Home / All / Sang Panglima Perang / Membantah Tuduhan

Share

Membantah Tuduhan

Author: Cristi Rottie
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

    Di sisi lain, Dong Shuo dan Guan Zhong sedang berdiskusi tentang rencana mereka selanjutnya. Terlihat jelas di wajah mereka berdua ekspresi kepuasan karena telah berhasil menjebak Zhang Yuan.

    “Penasihat Dong, sebenarnya kasihan juga kau mengorbankan Tuan Zhao Pu. Kenapa tidak menggunakan rencana lain untuk menjebak Zhang Yuan?”

    “Heh! Kaisar bodoh itu pikir dia bisa menggunakan Zhao Pu untuk menjebakku? Cepat atau lambat Zhao Pu harus disingkirkan!” Dong Shuo memasang senyum misterius. Dia telah menebak alasan Qin Huang menetapkan Zhao Pu ke wilayah Guang hanya untuk mengumpulkan bukti transaksi rahasia dengan pedagang Barat. Jadi mau tak mau Dong Shuo harus menyingkirkan Zhao Pu untuk memutuskan bukti yang selama ini dicari Qin Huang. Apalagi sekarang semua tujuannya telah tercapai, dan tak memerlukan lagi transaksi rahasia itu.

     Guan Zhong tertawa, dia memuj

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Mois Weller
update nyaa kurang banyakkkk
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Sang Panglima Perang   Pengadilan Bagi Zhang Yuan

    “Diizinkan!” Mendapat persetetujuan dari Qin Huang, Zhang Yuan mengajukan pertanyaan pertama kepada ketiga orang yang menjadi saksi Dong Shuo. “Aku ingin bertanya. Kapan aku bertemu dengan kalian dan menugaskan kalian untuk menyekap Nyonya Zhao dan anaknya. Lalu kapan mereka menyekapmu, Nyonya Zhao?” Mendengar pertanyaan Zhang Yuan, kedua saksi lelaki mulai gugup. Mereka berdua saling memandang lalu mengalihkan pandangan ke arah Dong Shuo seolah mencari jawaban apa yang harus diucapkan. “Kira-kira dua minggu lebih, panglima Zhang meminta kami untuk menyekap Istri dan anak Tuan Zhao Pu,” jawab salah satu saksi lelaki diikuti lelaki lainnya untuk mendukung kebenaran dari perkataan itu. “Mereka menculikku saat sedang keluar rumah menemani anakku berbelanja, kira-kira tiga hari sebelum Tuan Zhao Pu

  • Sang Panglima Perang   Sosok Familiar Di Dalam Aula Istana

    Lamunan pikiran Yongsheng membuyar, dia keluar dari barisan para menteri lalu berjalan ke tengah aula istana dan berhenti tepat berhadapan dengan Qin Huang. “Yang mulia, menurutku ... terlepas dari semua bukti yang ada, bisa dikatakan kalau tindakan panglima Zhang yang pergi ke wilayah Guang sebelum masa hukuman berakhir, adalah sebuah pelanggaran. Dan pelanggaran ini bukan hanya sekali dilanggar, tapi sudah beberapa kali.” “Jika menggunakan bukti yang ada, saya rasa masih ada kejanggalan di sini. Namun keputusan penasihat Dong sudah benar, hanya saja....” Yongsheng menghentikan perkataannya seolah merasa berat untuk mengatakan kalimat selanjutnya. “Katakan!” desak Qin Huang menaikan nada bicaranya. “Kedua lelaki yang menjadi saksi, tidak bisa dibenarkan sebab mereka memberikan saksi palsu. Jadi, masalah ini masih perlu diselidiki lebih dalam lagi.”

  • Sang Panglima Perang   Kemunculan Wang Yi

    “Kakek Wang? Kenapa kau ada di sini?” Kehadiran Wang Yi bukan hanya membuat Zhang Yuan terkejut, tapi kebingungan sebab hal yang dilakukan Wang Yi bukanlah bagian dari rencananya. “Tidak! Istriku!” teriak Zhao Pu menghampiri tubuh sang istri yang terbaring kaku di lantai. Zhang Yuan mendekati Kakek Wang Yi dan berbisik mempertanyakan kebingungannya. Namun Wang Yi justru memandang dia kesal dan menyalahkan kebodohannya. “Aku datang untuk menolongmu, Anak Bodoh!” bisik Wang Yi masih memandangnya dengan kedua alis kening yang mengerut. Zhang Yuan menganga, tak menyangka kalau kakek Wang Yi punya keberanian dan kemampuan untuk berada di istana. Memikirkan hal ini, Zhang Yuan teringat akan istri Zhao Pu yang telah meninggal. Apa yang membuat kakek Wang Yi membunuhnya, rencana apa yang dia pikirkan? Terlebi

  • Sang Panglima Perang   Siapa Wang Yi?

    Qin Huang melirik kasim Ma Jun, memerintahkannya untuk mengambil lembar pesan di tangan Zhao Pu. Tak menyangka begitu melihatnya, memang benar ada stempel penasihat kerajaan yang tertera di atas kertas dan pesan untuk mengizinkan transaksi rahasia dari Zhao Pu. “Penasihat Dong, jelaskan apa yang sebenarnya kau lakukan?!” bentak Qin Huang melempar kasar selembar pesan ke depan. Dong Shuo panik, lalu menjura dan melaporkan kalau stempel miliknya telah menghilang sebulan yang lalu. Dia bahkan memberitahukan kalau sudah lama mengganti stempel miliknya dan melaporkan hal ini ke istana. “Aku sengaja tidak membeberkan hilangnya stempel milikku sebab ingin mencari tahu siapa pelaku yang mencurinya dan untuk apa dia melakukan hal itu,” tambah Dong Shuo dengan penuh keyakinan. Sejak awal Dong Shuo memang sudah berencana untuk menghabisi Zhao Pu, ja

  • Sang Panglima Perang   Identitas Wang Yi Terbongkar

    Semua orang masih menunggu dengan rasa penasaran tentang identitas dari lelaki tua yang mengaku sebagai guru Zhang Yuan. Begitu barang yang diberikan Wang Yi sampai ke tangan Qin Huang, matanya memaku saat melihat token jenderal dan pesan titah yang ditulis oleh kaisar sebelumnya. “Jenderal Chao Yun?” Semua orang yang mendengar nama yang disebut Qin Huang terkejut, bahkan mereka membantah kalau lelaki tua yang berdiri di tengah aula istana bukanlah jenderal Chao Yun sebab dirinya telah meninggal di medan perang saat menaklukan dua kerajaan bersama dengan kaisar sebelumnya—ayah Qin Huang. “Yang mulia, semua orang juga tahu kalau jenderal Chao Yun saat itu telah meninggal di medan perang. Meski ada token jenderal dan pesan titah yang ditulis kaisar, ini tidak bisa membuktikan kalau dia adalah jenderal Chao Yun!” tutur Dong Shuo meyakinkan semua orang yang di d

  • Sang Panglima Perang   Satu Lawan Sepuluh

    Permintaan Chao Yun telah selesai disiapkan. Semua orang yang tadinya di dalam istana segera menuju ke lapangan istana, termasuk Qin Huang. Sekitar sepuluh orang prajurit telah berdiri di tengah-tengah lapangan untuk menunggu apa alasan mereka diperintahkan seperti itu. Ada pun Zhang Yuan yang sejak tadi terkejut dengan semua pengungkapan identitas Wang Yi yang ternyata adalah jenderal Chao Yun, masih terdiam memaku punggung lelaki tua yang menjadi penyelamat hidupnya. Wang Yi menoleh ke belakang, melihat Zhang Yuan yang memasang wajah keheranan. Dia mendekat dan menepuk bahu Zhang Yuan, “tenang saja. Aku tidak akan membiarkan kau di hukum, Anak Bodoh!” “Kakek Wang, eh, maksudku, meski kau benar adalah jenderal Chao Yun, bagiku kau tetap Kakek Wang,” ucap Zhang Yuan dengan terbata-bata. “Bagaimana kalau biarkan aku membantumu.&rdquo

  • Sang Panglima Perang   Seni Bela Diri

    Pertempuran dilanjutkan kembali. Salah satu dari prajurit menyerang terlebih dahulu dengan layangan kepalan tangannya. Sedangkan Chao Yun hanya diam di tempat, membiarkan indera pendengar mengetahui posisi seseorang yang akan menyerangnya.BUUGHHH!.... Semua orang terkesima melihat prajurit yang menyerang Chao Yun justru telah terlempar ke tanah. Dalam hitungan detik, pukulan yang ditujukan untuknya berhasil dihindari bersamaan dengan satu hantaman kuat yang diberikan oleh sikut Chao Yun ke bidang datar sang prajurit. Kesembilan prajurit yang tadinya percaya diri kini mulai ragu untuk menyerang lelaki tua yang dianggap bukanlah tandingan mereka. Namun tentu saja mereka tak mau mengaku kalah secepat itu, jadi kesembilan prajurit itu saling menatap dan memberikan isyarat agar bisa menyerang bersama dan menjatuhkan lelaki tua yang berdiri di depan. Dalam serangan per

  • Sang Panglima Perang   Pembebasan Zhang Yuan

    “Tentu saja ada hubungannya! Zhang Yuan adalah muridku, jadi tidak ada salahnya jika seorang guru menyelamatkan muridnya,” sosor Chao Yun dengan tegas. Semua orang yang hadir juga menyetujui pernyataan Chao Yun, tapi berbeda dengan Zhang Yuan yang sejak awal menggunakan masalah ini agar membiarkan dia di dalam penjara untuk membuat Dong Shuo menunjukan niatnya. Sekarang karena kemunculan Wang Yi yang ternyata adalah jenderal Chao Yun telah menghancurkan semua rencananya dan membuat pengorbanan menjadi sia-sia. Saat ini yang merasa paling frustasi adalah Qin Huang. Mau tak mau tentu saja dia harus membebaskan Zhang Yuan sesuai dengan permintaan Chao Yun. Adanya titah rahasia mengharuskan dia untuk mewakili ayahandanya mengabulkan apa yang diinginkan Chao Yun. Ditambah lagi sorot mata semua menteri dan pejabat mendesaknya menentukan keputusan bagi Zhang Yuan. “Baik! Akan

Latest chapter

  • Sang Panglima Perang   Ma Jun Dan Permaisuri Berhasil Lolos

    Semua orang terperangah melihat kaisar Qin Huang yang seharusnya tak boleh ada di situasi berisiko seperti ini. Perintah untuk menangkap permaisuri Xun Yan dan Ma Jun segera dilakukan oleh prajurit yang dipimpin He Qianfan. Namun sayang tindakan itu berakhir gagal sebab kerumunan rakyat yang berlari dari arah berlawanan, menghalangi pasukan He Qianfan yang berusaha mengejar Ma Jun dan Xun Yan. Sementara itu Zhang Yuan justru terdiam melihat pemandangan di depan mata. Ma Jun dan Xun Yan berlari begitu cepat, hingga berhasil bergabung dengan pasukan musuh. Sedangkan Qin Huang terlarut dalam kegeraman, dia memerintahkan jenderal memimpin pasukan dan menangkap kembali kedua tahanan kerajaan yang meloloskan diri dengan cara apa pun. “Panglima Zhang, kau berani meloloskan tahanan kerajaan!? Apa perintahku sama sekali tidak kau anggap!?” Qin Huang menatap geram ke arah Zhang Yuan. Zhang Yuan menundukkan wajah dan mengakui kesalahan. Namun emo

  • Sang Panglima Perang   Dua Nyawa Untuk Keselamatan Banyak Nyawa

    Pesan yang tertulis di atas kertas membangkitkan kegeraman. Ekspresi Zhang Yuan berubah, kertas dicengkeram kuat hingga tangannya bergetar. “Ada apa panglima Zhang?” tanya jenderal ikut merasa penasaran melihat ekspresi Zhang Yuan. “Mereka meminta kita untuk menyerah. Jika tidak, akan ada kiriman tubuh tak bernyawa lagi setiap dua jam!” “Sialan! Mereka benar-benar tidak manusiawi!” umpat jenderal menahan geram, “apa panglima Zhang punya rencana lain?” Zhang Yuan terdiam sejenak. “Mau mengancamku? Baik!” Zhang Yuan memerintahkan Chen Changyi untuk membawakan pesan ke pihak musuh menggunakan ancaman balik dengan menggunakan nyawa Ma Jun dan permaisuri. Suasana menjadi semakin tegang ketika dua jam berlalu. Kali ini tubuh tak bernyawa seorang wanita muda dan anak kecil yang dikirimkan oleh seekor kuda. Namun Zhang Yuan masih tetap tidak memberi perintah penyerangan hingga menimbulkan perdebatan dengan jenderal.

  • Sang Panglima Perang   Siaga!

    “Jenderal, kau mencariku?” Pertanyaan Zhang Yuan tak dijawab. Dilihatnya ke mana tujuan arah pandangan mata jenderal. Di ruangan lain, tampak Ma Jun tengah diinterogasi dengan paksaan dan siksaan agar pertanyaan dari seorang prajurit dijawab. Jeritan memekik setiap kali satu layangan cambukkan mengoyak tubuh Ma Jun. “Dia sangat gigih!” jenderal menoleh ke samping lalu melanjutkan perkataan, “sejak tadi dia meminta untuk berbicara denganmu, panglima Zhang.” Zhang Yuan mengangguk singkat lalu berjalan meninggalkan jenderal menuju ke ruangan dimana Ma Jun sementara disiksa. Dengan wajah lebam dan tubuh terluka seperti itu, Ma Jun masih begitu gigih. Ekspresi wajahnya berubah saat kedatangan Zhang Yuan disadari. “Tinggalkan kami berdua.” Tak peduli seperti apa ekspresi Ma Jun padanya, Zhang Yuan hanya diam dalam tatapan dingin. Kini di dalam sana hanya tersisa Zhang Yuan dan Ma Jun. Dua pasang mata saling menatap lama

  • Sang Panglima Perang   Mati Lebih Damai

    Terasa nyeri hebat dipunggung akibat benda pipih dan tajam. Nyeri semakin bertambah saat benda yang telah menembus daging ditarik kembali. Zhang Yuan berbalik. Ditatapnya wajah ketakutan dari perempuan yang memegang belati berdarah. “Kak Zhang!” seru Liu Bai dengan suara lantang. Dia berlari cepat dari kejauhan diikuti beberapa prajurit di belakang menuju ke arah Zhang Yuan. “Tangkap dia!” pintah Liu Bai dengan wajah panik memeriksa luka tusukan di punggung Zhang Yuan. Sementara Liu Bai memeriksa punggung Zhang Yuan yang terluka, Zhang Yuan memerintahkan para prajurit untuk melepaskan perempuan yang menusuknya. “Liu Bai, aku tidak apa-apa. Luka ini sama sekali tidak berpengaruh bagiku.” “Tidak bisa! Melukai pejabat penting kaisar hukumannya adalah kematian! Bunuh dia!” bantah Liu Bai memandang serius ke arah prajurit. “Liu Bai! Sudahku bilang jangan mengikutiku!” bisik Zhang Yuan menetapkan sorot mata tajam menata

  • Sang Panglima Perang   Ma Jun Dan Permaisuri Ditangkap

    “Ma Jun….” seorang prajurit muncul dari belakang prajurit lainnya, “kau terlalu menyulitkan panglima Zhang. Berikan dia waktu lebih lama untuk memikirkan tawaranmu.” Sosok yang muncul dan berucap menyela Ma Jun menjadi pusat perhatian semua orang. Jika tidak mengenali suara, Zhang Yuan tentu tak tahu kalau yang berbicara adalah permaisuri Xun Yan. Memakai pakaian lelaki, tatanan rambut lelaki, wajah tanpa riasan telah mengubah penampilan keagungan Xun Yan. “Permaisuri Xun Yan, akhirnya kau muncul juga. Aku memang sengaja menunggumu.” Sudut mulut Zhang Yuan melengkung kecil. “Zhang Yuan, aku sedang mengandung keturunan kaisar. Jika nyawa mereka sama sekali tidak bisa memaksamu, bagaimana dengan keturunan kaisar? Apa kau mau membinasakan keturunan kaisarmu!?” “Baik! Kalau begitu, aku ingin lihat seperti apa cara permaisuri membinasakan keturunan kaisar. Apakah dengan racun? Atau kau ingin menusuk perutmu sendiri dengan pedang?"

  • Sang Panglima Perang   Ancaman Ma Jun

    Lama menunggu pergerakkan di dalam hutan, akhirnya bayangan salah satu prajurit seratus muncul menunggangi kuda dengan membawa informasi keadaan di dalam hutan. Tak menyangka perangkap yang ditujukan untuk menyerang pasukan musuh malah harus dibatalkan sebab Ma Jun menjadikan rakyat yang disanderanya sebagai tameng. Liu Bai dan kedua komandan tidak berani mengambil risiko, mereka menunggu Zhang Yuan untuk memberikan perintah. Zhang Yuan mendengus remeh, ”lakukan penyerangan! Perintahkan komandan Liu Bai melindungi para sandera dari jauh, sedangkan ketiga komandan lainnya jalankan perintah sesuai rencana!” Suara keributan dari dalam hutan terdengar. Dentingan pedang berirama tak beraturan memberikan berita secara tak langsung bahwa pertempuran sedang terjadi di dalam sana. Semakin lama keributan yang berasal dari dalam hutan terdengar begitu jelas, hingga bayangan prajurit seratus muncul di depan mata. Dengan langkah berhati-hati mereka b

  • Sang Panglima Perang   Pesan Penting

    Seminggu berlalu pekerjaan penggalian pun di luar dugaan, kedua pasukan yang ditugaskan menggali di dua titik berbeda telah bertemu. Perintah untuk memblokir jalur sungai yang mengalir ke desa wilayah musuh dilaksanakan. Dengan menggunakan batu-batu besar sebagai landasan dilapisi batu-batu kecil dan tumpukan tanah, akhirnya pekerjaan ini selesai. Kabar dari He Qianfan memberitahukan bahwa terjadi masalah besar di istana. Permaisuri Xun Yan dikabarkan sedang mengandung keturunan kaisar. Hal ini menyebabkan hukuman eksekusi untuk sementara ditiadakan sampai permaisuri melahirkan. Namun di malam beberapa hari berikutnya permaisuri menghilang dari istana. He Qianfan juga memberitahukan kalau kaisar menitipkan pesan pada Zhang Yuan apa pun yang terjadi jangan biarkan Ma Jun atau permaisuri keluar dari wilayah kerajaan. Disodorkannya lembaran kertas yang baru saja selesai Zhang Yuan baca ke depan Liu Bai. Sementara Liu Bai, Peng Boqin dan Chao Jiming mel

  • Sang Panglima Perang   Penggalian Jalur Sungai

    Mendengar pertanyaan Zhang Yuan, wajah jenderal menjadi canggung. Dia memberikan penjelasan kalau rakyat hanya ingin membantu meringankan dan melayani prajurit agar mereka bisa beristirahat dan pulih secepatnya. “Dengan kondisi rakyat yang sudah seperti ini, bagaimana bisa jenderal membebankan mereka untuk melayani kita?!” Zhang Yuan kesal. Disampaikannya masukan agar semua prajurit yang tidak terluka mengambil bagian dalam pekerjaan rakyat. “Tapi panglima Zhang, jika harus memerintahkan prajurit melakukan tugas rakyat, mereka bisa kewalahan jika sewaktu-waktu musuh datang menyerang. Lagipula aku yang memimpin peperangan ini, panglima Zhang hanya datang untuk membantu saja. Semua keputusan ada di tanganku!” bantah jenderal memasang wajah tak suka. “Seperti apa hasil dari kepemimpinanmu dalam perang ini, kau tentu lebih tahu!” Ditatapnya jenderal dengan wajah dingin lalu melanjutkan perkataan, “jika jenderal bisa lebih baik dalam memimpin

  • Sang Panglima Perang   Sungai

    Setelah berjam-jam menunggangi kuda mengikuti tepi jalur sungai, Zhang Yuan menghentikan perjalanannya. Beristirahat di depan perapian sambil memegang batang kayu yang ujungnya tertancap seekor ikan. Aroma lezat dari ikan segar yang telah matang tak menyia-nyiakan waktu selama satu jam menangkap ikan di sungai. Suara ringkikan kuda dari kejauhan melengkungkan sudut mulut Zhang Yuan. Wajah Liu Bai terlihat begitu kesal ketika dia turun dari kuda. “Kak Zhang, kau ke mana lagi? Aku mencarimu sejauh ini dan kau ternyata sedang menikmati makanan enak di sini?” “Bukankah aku bilang akan menunggumu di tepi sungai?” jawab Zhang Yuan santai, melihat ke depan sungai lalu menoleh ke arah Liu Bai lagi. “Kemarilah dan cicipi ikan buatanku,” lanjut Zhang Yuan mendekatkan ikan yang telah masak ke hidungnya. Liu Bai tersenyum penuh semangat duduk di sisi Zhang Yuan lalu mengambil sedikit daging ikan. “Kak Zhang ternyata sangat hebat dalam ha

DMCA.com Protection Status