Namun bukanlah Bara, jika dia bisa di pecundangi dengan jurus seperti itu. Dengan jurus Naga Emas Melolos Tulangnya, kelima serangan awal dari Resmana bisa dielakkannya dengan tanpa kesulitan. Hal mana membuat Resmana makin jengkel dan emosi terhadap Bara. Resmana langsung meningkatkan kecepatan geraknya. Hingga kini hanya nampak kilatan-kilatan cahaya putih, yang mengelilingi dan menyambar-nyambar sosok Bara. Bara pun tak lengah. Dengan menerapkan aji Perisai Besi yang digabungkan dengan jurus Naga Emas Melolos Tulang miliknya, dia pun mengelak dan meliuk-liukkan tubuhnya. Tagh..! Tughk! Terdengar benturan berapa serangan patukkan tangan Resmana yang tak bisa dielakkan Bara, dan akhirnya berbenturan dengan 'perisai baja' di tubuhnya. Bara hanya merasa tubuhnya sedikit tergetar akibat benturan itu. Namun Resmana malah merasa ujung-ujung jarinya yang membentuk patukkan, terasa panas dan berdenyut nyeri. Padahal Bara baru mengerahkan sepertiga dari tenaga dalam yang dimiliknya. D
Byarrshk..! Seketika muncul cahaya keemasan menyilaukan di kedua tangan Bara. Nampak dari ujung jari hingga ke siku tangan Bara diselimuti sisik emas, yang berkeredepan menyilaukan mata. Sebuah bola energi berwarna keemasan pun mulai membungkus kedua tangan Bara. Sementara Resmana secara tiba-tiba melenting tinggi ke udara, dan melakukan putaran yang sangat cepat di atas arena petarungan. Gerakan Resmana semakin lama semakin cepat. Hingga kini hanya terlihat garis lintasan cahaya putih, yang berputar di atas arena pertarungan. Weerrssh..!! Sungguh bagaikan lingkaran cahaya putih menyilaukan, yang semakin lama semakin turun ke bawah, dan melingkar di atas sosok Bara. Bara merasakan tekanan hawa panas membakar di atas tubuhnya. Sungguh jika orang biasa yang berada di bawah tekanan itu, maka pastilah orang itu sudah hangus terbakar saat itu juga. Namun yang dihadapi Resmana sekarang adalah Bara! Sang pewaris tunggal Ilmu Naga Emas, yang tentunya tidaklah asing dengan hawa sepana
Braghk..! "Keparat kau Bara..! Kau membangkang perintahku..! Matilah kau malam ini juga..!!" teriak sang Jendral murka. Spontan dia menggebrak hancur laptop sekaligus mejanya berkeping keping. Hingga jatuh berserakkan di lantai rumahnya. Sang Jendral segera menghubungi pemegang remote 'gelang khusus' Bara dan David. Tuttt ... Tuttt ... Tuttt.! Klik.! "Siap Jendral..!" Sahut orang di sana penuh hormat. "Riko..! Kuperintahkan kau tekan tombol ledak pada gelang khusus Bara dan David, saat mereka masuk ke dalam helikopter mereka..!!" seru tegas sang Jendral, tanda perintahnya tak bisa ditawar lagi. "Tapi Jendral ... helikopter dan orang-orang kita di dalamnya ..... "Lakukan..! Atau kuperintahkan pengawal di sana menembak kepalamu sekarang juga Riko..!!" "Ba-baik Jendral..! Siap laksanakan..!" seru Riko cepat dan agak tergagap panik. Klik.! Sang Jendral pun langsung menutup panggilannya. Akhirnya Riko mempersiapkan remote control ledak pada gelang khusu
"Hhh..! Beberapa bulan lagi aku bebas Paul. Tentu saja aku sedih," sahut Jarot seraya menghela nafasnya. "Ayolah Jarot..! Kau kan bisa tetap ikut taruhan setiap jadwal Sang Kaisar bertarung..!" seru Paul menghibur sobatnya itu. "Itu benar Paul. Tapi aku rindu sama Bara dan juga David. Kapan aku bisa bertemu lagi dengan mereka ya..? Semoga sebelum aku bebas, aku sempat bertemu dengan mereka," ujar Jarot pelan penuh harap. "Benar Jarot, kita semua juga merindukan Sang Kaisar. Lama sekali rasanya tak melihat dia hadir di tengah-tengah kita lagi," timpal Paul. "Kalian benar. Bara adalah penguasa terbaik yang pernah ada di Penjara Kota ini. Kita semua merindukannya," ucap Rojak, yang tiba-tiba muncul di tengah-tengah mereka. "Ayo minumlah..! Aku menyimpannya untuk merayakan kemenangan Sang Kaisar malam ini," ucap Rojak, seraya mengangsurkan 2 botol bir pada kedua rekannya itu. Sementara dia sendiri telah memegang sebotol untuk dirinya. *** David melajukan mobilnya menuju ke rumah B
"Bagus David, tak salah memang kau menjadi pengelola puncak 'Kharisma Group'," ucap Dimas memuji. "Benar sekali..! Karena memang kita akan rugi, jika dana kita hanya mengendap begitu saja. Tanpa berputar dan termanajemen dengan baik," tukas Brian, menyetujui usulan anggaran dari David. "Dan sebaiknya juga kita bangunkan sebuah Panti Asuhan David. Tidak lengkap rasanya, jika kita berbisnis tanpa diimbangi dengan ibadah," usul Bara. "Setuju Mas Bara," ucap Resti senang, mendengar niat baik kekasihnya. "Bagus Bara..! Paman baru mau mengusulkan hal itu, agar semua yang kita hasilkan menjadi berkah buat semuanya," seru Drajat senang sekali, mendengar usulan Bara. "Setujuu..!!" akhirnya semuanya menyetujui usul Bara tersebut. "Ok, akan kita anggarkan juga untuk hal itu," sahut David bersemangat. *** Sementara itu di Medina, Washington. Marsha sedang berada di kamar lux bergaya klasik, yang disediakan oleh keluarga Winston. Marsha baru saja terbangun dari istirahatnya, saat di deng
'Hmm, sulit rasanya menolak pemberiannya ini. Baiklah, kuterima saja dulu pemberian ini. Namun jika Leonard nantinya melanggar komitmen, maka aku harus mengembalikan perhiasan ini', bathin Marsha akhirnya. "Baik ibu, Marsha terima pemberian ini. Marsha akan menyimpannya dengan baik, terimakasih Ibu," Marsha berkata dengan nada serak, sungguh dia terharu dengan kebaikkan dan ketulusan Shelvia. Ya, dia merasa Shelvia seperti sudah menganggapnya sebagai bagian dari keluarga Winston. "Nah begitulah seharusnya wanita di keluarga Winston, Marsha. Kau harus berani bertindak tegas terhadap suamimu sekalipun Marsha. Jika kau merasa teraniaya atas sikap dan prilaku putraku sebagai suami. Bersikap tegaslah Marsha.Namun jika suamimu sudah baik, maka beri dia apresiasi dan pujian. Hal itulah yang menjadikan diri dan martabatmu semakin bernilai di mata suamimu. Sehingga dia akan menghargaimu dengan segenap hatinya," ujar Shelvia, memberitahukan prinsipnya sebagai seorang istri. Marsha begit
"Hal apakah itu Marsha..? Katakan saja padaku." "Mas Bara, saat ini Marsha telah membuat komitmen dengan Leonard. Dia bertekat menikahi Marsha, dengan janji tak akan 'mengganggu' Marsha sebelum waktu pernikahan tiba. Dan dia juga telah memutuskan segala hubungannya dengan Jendral Graito cs, bahkan dia telah mengganti nomor lamanya dengan nomor baru. Dia dengan tulus meminta maaf atas kekhilafannya selama ini, dan ingin menjadi sahabat kita semua Mas Bara," ujar Marsha menjelaskan. "Wahh..! Ini agak membingungkan dan terlalu cepat Marsha. Apakah kau sudah menghubungi Mas Dimas untuk mengabarkan hal ini..?" "Belum Mas Bara. Mas Bara adalah orang pertama yang mengetahui hal ini." "Sebaiknya kau juga hubungi Mas Dimas, Marsha. Dia begitu cemas akan keadaanmu. Hingga dia ingin menyusulmu ke Amerika, untuk mencari tahu keberadaanmu Marsha," Bara menyarankan. "Mas Bara, sesungguhnya aku dan Mas Dimas tak pernah berhubungan sebagai kekasih. Semua itu memang murni niatku dan Mas Dimas
"Senang sekali mendengarnya Graito. Namun sayang sekali Graito, banyak sekali janji dan pertemuan yang masih harus kudatangi. Terimakasih atas keramahan anda menyambut saya. Kapan-kapan mainlah juga ke negaraku Graito," Kuzma tersenyum senang dan puas, mendapati layanan Graito dalam menjamunya sebagai tuan rumah. Sebuah vila mewah dan dua kelinci asia cantik telah menemaninya. Selama kunjungannya menemui Graito sejak kemarin. "Baiklah Kuzma, suatu saat saya pasti akan datang pada anda. Terimakasih atas tawarannya, senang bekerjasama dengan anda." Sepeninggal Kuzma, Graito bergegas menuju ke ruang pribadinya, untuk menemui para bawahannya di sana. "Denta..! Ternyata 'gelang khusus' yang dikenakan oleh Bara dan David itu tak meledak, saat kuperintahkan untuk diledakkan semalam. Bagaimana itu bisa terjadi..?!" seru sang Jendral. Sengaja dia bertanya hal itu pada Denta, walau dia sudah mengetahui apa yang terjadi. "Hahh..! Jendral memerintahkan peledakkan pada mereka..?!" seru Dent
"Bagus Pandu..! Kita tinggal tunggu saja, macam apa serangan mereka nanti. Hahaaa..!" sang Jendral terbahak puas, dengan sistem pertahanan di markasnya. Tentu saja dia mengenal kedahsyatan senapan mesin NSV, karena dia yang membelinya. Dia sekarang malah berharap Bara cs menyerang markasnya secepat mungkin. "Paman Jendral. Jika boleh, Pandu ingin memperdalam kemampuan dan berlatih di kediaman Freedy, hingga waktu kompetisi internasional tiba," ucap Pandu meminta ijin. "Hmm. Silahkan saja Pandu, aku tak keberatan," sahut sang Jendral. Dia memang merasakan butuh orang-orang berkemampuan di pihaknya. Karena setelah kematian Angga, otomatis orang kepercayaannya yang bisa diandalkan hanya Pandu dan Freedy. Namun diam-diam sang Jendral juga hendak menarik seseorang, yang telah menghubunginya beberapa hari yang lalu. Seorang pembelot yang kecewa dengan Tuannya. *** Sementara pagi harinya di markas Bara cs. Rembukkan siasat penyerangan balasan masih belum fix. Hingga rembukkan itu kr
"Mas Bara. Janganlah terus menyalahkan dirimu sendiri. Kita semua melihat, itu adalah kejadian yang memang diluar kuasa kita untuk mencegahnya," ucap Dimas saat dia melihat Bara, yang termenung di teras seorang diri malam itu. "Kita harus membalas semua ini Mas Dimas..! Meluap emosiku dan tak tega rasanya. Setiap aku melihat Gatot, yang masih tak sadarkan diri sampai sekarang. Aku ingin membalas, tapi aku tak mau melibatkan kalian," ucap Bara, dengan mata mencorong penuh amarah. Ya, Gatot memang masih terkapar tak sadarkan diri hingga saat itu. Ibu dan adiknya Rani pun telah datang, dengan dijemput helikopter oleh Bara. Mereka memilih tinggal sementara waktu di markas, untuk merawat Gatot. Bi Tarni juga sangat telaten membantu mereka merawat Gatot. Sementara seorang Dokter juga selalu rutin datang dua hari sekali. Untuk memeriksa kondisi Gatot. Ya, Gatot memang bisa dikatakan dalam kondisi koma. Sementara secara perlahan, proses penyelarasan energi Mustika Taring Singa dalam di
"Mulai ..!" Seth..! Seiring aba-aba yang diserukannya, Hong Chen melesat dengan tangan menyambar ke arah pusaka langit tersebut. Staaghs.! "Akhhs..!" Seth..! Tangan Hong Chen terasa bergetar dan tersetrum tegangan tinggi. Saat gagang cambuk berkilau keemasan itu terbentur oleh tangannya. Tangkapannya kurang tepat, cambuk terus berputar cepat sekali. Dia pun kembali melesat ke tepi cekungan, untuk mengatur tangkapannya kembali. "Hiahh..!" Swaappsh..!! Biksu Kian Long menghentakkan kedua tangannya, ke arah cambuk pusaka yang tengah berputar cepat itu. Seketika arus putaran cambuk pusaka bagai tertahan, oleh sebuah tenaga luar biasa yang tak kasat mata. Putaran cambuk pusaka itu menjadi lebih lambat, dan jelas sekali terlihat gagangnya. Dan saat sang biksu hendak melesat meraihnya, Seth..! Cepat sekali Chen Sang melesat ke arah cambuk yang nampak jelas itu. Melihat hal itu, biksu Kian Long melepaskan kembali energi penahan lesatan cambuk itu. Wrrrrrhhss...! Krrtz..! Krrtzzs
"Benar Guru. Sesuatu yang berharga pastilah banyak yang mengincarnya," sahut Chen Sang pelan. "Chen Sang, kita bermeditasi disini hingga 'pusaka' itu turun. Apapun yang akan terjadi nanti tetaplah bermeditasi, gunakan perisai tenaga dalammu saat badai datang. Hilangkan ambisi mendapatkan 'pusaka' itu, namun tetaplah berharap pada kemurahan-NYA," ujar sang Guru Tiga Aliran memberikan arahan terakhirnya pada Chen Sang. "Baik Guru..!" sahut Chen Sang patuh. "Dan ingat Chen Sang..! Saat badai mulai mereda, kita harus mengakhiri meditasi kita. Lalu berusahalah menggapai 'Pusaka Langit', yang telah melayang di atas pusat cekungan melingkar ini," sang Guru berbisik dengan suara pelan namun tajam. "Chen Sang paham Guru." Sosok guru dan murid itu akhirnya duduk bersila, lalu bermeditasi dengan posisi teratai. Selama 2 jam lebih sudah ke tiga sosok di tepian cekungan, yang berada di lembah pegunungan Kunlun itu bermeditasi. Hingga ... Scraattzz..! Jlegaarhhss..!! Sebuah kilatan besar
"Lapor Jendral..! Misi sudah dilaksanakan. Enam buah roket telah ditembakkan. Dan satu orang di antara mereka sepertinya sudah tewas Jendral..!" "Bara..?!" seru Graito bertanya."Maaf, bukan Jendral..!" sahut pelapor. "Lalu empat helikopter yang lainnya..?!" tanya sang Jendral, seraya menatap tajam sang pelapor. "Empat helikopter kita meledak hancur oleh pukulan Bara, Jendral..!" "Wesh..!" Praaghk..!! Sang pelapor pun langsung tewas di tempat, dengan kepala pecah. Di hantam pukulan bertenaga dalam sang Jendral. Dua orang lain di samping pelapor otomatis melangkah mundur seketika. Sadis..! "Keparat Bara..!! Kau selalu membuatku rugi..!" teriak kalap sang Jendral. "Mana Pandu..?!" seru sang Jendral, pada dua orang lainnya. Sepasang matanya mendelik berkilat kemerahan. "He-he-helikopternya juga jatuh Jendral." sahut seorang di antara mereka. "Dari sisi mana kalian menyerang..?!" "Da-dari arah depan markas Jendral."Braaghk..!! Kini meja teras yang lagi-lagi hancur oleh sepaka
"Bangsat kau Bara..!" Slaph..! Byaarshk..! Pandu melesat keluar dari helikopter yang hilang kendali tersebut. Bara melihat sosok merah keemasan melesat keluar, dari helikopter yang hendak hancur masuk ke lembah itu. 'Pandu..!' gumam bathin Bara. Namun saat dia hendak melesat mengejarnya, "Gatott..!!" samar-samar terdengar teriakkan keras para sahabatnya, menyeru nama Gatot di bawah sana. Bara pun urung mengejar Pandu, dan melesat kembali ke markasnya dengan secepat mungkin. Slaphh..! Taph..! Bara mendarat tepat di sisi para sahabatnya, yang telah berkerumun cemas pada kondisi Gatot. Nampak jelas kini oleh Bara, sosok Gatot yang tengah terkapar tak sadarkan diri. Dada Gatot nampak membiru, dengan darah mengalir dari mulutnya. 'Luka dalam yang teramat parah..!' bathin Bara sesak dan sedih sekali. "B-bara..! A-apa yang harus kita lakukan..?!" seru gugup bergetar Sandi. Dan semua sahabat pun kini menatap Bara, seolah menanti keputusan cepat dari Bara. Karena mereka semua tak a
"Teh manis opo..? Gundulmu kuwi..! Bikin sendiri sana..!" seru bi Tarni sewot. "Ya Bibi, Gatot kan mau pulang nanti Bi. Bikinin ya, teh bikinan Bibi kan yang paling pas di lidah. Hehe," celetuk Gatot terkekeh. "Huhh..! Gombiall..!" sungut bi Tarni, seraya beranjak kembali ke dapur. Bara cs melanjutkan obrolannya, sambil makan gorengan buatan bi Tarni. Sungguh suasana yang menyenangkan di pagi itu. Namun...Wrrngg..! Wrŕenngg..!! Secara tiba-tiba dari ketinggian, turun dengan cepat 5 buah helikopter ke arah markas Bara. Kumpulan helikopter itu terbang dalam keadaan melintang berbaris. Pada ketinggian sekitar 80 meter di atas tanah, dengan sisi-sisi pintu nya telah terbuka menghadap ke depan vila. Nampak RPG-32 telah disiapkan pada posisi siap meluncur. "Tembak..!!" Pandu yang memimpin langsung penyerangan, langaung memberikan perintah tembak. Swassh..! Swaassh ..! ... Swaassh..!! Enam buah roket langsung melesat cepat ke titik target di markas Bara. "Awass..! Semuanya..!! Han
"Resti..!" Seth..! Tiba-tiba saja sosok Revina melesat masuk, dan memalang di antara tubuh Resti yang tertarik maju. Plakh.! ... Plakh..!!Dan Revina langsung menampar keras pipi Evan bolak-balik 3 kali. "Arrkksgh...!! Kurang ajar kau Rrevina..! Kau selalu menghalangiku..!" Evan berteriak keras kesakitan. Pipinya terasa panas berdenyar, dengan kuping berdenging, dan mulutnya terasa asin berdarah. Warna merah lebam segera menghias kedua pipi Evan, yang nampak mulai membengkak. "Kau yang Bajingan Evan..! Rupanya tempo hari aku kurang keras menghajarmu..!" seru Revina dengan mata membelalak marah, seraya menunjuk ke wajah Evan. "Hei.hei..hei..! Rupanya buruanmu galak juga Evan. Aku jadi ingin mencicipi keganasannya di ranjang..! Hahaaa..!" seru tergelak salah seorang dari teman Evan. Dan serentak kedua teman Evan itu berjalan mendekat ke arah Revina. "Resti..! Kau masuklah ke mobil. Biar kuhajar tiga pecundang ini..!" bisik tajam Revina pada Resti. "Hati-hati Vina..!" bisik Re
"Bara memang brengsek..! Dia berkata dia adalah orang bebas..! Cuih..! Jangan harap..!" seru Freedy, mengungkapkan kekesalan hatinya. "Freedy, apakah benar Bara berkata begitu..?!" seru sang Jendral, yang mendengar seruan marah Freedy. "Benar Jendral." "Hmm. Pemuda licik itu benar-benar tahu posisinya saat ini Freedy..!" seru Graito. "Maksud Jendral..?!" seru Freedy kaget. Setelah mendengar sang Jendral seolah membenarkan ucapan Bara yang telah bebas. "Freedy, buka nalarmu..! Saat ini posisi kita dalam pengintaian pihak kepolisian. Dan aku mencurigai ada kerjasama antara pihak Bara cs dengan kepolisian, untuk menyelidiki serta membekuk kita. Karenanya kita tak mungkin mengajukan laporan pencabutan jaminan kita atas dirinya. Karena telah terjadi pergantian pejabat tinggi di kepolisian saat ini. Jika kita nekat melaporkan juga. Maka kemungkinan pihak kepolisian malah akan memeriksa kita, sehubungan dengan penjaminan yang kita lakukan. Benar-benar 'culas' si Bara ini..!" seru sa