"Benar David..! Sekarang saatnya kita mulai bergerak. Yang terpenting adalah mendapatkan kunci gelang khusus kita terlebih dahulu. Setelah itu kita akan coba mencari 'titik-titik' basis kekuatan mereka dan hancurkan..! Saat ini aku sudah yakin si 'Harimau Besi' sendirilah dalang dari semua ini! Seperti yang juga diperkirakan oleh Mas Dimas," ujar Bara, sepasang matanya kini nampak telah kembali seperti biasa. "Mas Bara, sebaiknya Mas istirahat dulu dua tiga hari, untuk memulihkan diri ya," ujar lembut Resti, yang masih khawatir dengan kondisi kekasihnya itu. "Iya Resti. Mas akan tinggal saja di rumah dalam 2-3 hari ini," sahut Bara tersenyum pada Resti. Dia bisa merasakan kecemasan kekasihnya itu. "Benar Bara. Sebaiknya kau memang harus memulihkan dulu energimu. Soal pencarian kunci gelang khususmu itu, biar nanti aku dan Brian yang mengurusnya," ucap Gatot menyatakan kesediaannya. "Baik Gatot. Tapi lebih baik kau bawalah sekalian pemegang kunci gelang khusus itu hidup-hidup.
"Hoekkss..! Hoeks..! Hoekssh..!" Tiga kali Angga muntahkan gumpalan darah hitam sebesar bola pingpong ke atas ranjang. Nampak sprei ranjang terlihat basah dan penuh dengan bercak darah, di sekitar tiga gumpalan darah yang menghitam itu. Tubuh Angga serasa lemas bagai terlolosi tulang belulangnya. Namun di sisi lain, Angga merasakan dadanya menjadi lebih lega daripada sebelumnya. Dan perlahan, wajah Angga berangsur-angsur segar dan memerah kembali.Sang Jendral akhirnya menarik kembali kedua telapak tangannya, dari belakang tubuh Angga. Nampak keringat sebuliran jagung membasahi wajah sang Jendral. Ya, pengerahan hawa murni yang baru dilakukannya, memang sangat menguras energinya. Sang Jendral juga merasa sangat lemas dan seperti kehabisan tenaga."Kalian masuklah..!" seru sang Jendral pada orang-orang diluar kamar. Yang saat itu masih penasaran menunggu, apa yang telah dilakukan sang Jendral pada Angga.Klek! "Ahh! Angga kau sudah sadar..!" seru gembira Leonard langsung terdeng
"Aduhh..! Mas Bara..! Bagaimana ini Mas Dimas..?! Marsha benar-benar ingin ke sana sekarang..!" seru Marsha terdengar panik dan cemas sekali. "Aku malah sudah siap berangkat saat ini, Marsha," ucap Dimas. Benak Marsha pun semakin kalut, dia merasa harus melihat keadaan Bara apa pun yang terjadi. Dia sudah tak peduli lagi, hal yang terjadi nanti di sana. Saat sebuah ide melintas di benaknya. "Ahh..! Mas Dimas. Bisakah Marsha minta tolong pada kebesaran hati Mas..?" tanya Marsha dengan suara pelan. "Pasti aku akan membantumu Marsha. Katakan saja apa itu..?" tanya lembut Dimas. "Begini Mas Dimas. Untuk menghilangkan kecurigaan dan kecemburuan Resti padaku. M-maukah Mas Dimas berpura-pura menjadi kekasih Marsha bila di depan Resti..?" tanya Marsha hati-hati, dia tak ingin menyinggung perasaan Dimas. Ya, Marsha takut Dimas menjadi marah padanya, dan menganggapnya mempermainkan perasaannya. Terlebih dia tahu Dimas mencintainya. "Marsha, itu tak masalah bagiku sama sekali.
"Ada apa sih ramai sekali..?!" seru Resti yang datang belakangan. Dan saat matanya menangkap pasangan Dimas dan Marsha yang tampak mesra. Sepasang mata Resti pun terbelalak kaget. "Ka-kalian ... ! Wah selamat ya Mas Dimas, Mbak Marsha," seru Resti gugup, lalu langsung mengucapkan selamat pada Dimas dan Marsha. Luruh sudah kini rasa curiga dan kecemburuannya terhadap Marsha. Ya, selama ini Resti memang belum bisa menerima, dan mentolerir dengan alasan apapun. Soal kedekatan Marsha dengan Bara kekasihnya. Karena bagi Resti adalah omong kosong! Jika ada seseorang yang mencintai, tapi rela tak memiliki orang yang dicintainya. Itu sangat 'tak masuk akal' bagi Resti. Dan Resti menganggap, hal itu hanya ada dalam dongeng belaka. Dan kini melihat Dimas bisa menjadi kekasih Marsha, maka inilah hal yang masuk akal menurutnya. Padahal andai Resti tahu 'sandiwara' yang sebenarnya terjadi, dia pasti akan kembali menyatakan 'drama' itu tak masuk akal..! Namun faktanya toh nyata terjadi
'Ada apa di balik ini semua..?! Bangsat kau Vivian dan Elsa..!' bathin Samuel memaki murka. Samuel menduga pasti, bahwa upaya pengajuan RUPS Luar Biasa ini bertujuan untuk 'melengserkannya', dari kedudukannya sebagai CEO 'Kharisma Group'. Karenanya dia berniat tak menanggapi pengajuan RUPS Luar Biasa itu. Padahal pengajuan itu sesungguhnya sudah melebihi quorum, untuk segera ditindak lanjuti dengan pemanggilan para pemegang saham. Karena syarat digelarnya RUPS Luar Biasa dengan segera sudah terpenuhi. Dan mengingat agenda yang diusulkan dalam surat pengajuan itu, adalah revisi di tubuh Dewan Direksi sendiri. Hal yang diakibatkan karena 'ketidakbecusan' Samuel sebagai CEO, dalam memimpin dan mengelola 'Kharisma Group'. Samuel pun segera menghubungi seseorang via ponselnya, Tuttt ... Tuttt ... Tuttt.! Kli! "Ya Bos." "Robby! Ada tugas khusus untukmu!" "Siap Bos..! Siapa targetnya kali ini..?" "Vivian janda si Julian..! Aku ingin kau terbangkan nyawanya hari ini juga Robby.
"A-ampun Bang..! Saya cuma orang suruhan Bang...!!" teriak Robby memohon ampun, dengan suara bergetar sangat ketakutan.Sekejap di benak David pun melintas niat balas dendamnya. 'Hmm. Terlalu enak jika orang di balik pembunuh bayaran ini dibiarkan hidup. Aku harus berhitung lunas, dengan orang yang menyuruh cecunguk ini..!' seru bathin David. Diapun mengurangi takaran tenaga dalamnya, lalu ...Klaaggk..! David menghajar pundak sniper bayaran itu, hingga Robby jatuh pingsan. Diperiksanya isi mobil Robby. Dan David langsung melihat sebuah tas. Dia menduga tas itu berisi senjata laras panjang, yang baru saja digunakan Robby. Dimasukkannya tubuh pingsan Robby, ke dalam toyota Rush yang sudah hancur kaca depan dan pintu depannya itu. Lalu David mengendarai mobil itu menuju rumahnya. Beberapa penghuni perumahan yang melihat kejadian itu tak berani mendekat. Mereka hanya melihat saja kejadian itu dari dalam rumah, dengan perasaan ngeri. "Nyonyaa..!! Nyonya Viviann...!! Huhuhuuu...!!"
"Masuklah Bara," ucap David yang melihat kedatangan Bara. Kedatangan Bara bahkan mendahului kedatangan mobil ambulan yang dipesannya. David akan meminta pihak rumah sakit, untuk mengotopsi lebih dulu jenasah sang mamah. Agar pihak medis membenarkan, bahwa kematian mamahnya adalah akibat di tembak seseorang. Sengaja David belum menghubungi pihak kepolisian, karena dia ingin meminta pendapat dari Bara lebih dahulu sebelum bertindak lebih jauh."Tabah ya David, mamah Vivian pasti damai di sana, dia orang baik David," Bara mengucapkan rasa bela sungkawanya seraya merangkul David."Terimakasih Bara. Ada sesuatu yang ingin kubicarakan denganmu Bara," ucap David, seraya merangkul pundak Bara dan membawanya masuk ke dalam rumahnya."Bara. Aku berhasil menangkap penembak jitu yang membunuh Mamahku. Dan sengaja aku menahannya di kamar. Aku ingin minta pendapatmu dulu, soal apa yang sebaiknya kulakukan padanya? Jika aku menyerahkannya pada pihak berwajib. Maka dia pasti hanya di penjara da
"Ahh..! Keparat Samuel..! Pasti penembak itu suruhan Samuel..! Kami baru saja mengajukan diadakannya RUPS Luar Biasa pada Dewan Direksi 'Kharisma Group' hari ini. Dia pasti panik dan marah pada Cici Vivian..!" seru Elsa bergetar penuh kebencian. Ya, Elsa langsung menyebut nama Samuel, sebagai dalang di balik pembunuhan Vivian dengan nada sangat yakin. "Maaf. Bisakah kami membawa korban sekarang untuk diotopsi? Agar pemeriksaan kami semakin akurat," ucap salah satu petugas ambulan, yang datang menghampiri mereka. "Silahkan," sahut David mempersilahkan. "Tante Elsa. Tolonglah menemani jenazah Mamah selama proses otopsi. Karena David hanya meminta otopsi di sekitar area jantung saja, bukan keseluruhan. Untuk mendapatkan visum yang jelas dari ahli forensik, bahwa Mamah memang tewas ditembak," ucap David lirih. Akhirnya mobil ambulan pun kembali menuju rumah sakit, untuk memeriksa jenazah Vivian oleh ahli forensik. Elsa dan Katrin pun mengikuti ambulan tersebut. Untuk mengetahui ha
Taph..! Tak salah memang Bara menjuluki Brian sebagai sahabat tercepat setelah dirinya, dalam hal ilmu meringankan tubuh. Bara pun terselamatkan dan langsung di bawa oleh Brian, ke tempat agak jauh dari arena pertarungan. Para sahabat pun berlesatan cepat menghampiri Brian, untuk melihat kondisi Bara yang masih tak sadarkan diri. Gatot langsung menotok beberapa titik di tubuh Bara. Untuk mempercepat dan memperlancar sirkulasi darah dan energi di tubuh Bara. Akhirnya, para sahabat memutuskan untuk meninggalkan area pertarungan final malam itu. Mereka pun berniat kembali ke kediaman Joseph, yang saat itu masih setia menanti mereka. Tampak wajah Joseph pucat pasi dilanda ketakutan, akibat merasakan kondisi alam yang tadi bagaikan hendak kiamat. Namun rasa cemasnya atas keselamatan Bara cs, membuatnya tetap bertahan menanti di posisinya. Sungguh orang yang tabah dan setia kawan si Joseph ini. Dimas dan Leonard memutuskan ikut ke rumah Joseph, setelah mereka melihat kond
Lengkap sudah tiga elemen langit, es, dan bumi menyatu..! Dalam satu badai gelombang power raksasa di sekitar Bara.Semua orang yang berada di sekitar arena pertarungan itu, mereka langsung bergerak secepat mungkin. Untuk menjauh dari lokasi pertarungan, yang bagaikan sedang dilanda kiamat itu. Bahkan dua helikopter yang tersisa di udara, mereka hanya bisa mengambil gambar itu dari jarak yang sangat jauh. Tentu saja mereka bergidik ngeri, setelah melihat dua helikopter rekan mereka yang sudah menjadi bangkai. Tanpa ada satu pun penumpangnya yang bisa selamat. Dengan saling menguatkan tekat. Keempat sosok lawan Bara secara bersamaan bergerak, menyerang dan menerjang..! "Hiyaahh...!! Haaurmmsh.!! Hiyaathh..!! Huuppsh..!!" Keempat sosok itu serentak melesatkan pukulan andalan mereka ke arah Bara. BLANNGGGKSHHZTT...!!!! Sebuah gelombang besar bak bola energi raksasa pun melesat deras ke arah Bara. Gelombang energi yang tercipta dari 4 serangan lawannya tersebut, terdiri atas berb
"Tembak..!" seru Dimas, saat dia melihat para sniper penyelenggara mulai menarget ke arah Bara. Splazth..! Splatsh..! ... Splatzh..! Dengan serentak para sniper Pasukan Super Level segera melesatkan pelurunya. Clakh..! Clakhs..! Clapsh..! Claksh..! ... Clakgssh..! Dan seluruh sniper pihak penyelenggara pun terhentak tewas, dengan kepala berlubang.! Karena memang mereka sudah dalam target para sniper Pasukan Super Level sejak tadi. Seth..! Sethh..! Sethh..! Sang Jendral, Freedy, dan Pandu, yang melihat Hong Chen sudah bergerak menyerang Bara. Akhirnya mereka semua pun ikut melesat, hendak menyerang Bara. Para sahabat yang melesat juga telah bersiap dengan ilmu pamungkas mereka masing-masing. Ajian 'Sayap Pembelah Langit' disiapkan oleh Brian, ajian 'Tendangan Halilintar Semesta' disiapkan Sandi, Gatot siagakan 'Jari Singa Neraka'nya, dan David juga telah menyiapkan ilmu 'Tapak Budha Mengguncang Langit' miliknya. Seth..! Sett..! Dimas dan Leonard juga tak mau ketinggalan, mere
Langit bagai terbelah, saat menyambar sebuah kilatan halilintar bercahaya keemasan ke arah tangan Chen Sang yang teracung. Dan nampaklah kini, betapa tangan kanan Chen Sang di selimuti cahaya keemasan yang berkeredepan menyilaukan. Sebuah cambuk dengan 3 lidah petir berkilat-kilat, dengan mengeluarkan bunyi tegangan listrik yang mengerikkan di udara. Krrtzzh...! Krttzzkh..!! Krrttzzsk..!!Bara melirik ke arah timer, yang menunjukkan pertarungan sudah berada di menit ke 21. 'Hmm. Apa boleh buat, ini terpaksa', bathin Bara resah. "KALIAN SEMUA YANG DI BAWAH..! MENYINGKIRLAH LEBIH JAUH..!!" seru Bara memperingatkan, dengan lambaran tenaga dalamnya, pada semua orang yang berada di sekitar arena. Seketika semua orang di bawah pun bergerak menjauhi garis batas arena. Hati mereka semua sama berdebar. Ya, mereka semua sangat sadar, kiranya puncak pertarungan final telah tiba. Dan 'Pukulan Dua Naga' pamungkas Bara pun di siapkan tanpa ragu lagi. "Hyaarrghks...!!" Blaatzhs..!! Blaatzks
"Terimalah ini bedebah.!" Byaarshk..!! Chen Sang berseru keras, seraya kembali meledakkan energi dalam dirinya. Kini nampak sosoknya berubah di selubungi cahaya hitam pekat kemerahan. Inilah ilmu gabungan, antara power Naga Bumi dan ilmu 'Badai Bumi Neraka'..! Byaarshk..!!Bara juga meledakkan 'power' dalam dirinya. Seketika sosoknya berubah menjadi dua warna yang berbeda. Nampak sebagian sisik tubuhnya berwarna emas di kanannya, dan sisik putih cemerlang kebiruan di sebelah kirinya. Kedua matanya mencorong, dengan warna merah menyala dan biru berkilau. 'Ahh..! Penyelarasan dua Mustika Naga..!' seru bathin Chen Sang terkejut. Walau dia sudah mendengar dari gurunya, soal pemuda yang sanggup menyelaraskan dua power Mustika Naga ini. Namun tetap saja hatinya merasa tergetar. Melihat keindahan sekaligus kengerian 'power', di balik sosok Bara itu. Namun tentu saja Chen Sang juga sangat yakin, dengan 'power'nya sendiri. Segera Chen Sang menerapkan ilmu 'Badai Neraka Naga Bumi'nya.
Slaph..! Slaph..! Hampir bersamaan dan dengan kecepatan yang setara, Bara dan Chen Sang kini telah saling berhadapan di tengah arena pertarungan yang luas itu. Keduanya masih dalam posisi melayang tak menyentuh tanah. Keduanya nampak saling tatap dengan pandangan tajam, dalam jarak sekitar 15 meter. "Apakah kau yang membunuh kedua adik seperguruanku..?!" seru tajam Chen Sang. "Maaf, adik seperguruanmu yang mana..?" Bara balik bertanya tenang. Karena dia memang tak tahu, jika Cin Hai dan Han Jian adalah adik seperguruan dari Chen Sang. "Si Kipas Neraka dan si Naga Terbang..!" seru Chen sang geram bukan main, melihat ketenangan Bara. 'Seolah tak bersalah saja kau bangsat..!' seru hati Chen Sang murka. Nampak 4 buah helikopter dari pihak channel khusus telah terbang mengudara, di empat titik mereka dalam bentuk 'plus' di empat sisi arena. "Ohh..! Si Tukang Kipas dan si Pendek Kekar itu. Iya aku membunuhnya, karena mereka berbuat onar di negeriku," sahut Bara tersen
"Hmm. Sepertinya ini akan memakan waktu agak lama. David, konfirmasikan saja waktu pasang pertaruhan khusus pada menit ke 25 pada para rekanan kita. Pada menit tersebut akan bisa ditentukan, aku atau Chen Sang yang akan tewas," ucap Bara. Sepasang mata Bara pun langsung terpejam, bathinnya berusaha membaca alur pertarungan yang akan terjadi nanti malam. "Baraa..! Kau harus memenangkan pertarungan nanti malam, sobatku!" seru Sandi terkejut waswas, mendengar ucapan terakhir Bara. "Kau pasti menang Bara..! Jangan ragu untuk menghabisi lawanmu nanti malam!" seru Gatot yakin. 'Andai sampai kau kalah, maka aku juga akan turun arena dan menghabisi Graito..! Dialah biang kerok dari semuanya ini!' bathin Gatot bertekad."Mas Bara.! Kau harus memenangkan pertarungan nanti..!" seru Brian serak, dia sangat terkejut mendengar ucapan terakhir Bara yang sangat dikaguminya itu."Baik akan ku infokan waktu pasang taruhan itu pada seluruh rekan kita. Aku percaya padamu Bara..!" seru David mantap.
"Bara! Sebentar lagi aku landing di bandara A.A. Bere Tallo." "Ahh..! Kau merepotkan diri untuk datang Leonard. Kali ini sepertinya akan berbahaya Leonard. Apakah Marsha kau bawa serta..?" "Tidak ada alasan bagiku untuk tak berada di sisimu, saat kalian menghadapi bahaya. Tidak Bara, Marsha tak kuijinkan ikut, walaupun dia memaksa," sahut Leonard mantap. "Syukurlah Marsha tak ikut serta. Baiklah Leonard. Kau sudah datang, maka Brian akan menemuimu. Brian akan menunjukkan hotel, di mana Mas Dimas dan Pasukkan Super Level akan menginap. Untuk sementara kau bisa menempatinya, sambil menunggu Mas Dimas datang tak lama lagi," ujar Bara lega, mendengar Marsha tak ikut serta. Bara pun memberi arahan pada Leonard. "Baik Bara, aku mengerti." Klik.! "Brian kau berangkatlah sekarang juga ke pintu keluar Bandara. Untuk menyambut Leonard. Antarkan dia ke hotel tempat Mas Dimas dan Pasukkan Super Level akan bermalam. Dan temani dia hingga Mas Dimas datang, lalu kau kembalilah ke sini," uj
"Wah..! Mantap Norman..! Kau memang pandai menangkap angin surga rupanya! Hahaa..!" David merasa senang atas pasrtisipasi Norman, dalam rencana Bara cs menghabisi 'bisnis' sang Jendral. "Hahaaa..! Baik David, sementara itu dulu yang bisa kupertaruhkan saat ini. Jika ada rejeki mendadak, maka pasti akan kutambahkan taruhanku." Klik.!"Semuanya. Norman telah menyiapkan dana 9 triliun untuk bertaruh besok," ujar David, dengan wajah berseri. "Wah..! Sepertinya Graito akan nangis darah bila mengetahui hal ini. Hehe," Dimas menimpali. "Bukan hanya nangis darah Mas Dimas. Tapi nangis sambil bugil dia, kayak ODGJ baru..! Hahaha..!" timpal Gatot tergelak. "Mantap David..! Hehehe..!" seru Bara senang, seraya terkekeh mendengar celotehan para sahabatnya. Tuttt ... Tuttt ... Tuttt.! Ponsel Bara kembali berdering. Klik.! "Ya Andrei." "Bara, aku mendengar dari Tuan Winston, kalau dia ikut bertaruh atas kemenanganmu di kompetisi internasional itu. Apakah aku boleh ikut bertaruh atas keme