Beranda / Semua / Sang Panglima Perang / Halangan Di Perjalanan

Share

Halangan Di Perjalanan

Penulis: Cristi Rottie
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56
Dalam perjalanan pikiran Zhang Yuan tidak fokus sebab tujuannya kali ini bukanlah ke benteng perbatasan Utara melainkan Barat. Perbatasan yang memisahkan antara kerajaan Song dan kerajaan Xia yang telah lama ditaklukan oleh kaisar sebelumnya.

Bukankah kerajaan Xia telah ditaklukan?

Apa ada alasan lain di balik ini?

Kenapa sikap kaisar Qin Huang begitu aneh?

Terlarut dalam pemikirannya sendiri, Zhang Yuan bahkan mengabaikan pertanyaan seorang prajurit yang berada di sampingnya.

“Panglima Zhang?!”

Sontak Zhang Yuan menoleh ke samping, melihat prajurit yang sedang menunggu jawaban. Meski tadi sedang terlarut dalam pikiran sendiri, tapi telinganya mendengar apa yang ditanyakan prajurit itu.

Pandangan Zhang Yuan beralih ke sekitar. Dilihatnya semua prajurit yang duduk bersandar, mencari posisi nyaman untuk beristirahat. Hal ini sangat wajar sebab sudah tiga hari mereka tidak beristirahat dengan baik, apalagi sebagian prajurit telah beru
Cristi Rottie

Tekanan hidup bukan menjadi alasan kita untuk pasrah terhadap keadaan, tapi jadikan tekanan yang kita hadapi sebagai pengetahuan dan alat untuk melawan serta menyerang balik. Jangan lupa dukungan untuk author receh dengan memberikan gems atau komentar penyemangat biar bisa membangkitkan kreatifitas author dalam penulisan kisah Sang Panglima Perang Zhang Yuan.

| 1
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
eynstein ganggali
semAngat thor... makin bnyk updatenya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Sang Panglima Perang   Ketakutan Hanya Ilusi

    Aaarrgghhh!!!!....“Tolong!”Grrrrr!....Grrrrrhh!!!Usaha beberapa prajurit yang mencoba melawan terkaman serigala pada akhirnya tidak berhasil, di antara mereka ada yang telah digigit. Bahkan pedang saja tak dapat menghentikan keganasan kawanan serigala. Begitu target berhasil diterkam, serigala lainnya segera berkumpul dan mengoyak tangan serta kaki bersama-sama.Melihat kepungan itu, mental semua prajurit melemah. Kaki dan tangan ikut bergemetar, bahkan hampir tak sanggup untuk berdiri. Tekad untuk membantu meluntur menyaksikan keganasan serigala. Keinginan untuk menolong diurungkan sebab serigala lainnya menggertak dengan tatapan dan taring tajam.Zhang Yuan juga tak lepas dari incaran serigala. Ketika selesai membunuh lawannya, sekarang datang lagi seekor yang terbesar di kawanan serigala. Kini kedua pasang mata menatap satu sama lain, bersiap memulai pertarungan. Hewan berkaki empat itu berlari kencang dan melompat ke arah Zhang Yuan. Mulut terbuka lebar, menunjukka

  • Sang Panglima Perang   Jenderal Ye Jiu

    “Awalnya, aku tidak percaya ada anak muda yang memiliki keberanian sepertimu, tapi begitu menyaksikannya sendiri, aku baru mengerti kenapa kaisar Qin Huang begitu menyayangimu.” Pria yang berdiri di hadapan Zhang Yuan adalah jenderal Ye Jiu. Telah menjaga benteng perbatasan selama dua puluh tahun. Sambutan awal ini memberikan penilaian tersendiri bagi Zhang Yuan. “Jenderal Ye Jiu terlalu memuji. Tidak ada yang lebih berani sepertimu yang rela menghabiskan masa muda, meninggalkan keluarga untuk berbakti pada kaisar dan kerajaan,” balas Zhang Yuan tersenyum kecil.“Selama sepuluh tahun ini, ternyata masih ada orang yang mengingatku,” ucap Ye Jiu mengangguk haru, “Baik! Sangat baik!”Bisa dilihat ada kesedihan di mata Ye Jiu yang sengaja disembunyikan. Wajar saja. Bagaimana pun ada kerinduan besar untuk pulang ke kampung halaman dan bertemu dengan keluarga, tapi sayang, tanpa perintah panggilan dari kaisar seorang jenderal tidak diperbolehkan keluar dari benteng perbatasan. Ji

  • Sang Panglima Perang   Ruang Penjara Rahasia

    Zhang Yuan melepaskan cengkeramannya hingga prajurit terbatuk-batuk sambil mengatur pernapasan. Dengan wajah kesal, prajurit pergi dari hadapan Zhang Yuan. Malam hari itu, tak ada yang datang untuk bertugas. Entah si prajurit yang tak menyampaikannya atau memang mereka tak mau mematuhi perintah lisan yang diteruskan. Sepanjang malam Zhang Yuan sendirian di atas benteng. Rasa dingin tentu saja mendorongnya untuk meninggalkan pengawasan, tapi jika tak ada satu pun yang menjaga benteng maka akan sangat berbahaya, sebab musuh bisa saja memanfaatkan cuaca dan situasi. Setelah sejam berdiri seperti orang bodoh, akhirnya hujan deras mulai mereda dan berhenti, seolah tak mau membuat Zhang Yuan menderita terlalu lama. Suara langkah kaki yang tak beraturan mulai terdengar. Beberapa prajurit muncul dari belakang. Mata mereka memandang heran begitu melihat sosok Zhang Yuan yang berdiri tegak membelakangi. “Pa-panglima Zhang?” Dalam diam Zhang Yuan membalikkan badan da

  • Sang Panglima Perang   Wanita Misterius Di Penjara Rahasia

    Sebelum melanjutkan langkah lebih dekat lagi dengan wanita di depan sana, Zhang Yuan diam memperhatikan dari jauh, mencoba mengenali sosok yang tak asing baginya.“Jika kau masih berdiri di sana, sebentar lagi mereka akan kembali untuk mengambil kotak makanan ini!”!!!Apa maksudnya adalah aku?Bagaimana dia bisa tahu?Zhang Yuan segera memutar badannya, menyembunyikan diri begitu mendengar kalimat dari wanita yang dia perhatikan.Sorot mata sang wanita masih tertuju ke ujung lorong, berharap seseorang yang bersembunyi segera menunjukkan diri. “Pergilah, anggap kau tak pernah mengetahui keberadaanku,” ucap sang wanita menunduk pasrah, lalu melanjutkan kembali aktifitasnya, “lagipula, semua yang mencoba menyelamatkanku tidak akan lolos dari mereka.”Identitas wanita misterius itu menarik perhatian Zhang Yuan hingga akhirnya dia keluar dari persembunyian dan melangkahkan kaki mendekati penjara.Dari balik beberapa tiang penjara yang membatasi ruang sosok wanita terlihat jela

  • Sang Panglima Perang   Alat Perang Yang Disembunyikan

    “Ah, kebetulan kau sudah ada di sini, panglima Zhang.” Ye Jiu menoleh lalu melanjutkan ucapannya, “kelima prajurit ini pantas mendapatkan hukuman karena telah melalaikan tugas dan memfitnah atasan. Bagaimana menurutmu, apa ini sudah layak?”“Jenderal Ye begitu bijaksana dan adil, aku sama sekali tidak layak memberi komentar saat seorang atasan sedang mendisiplinkan bawahannya.”Ye Jiu tersenyum kecil menggelengkan kepalanya bersamaan dengan jari telunjuk yang mengayun di depan wajah. Dia memerintahkan petugas pelaksana hukuman untuk menyelesaikan semua pukulan terhadap kelima prajurit itu, lalu mengajak Zhang Yuan melanjutkan pembicaraan di dalam ruangan.Sesekali Ye Jiu menghela napas panjang saat meneguk secangkir teh. Ekspresinya menggambarkan ada kesulitan yang sedang dia alami, tapi enggan untuk menceritakan.“Apa jenderal Ye mengkhawatirkan sesuatu?” tanya Zhang Yuan yang begitu cepat mengetahui gerak-gerik Ye Jiu.Ye Jiu mengangguk, “seminggu lagi utusan dari kerajaan

  • Sang Panglima Perang   Ruang Penjara Yang Kosong

    Jenderal Ye? Kedua alis kening Zhang Yuan mengerut mendengar hal itu. Tentu saja jenderal Ye akan menghukum pengkhianat yang mencoba membebaskan tahanan, tapi dengan cara mereka menjaga wanita misterius seperti orang penting, timbul keraguan di hati Zhang Yuan akan tindakan yang telah dia ambil dan janji untuk membebaskan seorang tahanan wanita asing. Ada ruang rahasia di dalam ruangan penyimpanan makanan. Alat perang yang disembunyikan bukan pada tempatnya. Utusan kerajaan Xue. Kenanehan prajurit. Semua hal ini telah membenarkan kecurigaan bahwa ada yang tak beres dengan benteng perbatasan. Ditambah lagi percakapan kedua prajurit yang mengatakan wanita misterius masih diperlukan, mendorong Zhang Yuan untuk mencari tahu ada hal besar apa yang disembunyikan. “Apa rencanamu selanjutnya, Tuan? Kapan kau bisa membawaku keluar?” Lamunan pikiran Zhang Yuan terbuyar mendengarkan pertanyaan wanita misterius, dia berucap, “saat kau memberitahu

  • Sang Panglima Perang   Gadis Pelayan Di Pintu Gerbang

    Buru-buru Zhang Yuan keluar dari ruang penjara. Goresan tulisan di tanah sengaja ditinggalkan wanita misterius sebagai tanda peringatan, juga menyadarkan kalau tindakkannya telah diketahui oleh Ye Jiu. Rombongan utusan kerajaan Xue yang dikawal oleh prajurit benteng perbatasan telah berbaris di depan gerbang, menunggu perintah dari Ye Jiu untuk berangkat. Namun Ye Jiu masih terdiam, menatap lurus seolah menunggu sesuatu. Hingga akhirnya salah satu prajurit menghampiri dan membisikkan sesuatu yang membuat dia menyunggingkan senyum. Dari jauh Zhang Yuan sempat melihat tindakan misterius itu, tapi dia berlaku seperti biasa seolah tak terjadi apa-apa dan menghampiri Ye Jiu. “Panglima Zhang, aku mencarimu sejak tadi. Kau dari mana saja?” tanya Ye Jiu menoleh ke samping. “Jenderal Ye mencariku? Apa ada masalah?” Pertanyaan Zhang Yuan membuat Ye Jiu memundurkan kepala bersamaan dengan menggelengkannya, “tidak ada. Aku hanya ingin meminta panglima Zhang memastikan sendiri prajuritmu sebel

  • Sang Panglima Perang   Kabar Buruk Dan Pesan Rahasia

    Kedua bola mata Zhang Yuan terpaku mendengar peringatan yang menembus langsung dari telinga sampai memukul kuat jantungnya. Ditambah lagi tatapan memelas Yuwan yang diselimuti ketakutan menyadarkannya bahwa Yinping benar-benar dalam bahaya, tapi sayang ada batasan yang harus dipatuhi. “Kalau begitu aku serahkan masalah ini pada jenderal Ye! Sebaiknya segera bertindak sebelum terjadi sesuatu terhadap selir kesayangan kaisar!” “Panglima Zhang, kau harus menyelamatkannya—” “Nona Yuwan, jangan mempersulit panglima Zhang dan jangan meremehkan pasukanku,” sela Ye Jiu tegas. Dia segera melanjutkan dengan beberapa pertanyaan tentang keberadaan terakhir selir Yinping serta utusan dari kerajaan Xue dan semua pengawal. Utusan dari kerajaan Xue berhasil lolos dari penyerangan pasukan misterius, tapi selir Yinping dan dia malah terpisah dari pasukan pengawal hingga akhirnya Yinping memerintahkan Yuwan untuk melaporkan penyerangan misterius ke benteng

Bab terbaru

  • Sang Panglima Perang   Ma Jun Dan Permaisuri Berhasil Lolos

    Semua orang terperangah melihat kaisar Qin Huang yang seharusnya tak boleh ada di situasi berisiko seperti ini. Perintah untuk menangkap permaisuri Xun Yan dan Ma Jun segera dilakukan oleh prajurit yang dipimpin He Qianfan. Namun sayang tindakan itu berakhir gagal sebab kerumunan rakyat yang berlari dari arah berlawanan, menghalangi pasukan He Qianfan yang berusaha mengejar Ma Jun dan Xun Yan. Sementara itu Zhang Yuan justru terdiam melihat pemandangan di depan mata. Ma Jun dan Xun Yan berlari begitu cepat, hingga berhasil bergabung dengan pasukan musuh. Sedangkan Qin Huang terlarut dalam kegeraman, dia memerintahkan jenderal memimpin pasukan dan menangkap kembali kedua tahanan kerajaan yang meloloskan diri dengan cara apa pun. “Panglima Zhang, kau berani meloloskan tahanan kerajaan!? Apa perintahku sama sekali tidak kau anggap!?” Qin Huang menatap geram ke arah Zhang Yuan. Zhang Yuan menundukkan wajah dan mengakui kesalahan. Namun emo

  • Sang Panglima Perang   Dua Nyawa Untuk Keselamatan Banyak Nyawa

    Pesan yang tertulis di atas kertas membangkitkan kegeraman. Ekspresi Zhang Yuan berubah, kertas dicengkeram kuat hingga tangannya bergetar. “Ada apa panglima Zhang?” tanya jenderal ikut merasa penasaran melihat ekspresi Zhang Yuan. “Mereka meminta kita untuk menyerah. Jika tidak, akan ada kiriman tubuh tak bernyawa lagi setiap dua jam!” “Sialan! Mereka benar-benar tidak manusiawi!” umpat jenderal menahan geram, “apa panglima Zhang punya rencana lain?” Zhang Yuan terdiam sejenak. “Mau mengancamku? Baik!” Zhang Yuan memerintahkan Chen Changyi untuk membawakan pesan ke pihak musuh menggunakan ancaman balik dengan menggunakan nyawa Ma Jun dan permaisuri. Suasana menjadi semakin tegang ketika dua jam berlalu. Kali ini tubuh tak bernyawa seorang wanita muda dan anak kecil yang dikirimkan oleh seekor kuda. Namun Zhang Yuan masih tetap tidak memberi perintah penyerangan hingga menimbulkan perdebatan dengan jenderal.

  • Sang Panglima Perang   Siaga!

    “Jenderal, kau mencariku?” Pertanyaan Zhang Yuan tak dijawab. Dilihatnya ke mana tujuan arah pandangan mata jenderal. Di ruangan lain, tampak Ma Jun tengah diinterogasi dengan paksaan dan siksaan agar pertanyaan dari seorang prajurit dijawab. Jeritan memekik setiap kali satu layangan cambukkan mengoyak tubuh Ma Jun. “Dia sangat gigih!” jenderal menoleh ke samping lalu melanjutkan perkataan, “sejak tadi dia meminta untuk berbicara denganmu, panglima Zhang.” Zhang Yuan mengangguk singkat lalu berjalan meninggalkan jenderal menuju ke ruangan dimana Ma Jun sementara disiksa. Dengan wajah lebam dan tubuh terluka seperti itu, Ma Jun masih begitu gigih. Ekspresi wajahnya berubah saat kedatangan Zhang Yuan disadari. “Tinggalkan kami berdua.” Tak peduli seperti apa ekspresi Ma Jun padanya, Zhang Yuan hanya diam dalam tatapan dingin. Kini di dalam sana hanya tersisa Zhang Yuan dan Ma Jun. Dua pasang mata saling menatap lama

  • Sang Panglima Perang   Mati Lebih Damai

    Terasa nyeri hebat dipunggung akibat benda pipih dan tajam. Nyeri semakin bertambah saat benda yang telah menembus daging ditarik kembali. Zhang Yuan berbalik. Ditatapnya wajah ketakutan dari perempuan yang memegang belati berdarah. “Kak Zhang!” seru Liu Bai dengan suara lantang. Dia berlari cepat dari kejauhan diikuti beberapa prajurit di belakang menuju ke arah Zhang Yuan. “Tangkap dia!” pintah Liu Bai dengan wajah panik memeriksa luka tusukan di punggung Zhang Yuan. Sementara Liu Bai memeriksa punggung Zhang Yuan yang terluka, Zhang Yuan memerintahkan para prajurit untuk melepaskan perempuan yang menusuknya. “Liu Bai, aku tidak apa-apa. Luka ini sama sekali tidak berpengaruh bagiku.” “Tidak bisa! Melukai pejabat penting kaisar hukumannya adalah kematian! Bunuh dia!” bantah Liu Bai memandang serius ke arah prajurit. “Liu Bai! Sudahku bilang jangan mengikutiku!” bisik Zhang Yuan menetapkan sorot mata tajam menata

  • Sang Panglima Perang   Ma Jun Dan Permaisuri Ditangkap

    “Ma Jun….” seorang prajurit muncul dari belakang prajurit lainnya, “kau terlalu menyulitkan panglima Zhang. Berikan dia waktu lebih lama untuk memikirkan tawaranmu.” Sosok yang muncul dan berucap menyela Ma Jun menjadi pusat perhatian semua orang. Jika tidak mengenali suara, Zhang Yuan tentu tak tahu kalau yang berbicara adalah permaisuri Xun Yan. Memakai pakaian lelaki, tatanan rambut lelaki, wajah tanpa riasan telah mengubah penampilan keagungan Xun Yan. “Permaisuri Xun Yan, akhirnya kau muncul juga. Aku memang sengaja menunggumu.” Sudut mulut Zhang Yuan melengkung kecil. “Zhang Yuan, aku sedang mengandung keturunan kaisar. Jika nyawa mereka sama sekali tidak bisa memaksamu, bagaimana dengan keturunan kaisar? Apa kau mau membinasakan keturunan kaisarmu!?” “Baik! Kalau begitu, aku ingin lihat seperti apa cara permaisuri membinasakan keturunan kaisar. Apakah dengan racun? Atau kau ingin menusuk perutmu sendiri dengan pedang?"

  • Sang Panglima Perang   Ancaman Ma Jun

    Lama menunggu pergerakkan di dalam hutan, akhirnya bayangan salah satu prajurit seratus muncul menunggangi kuda dengan membawa informasi keadaan di dalam hutan. Tak menyangka perangkap yang ditujukan untuk menyerang pasukan musuh malah harus dibatalkan sebab Ma Jun menjadikan rakyat yang disanderanya sebagai tameng. Liu Bai dan kedua komandan tidak berani mengambil risiko, mereka menunggu Zhang Yuan untuk memberikan perintah. Zhang Yuan mendengus remeh, ”lakukan penyerangan! Perintahkan komandan Liu Bai melindungi para sandera dari jauh, sedangkan ketiga komandan lainnya jalankan perintah sesuai rencana!” Suara keributan dari dalam hutan terdengar. Dentingan pedang berirama tak beraturan memberikan berita secara tak langsung bahwa pertempuran sedang terjadi di dalam sana. Semakin lama keributan yang berasal dari dalam hutan terdengar begitu jelas, hingga bayangan prajurit seratus muncul di depan mata. Dengan langkah berhati-hati mereka b

  • Sang Panglima Perang   Pesan Penting

    Seminggu berlalu pekerjaan penggalian pun di luar dugaan, kedua pasukan yang ditugaskan menggali di dua titik berbeda telah bertemu. Perintah untuk memblokir jalur sungai yang mengalir ke desa wilayah musuh dilaksanakan. Dengan menggunakan batu-batu besar sebagai landasan dilapisi batu-batu kecil dan tumpukan tanah, akhirnya pekerjaan ini selesai. Kabar dari He Qianfan memberitahukan bahwa terjadi masalah besar di istana. Permaisuri Xun Yan dikabarkan sedang mengandung keturunan kaisar. Hal ini menyebabkan hukuman eksekusi untuk sementara ditiadakan sampai permaisuri melahirkan. Namun di malam beberapa hari berikutnya permaisuri menghilang dari istana. He Qianfan juga memberitahukan kalau kaisar menitipkan pesan pada Zhang Yuan apa pun yang terjadi jangan biarkan Ma Jun atau permaisuri keluar dari wilayah kerajaan. Disodorkannya lembaran kertas yang baru saja selesai Zhang Yuan baca ke depan Liu Bai. Sementara Liu Bai, Peng Boqin dan Chao Jiming mel

  • Sang Panglima Perang   Penggalian Jalur Sungai

    Mendengar pertanyaan Zhang Yuan, wajah jenderal menjadi canggung. Dia memberikan penjelasan kalau rakyat hanya ingin membantu meringankan dan melayani prajurit agar mereka bisa beristirahat dan pulih secepatnya. “Dengan kondisi rakyat yang sudah seperti ini, bagaimana bisa jenderal membebankan mereka untuk melayani kita?!” Zhang Yuan kesal. Disampaikannya masukan agar semua prajurit yang tidak terluka mengambil bagian dalam pekerjaan rakyat. “Tapi panglima Zhang, jika harus memerintahkan prajurit melakukan tugas rakyat, mereka bisa kewalahan jika sewaktu-waktu musuh datang menyerang. Lagipula aku yang memimpin peperangan ini, panglima Zhang hanya datang untuk membantu saja. Semua keputusan ada di tanganku!” bantah jenderal memasang wajah tak suka. “Seperti apa hasil dari kepemimpinanmu dalam perang ini, kau tentu lebih tahu!” Ditatapnya jenderal dengan wajah dingin lalu melanjutkan perkataan, “jika jenderal bisa lebih baik dalam memimpin

  • Sang Panglima Perang   Sungai

    Setelah berjam-jam menunggangi kuda mengikuti tepi jalur sungai, Zhang Yuan menghentikan perjalanannya. Beristirahat di depan perapian sambil memegang batang kayu yang ujungnya tertancap seekor ikan. Aroma lezat dari ikan segar yang telah matang tak menyia-nyiakan waktu selama satu jam menangkap ikan di sungai. Suara ringkikan kuda dari kejauhan melengkungkan sudut mulut Zhang Yuan. Wajah Liu Bai terlihat begitu kesal ketika dia turun dari kuda. “Kak Zhang, kau ke mana lagi? Aku mencarimu sejauh ini dan kau ternyata sedang menikmati makanan enak di sini?” “Bukankah aku bilang akan menunggumu di tepi sungai?” jawab Zhang Yuan santai, melihat ke depan sungai lalu menoleh ke arah Liu Bai lagi. “Kemarilah dan cicipi ikan buatanku,” lanjut Zhang Yuan mendekatkan ikan yang telah masak ke hidungnya. Liu Bai tersenyum penuh semangat duduk di sisi Zhang Yuan lalu mengambil sedikit daging ikan. “Kak Zhang ternyata sangat hebat dalam ha

DMCA.com Protection Status