Beranda / Semua / Sang Panglima Perang / Pangeran Kedua--Huan Kang

Share

Pangeran Kedua--Huan Kang

Penulis: Cristi Rottie
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

    “Tujuanku? Bukankah pangeran sendiri yang mengundangku kemari?” Zhang Yuan balik bertanya dengan wajah bingung. Dia tahu kalau Huan Kang mungkin saja sudah mencurigai identitasnya sejak gantungan tanda pengenal terjatuh saat bertarung.

    Suasana yang menegangkan itu membuat Yinping kesal karena dirinya merasa diabaikan. Apalagi saat melihat sikap Huan Kang yang tak ramah pada penolongnya.

    “Kakak, berhentilah bermain-main! Kau menakuti Tuan Liu Bai”

    “Oh! Benarkah? Bagaimana bisa orang yang pernah bertarung denganku memiliki rasa takut?”

    “Pangeran Huan Kang, mengenai hal itu aku hanya secara spontan saja menyerangmu. Tidak mungkin aku harus berdiam diri saat ada orang yang menyerang. Bagaimana jika kau membunuhku?”

    “Kamu benar! Kalau saja adikku tidak keluar, mungkin kau

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Kereta Kebal
Taip ari 1 bab saja bosan
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Sang Panglima Perang   Makan Malam Menegangkan

    “Jika dilihat orang lain kalau Tuan putri kerajaan Huan berada di dalam kamar seorang lelaki, takutnya akan sangat merugikan namamu.” Perkataan Zhang Yuan membuat Yinping meninggalkannya. Meski dia menyukai Zhang Yuan, tapi dengan cara seperti itu akan mempengaruhi nama baiknya sebagai seorang putri, dan tentu saja hal ini sangat tidak baik bagi Zhang Yuan sebab kaisar pasti tidak akan membiarkan nama baik anaknya dirusak oleh pria asing.*** “Kenapa hanya diam saja, apa kau takut makanan ini beracun?” tanya Huan Kang saat melihat Zhang Yuan hanya diam, memandang makanan di atas meja. Perkataan Huan Kang benar, Zhang Yuan tentu saja harus berjaga-jaga jika sesuatu yang akan dimakannya sudah diracuni. Namun itu hanya kecemasan awal saja sebab dia tahu kalau Huan Kang tidak mungkin menaruh racun pada hidangan makanannya sendiri, apalagi hubungan dengan putri

  • Sang Panglima Perang   Rencana Licik Huan Kang

    Zhang Yuan kembali terdiam menatap Huan Kang tersenyum misterius padanya. Tidak tahu maksud dari perkataan itu ditujukan untuk peran Zhang Yuan yang berpura-pura sebagai Liu Bai atau sebagai panglima Zhang Yuan. “Apa pujianku telah menyinggungmu, Tuan Liu Bai?” lagi tanya Huan Kang saat melihat ekspresi Zhang Yuan yang berubah. Zhang Yuan kembali menuangkan arak ke dalam gelas mereka berdua sambil menjelaskan kalau seorang pengembara sepertinya tidak terbiasa dengan pujian. Dia mengangkat cangkir dan meneguk lagi sebagai ucapan terima kasih sebelum mengakhiri makan malam mereka berdua. Dan untuk tawaran Huan Kang yang memintanya bergabung bersama pasukan kerajaan Huan, ditolak dengan alasan yang sama. Sayang sekali saat hendak beranjak dari sana, Huan Kang menahannya dan sengaja membuat dia mabuk dengan beberapa kendi arak yang baru saja diletakkan di atas meja. Mungkin bagi

  • Sang Panglima Perang   Kalimat Tersembunyi

    “Aaakkhh! Tuan, ini, ini menjijikkan!” Dari dalam kamar Zhang Yuan terdengar teriakan seorang gadis yang menjerit. Malam panjang itu berakhir dengan begitu saja, dan tak ada lagi suara yang terdengar dari dalam sana. Keesokan paginya Huan Kang datang menemui Zhang Yuan. Dia terlihat tak senang sebab semalam Zhang Yuan memperlakukan pelayan wanita utusannya dengan cara yang tak baik. Namun dalam hati ada sedikit kekaguman sebab lelaki yang disukai sang adik ternyata bermoral baik. “Bagaimana tidurmu semalam, apa kau menikmati pelayanan yang aku kirimkan, Tuan Liu Bai?” “Terima kasih atas kemurahan hati pangeran, aku sangat-sangat nyaman semalam.” Zhang Yuan tersenyum kecil mengingat bagaimana dia mempermalukan pelayan wanita suruhan Huan Kang. Semalam bukan tidak terjadi apa-apa, tapi Zhang Yuan benar-

  • Sang Panglima Perang   Ruang Pustaka

    “Tuan Liu Bai—” “Putri, panggil saja Liu Bai,” sela Zhang Yuan menunjukan pesona senyumannya yang sejak tadi tertahan karena kehadiran Huan Kang. Tak bisa dipungkiri kalau ketertarikannya terhadap Yinping sudah ada sejak pertama kali mereka bertemu desa. Meski awalnya Yinping sedikit canggung menyebut nama Liu Bai, tapi pembicaraan mereka ternyata lebih santai dari sebelumnya. Yinping membawa Zhang Yuan mengelilingi istana dan menunjukan semua tempat-tempat penting di dalam sana. Mendapatkan kesempatan langka, Zhang Yuan memperhatikan dengan baik tempat yang nantinya akan menjadi target perburuan di malam hari. Setiap belokan dan sudut istana dihafal agar mempermudah waktu pencarian. Ada pun pola penjagaan para pengawal kerajaan dan titik jaga mereka sudah di perhatikan Zhang Yuan sejak tadi. “Liu Bai, apa yang kau pikirkan?&r

  • Sang Panglima Perang   Dikepung

    Pintu ruang pustaka terbuka lebar, didobrak oleh Huan Kang. Dia masuk dengan senyuman licik diikuti beberapa pengawal yang telah menghunuskan pedang, mengelilingi Zhang Yuan dan Yinping. “Kakak? Ini….” “Yinping! Dasar gadis bodoh! Sampai kapan kau ditipu oleh lelaki ini. Kemari!” “Kak, aku bisa menjelaskan semuanya. Ini bukan kesalahan Tuan Liu Bai, aku yang mengajaknya kemari.” Huan Kang tersenyum remeh memandang Zhang Yuan, “Tuan Liu Bai? Apa aku harus memanggilmu Tuan Liu Bai juga, panglima Zhang Yuan?” Begitu mendengar perkataan Huan Kang, suasana menjadi tegang. Yinping membelalak, melihat Zhang Yuan yang berdiri di sampingnya. Sedangkan Zhang Yuan tetap tenang sebab dia sudah tahu akan ada situasi seperti ini. “Panglima Zhang Yu

  • Sang Panglima Perang   Penyanderaan Palsu

    Situasi kini berbalik menguntungkan bagi Zhang Yuan. Semua orang menjadi cemas sebab nyawa putri kesayangan kaisar terancam. Hal ini begitu cepat menyebar sampai ke telinga sang kaisar yang saat itu berada di dalam ruang bacanya. “Yang mulia, panglima Zhang Yuan dari kerajaan Song berada di dalam istana dan membuat kekacauan.” Mendengar hal itu, kaisar Huan meletakkan kembali buku yang ada di tangannya ke atas meja dengan santai, “Zhang Yuan? Hmm … anak bodoh itu pikir dengan keberaniannya bisa keluar hidup-hidup dari istanaku. Perintahkan pangeran Huan Kang untuk menangkapnya, dia akan menjadi tebusan yang sangat berharga untuk membebaskan jenderal Murong.” Perintah sang kaisar hanya didiamkan oleh seorang pengawal. “Apa kau tak mendengarkan perkataanku?” tanya kaisar Huan kesal dengan sikap sang pengawal. “Yang

  • Sang Panglima Perang   Misteri Kematian Sang Kakak

    “Putri, kenapa kau menolongku?” “Untuk pertukaran.” Sementara Zhang Yuan menatap bingung, Yinping menjelaskan apa maksud dari perkataan itu. Dengan bantuan kali ini, Yinping berharap Zhang Yuan tidak mendendam kakaknya lagi. Dia hanya memiliki seorang kakak yang benar-benar tulus memperlakukannya sebagai keluarga. “Heh! Bukankah kau masih memiliki kaisar yang sangat menyayangimu? Urusanku dengan Huan Kang jangan kau campuri, putri Yinping.” Sorot mata Yinping menjadi sendu. Dia kembali menjelaskan kalau ayahnya bukan menyayangi, tapi menjaga salah satu asetnya yang berharga. Di mata kaisar Yinping bukanlah anaknya melainkan alat untuk kejayaan kerajaan. Tahun itu, saat kerajaan Song akan menyerang kerajaan mereka di bawah pimpinan jenderal muda Zhang Fei, kaisar Huan mengirimkan upeti perdamaian dengan menawarkan pernikahan Yinping

  • Sang Panglima Perang   Transaksi Rahasia

    Tengah malam di jalur perdagangan laut, Dong Shuo dan kepala pedagang Barat sedang mendiskusikan tentang transaksi besar mereka. Sesuai dengan kesepakatan, sang pedagang tidak akan mencampuri urusan Dong Shuo dan tidak peduli apa yang dilakukan olehnya. Sekian banyak peledak menjadi target transaksi terpenting bagi Dong Shuo. “Tuan Dong Shuo, dalam transaksi ini, aku tidak mau melibatkan diri dalam masalah kerajaan kalian. Selama kau menguntungkan bagi bisnisku, maka aku akan tetap bekerja sama denganmu. Tapi jika kau melibatkan aku juga dalam konflik kerajaan kalian, maka aku akan memutuskan perjanjian bisnis kita berdua.” Dong Shuo menatap datar seorang lelaki yang duduk berhadapan dengannya. Jika bukan karena lelaki itu masih berguna bagi Dong Shuo, maka tak mungkin ungkapan pengancaman itu bisa dia dengarkan. Hanya untuk mencapai keinginannya, Dong Shuo rela bersabar menerima keso

Bab terbaru

  • Sang Panglima Perang   Ma Jun Dan Permaisuri Berhasil Lolos

    Semua orang terperangah melihat kaisar Qin Huang yang seharusnya tak boleh ada di situasi berisiko seperti ini. Perintah untuk menangkap permaisuri Xun Yan dan Ma Jun segera dilakukan oleh prajurit yang dipimpin He Qianfan. Namun sayang tindakan itu berakhir gagal sebab kerumunan rakyat yang berlari dari arah berlawanan, menghalangi pasukan He Qianfan yang berusaha mengejar Ma Jun dan Xun Yan. Sementara itu Zhang Yuan justru terdiam melihat pemandangan di depan mata. Ma Jun dan Xun Yan berlari begitu cepat, hingga berhasil bergabung dengan pasukan musuh. Sedangkan Qin Huang terlarut dalam kegeraman, dia memerintahkan jenderal memimpin pasukan dan menangkap kembali kedua tahanan kerajaan yang meloloskan diri dengan cara apa pun. “Panglima Zhang, kau berani meloloskan tahanan kerajaan!? Apa perintahku sama sekali tidak kau anggap!?” Qin Huang menatap geram ke arah Zhang Yuan. Zhang Yuan menundukkan wajah dan mengakui kesalahan. Namun emo

  • Sang Panglima Perang   Dua Nyawa Untuk Keselamatan Banyak Nyawa

    Pesan yang tertulis di atas kertas membangkitkan kegeraman. Ekspresi Zhang Yuan berubah, kertas dicengkeram kuat hingga tangannya bergetar. “Ada apa panglima Zhang?” tanya jenderal ikut merasa penasaran melihat ekspresi Zhang Yuan. “Mereka meminta kita untuk menyerah. Jika tidak, akan ada kiriman tubuh tak bernyawa lagi setiap dua jam!” “Sialan! Mereka benar-benar tidak manusiawi!” umpat jenderal menahan geram, “apa panglima Zhang punya rencana lain?” Zhang Yuan terdiam sejenak. “Mau mengancamku? Baik!” Zhang Yuan memerintahkan Chen Changyi untuk membawakan pesan ke pihak musuh menggunakan ancaman balik dengan menggunakan nyawa Ma Jun dan permaisuri. Suasana menjadi semakin tegang ketika dua jam berlalu. Kali ini tubuh tak bernyawa seorang wanita muda dan anak kecil yang dikirimkan oleh seekor kuda. Namun Zhang Yuan masih tetap tidak memberi perintah penyerangan hingga menimbulkan perdebatan dengan jenderal.

  • Sang Panglima Perang   Siaga!

    “Jenderal, kau mencariku?” Pertanyaan Zhang Yuan tak dijawab. Dilihatnya ke mana tujuan arah pandangan mata jenderal. Di ruangan lain, tampak Ma Jun tengah diinterogasi dengan paksaan dan siksaan agar pertanyaan dari seorang prajurit dijawab. Jeritan memekik setiap kali satu layangan cambukkan mengoyak tubuh Ma Jun. “Dia sangat gigih!” jenderal menoleh ke samping lalu melanjutkan perkataan, “sejak tadi dia meminta untuk berbicara denganmu, panglima Zhang.” Zhang Yuan mengangguk singkat lalu berjalan meninggalkan jenderal menuju ke ruangan dimana Ma Jun sementara disiksa. Dengan wajah lebam dan tubuh terluka seperti itu, Ma Jun masih begitu gigih. Ekspresi wajahnya berubah saat kedatangan Zhang Yuan disadari. “Tinggalkan kami berdua.” Tak peduli seperti apa ekspresi Ma Jun padanya, Zhang Yuan hanya diam dalam tatapan dingin. Kini di dalam sana hanya tersisa Zhang Yuan dan Ma Jun. Dua pasang mata saling menatap lama

  • Sang Panglima Perang   Mati Lebih Damai

    Terasa nyeri hebat dipunggung akibat benda pipih dan tajam. Nyeri semakin bertambah saat benda yang telah menembus daging ditarik kembali. Zhang Yuan berbalik. Ditatapnya wajah ketakutan dari perempuan yang memegang belati berdarah. “Kak Zhang!” seru Liu Bai dengan suara lantang. Dia berlari cepat dari kejauhan diikuti beberapa prajurit di belakang menuju ke arah Zhang Yuan. “Tangkap dia!” pintah Liu Bai dengan wajah panik memeriksa luka tusukan di punggung Zhang Yuan. Sementara Liu Bai memeriksa punggung Zhang Yuan yang terluka, Zhang Yuan memerintahkan para prajurit untuk melepaskan perempuan yang menusuknya. “Liu Bai, aku tidak apa-apa. Luka ini sama sekali tidak berpengaruh bagiku.” “Tidak bisa! Melukai pejabat penting kaisar hukumannya adalah kematian! Bunuh dia!” bantah Liu Bai memandang serius ke arah prajurit. “Liu Bai! Sudahku bilang jangan mengikutiku!” bisik Zhang Yuan menetapkan sorot mata tajam menata

  • Sang Panglima Perang   Ma Jun Dan Permaisuri Ditangkap

    “Ma Jun….” seorang prajurit muncul dari belakang prajurit lainnya, “kau terlalu menyulitkan panglima Zhang. Berikan dia waktu lebih lama untuk memikirkan tawaranmu.” Sosok yang muncul dan berucap menyela Ma Jun menjadi pusat perhatian semua orang. Jika tidak mengenali suara, Zhang Yuan tentu tak tahu kalau yang berbicara adalah permaisuri Xun Yan. Memakai pakaian lelaki, tatanan rambut lelaki, wajah tanpa riasan telah mengubah penampilan keagungan Xun Yan. “Permaisuri Xun Yan, akhirnya kau muncul juga. Aku memang sengaja menunggumu.” Sudut mulut Zhang Yuan melengkung kecil. “Zhang Yuan, aku sedang mengandung keturunan kaisar. Jika nyawa mereka sama sekali tidak bisa memaksamu, bagaimana dengan keturunan kaisar? Apa kau mau membinasakan keturunan kaisarmu!?” “Baik! Kalau begitu, aku ingin lihat seperti apa cara permaisuri membinasakan keturunan kaisar. Apakah dengan racun? Atau kau ingin menusuk perutmu sendiri dengan pedang?"

  • Sang Panglima Perang   Ancaman Ma Jun

    Lama menunggu pergerakkan di dalam hutan, akhirnya bayangan salah satu prajurit seratus muncul menunggangi kuda dengan membawa informasi keadaan di dalam hutan. Tak menyangka perangkap yang ditujukan untuk menyerang pasukan musuh malah harus dibatalkan sebab Ma Jun menjadikan rakyat yang disanderanya sebagai tameng. Liu Bai dan kedua komandan tidak berani mengambil risiko, mereka menunggu Zhang Yuan untuk memberikan perintah. Zhang Yuan mendengus remeh, ”lakukan penyerangan! Perintahkan komandan Liu Bai melindungi para sandera dari jauh, sedangkan ketiga komandan lainnya jalankan perintah sesuai rencana!” Suara keributan dari dalam hutan terdengar. Dentingan pedang berirama tak beraturan memberikan berita secara tak langsung bahwa pertempuran sedang terjadi di dalam sana. Semakin lama keributan yang berasal dari dalam hutan terdengar begitu jelas, hingga bayangan prajurit seratus muncul di depan mata. Dengan langkah berhati-hati mereka b

  • Sang Panglima Perang   Pesan Penting

    Seminggu berlalu pekerjaan penggalian pun di luar dugaan, kedua pasukan yang ditugaskan menggali di dua titik berbeda telah bertemu. Perintah untuk memblokir jalur sungai yang mengalir ke desa wilayah musuh dilaksanakan. Dengan menggunakan batu-batu besar sebagai landasan dilapisi batu-batu kecil dan tumpukan tanah, akhirnya pekerjaan ini selesai. Kabar dari He Qianfan memberitahukan bahwa terjadi masalah besar di istana. Permaisuri Xun Yan dikabarkan sedang mengandung keturunan kaisar. Hal ini menyebabkan hukuman eksekusi untuk sementara ditiadakan sampai permaisuri melahirkan. Namun di malam beberapa hari berikutnya permaisuri menghilang dari istana. He Qianfan juga memberitahukan kalau kaisar menitipkan pesan pada Zhang Yuan apa pun yang terjadi jangan biarkan Ma Jun atau permaisuri keluar dari wilayah kerajaan. Disodorkannya lembaran kertas yang baru saja selesai Zhang Yuan baca ke depan Liu Bai. Sementara Liu Bai, Peng Boqin dan Chao Jiming mel

  • Sang Panglima Perang   Penggalian Jalur Sungai

    Mendengar pertanyaan Zhang Yuan, wajah jenderal menjadi canggung. Dia memberikan penjelasan kalau rakyat hanya ingin membantu meringankan dan melayani prajurit agar mereka bisa beristirahat dan pulih secepatnya. “Dengan kondisi rakyat yang sudah seperti ini, bagaimana bisa jenderal membebankan mereka untuk melayani kita?!” Zhang Yuan kesal. Disampaikannya masukan agar semua prajurit yang tidak terluka mengambil bagian dalam pekerjaan rakyat. “Tapi panglima Zhang, jika harus memerintahkan prajurit melakukan tugas rakyat, mereka bisa kewalahan jika sewaktu-waktu musuh datang menyerang. Lagipula aku yang memimpin peperangan ini, panglima Zhang hanya datang untuk membantu saja. Semua keputusan ada di tanganku!” bantah jenderal memasang wajah tak suka. “Seperti apa hasil dari kepemimpinanmu dalam perang ini, kau tentu lebih tahu!” Ditatapnya jenderal dengan wajah dingin lalu melanjutkan perkataan, “jika jenderal bisa lebih baik dalam memimpin

  • Sang Panglima Perang   Sungai

    Setelah berjam-jam menunggangi kuda mengikuti tepi jalur sungai, Zhang Yuan menghentikan perjalanannya. Beristirahat di depan perapian sambil memegang batang kayu yang ujungnya tertancap seekor ikan. Aroma lezat dari ikan segar yang telah matang tak menyia-nyiakan waktu selama satu jam menangkap ikan di sungai. Suara ringkikan kuda dari kejauhan melengkungkan sudut mulut Zhang Yuan. Wajah Liu Bai terlihat begitu kesal ketika dia turun dari kuda. “Kak Zhang, kau ke mana lagi? Aku mencarimu sejauh ini dan kau ternyata sedang menikmati makanan enak di sini?” “Bukankah aku bilang akan menunggumu di tepi sungai?” jawab Zhang Yuan santai, melihat ke depan sungai lalu menoleh ke arah Liu Bai lagi. “Kemarilah dan cicipi ikan buatanku,” lanjut Zhang Yuan mendekatkan ikan yang telah masak ke hidungnya. Liu Bai tersenyum penuh semangat duduk di sisi Zhang Yuan lalu mengambil sedikit daging ikan. “Kak Zhang ternyata sangat hebat dalam ha

DMCA.com Protection Status