Home / All / Sang Panglima Perang / Penyiksaan Di Penjara

Share

Penyiksaan Di Penjara

Author: Cristi Rottie
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

    Zhang Yuan hanya terdiam, membiarkan komandan Fu Shan mendekatinya, bahkan membuka kain cadar yang menutupi wajah.

    “Panglima Zhang? Apa yang kau lakukan di sini?” ucap komandan Fu Shan membelalakan matanya.

    Sorot mata Zhang Yuan terpaku tajam tepat ke manik hitam komandan Fu Shan yang menyembunyikan senyuman puas karena telah berhasil menjebaknya.

    Zhang Yuan masih belum bicara sampai akhirnya salah satu pengawal penjara melaporkan kalau tersangka yang mereka selidiki telah meninggal karena keracunan.

    Hal ini jelas tidak dibantah oleh Zhang Yuan sebab satu-satunya tersangka atas pembunuhan saksi hanya dia sendiri. Bagi Zhang Yuan hal ini tidak menjadi masalah sebab mendapatkan satu orang lagi yang berada dalam naungan Dong Shuo sangat berarti meski nama baiknya semakin tercemar.

    “Tuan Xu Xiao, aku akan melaporkan masala

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Hendra Setiawan
NEXT ???? UPDATE NANGGUNG
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Sang Panglima Perang   Tiga Hari

    Keesokan paginya, di aula istana dikejutkan dengan kabar penjara departemen penyelidikan yang dimasuki oleh seseorang. Ditambah lagi kematian salah satu tahanan yang merupakan saksi atas masalah Zhang Yuan membuat mereka mengira-ngira kalau orang yang menerobos masuk pasti ingin mengakhiri saksi mata. Namun begitu mendengar siapa penerobos penjara, semua orang kembali terdiam dan saling melempar pandangan. Beberapa dari menteri mengemukakan pendapat kalau mereka tidak mempercayai Zhang Yuan akan melakukan hal sebodoh itu, apalagi sekarang dia dalam masa hukuman dari kaisar. Namun beberapa menteri lagi justru mencurigainya sebab mungkin saja dilakukan Zhang Yuan untuk menghilangkan saksi mata agar kebohongannya tidak diketahui. Kaisar Qin Huang yang mendengar hal itu ikut terkejut juga dan tak menyangka kalau Zhang Yuan akan bertindak gegabah dan membahayakan dirinya sendiri. Hal ini jelas mempersulitnya juga, seb

  • Sang Panglima Perang   Kekesalan Dong Shuo

    “Sembarangan! Departemen penyelidikanku bukan gampangan!” bantah Xu Xiao memelototi Zhang Yuan. “Bukan aku yang meragukan departemen penyelidikanmu, tapi penasihat Dong. Jangan salahkan aku,” balas Zhang Yuan melirik Dong Shuo yang berdiri di depan sana. Dong Shuo tersenyum kecil, tidak mau mengakui kekalahannya. Dia menyinggung Xu Xiao dengan penampilan Zhang Yuan yang bahkan tak terlihat seperti habis diinterogasi dalam penyiksaan. Namun kecurigaan itu justru ditepis Xu Xiao dengan mengangkat pakaian Zhang Yuan dan menunjukan semua luka di tubuhnya. Di depan seluruh menteri dan pejabat, Xu Xiao menjelaskan alasan dia melakukan hal itu terhadap Zhang Yuan karena khawatir dengan kaisar jika penampilan Zhang Yuan justru mengotori aula istana sebab selama semalam, penyelidikan mereka tak pernah berhenti. Melihat kondisi tubuh Zhang Yuan, se

  • Sang Panglima Perang   Penghakiman Zhang Yuan

    Sepotong kain berwarna hijau pekat ditemukan di dalam pakaian sang lelaki. Hal ini merupakan salah satu bukti kalau yang berada di dalam penjara waktu itu bukan hanya Zhang Yuan, melainkan ada orang lain lagi yang mendahuluinya. “Tabib Yao, terima kasih atas bantuannya. Dengan adanya ini, bisa membantuku untuk keluar dari dalam sini.” “Panglima Zhang tak perlu berterima kasih, hal ini tidak seberapa dengan bantuanmu hingga aku bisa seperti sekarang.” Zhang Yuan mengambil potongan kain dari tangan tabib Yao lalu meminta dia menunggu di luar bilik penjara. Karena kesempatan pertemuan mereka tidak banyak, Zhang Yuan meminta Xiao Ge untuk mencari asal usul sepotong kain yang ada di tangannya. Xiao Ge mengangguk. Kedatangannya kemari juga ingin memberikan informasi kalau Liu Bai telah menemukan orang yang dicari, dan akan bergerak jika Zhang Y

  • Sang Panglima Perang   Bukti Nyata

    “Yang mulia, ini sangat tidak adil. Waktu tiga hari belum berlalu, itu berarti aku masih punya kesempatan untuk memberikan bukti.” “Lancang! Berani sekali kau—” Hardikan kasim Ma disela oleh Qin Huang dengan mengangkat tangannya. Dengan wajah kesal dia memberikan waktu pada Zhang Yuan sampai matahari tenggelam. Jika masih belum juga memberikan bukti, maka hukuman seratus cambukan akan ditambahkan lagi. Waktu berlalu terasa sangat lama. Para menteri juga semakin kesal karena harus menghabiskan waktu yang panjang di dalam aula istana hanya untuk menunggu bukti dari Zhang Yuan datang. Sedangkan Dong Shuo masih tetap mempertahankan senyuman kemenangan dengan santai. Mentari yang bersinar juga mulai terbenam. Langit mulai gelap. Waktu yang diberikan telah berakhir. Namun Zhang Yuan masih terdiam di tengah aula istana.

  • Sang Panglima Perang   Aroma Misterius

    Xiao Ge melanjutkan perkataan yang terhenti dengan bisikan pelan. Sorot mata Zhang Yuan dan Liu Bai melotot mendengar bahwa sepotong kain itu berasal dari dari dalam istana dan baru-baru ini dia menyelidiki di departemen penyulaman istana kalau bahan pakaian dari sepotong kain itu digunakan oleh kasim istana. “Seorang kasim biasa tentu tidak bisa memiliki keberanian seperti itu,” ucap Zhang Yuan menebak sendiri dalam benaknya. “Maksud Tuan, apa mungkin kepala kasim?” sambung Xiao Ge mengutarakan pemikirannya. Zhang Yuan masih terdiam memegang potongan kain yang baru saja dia ambil dari tangan Xiao Ge. Namun begitu merasakan sesuatu hal aneh, dia terdiam sejenak. Kedua bola matanya bahkan bergerak ke kiri dan ke kanan seolah memikirkan sesuatu. “Xiao Ge, aku ingin menemui kaisar!” “Sekarang?&rdqu

  • Sang Panglima Perang   Dupa Penenang

    “Panglima Zhang, ada apa?” tanya Guan Zhong begitu melihat ekspresi Zhang Yuan yang memaku dalam diam. “Tidak ada apa-apa, hanya saja. Aroma ini bukan sembarangan untuk didapatkan.” Guan Zhong tertawa kecil, dia menjelaskan kalau dupa penenang itu adalah pemberian dari kaisar. Akan sangat disayangkan jika tidak digunakan, jadi lebih baik diberikan pada Zhang Yuan saja agar dipergunakan dengan baik. Mendengar penjelasan itu, Zhang Yuan baru terpikir kalau Guan Zhong terkenal sebagai pria yang begitu perhitungan jika dalam hal perekonomian. Bahkan untuk memberikan hadiah pada orang lain saja, dia sangat berhati-hati dan tak mau rugi. “Tuan Guan, hadiah seperti ini aku tidak bisa menerimanya. Jika kaisar tahu, maka ini akan menjadi masalah karena kau sama sekali tidak menghargai pemberiannya,” imbuh Zhang Yuan menutup kembali kot

  • Sang Panglima Perang   Laporan Rencana Rahasia

    Qin Huang menarik panjang napasnya, menahan rasa kesal bersamaan dengan gerakan tangan yang menginstruksikan agar Zhang Yuan memberitahukan hal penting itu. “Aku menemukan ini di tubuh prajurit yang meninggal di dalam penjara,” ucap Zhang Yuan mengeluarkan potongan kain dari dalam sakunya. Dia melanjutkan pembicaraan dengan mengatakan dari mana asal usul potongan kain berwarna hijau itu dan seperti apa hasil yang telah dia telusuri. “Kau bahkan menyembunyikan hal ini dariku?!” tegas Qin Huang memelototi Zhang Yuan. Bukannya bermaksud untuk menyimpannya dari Qin Huang, tapi Zhang Yuan memang sengaja belum memberitahukan tentang hal itu sebelum mendapatkan petunjuk yang tepat untuk menargetkan pelaku sebenarnya. Namun begitu mengetahui dari Xiao Ge kalau pemilik potongan kain itu berhubungan dengan seseorang yang berasal dari dalam istana,

  • Sang Panglima Perang   Pertemuan Rahasia Dong Shuo

    “Bisakah kau membantuku?” Selir Yinping tertawa kecil, tak percaya kalau Zhang Yuan menemuinya hanya karena ingin meminta bantuan darinya, “kau menemuiku hanya karena ini? ... panglima Zhang, aku tak mau menambah masalah bagi kerajaanku. Pergilah.” “Justru hal yang aku minta ini akan menguntungkan posisimu juga di dalam istana.” Mendengar hal itu Yinping terdiam, menunggu Zhang Yuan menjelaskan maksud dari kalimat sebelumnya. Sorot mata yang sejak tadi penuh keraguan kini menjadi penasaran dengan apa rencana yang disusun Zhang Yuan. Saat ini Zhang Yuan tidak memperpanjang penjelasannya. Dia hanya meminta Yinping untuk mengawasi gerak-gerik kasim Ma karena hanya melalui kasim Ma, Yinping baru bisa mendapatkan kepercayaan kaisar dan alasan dari maksud Zhang Yuan. Sebagai balasannya Zhan

Latest chapter

  • Sang Panglima Perang   Ma Jun Dan Permaisuri Berhasil Lolos

    Semua orang terperangah melihat kaisar Qin Huang yang seharusnya tak boleh ada di situasi berisiko seperti ini. Perintah untuk menangkap permaisuri Xun Yan dan Ma Jun segera dilakukan oleh prajurit yang dipimpin He Qianfan. Namun sayang tindakan itu berakhir gagal sebab kerumunan rakyat yang berlari dari arah berlawanan, menghalangi pasukan He Qianfan yang berusaha mengejar Ma Jun dan Xun Yan. Sementara itu Zhang Yuan justru terdiam melihat pemandangan di depan mata. Ma Jun dan Xun Yan berlari begitu cepat, hingga berhasil bergabung dengan pasukan musuh. Sedangkan Qin Huang terlarut dalam kegeraman, dia memerintahkan jenderal memimpin pasukan dan menangkap kembali kedua tahanan kerajaan yang meloloskan diri dengan cara apa pun. “Panglima Zhang, kau berani meloloskan tahanan kerajaan!? Apa perintahku sama sekali tidak kau anggap!?” Qin Huang menatap geram ke arah Zhang Yuan. Zhang Yuan menundukkan wajah dan mengakui kesalahan. Namun emo

  • Sang Panglima Perang   Dua Nyawa Untuk Keselamatan Banyak Nyawa

    Pesan yang tertulis di atas kertas membangkitkan kegeraman. Ekspresi Zhang Yuan berubah, kertas dicengkeram kuat hingga tangannya bergetar. “Ada apa panglima Zhang?” tanya jenderal ikut merasa penasaran melihat ekspresi Zhang Yuan. “Mereka meminta kita untuk menyerah. Jika tidak, akan ada kiriman tubuh tak bernyawa lagi setiap dua jam!” “Sialan! Mereka benar-benar tidak manusiawi!” umpat jenderal menahan geram, “apa panglima Zhang punya rencana lain?” Zhang Yuan terdiam sejenak. “Mau mengancamku? Baik!” Zhang Yuan memerintahkan Chen Changyi untuk membawakan pesan ke pihak musuh menggunakan ancaman balik dengan menggunakan nyawa Ma Jun dan permaisuri. Suasana menjadi semakin tegang ketika dua jam berlalu. Kali ini tubuh tak bernyawa seorang wanita muda dan anak kecil yang dikirimkan oleh seekor kuda. Namun Zhang Yuan masih tetap tidak memberi perintah penyerangan hingga menimbulkan perdebatan dengan jenderal.

  • Sang Panglima Perang   Siaga!

    “Jenderal, kau mencariku?” Pertanyaan Zhang Yuan tak dijawab. Dilihatnya ke mana tujuan arah pandangan mata jenderal. Di ruangan lain, tampak Ma Jun tengah diinterogasi dengan paksaan dan siksaan agar pertanyaan dari seorang prajurit dijawab. Jeritan memekik setiap kali satu layangan cambukkan mengoyak tubuh Ma Jun. “Dia sangat gigih!” jenderal menoleh ke samping lalu melanjutkan perkataan, “sejak tadi dia meminta untuk berbicara denganmu, panglima Zhang.” Zhang Yuan mengangguk singkat lalu berjalan meninggalkan jenderal menuju ke ruangan dimana Ma Jun sementara disiksa. Dengan wajah lebam dan tubuh terluka seperti itu, Ma Jun masih begitu gigih. Ekspresi wajahnya berubah saat kedatangan Zhang Yuan disadari. “Tinggalkan kami berdua.” Tak peduli seperti apa ekspresi Ma Jun padanya, Zhang Yuan hanya diam dalam tatapan dingin. Kini di dalam sana hanya tersisa Zhang Yuan dan Ma Jun. Dua pasang mata saling menatap lama

  • Sang Panglima Perang   Mati Lebih Damai

    Terasa nyeri hebat dipunggung akibat benda pipih dan tajam. Nyeri semakin bertambah saat benda yang telah menembus daging ditarik kembali. Zhang Yuan berbalik. Ditatapnya wajah ketakutan dari perempuan yang memegang belati berdarah. “Kak Zhang!” seru Liu Bai dengan suara lantang. Dia berlari cepat dari kejauhan diikuti beberapa prajurit di belakang menuju ke arah Zhang Yuan. “Tangkap dia!” pintah Liu Bai dengan wajah panik memeriksa luka tusukan di punggung Zhang Yuan. Sementara Liu Bai memeriksa punggung Zhang Yuan yang terluka, Zhang Yuan memerintahkan para prajurit untuk melepaskan perempuan yang menusuknya. “Liu Bai, aku tidak apa-apa. Luka ini sama sekali tidak berpengaruh bagiku.” “Tidak bisa! Melukai pejabat penting kaisar hukumannya adalah kematian! Bunuh dia!” bantah Liu Bai memandang serius ke arah prajurit. “Liu Bai! Sudahku bilang jangan mengikutiku!” bisik Zhang Yuan menetapkan sorot mata tajam menata

  • Sang Panglima Perang   Ma Jun Dan Permaisuri Ditangkap

    “Ma Jun….” seorang prajurit muncul dari belakang prajurit lainnya, “kau terlalu menyulitkan panglima Zhang. Berikan dia waktu lebih lama untuk memikirkan tawaranmu.” Sosok yang muncul dan berucap menyela Ma Jun menjadi pusat perhatian semua orang. Jika tidak mengenali suara, Zhang Yuan tentu tak tahu kalau yang berbicara adalah permaisuri Xun Yan. Memakai pakaian lelaki, tatanan rambut lelaki, wajah tanpa riasan telah mengubah penampilan keagungan Xun Yan. “Permaisuri Xun Yan, akhirnya kau muncul juga. Aku memang sengaja menunggumu.” Sudut mulut Zhang Yuan melengkung kecil. “Zhang Yuan, aku sedang mengandung keturunan kaisar. Jika nyawa mereka sama sekali tidak bisa memaksamu, bagaimana dengan keturunan kaisar? Apa kau mau membinasakan keturunan kaisarmu!?” “Baik! Kalau begitu, aku ingin lihat seperti apa cara permaisuri membinasakan keturunan kaisar. Apakah dengan racun? Atau kau ingin menusuk perutmu sendiri dengan pedang?"

  • Sang Panglima Perang   Ancaman Ma Jun

    Lama menunggu pergerakkan di dalam hutan, akhirnya bayangan salah satu prajurit seratus muncul menunggangi kuda dengan membawa informasi keadaan di dalam hutan. Tak menyangka perangkap yang ditujukan untuk menyerang pasukan musuh malah harus dibatalkan sebab Ma Jun menjadikan rakyat yang disanderanya sebagai tameng. Liu Bai dan kedua komandan tidak berani mengambil risiko, mereka menunggu Zhang Yuan untuk memberikan perintah. Zhang Yuan mendengus remeh, ”lakukan penyerangan! Perintahkan komandan Liu Bai melindungi para sandera dari jauh, sedangkan ketiga komandan lainnya jalankan perintah sesuai rencana!” Suara keributan dari dalam hutan terdengar. Dentingan pedang berirama tak beraturan memberikan berita secara tak langsung bahwa pertempuran sedang terjadi di dalam sana. Semakin lama keributan yang berasal dari dalam hutan terdengar begitu jelas, hingga bayangan prajurit seratus muncul di depan mata. Dengan langkah berhati-hati mereka b

  • Sang Panglima Perang   Pesan Penting

    Seminggu berlalu pekerjaan penggalian pun di luar dugaan, kedua pasukan yang ditugaskan menggali di dua titik berbeda telah bertemu. Perintah untuk memblokir jalur sungai yang mengalir ke desa wilayah musuh dilaksanakan. Dengan menggunakan batu-batu besar sebagai landasan dilapisi batu-batu kecil dan tumpukan tanah, akhirnya pekerjaan ini selesai. Kabar dari He Qianfan memberitahukan bahwa terjadi masalah besar di istana. Permaisuri Xun Yan dikabarkan sedang mengandung keturunan kaisar. Hal ini menyebabkan hukuman eksekusi untuk sementara ditiadakan sampai permaisuri melahirkan. Namun di malam beberapa hari berikutnya permaisuri menghilang dari istana. He Qianfan juga memberitahukan kalau kaisar menitipkan pesan pada Zhang Yuan apa pun yang terjadi jangan biarkan Ma Jun atau permaisuri keluar dari wilayah kerajaan. Disodorkannya lembaran kertas yang baru saja selesai Zhang Yuan baca ke depan Liu Bai. Sementara Liu Bai, Peng Boqin dan Chao Jiming mel

  • Sang Panglima Perang   Penggalian Jalur Sungai

    Mendengar pertanyaan Zhang Yuan, wajah jenderal menjadi canggung. Dia memberikan penjelasan kalau rakyat hanya ingin membantu meringankan dan melayani prajurit agar mereka bisa beristirahat dan pulih secepatnya. “Dengan kondisi rakyat yang sudah seperti ini, bagaimana bisa jenderal membebankan mereka untuk melayani kita?!” Zhang Yuan kesal. Disampaikannya masukan agar semua prajurit yang tidak terluka mengambil bagian dalam pekerjaan rakyat. “Tapi panglima Zhang, jika harus memerintahkan prajurit melakukan tugas rakyat, mereka bisa kewalahan jika sewaktu-waktu musuh datang menyerang. Lagipula aku yang memimpin peperangan ini, panglima Zhang hanya datang untuk membantu saja. Semua keputusan ada di tanganku!” bantah jenderal memasang wajah tak suka. “Seperti apa hasil dari kepemimpinanmu dalam perang ini, kau tentu lebih tahu!” Ditatapnya jenderal dengan wajah dingin lalu melanjutkan perkataan, “jika jenderal bisa lebih baik dalam memimpin

  • Sang Panglima Perang   Sungai

    Setelah berjam-jam menunggangi kuda mengikuti tepi jalur sungai, Zhang Yuan menghentikan perjalanannya. Beristirahat di depan perapian sambil memegang batang kayu yang ujungnya tertancap seekor ikan. Aroma lezat dari ikan segar yang telah matang tak menyia-nyiakan waktu selama satu jam menangkap ikan di sungai. Suara ringkikan kuda dari kejauhan melengkungkan sudut mulut Zhang Yuan. Wajah Liu Bai terlihat begitu kesal ketika dia turun dari kuda. “Kak Zhang, kau ke mana lagi? Aku mencarimu sejauh ini dan kau ternyata sedang menikmati makanan enak di sini?” “Bukankah aku bilang akan menunggumu di tepi sungai?” jawab Zhang Yuan santai, melihat ke depan sungai lalu menoleh ke arah Liu Bai lagi. “Kemarilah dan cicipi ikan buatanku,” lanjut Zhang Yuan mendekatkan ikan yang telah masak ke hidungnya. Liu Bai tersenyum penuh semangat duduk di sisi Zhang Yuan lalu mengambil sedikit daging ikan. “Kak Zhang ternyata sangat hebat dalam ha

DMCA.com Protection Status