Share

Diburu

Author: Cristi Rottie
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Mendengar pernyataan itu, Zhang Yuan tertawa kecil. Bukannya dia tak tahu akan terjadi hal seperti ini, tapi memang sengaja membawa dirinya masuk ke dalam jebakan hanya untuk mencari tahu siapa dan bagaimana rencana musuh.

“Sepertinya kau belum mengenaliku, kasim Ma. Racun biasa seperti ini tidak akan bisa membunuhku! Kau simpan saja penawar racunnya untukmu!” ucap Zhang Yuan memundurkan langkah, mengambil aba-aba untuk bersiap menyerang, “siapa pun yang mencoba menyerang, tidak akan aku ampuni!”

Keteguhan Zhang Yuan membuat Ma Jun kesal. Semua prajurit kembali bersiap untuk menyerang dan segera melakukannya saat melihat instruksi dari Ma Jun.

Dalam kondisi tubuh yang telah terpengaruh oleh racun, Zhang Yuan membalas serangan dari prajurit. Menjatuhkan mereka satu persatu meski dirinya juga telah mendapatkan beberapa sayatan di bagian tubuh.

SLING!....

Darah segar memancar. Satu prajurit tergeletak di atas tanah dengan bekas sayatan di leher. Suasana menjadi tegang. Ekspresi
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Sang Panglima Perang   Hutan Misterius

    Teriakan yang terdengar membuat Zhang Yuan harus melanjutkan pelariannya yang entah kapan akan berakhir. Dari belakang, pasukan berkuda meringkik keras hingga membuat pengejaran itu terhenti. Namun para prajurit yang telah tergiur dengan iming-imingan Ma Jun tak berhenti mengejar. Mereka turun dari kuda lalu mengikuti Zhang Yuan masuk ke dalam area hutan yang memiliki pepohon besar sama persis. Langkah Zhang Yuan melambat. Diperhatikan lagi sekelilingnya. Ada kabut aneh terlihat bersamaan dengan bunyi lonceng yang entah berasal dari mana. Aura yang ada di dalam hutan tidak seperti biasa. “Berhentilah melarikan diri, panglima Zhang! Kau tidak akan bisa melawan kami semua, jadi lebih baik jangan sia-siakan tenagamu dan menyerahlah!” Para prajurit yang mengejar telah menghunuskan pedang dan bersiap menyerang. Zhang Yuan berbalik lalu berucap, “kalau begitu tunggu apalagi?” Dieratkannya cengkeraman jemari di gagang pedang. Secara bersamaan para prajurit menyerang Zhang Yua

  • Sang Panglima Perang   Mayat Di Tepi Sungai

    Dua bulan berlalu akhirnya kabar tentang Zhang Yuan diterima Qin Huang melalui prajurit rahasia yang diutus untuk mencari keberadaan. Bersamaan dengan hal itu rumor tentang lelaki yang ditemukan membusuk di tepi perairan meresahkan warga di desa yang tak jauh wilayah benteng perbatasan Utara. Qin Huang secara diam-diam keluar dari istananya dengan membawa prajurit seratus untuk mengawal keamanannya. Bahkan dia secara khusus mengundang Yinping untuk menemani perjalanan itu dengan beralasan hanya sekedar jalan-jalan. “Apa yang kau rencanakan, Qin Huang? Sangat aneh kau mengajakku keluar secara rahasia, bahkan membawa prajurit seratus untuk mengawal,” tanya Yinping menatap datar. “Kau akan mengetahuinya sebentar lagi.” “Cih! Kau berharap rumor yang tersebar itu adalah benar. Kau pikir Zhang Yuan bisa semudah itu meninggal?” ketus Yinping tersenyum remeh. “Aku juga berpikir sama, tapi yang namanya kematian tidak akan bisa dihindari. Memangnya kau berpikir panglima Zhang me

  • Sang Panglima Perang   Siuman Setelah lima Bulan

    Di daerah hutan terlarang, terlihat seorang lelaki muda tergesa-gesa menemui lelaki tua yang duduk bersemedi di atas sebuah batu besar. Merasa terganggu dengan kedatangan lelaki muda sang lelaki tua menghela napas panjang sembari kedua tangannya bergerak naik turun di depan dada ke bagian depan perut. Begitu mendengarkan perkataan lelaki muda ekspresi kesal berubah, petua itu segera melompat dan terbang dengan cepat. Di sisi lain, tubuh seorang lelaki yang terlentang di atas tempat tidur perlahan menggerakkan jemari tangannya. Kegelapan berganti menjadi terang begitu kedua mata dibuka. “Jangan bangun dulu!” Suara seseorang menghentikan tindakan yang hendak dilakukan. Saat ini Zhang Yuan dalam kondisi lemah dengan suasana dan situasi yang sepertinya terulang kembali. “Sepertinya kau memang berjodoh di tempat ini. Tak menyangka racun mematikan tidak membunuhmu!” Mendengar perkataan itu, Zhang Yuan yang masih kebingu

  • Sang Panglima Perang   Cahaya Biru Di Kegelapan Malam

    “A’hu! Hentikan!” Hewan berbulu putih yang tadinya melompat untuk menerkam Zhang Yuan segera mendaratkan kakinya. Mata Zhang Yuan masih terpaku melihat hewan bertubuh besar yang hampir sama dengan tinggi badannya berada tepat di depan. Bahkan masih terdengar erangan kesal tertahan menampakkan taring tajam yang terpaksa harus ditahan. “A-anak baik, patuhi tuanmu, yah,” ucap Zhang Yuan mengangkat pelan tangannya dan meraih kepala hewan berbulu. Namun sebelum tangannya menyentuh kepala, hewan itu segera berpaling lalu berjalan ke arah Ji Kun. “Tidak apa-apa, dia adalah tamu kita. Kau tidak keberatan, ‘kan, jika membagi makan siangmu dengannya?” !!! “Ugh! Ueek!” Perut Zhang Yuan terasa mual mendengarkan perkataan Ji Kun. Tak menyangka daging selezat itu adalah makanan bagi hewan peliharaan. “Jadi daging yang kumakan tadi….” Pertanyaan Zhang Yuan mendapatkan respon anggukkan kepala dari Ji Kun. Mengingat cerita Ji Kun tenta

  • Sang Panglima Perang   7 Tahun Kemudian

    Napas Zhang Yuan tersenggal-senggal, hutan gelap yang dia lewati secepat mungkin berhasil membawa dirinya keluar dari dalam sana. Selama menyiapkan makanan untuk peliharaan Ji Kun, pikiran Zhang Yuan melayang-layang memikirkan segala macam kemungkinan tentang apa yang baru saja dia lihat. *** “Jadi, kau sudah berhasil mendapatkan makanan untuk A’hu?” Zhang Yuan mengangguk diam. “Kakek Ji Kun, terima kasih untuk semua kebaikanmu selama ini. Sekarang sudah waktunya aku harus kembali—” “Kenapa begitu terburu-buru?” sela Ji Kun melemparkan pertanyaan. Tatapan matanya begitu dalam seolah sedang mengintimidasi seorang tersangka. “Sudah terlalu lama aku berada di sini, kerajaan Song membutuhkanku.” Ji Kun tersenyum menggelengkan kepala, “seseorang yang telah mati tidak akan mungkin dibutuhkan lagi.” “Apa maksudmu, Kakek Ji Kun?” Jawaban yang didengarkan Zhang Yuan membangkitkan kekesalan. Tangannya mencari di lipatan-lipatan pakaian. Ternyata memang benar rumbai pedang telah

  • Sang Panglima Perang   Dua Lelaki Misterius

    “Kau! Semua pria di desa kami telah dibawa para prajurit bajingan itu. Lalu kenapa kau tak ikut ditangkap juga?” Sambil mengomentari sikap para prajurit seorang perempuan meletakkan secangkir teh ke atas meja. “Maaf, aku baru saja sampai. Memangnya apa yang terjadi? Siapa yang memberikan mereka keberanian untuk merekrut paksa?” tanya Zhang Yuan bertingkah tak tau apa-apa. Beberapa wanita mulai berkumpul dan saling menyambung cerita, mengomentari kaisar yang tak punya hati, memaksa semua lelaki baik anak kecil dan orang tua untuk ikut bergabung dalam pasukan militer. “Tidak mungkin! Berhati-hatilah dalam berucap, nyonya. Memfitnah kaisar hukumannya berat!” bantah Zhang Yuan sontak meletakkan cangkir teh ke atas meja secara kasar. “Aku tidak peduli! Justru akan lebih baik jika perkataanku ini sampai ke telinga kaisar jahat itu.” Beberapa wanita mulai mendukung perkataan yang dilontarkan. Mereka bahkan mengeluh selama tujuh tahun ini, ke

  • Sang Panglima Perang   Aku Bukan Panglima Zhang!

    Sontak Chao Jiming memandang bingung lalu tertawa kecil, “panglima Zhang jangan bercanda—” “Tuan pendekar, aku tidak berbohong. Aku benar-benar bukan panglima Zhang yang kau maksudkan,” sela Zhang Yuan menggelengkan kepala bersamaan dengan kedua telapak tangan yang melambai di depan dada. Chao Jiming terdiam. Dia masih tak percaya hingga mendekatkan wajahnya dan memperhatikan Zhang Yuan dari atas sampai ke bawah kaki. Bahkan berputar mengelilingi Zhang Yuan, meyakinkan kalau penglihatannya itu tidak salah. Di waktu yang sama, Chen Changyi yang baru saja sampai di dalam gua terdiam melihat ke arah Zhang Yuan. Ekspresi campuran antara senang dan terkejut membawa langkah kaki mendekat hingga berhenti tepat di depan Zhang Yuan. “Aku pikir mataku yang bermasalah. Ternyata ini benar-benar kau, panglima Zhang.” Segera Chen Changyi menekuk lututnya di depan Zhang Yuan, tapi segera dihentikan. “Sudah aku katakan kalian salah orang

  • Sang Panglima Perang   Bergabung Bersama Rekturan

    “Berikan dia padaku!” ujar pemimpin pasukan setelah mendengar informasi yang dibisikkan salah seorang prajurit. Tak tahu apa yang dibisikkan, tapi melalui informasi itu akhirnya Zhang Yuan mendapatkan pengawasan ketat dari pemimpin pasukan. Dia ditarik paksa mengikuti langkah kuda yang ditunggangi pemimpin pasukan. Sepanjang perjalanan semua orang yang direkrut tidak diberi air minum meski sudah mengeluh kehausan dan tak sanggup untuk melanjutkan perjalanan. Namun bukannya memberikan air, para prajurit justru hanya mempertontonkan semua kantung penyimpan air diminum habis oleh mereka dan melemparkan setelah kosong ke hadapan rekrutan. Di bawah teriknya matahari mereka saling berebut kantung air yang telah kosong, menumpahkan ke dalam mulut meski hanya tersisa beberapa tetes air. Pemandangan ini menjadi bahan hiburan bagi seluruh prajurit. Perjalanan dilanjutkan kembali. Sanggup atau tak sanggup, seluruh rekrutan dipaksa dengan cambukkan jika ada yang berhent

Latest chapter

  • Sang Panglima Perang   Ma Jun Dan Permaisuri Berhasil Lolos

    Semua orang terperangah melihat kaisar Qin Huang yang seharusnya tak boleh ada di situasi berisiko seperti ini. Perintah untuk menangkap permaisuri Xun Yan dan Ma Jun segera dilakukan oleh prajurit yang dipimpin He Qianfan. Namun sayang tindakan itu berakhir gagal sebab kerumunan rakyat yang berlari dari arah berlawanan, menghalangi pasukan He Qianfan yang berusaha mengejar Ma Jun dan Xun Yan. Sementara itu Zhang Yuan justru terdiam melihat pemandangan di depan mata. Ma Jun dan Xun Yan berlari begitu cepat, hingga berhasil bergabung dengan pasukan musuh. Sedangkan Qin Huang terlarut dalam kegeraman, dia memerintahkan jenderal memimpin pasukan dan menangkap kembali kedua tahanan kerajaan yang meloloskan diri dengan cara apa pun. “Panglima Zhang, kau berani meloloskan tahanan kerajaan!? Apa perintahku sama sekali tidak kau anggap!?” Qin Huang menatap geram ke arah Zhang Yuan. Zhang Yuan menundukkan wajah dan mengakui kesalahan. Namun emo

  • Sang Panglima Perang   Dua Nyawa Untuk Keselamatan Banyak Nyawa

    Pesan yang tertulis di atas kertas membangkitkan kegeraman. Ekspresi Zhang Yuan berubah, kertas dicengkeram kuat hingga tangannya bergetar. “Ada apa panglima Zhang?” tanya jenderal ikut merasa penasaran melihat ekspresi Zhang Yuan. “Mereka meminta kita untuk menyerah. Jika tidak, akan ada kiriman tubuh tak bernyawa lagi setiap dua jam!” “Sialan! Mereka benar-benar tidak manusiawi!” umpat jenderal menahan geram, “apa panglima Zhang punya rencana lain?” Zhang Yuan terdiam sejenak. “Mau mengancamku? Baik!” Zhang Yuan memerintahkan Chen Changyi untuk membawakan pesan ke pihak musuh menggunakan ancaman balik dengan menggunakan nyawa Ma Jun dan permaisuri. Suasana menjadi semakin tegang ketika dua jam berlalu. Kali ini tubuh tak bernyawa seorang wanita muda dan anak kecil yang dikirimkan oleh seekor kuda. Namun Zhang Yuan masih tetap tidak memberi perintah penyerangan hingga menimbulkan perdebatan dengan jenderal.

  • Sang Panglima Perang   Siaga!

    “Jenderal, kau mencariku?” Pertanyaan Zhang Yuan tak dijawab. Dilihatnya ke mana tujuan arah pandangan mata jenderal. Di ruangan lain, tampak Ma Jun tengah diinterogasi dengan paksaan dan siksaan agar pertanyaan dari seorang prajurit dijawab. Jeritan memekik setiap kali satu layangan cambukkan mengoyak tubuh Ma Jun. “Dia sangat gigih!” jenderal menoleh ke samping lalu melanjutkan perkataan, “sejak tadi dia meminta untuk berbicara denganmu, panglima Zhang.” Zhang Yuan mengangguk singkat lalu berjalan meninggalkan jenderal menuju ke ruangan dimana Ma Jun sementara disiksa. Dengan wajah lebam dan tubuh terluka seperti itu, Ma Jun masih begitu gigih. Ekspresi wajahnya berubah saat kedatangan Zhang Yuan disadari. “Tinggalkan kami berdua.” Tak peduli seperti apa ekspresi Ma Jun padanya, Zhang Yuan hanya diam dalam tatapan dingin. Kini di dalam sana hanya tersisa Zhang Yuan dan Ma Jun. Dua pasang mata saling menatap lama

  • Sang Panglima Perang   Mati Lebih Damai

    Terasa nyeri hebat dipunggung akibat benda pipih dan tajam. Nyeri semakin bertambah saat benda yang telah menembus daging ditarik kembali. Zhang Yuan berbalik. Ditatapnya wajah ketakutan dari perempuan yang memegang belati berdarah. “Kak Zhang!” seru Liu Bai dengan suara lantang. Dia berlari cepat dari kejauhan diikuti beberapa prajurit di belakang menuju ke arah Zhang Yuan. “Tangkap dia!” pintah Liu Bai dengan wajah panik memeriksa luka tusukan di punggung Zhang Yuan. Sementara Liu Bai memeriksa punggung Zhang Yuan yang terluka, Zhang Yuan memerintahkan para prajurit untuk melepaskan perempuan yang menusuknya. “Liu Bai, aku tidak apa-apa. Luka ini sama sekali tidak berpengaruh bagiku.” “Tidak bisa! Melukai pejabat penting kaisar hukumannya adalah kematian! Bunuh dia!” bantah Liu Bai memandang serius ke arah prajurit. “Liu Bai! Sudahku bilang jangan mengikutiku!” bisik Zhang Yuan menetapkan sorot mata tajam menata

  • Sang Panglima Perang   Ma Jun Dan Permaisuri Ditangkap

    “Ma Jun….” seorang prajurit muncul dari belakang prajurit lainnya, “kau terlalu menyulitkan panglima Zhang. Berikan dia waktu lebih lama untuk memikirkan tawaranmu.” Sosok yang muncul dan berucap menyela Ma Jun menjadi pusat perhatian semua orang. Jika tidak mengenali suara, Zhang Yuan tentu tak tahu kalau yang berbicara adalah permaisuri Xun Yan. Memakai pakaian lelaki, tatanan rambut lelaki, wajah tanpa riasan telah mengubah penampilan keagungan Xun Yan. “Permaisuri Xun Yan, akhirnya kau muncul juga. Aku memang sengaja menunggumu.” Sudut mulut Zhang Yuan melengkung kecil. “Zhang Yuan, aku sedang mengandung keturunan kaisar. Jika nyawa mereka sama sekali tidak bisa memaksamu, bagaimana dengan keturunan kaisar? Apa kau mau membinasakan keturunan kaisarmu!?” “Baik! Kalau begitu, aku ingin lihat seperti apa cara permaisuri membinasakan keturunan kaisar. Apakah dengan racun? Atau kau ingin menusuk perutmu sendiri dengan pedang?"

  • Sang Panglima Perang   Ancaman Ma Jun

    Lama menunggu pergerakkan di dalam hutan, akhirnya bayangan salah satu prajurit seratus muncul menunggangi kuda dengan membawa informasi keadaan di dalam hutan. Tak menyangka perangkap yang ditujukan untuk menyerang pasukan musuh malah harus dibatalkan sebab Ma Jun menjadikan rakyat yang disanderanya sebagai tameng. Liu Bai dan kedua komandan tidak berani mengambil risiko, mereka menunggu Zhang Yuan untuk memberikan perintah. Zhang Yuan mendengus remeh, ”lakukan penyerangan! Perintahkan komandan Liu Bai melindungi para sandera dari jauh, sedangkan ketiga komandan lainnya jalankan perintah sesuai rencana!” Suara keributan dari dalam hutan terdengar. Dentingan pedang berirama tak beraturan memberikan berita secara tak langsung bahwa pertempuran sedang terjadi di dalam sana. Semakin lama keributan yang berasal dari dalam hutan terdengar begitu jelas, hingga bayangan prajurit seratus muncul di depan mata. Dengan langkah berhati-hati mereka b

  • Sang Panglima Perang   Pesan Penting

    Seminggu berlalu pekerjaan penggalian pun di luar dugaan, kedua pasukan yang ditugaskan menggali di dua titik berbeda telah bertemu. Perintah untuk memblokir jalur sungai yang mengalir ke desa wilayah musuh dilaksanakan. Dengan menggunakan batu-batu besar sebagai landasan dilapisi batu-batu kecil dan tumpukan tanah, akhirnya pekerjaan ini selesai. Kabar dari He Qianfan memberitahukan bahwa terjadi masalah besar di istana. Permaisuri Xun Yan dikabarkan sedang mengandung keturunan kaisar. Hal ini menyebabkan hukuman eksekusi untuk sementara ditiadakan sampai permaisuri melahirkan. Namun di malam beberapa hari berikutnya permaisuri menghilang dari istana. He Qianfan juga memberitahukan kalau kaisar menitipkan pesan pada Zhang Yuan apa pun yang terjadi jangan biarkan Ma Jun atau permaisuri keluar dari wilayah kerajaan. Disodorkannya lembaran kertas yang baru saja selesai Zhang Yuan baca ke depan Liu Bai. Sementara Liu Bai, Peng Boqin dan Chao Jiming mel

  • Sang Panglima Perang   Penggalian Jalur Sungai

    Mendengar pertanyaan Zhang Yuan, wajah jenderal menjadi canggung. Dia memberikan penjelasan kalau rakyat hanya ingin membantu meringankan dan melayani prajurit agar mereka bisa beristirahat dan pulih secepatnya. “Dengan kondisi rakyat yang sudah seperti ini, bagaimana bisa jenderal membebankan mereka untuk melayani kita?!” Zhang Yuan kesal. Disampaikannya masukan agar semua prajurit yang tidak terluka mengambil bagian dalam pekerjaan rakyat. “Tapi panglima Zhang, jika harus memerintahkan prajurit melakukan tugas rakyat, mereka bisa kewalahan jika sewaktu-waktu musuh datang menyerang. Lagipula aku yang memimpin peperangan ini, panglima Zhang hanya datang untuk membantu saja. Semua keputusan ada di tanganku!” bantah jenderal memasang wajah tak suka. “Seperti apa hasil dari kepemimpinanmu dalam perang ini, kau tentu lebih tahu!” Ditatapnya jenderal dengan wajah dingin lalu melanjutkan perkataan, “jika jenderal bisa lebih baik dalam memimpin

  • Sang Panglima Perang   Sungai

    Setelah berjam-jam menunggangi kuda mengikuti tepi jalur sungai, Zhang Yuan menghentikan perjalanannya. Beristirahat di depan perapian sambil memegang batang kayu yang ujungnya tertancap seekor ikan. Aroma lezat dari ikan segar yang telah matang tak menyia-nyiakan waktu selama satu jam menangkap ikan di sungai. Suara ringkikan kuda dari kejauhan melengkungkan sudut mulut Zhang Yuan. Wajah Liu Bai terlihat begitu kesal ketika dia turun dari kuda. “Kak Zhang, kau ke mana lagi? Aku mencarimu sejauh ini dan kau ternyata sedang menikmati makanan enak di sini?” “Bukankah aku bilang akan menunggumu di tepi sungai?” jawab Zhang Yuan santai, melihat ke depan sungai lalu menoleh ke arah Liu Bai lagi. “Kemarilah dan cicipi ikan buatanku,” lanjut Zhang Yuan mendekatkan ikan yang telah masak ke hidungnya. Liu Bai tersenyum penuh semangat duduk di sisi Zhang Yuan lalu mengambil sedikit daging ikan. “Kak Zhang ternyata sangat hebat dalam ha

DMCA.com Protection Status