Zhang Yuan muncul kembali. Namun jika harus membawa mereka berlima mengikuti keputusannya, ada ra
“Haiyaa….” Ma Jun mengambil cangkir dari tangan Zhang Yuan lalu meletakkan ke atas meja sambil berucap, “hal ini benar-benar tidak bisa ditunda, panglima Zhang. Yang mulia memanggilmu ke istana!” Melihat tindakan dan ekspresi Ma Jun, Zhang Yuan bisa mencium ada rencana licik yang tersembunyi. Senyum sandiwara Ma Jun, sorot mata itu mengungkapkan kebahagiaan atas penderitaan yang telah dinantinya.“Panglima Zhang, silakan,” ujar Ma Jun meluruskan tangannya ke arah pintu. Setelah sekian lama menunggu dan meminta untuk bertemu dengan Qin Huang, akhirnya Zhang Yuan memiliki kesempatan. Dalam perjalanan Zhang Yuan hanya terdiam sambil memikirkan perkataan Peng Boqin beberapa hari yang lalu kalau di istana beredar rumor tentang hubungan rahasia di antara Zhang Yuan dan Yinping. Mungkin ini alasan Qin Huang memanggilnya ke istana. “Salam yang mulia!” Begitu memasuki ruangan, Zhang Yuan segera memberi penghormatan. Dia bahkan tak ber
Dalam perjalanan pikiran Zhang Yuan tidak fokus sebab tujuannya kali ini bukanlah ke benteng perbatasan Utara melainkan Barat. Perbatasan yang memisahkan antara kerajaan Song dan kerajaan Xia yang telah lama ditaklukan oleh kaisar sebelumnya. Bukankah kerajaan Xia telah ditaklukan? Apa ada alasan lain di balik ini? Kenapa sikap kaisar Qin Huang begitu aneh? Terlarut dalam pemikirannya sendiri, Zhang Yuan bahkan mengabaikan pertanyaan seorang prajurit yang berada di sampingnya. “Panglima Zhang?!” Sontak Zhang Yuan menoleh ke samping, melihat prajurit yang sedang menunggu jawaban. Meski tadi sedang terlarut dalam pikiran sendiri, tapi telinganya mendengar apa yang ditanyakan prajurit itu. Pandangan Zhang Yuan beralih ke sekitar. Dilihatnya semua prajurit yang duduk bersandar, mencari posisi nyaman untuk beristirahat. Hal ini sangat wajar sebab sudah tiga hari mereka tidak beristirahat dengan baik, apalagi sebagian prajurit telah beru
Semua orang terperangah melihat kaisar Qin Huang yang seharusnya tak boleh ada di situasi berisiko seperti ini. Perintah untuk menangkap permaisuri Xun Yan dan Ma Jun segera dilakukan oleh prajurit yang dipimpin He Qianfan. Namun sayang tindakan itu berakhir gagal sebab kerumunan rakyat yang berlari dari arah berlawanan, menghalangi pasukan He Qianfan yang berusaha mengejar Ma Jun dan Xun Yan. Sementara itu Zhang Yuan justru terdiam melihat pemandangan di depan mata. Ma Jun dan Xun Yan berlari begitu cepat, hingga berhasil bergabung dengan pasukan musuh. Sedangkan Qin Huang terlarut dalam kegeraman, dia memerintahkan jenderal memimpin pasukan dan menangkap kembali kedua tahanan kerajaan yang meloloskan diri dengan cara apa pun. “Panglima Zhang, kau berani meloloskan tahanan kerajaan!? Apa perintahku sama sekali tidak kau anggap!?” Qin Huang menatap geram ke arah Zhang Yuan. Zhang Yuan menundukkan wajah dan mengakui kesalahan. Namun emo
Pesan yang tertulis di atas kertas membangkitkan kegeraman. Ekspresi Zhang Yuan berubah, kertas dicengkeram kuat hingga tangannya bergetar. “Ada apa panglima Zhang?” tanya jenderal ikut merasa penasaran melihat ekspresi Zhang Yuan. “Mereka meminta kita untuk menyerah. Jika tidak, akan ada kiriman tubuh tak bernyawa lagi setiap dua jam!” “Sialan! Mereka benar-benar tidak manusiawi!” umpat jenderal menahan geram, “apa panglima Zhang punya rencana lain?” Zhang Yuan terdiam sejenak. “Mau mengancamku? Baik!” Zhang Yuan memerintahkan Chen Changyi untuk membawakan pesan ke pihak musuh menggunakan ancaman balik dengan menggunakan nyawa Ma Jun dan permaisuri. Suasana menjadi semakin tegang ketika dua jam berlalu. Kali ini tubuh tak bernyawa seorang wanita muda dan anak kecil yang dikirimkan oleh seekor kuda. Namun Zhang Yuan masih tetap tidak memberi perintah penyerangan hingga menimbulkan perdebatan dengan jenderal.
“Jenderal, kau mencariku?” Pertanyaan Zhang Yuan tak dijawab. Dilihatnya ke mana tujuan arah pandangan mata jenderal. Di ruangan lain, tampak Ma Jun tengah diinterogasi dengan paksaan dan siksaan agar pertanyaan dari seorang prajurit dijawab. Jeritan memekik setiap kali satu layangan cambukkan mengoyak tubuh Ma Jun. “Dia sangat gigih!” jenderal menoleh ke samping lalu melanjutkan perkataan, “sejak tadi dia meminta untuk berbicara denganmu, panglima Zhang.” Zhang Yuan mengangguk singkat lalu berjalan meninggalkan jenderal menuju ke ruangan dimana Ma Jun sementara disiksa. Dengan wajah lebam dan tubuh terluka seperti itu, Ma Jun masih begitu gigih. Ekspresi wajahnya berubah saat kedatangan Zhang Yuan disadari. “Tinggalkan kami berdua.” Tak peduli seperti apa ekspresi Ma Jun padanya, Zhang Yuan hanya diam dalam tatapan dingin. Kini di dalam sana hanya tersisa Zhang Yuan dan Ma Jun. Dua pasang mata saling menatap lama
Terasa nyeri hebat dipunggung akibat benda pipih dan tajam. Nyeri semakin bertambah saat benda yang telah menembus daging ditarik kembali. Zhang Yuan berbalik. Ditatapnya wajah ketakutan dari perempuan yang memegang belati berdarah. “Kak Zhang!” seru Liu Bai dengan suara lantang. Dia berlari cepat dari kejauhan diikuti beberapa prajurit di belakang menuju ke arah Zhang Yuan. “Tangkap dia!” pintah Liu Bai dengan wajah panik memeriksa luka tusukan di punggung Zhang Yuan. Sementara Liu Bai memeriksa punggung Zhang Yuan yang terluka, Zhang Yuan memerintahkan para prajurit untuk melepaskan perempuan yang menusuknya. “Liu Bai, aku tidak apa-apa. Luka ini sama sekali tidak berpengaruh bagiku.” “Tidak bisa! Melukai pejabat penting kaisar hukumannya adalah kematian! Bunuh dia!” bantah Liu Bai memandang serius ke arah prajurit. “Liu Bai! Sudahku bilang jangan mengikutiku!” bisik Zhang Yuan menetapkan sorot mata tajam menata
“Ma Jun….” seorang prajurit muncul dari belakang prajurit lainnya, “kau terlalu menyulitkan panglima Zhang. Berikan dia waktu lebih lama untuk memikirkan tawaranmu.” Sosok yang muncul dan berucap menyela Ma Jun menjadi pusat perhatian semua orang. Jika tidak mengenali suara, Zhang Yuan tentu tak tahu kalau yang berbicara adalah permaisuri Xun Yan. Memakai pakaian lelaki, tatanan rambut lelaki, wajah tanpa riasan telah mengubah penampilan keagungan Xun Yan. “Permaisuri Xun Yan, akhirnya kau muncul juga. Aku memang sengaja menunggumu.” Sudut mulut Zhang Yuan melengkung kecil. “Zhang Yuan, aku sedang mengandung keturunan kaisar. Jika nyawa mereka sama sekali tidak bisa memaksamu, bagaimana dengan keturunan kaisar? Apa kau mau membinasakan keturunan kaisarmu!?” “Baik! Kalau begitu, aku ingin lihat seperti apa cara permaisuri membinasakan keturunan kaisar. Apakah dengan racun? Atau kau ingin menusuk perutmu sendiri dengan pedang?"
Lama menunggu pergerakkan di dalam hutan, akhirnya bayangan salah satu prajurit seratus muncul menunggangi kuda dengan membawa informasi keadaan di dalam hutan. Tak menyangka perangkap yang ditujukan untuk menyerang pasukan musuh malah harus dibatalkan sebab Ma Jun menjadikan rakyat yang disanderanya sebagai tameng. Liu Bai dan kedua komandan tidak berani mengambil risiko, mereka menunggu Zhang Yuan untuk memberikan perintah. Zhang Yuan mendengus remeh, ”lakukan penyerangan! Perintahkan komandan Liu Bai melindungi para sandera dari jauh, sedangkan ketiga komandan lainnya jalankan perintah sesuai rencana!” Suara keributan dari dalam hutan terdengar. Dentingan pedang berirama tak beraturan memberikan berita secara tak langsung bahwa pertempuran sedang terjadi di dalam sana. Semakin lama keributan yang berasal dari dalam hutan terdengar begitu jelas, hingga bayangan prajurit seratus muncul di depan mata. Dengan langkah berhati-hati mereka b
Seminggu berlalu pekerjaan penggalian pun di luar dugaan, kedua pasukan yang ditugaskan menggali di dua titik berbeda telah bertemu. Perintah untuk memblokir jalur sungai yang mengalir ke desa wilayah musuh dilaksanakan. Dengan menggunakan batu-batu besar sebagai landasan dilapisi batu-batu kecil dan tumpukan tanah, akhirnya pekerjaan ini selesai. Kabar dari He Qianfan memberitahukan bahwa terjadi masalah besar di istana. Permaisuri Xun Yan dikabarkan sedang mengandung keturunan kaisar. Hal ini menyebabkan hukuman eksekusi untuk sementara ditiadakan sampai permaisuri melahirkan. Namun di malam beberapa hari berikutnya permaisuri menghilang dari istana. He Qianfan juga memberitahukan kalau kaisar menitipkan pesan pada Zhang Yuan apa pun yang terjadi jangan biarkan Ma Jun atau permaisuri keluar dari wilayah kerajaan. Disodorkannya lembaran kertas yang baru saja selesai Zhang Yuan baca ke depan Liu Bai. Sementara Liu Bai, Peng Boqin dan Chao Jiming mel
Mendengar pertanyaan Zhang Yuan, wajah jenderal menjadi canggung. Dia memberikan penjelasan kalau rakyat hanya ingin membantu meringankan dan melayani prajurit agar mereka bisa beristirahat dan pulih secepatnya. “Dengan kondisi rakyat yang sudah seperti ini, bagaimana bisa jenderal membebankan mereka untuk melayani kita?!” Zhang Yuan kesal. Disampaikannya masukan agar semua prajurit yang tidak terluka mengambil bagian dalam pekerjaan rakyat. “Tapi panglima Zhang, jika harus memerintahkan prajurit melakukan tugas rakyat, mereka bisa kewalahan jika sewaktu-waktu musuh datang menyerang. Lagipula aku yang memimpin peperangan ini, panglima Zhang hanya datang untuk membantu saja. Semua keputusan ada di tanganku!” bantah jenderal memasang wajah tak suka. “Seperti apa hasil dari kepemimpinanmu dalam perang ini, kau tentu lebih tahu!” Ditatapnya jenderal dengan wajah dingin lalu melanjutkan perkataan, “jika jenderal bisa lebih baik dalam memimpin
Setelah berjam-jam menunggangi kuda mengikuti tepi jalur sungai, Zhang Yuan menghentikan perjalanannya. Beristirahat di depan perapian sambil memegang batang kayu yang ujungnya tertancap seekor ikan. Aroma lezat dari ikan segar yang telah matang tak menyia-nyiakan waktu selama satu jam menangkap ikan di sungai. Suara ringkikan kuda dari kejauhan melengkungkan sudut mulut Zhang Yuan. Wajah Liu Bai terlihat begitu kesal ketika dia turun dari kuda. “Kak Zhang, kau ke mana lagi? Aku mencarimu sejauh ini dan kau ternyata sedang menikmati makanan enak di sini?” “Bukankah aku bilang akan menunggumu di tepi sungai?” jawab Zhang Yuan santai, melihat ke depan sungai lalu menoleh ke arah Liu Bai lagi. “Kemarilah dan cicipi ikan buatanku,” lanjut Zhang Yuan mendekatkan ikan yang telah masak ke hidungnya. Liu Bai tersenyum penuh semangat duduk di sisi Zhang Yuan lalu mengambil sedikit daging ikan. “Kak Zhang ternyata sangat hebat dalam ha