Beranda / Semua / Sang Panglima Perang / Gerakan Misterius Kaisar

Share

Gerakan Misterius Kaisar

Penulis: Cristi Rottie
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

    Zhang Yuan berdecak kagum, “kesetiaan Tuan Yongsheng memang tiada duanya.”

    “Itu karena dia tahu arak yang diminumnya tidak beracun,” balas Chao Yun menyepelekan kekaguman Zhang Yuan terhadap Yongsheng. Namun begitu mendengar perkataan Zhang Yuan, dia malah terbungkam tak berkutik.

    Zhang Yuan yang merasa bersalah mendekati Yongsheng dan berjongkok di hadapannya. Dia masih bingung harus memulai dari mana untuk menjelaskan.

    “Apa kau juga sengaja mengujiku, panglima Zhang? Kenapa tak kau biarkan aku mengalami hal yang sama dengan mereka?”

    Pertanyaan ini semakin membuat Zhang Yuan canggung sebab dia sama sekali tidak memberitahukan pada Yongsheng kalau arak yang diminumnya tidak beracun, “maaf tutor agung, hal ini mendesak jadi tak sempat memberitahukannya padamu. Lagipula, kesetiaanmu terhadap kerajaan dan kaisar sudah terli

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Sang Panglima Perang   Orang Kepercayaan Kaisar

    “Oh, Tuan Xu Xiao? Kau juga ingin menghadiri perjamuan? Sayang sekali perjamuannya telah selesai, kau melewatkan pertunjukan besar.” “Berhenti omong kosong! Pengawal! Tangkap dia!” pinta Xu Xiao dengan suara lantang. Alasan dia melakukan hal ini karena seorang pengawal memberitahukan pasukan Zhang Yuan dan Chao Yun menangkap semua menteri dan pejabat yang hadir serta seluruh prajurit yang ada saat itu. Jadi saat melihat Zhang Yuan keluar dari istana kaisar, dia berpikir telah terjadi sesuatu hal yang besar di istana. “Tunggu!” sela Zhang Yuan dengan nada tegas dan wajah datar hingga membuat pengawal Xu Xiao menghentikan pergerakan mereka. Zhang Yuan mengeluarkan token pemberian kaisar dari saku lengannya dan sengaja hanya memperlihatkan sekilas pada Xu Xiao saja. Melihat hal itu, Xu Xiao terpaku sejenak lalu memerintahkan semu

  • Sang Panglima Perang   Hari Penghakiman Dong Shuo

    Keesokan harinya Qin Huang menitahkan semua menteri dan pejabat yang dipenjarakan untuk ikut menghadiri rapat keputusan atas kejadian besar yang terjadi di perjamuan, termasuk Dong Shuo juga. Satu persatu menteri dan pejabat istana yang menandatangani dokumen penggulingan kaisar memasuki aula istana dan berbaris sesuai dengan pangkat dan jabatan. Kaisar Qin Huang juga telah duduk disinggasana dan menunggu tokoh utama penyebab kekacauan besar dalam kerajaannya. “Hadirkan pemberontak Dong Shuo!” ucap Qin Huang dengan suara lantang dan tegas. Di luar pintu aula istana, Dong Shuo yang berdiri di samping Zhang Yuan dengan tangan yang terbelenggu menyunggingkan senyuman kecil ke arah Zhang Yuan. “Pemberontak Dong, silakan!” Zhang Yuan membalas sunggingan senyum Dong Shuo lalu menarik lengannya untuk masuk ke dalam aula istana.&nbs

  • Sang Panglima Perang   Serangan Dari Kerajaan Wei

    Semua orang terkejut mendengar laporan dari sang prajurit. Bahkan menyangkal tak masuk akal karena jika memang ada penyerangan, tak mungkin musuh bisa sampai ke ibukota tanpa adanya peringatan dari pengawal yang bertugas di beberapa pos wilayah. Terlebih tidak ada kabar juga dari para jenderal di benteng perbatasan. Namun begitu mendengar pasukan dari mana yang datang menyerang, mereka terbungkam. “Pasukan Wei katamu?!” Qin Huang semakin melotot kaku. Tubuhnya yang secara tiba-tiba berdiri karena terkejut kini perlahan melemas dan terduduk lagi di singgasana. Alasan kematian dari seorang prajurit pengirim pesan rahasia ternyata karena ingin menyampaikan berita penting ini. Zhang Yuan juga terbungkam menahan kegeraman, tapi sebenarnya dia sedang memikirkan sesuatu. Sekarang dia baru mengerti alasan Dong Shuo sengaja memancingnya dengan pergerakan di dalam kerajaan, ternyata hanya untuk pengalih saja ag

  • Sang Panglima Perang   Benteng Gerbang Ibukota

    Di sisa waktu yang sangat sempit, ketiga pasang mata terfokus pada alat peraga pasir di atas meja yang menunjukan situasi arena perang saat ini. Sekitar lima puluh ribu prajurit kerajaan Wei berbaris tak jauh dari pintu gerbang. Sedangkan prajurit Song yang dulunya ada sekitar seratus ribu kini tersisa empat puluh ribu, karena sebagian telah dipenjarakan. Prajurit yang tersisa juga terbagi dalam pasukan pemanah, kavaleri, dan infanteri. Jika dilihat dari jumlah, jelas sekali kalau mereka kalah banyak. Namun bagi Zhang Yuan belum tentu yang sedikit akan kalah dari yang banyak. Dia punya cara tersendiri untuk membalikkan keadaan. “Liu Bai, pertahankan gerbang kota. Aku dan jenderal Chao Yun akan maju ke medan perang!” “Tuan, apa harus aku? Bukankah masih ada beberapa komandan pasukan?” Liu Bai menolak secara halus. Tujuannya hanya satu, yaitu tak ingin membiarkan Zhang Yuan maju ke medan per

  • Sang Panglima Perang   Pasukan Wei Hongli

    Tak jauh di depan sana, pasukan kerajaan Wei sudah menunggu kedatangan mereka. Begitu hampir dekat dengan barisan pasukan musuh, Zhang Yuan dan Chao Yun menghentikan pergerakan mereka. Memberikan jarak tengah untuk kedua belah pihak. Tak lama setelah mereka berdiam diri di posisi, salah satu prajurit Wei datang dengan menunggangi kuda. Laju larinya kuda menghantarkan debu beterbangan di udara. Sosok seorang prajurit perlahan mulai terihat lebih jelas hingga akhirnya membuka lebar mata Zhang Yuan. “Li Qianqi?!” Rahang Zhang Yuang mengeras, menahan kesalnya atas tindakan Li Qianqi. Sekarang semuanya telah dipahami, wajar saja tidak ada laporan dari benteng Utara, ternyata Li Qianqi telah bersekutu dengan pangeran Wei Hongli untuk memulai penyerangan. Semua rencana Dong Shuo memang telah sempurna, dan jika saja Zhang Yuan tidak mengambil risiko besar terhadap se

  • Sang Panglima Perang   Tembakan Penanda Di langit

    Zhang Yuan dan Chao Yun saling memandang. Di situasi seperti ini pasti ada hal penting yang membuat kaisar memanggilnya. Melihat pasukan Wei belum memulai peperangan, Zhang Yuan memutuskan untuk pergi menemui kaisar. Namun niatnya itu justru terhalang begitu melihat kembang api di langit yang sering dipakai sebagai penanda akan sesuatu hal. Bersamaan dengan itu, pasukan Wei yang tadinya tidak ada tanda pergerakan untuk menyerang, kini mulai memukul kembali lagi genderang perang mereka. Sorakan keras keluar dari semua mulut para prajurit. Garda depan pasukan kavaleri yang dipimpin oleh Li Qianqi bersiap melakukan penyerangan. “Sudah saatnya ... pergilah, jenderal Li Qianqi!” pinta Wei Hongli menatap lurus ke depan. Kembang api di langit yang terlihat merupakan penanda dari Dong Shuo kalau mereka sudah boleh menyerang dan masuk ke istana. Li Qianqi mengangkat pedang mengudara d

  • Sang Panglima Perang   Berperang!

    Zhang Yuan mendekat cepat dengan menunggangi kuda lalu melayangkan pedang tepat ke arah Li Qianqi. Namun serangan itu belum bisa melukai seorang jenderal seperti Li Qianqi, sebab dia tahu seperti apa cara bertarung dengan tangan kosong. Sementara mereka berdua sedang bertarung, bunyi suara ledakan terdengar dari arah gerbang ibukota. Hal ini membuat Zhang Yuan kehilangan konsentrasinya sebab datangnya ledakan itu berasal dari alat perang pasukan Wei yang melemparkan bola api dengan mengandalkan rancangan kayu pelempar yang besar. Dalam satu kali ledakan merusak dan menggoncangkan bangunan benteng gerbang. Kesempatan ini digunakan oleh Li Qianqi saat Zhang Yuan teralih ke hal lain. Dia menendang Zhang Yuan hingga terjatuh dari kuda ke atas tanah. Zhang Yuan sendiri terkejut dengan serangan itu dan hendak menghindar, tapi sayang tendangan Li Qianqi telah melemparkannya dari atas kuda. Dia

  • Sang Panglima Perang   Keputusan Yang Menjebak

    Formasi pertahanan dan penyerangan dari pasukan yang dilatih Zhang Yuan, ditambah dengan serangan anak panah dari atas benteng membuat pasukan Wei kalah telak hingga sisa dari mereka memilih untuk mundur kembali. Rencana kedua berhasil, semua yang berada di depan pintu gerbang masuk kembali ke dalam ibukota. Sedangkan di sisi Wei Hongli yang melihat sisa pasukannya kembali, semakin geram karena taktik licik Zhang Yuan. “Baik! Kau ingin bermain licik denganku, yah?!” Senyum samping bercampur kegeraman yang tertahan terlihat jelas di wajah Wei Hongli, “akan aku tunjukan seperti apa cara licik yang sempurna!” Tak ingin membuang waktu lagi akan kemenangan yang menurutnya sudah pasti didapatkan, Wei Hongli memerintahkan seluruh pasukan untuk maju ke gerbang benteng ibukota. Ribuan prajurit kerajaan Wei bergerak mendekati bangunan kokoh yang berada semakin tak jauh dari

Bab terbaru

  • Sang Panglima Perang   Ma Jun Dan Permaisuri Berhasil Lolos

    Semua orang terperangah melihat kaisar Qin Huang yang seharusnya tak boleh ada di situasi berisiko seperti ini. Perintah untuk menangkap permaisuri Xun Yan dan Ma Jun segera dilakukan oleh prajurit yang dipimpin He Qianfan. Namun sayang tindakan itu berakhir gagal sebab kerumunan rakyat yang berlari dari arah berlawanan, menghalangi pasukan He Qianfan yang berusaha mengejar Ma Jun dan Xun Yan. Sementara itu Zhang Yuan justru terdiam melihat pemandangan di depan mata. Ma Jun dan Xun Yan berlari begitu cepat, hingga berhasil bergabung dengan pasukan musuh. Sedangkan Qin Huang terlarut dalam kegeraman, dia memerintahkan jenderal memimpin pasukan dan menangkap kembali kedua tahanan kerajaan yang meloloskan diri dengan cara apa pun. “Panglima Zhang, kau berani meloloskan tahanan kerajaan!? Apa perintahku sama sekali tidak kau anggap!?” Qin Huang menatap geram ke arah Zhang Yuan. Zhang Yuan menundukkan wajah dan mengakui kesalahan. Namun emo

  • Sang Panglima Perang   Dua Nyawa Untuk Keselamatan Banyak Nyawa

    Pesan yang tertulis di atas kertas membangkitkan kegeraman. Ekspresi Zhang Yuan berubah, kertas dicengkeram kuat hingga tangannya bergetar. “Ada apa panglima Zhang?” tanya jenderal ikut merasa penasaran melihat ekspresi Zhang Yuan. “Mereka meminta kita untuk menyerah. Jika tidak, akan ada kiriman tubuh tak bernyawa lagi setiap dua jam!” “Sialan! Mereka benar-benar tidak manusiawi!” umpat jenderal menahan geram, “apa panglima Zhang punya rencana lain?” Zhang Yuan terdiam sejenak. “Mau mengancamku? Baik!” Zhang Yuan memerintahkan Chen Changyi untuk membawakan pesan ke pihak musuh menggunakan ancaman balik dengan menggunakan nyawa Ma Jun dan permaisuri. Suasana menjadi semakin tegang ketika dua jam berlalu. Kali ini tubuh tak bernyawa seorang wanita muda dan anak kecil yang dikirimkan oleh seekor kuda. Namun Zhang Yuan masih tetap tidak memberi perintah penyerangan hingga menimbulkan perdebatan dengan jenderal.

  • Sang Panglima Perang   Siaga!

    “Jenderal, kau mencariku?” Pertanyaan Zhang Yuan tak dijawab. Dilihatnya ke mana tujuan arah pandangan mata jenderal. Di ruangan lain, tampak Ma Jun tengah diinterogasi dengan paksaan dan siksaan agar pertanyaan dari seorang prajurit dijawab. Jeritan memekik setiap kali satu layangan cambukkan mengoyak tubuh Ma Jun. “Dia sangat gigih!” jenderal menoleh ke samping lalu melanjutkan perkataan, “sejak tadi dia meminta untuk berbicara denganmu, panglima Zhang.” Zhang Yuan mengangguk singkat lalu berjalan meninggalkan jenderal menuju ke ruangan dimana Ma Jun sementara disiksa. Dengan wajah lebam dan tubuh terluka seperti itu, Ma Jun masih begitu gigih. Ekspresi wajahnya berubah saat kedatangan Zhang Yuan disadari. “Tinggalkan kami berdua.” Tak peduli seperti apa ekspresi Ma Jun padanya, Zhang Yuan hanya diam dalam tatapan dingin. Kini di dalam sana hanya tersisa Zhang Yuan dan Ma Jun. Dua pasang mata saling menatap lama

  • Sang Panglima Perang   Mati Lebih Damai

    Terasa nyeri hebat dipunggung akibat benda pipih dan tajam. Nyeri semakin bertambah saat benda yang telah menembus daging ditarik kembali. Zhang Yuan berbalik. Ditatapnya wajah ketakutan dari perempuan yang memegang belati berdarah. “Kak Zhang!” seru Liu Bai dengan suara lantang. Dia berlari cepat dari kejauhan diikuti beberapa prajurit di belakang menuju ke arah Zhang Yuan. “Tangkap dia!” pintah Liu Bai dengan wajah panik memeriksa luka tusukan di punggung Zhang Yuan. Sementara Liu Bai memeriksa punggung Zhang Yuan yang terluka, Zhang Yuan memerintahkan para prajurit untuk melepaskan perempuan yang menusuknya. “Liu Bai, aku tidak apa-apa. Luka ini sama sekali tidak berpengaruh bagiku.” “Tidak bisa! Melukai pejabat penting kaisar hukumannya adalah kematian! Bunuh dia!” bantah Liu Bai memandang serius ke arah prajurit. “Liu Bai! Sudahku bilang jangan mengikutiku!” bisik Zhang Yuan menetapkan sorot mata tajam menata

  • Sang Panglima Perang   Ma Jun Dan Permaisuri Ditangkap

    “Ma Jun….” seorang prajurit muncul dari belakang prajurit lainnya, “kau terlalu menyulitkan panglima Zhang. Berikan dia waktu lebih lama untuk memikirkan tawaranmu.” Sosok yang muncul dan berucap menyela Ma Jun menjadi pusat perhatian semua orang. Jika tidak mengenali suara, Zhang Yuan tentu tak tahu kalau yang berbicara adalah permaisuri Xun Yan. Memakai pakaian lelaki, tatanan rambut lelaki, wajah tanpa riasan telah mengubah penampilan keagungan Xun Yan. “Permaisuri Xun Yan, akhirnya kau muncul juga. Aku memang sengaja menunggumu.” Sudut mulut Zhang Yuan melengkung kecil. “Zhang Yuan, aku sedang mengandung keturunan kaisar. Jika nyawa mereka sama sekali tidak bisa memaksamu, bagaimana dengan keturunan kaisar? Apa kau mau membinasakan keturunan kaisarmu!?” “Baik! Kalau begitu, aku ingin lihat seperti apa cara permaisuri membinasakan keturunan kaisar. Apakah dengan racun? Atau kau ingin menusuk perutmu sendiri dengan pedang?"

  • Sang Panglima Perang   Ancaman Ma Jun

    Lama menunggu pergerakkan di dalam hutan, akhirnya bayangan salah satu prajurit seratus muncul menunggangi kuda dengan membawa informasi keadaan di dalam hutan. Tak menyangka perangkap yang ditujukan untuk menyerang pasukan musuh malah harus dibatalkan sebab Ma Jun menjadikan rakyat yang disanderanya sebagai tameng. Liu Bai dan kedua komandan tidak berani mengambil risiko, mereka menunggu Zhang Yuan untuk memberikan perintah. Zhang Yuan mendengus remeh, ”lakukan penyerangan! Perintahkan komandan Liu Bai melindungi para sandera dari jauh, sedangkan ketiga komandan lainnya jalankan perintah sesuai rencana!” Suara keributan dari dalam hutan terdengar. Dentingan pedang berirama tak beraturan memberikan berita secara tak langsung bahwa pertempuran sedang terjadi di dalam sana. Semakin lama keributan yang berasal dari dalam hutan terdengar begitu jelas, hingga bayangan prajurit seratus muncul di depan mata. Dengan langkah berhati-hati mereka b

  • Sang Panglima Perang   Pesan Penting

    Seminggu berlalu pekerjaan penggalian pun di luar dugaan, kedua pasukan yang ditugaskan menggali di dua titik berbeda telah bertemu. Perintah untuk memblokir jalur sungai yang mengalir ke desa wilayah musuh dilaksanakan. Dengan menggunakan batu-batu besar sebagai landasan dilapisi batu-batu kecil dan tumpukan tanah, akhirnya pekerjaan ini selesai. Kabar dari He Qianfan memberitahukan bahwa terjadi masalah besar di istana. Permaisuri Xun Yan dikabarkan sedang mengandung keturunan kaisar. Hal ini menyebabkan hukuman eksekusi untuk sementara ditiadakan sampai permaisuri melahirkan. Namun di malam beberapa hari berikutnya permaisuri menghilang dari istana. He Qianfan juga memberitahukan kalau kaisar menitipkan pesan pada Zhang Yuan apa pun yang terjadi jangan biarkan Ma Jun atau permaisuri keluar dari wilayah kerajaan. Disodorkannya lembaran kertas yang baru saja selesai Zhang Yuan baca ke depan Liu Bai. Sementara Liu Bai, Peng Boqin dan Chao Jiming mel

  • Sang Panglima Perang   Penggalian Jalur Sungai

    Mendengar pertanyaan Zhang Yuan, wajah jenderal menjadi canggung. Dia memberikan penjelasan kalau rakyat hanya ingin membantu meringankan dan melayani prajurit agar mereka bisa beristirahat dan pulih secepatnya. “Dengan kondisi rakyat yang sudah seperti ini, bagaimana bisa jenderal membebankan mereka untuk melayani kita?!” Zhang Yuan kesal. Disampaikannya masukan agar semua prajurit yang tidak terluka mengambil bagian dalam pekerjaan rakyat. “Tapi panglima Zhang, jika harus memerintahkan prajurit melakukan tugas rakyat, mereka bisa kewalahan jika sewaktu-waktu musuh datang menyerang. Lagipula aku yang memimpin peperangan ini, panglima Zhang hanya datang untuk membantu saja. Semua keputusan ada di tanganku!” bantah jenderal memasang wajah tak suka. “Seperti apa hasil dari kepemimpinanmu dalam perang ini, kau tentu lebih tahu!” Ditatapnya jenderal dengan wajah dingin lalu melanjutkan perkataan, “jika jenderal bisa lebih baik dalam memimpin

  • Sang Panglima Perang   Sungai

    Setelah berjam-jam menunggangi kuda mengikuti tepi jalur sungai, Zhang Yuan menghentikan perjalanannya. Beristirahat di depan perapian sambil memegang batang kayu yang ujungnya tertancap seekor ikan. Aroma lezat dari ikan segar yang telah matang tak menyia-nyiakan waktu selama satu jam menangkap ikan di sungai. Suara ringkikan kuda dari kejauhan melengkungkan sudut mulut Zhang Yuan. Wajah Liu Bai terlihat begitu kesal ketika dia turun dari kuda. “Kak Zhang, kau ke mana lagi? Aku mencarimu sejauh ini dan kau ternyata sedang menikmati makanan enak di sini?” “Bukankah aku bilang akan menunggumu di tepi sungai?” jawab Zhang Yuan santai, melihat ke depan sungai lalu menoleh ke arah Liu Bai lagi. “Kemarilah dan cicipi ikan buatanku,” lanjut Zhang Yuan mendekatkan ikan yang telah masak ke hidungnya. Liu Bai tersenyum penuh semangat duduk di sisi Zhang Yuan lalu mengambil sedikit daging ikan. “Kak Zhang ternyata sangat hebat dalam ha

DMCA.com Protection Status