"Mama jangan keterlaluan!" suara berat Kevin meninggi.Anggota keluarga Volker lain yang tadinya sibuk berbincang, bahkan keponakan-keponakan Billy pun ikut terdiam.Para ayah menyuruh anak-anak kecil keluar ruangan. Sementara yang lain berusaha menenangkan ibu dan anak yang sedang bertengkar itu."Hah? Kenapa kamu jadi ikut-ikutan? Mama nggak bicara denganmu. Lagi pula, apa yang Mama bilang benar!"Senyuman khas di bibir Kevin memudar. "Mama kebanyakan baca novel pasti. Cerita janda penggoda itu cuma fiksi!""Sok tahu kamu! Realitanya juga banyak!""Realitanya, mereka yang suka menggoda itu bukan karena status jandanya, Mama! Semua cewek-cewek bisa jadi penggoda! Banyak pelakor yang bukan janda! Bahkan bocah-bocah ingusan zaman sekarang pun pada suka godain Om Om kaya! Apa-apa jangan dikaitkan sama kelompok tertentu!""Kamu tuh masih bocah mana tahu bedanya," cibir Aida tak mau kalah dari anaknya."Sudah, Ma. Jangan ribut di sini." Yanus Volker,
Tangan Billy menyibak bagian bawah piyama merah itu. Rena menghentikan ciumannya, kemudian mencekal tangan Billy yang hampir saja sampai ke bagian intimnya."Ayo, kita tidur." Lirikan mata Rena menggoda.Billy mendengus kesal. "Kamu jahat sekali, Sayang.""Teganya...." Billy kehilangan kata-kata.Rena membelai kepala Billy dalam pelukannya. Setelah mengecup kening kekasihnya, ia kemudian mematikan lampu di samping ranjang.Sementara Rena sudah hampir tertidur lelap, Billy masih saja merengek. "Sebutan janda penggoda mungkin ada benarnya. Tapi menggoda-goda saja dan nggak berani bertanggung jawab."Rena menghela nafas. "Aku pikir kamu menyayangiku dengan tulus.""Memang, aku sayang padamu." Billy menciumi wajah Rena. "Aku juga menginginkanmu seutuhnya, Sayang.""Jangan sekarang, ya.""Apa bedanya sekarang atau nanti?" Billy masih melanjutkan aktivitas nakalnya."Jelas beda." Rena sibuk menepuk ke mana pun arah perginya tangan Billy.Billy t
"Hei! Meskipun kamu sepupuku, jangan kurang ajar, Kevin!" hardik Billy."Ah... Tentu saja bersama Billy juga. Bukan hanya kita berdua saja." Kevin menunggu jawaban Rena dengan mata berbinar-binar.Rena sedikit tak nyaman karena Kevin terang terangan mengabaikan Billy. Seolah Billy hanya bayang-bayang di antara mereka. Ataukah itu hanya perasaannya saja?Dari awal bertemu Kevin, Rena merasa ada sesuatu yang janggal dari sepupu Billy itu. Namun ia tak tahu apa. Ia merasakan getaran aneh setiap kali mereka saling menatap.Rena melingkarkan tangan di lengan Billy. Ia mencoba meniru tingkah manja Gladis walaupun dalam hati ia merasa malu luar biasa. Masih ada Joshua pula di sampingnya."Aku akan pergi kalau Sayangku juga ikut," ucap Rena dengan suara manja yang dibuat-buat."Pfft." Joshua menutup mulut. Wajahnya semerah tomat matang karena berusaha menahan tawa.Billy merangkul Rena. "Memangnya mau ngajakin kita ke mana?""Tiap sebulan sekali aku mengadakan acara amal di panti asuhan.""Be
Rena mempercepat langkah kaki. Jantungnya berpacu seiring berjalannya waktu. Sudah sekitar seperempat jam ia kehilangan arah. Sinyal di ponselnya pun hilang.Hanya dengan mengandalkan indra pendengaran, ia mencari-cari arah suara tangisan tadi. Namun hanya gemerisik dedaunan yang ia dengar.Rena bersimpuh di dekat pohon besar. Persendian kakinya terasa ngilu. Ia terpaksa melepas sepatu hak tingginya.Penyesalan selalu datang terlambat dan Rena baru saja menyadari. Ia bahkan tak tahu bagaimana rupa bocah kecil itu. Pun tak mengindahkan ucapan Rangga untuk tidak masuk ke dalam hutan."Jadi ini bahaya yang Rangga maksud. Nggak ada jalan setapak di hutan dan orang pasti kebingungan mencari arah mata angin."Ketika matanya sedikit menutup oleh semilir angin, suara tangisan itu kembali terdengar. Kali ini lebih jelas dari sebelumnya.Rena meninggalkan sepatunya dan berjalan ke arah suara itu. Untung saja, daun-daunan kering dan tebal menyelimuti tanah. Kakinya lebi
Billy mendorong pengawal Gavin lalu berlari masuk ke pondok. Ia tak menghiraukan kakinya tergelincir masuk ke dalam lantai kayu berlubang."Nggak ada! Nggak ada siapa-siapa!""Bill, tenanglah! Kita pasti akan menemukan Rena," ucap Joshua yang menyusul di belakangnya.Pengawal yang membawa anjing tadi berkata, "Maaf Tuan Joshua, kami akan mencari lagi di tempat lain."Cahaya-cahaya senter memenuhi hutan. Puluhan pengawal Volker tiba bersama Rudi, sang kepala pengawal."Ke mana saja kalian?!"Billy menampar Rudi yang seharusnya mengawal Rena diam-diam setiap saat. Pengawal lainnya menunduk ketakutan."Jangan emosi. Kita kembali dulu. Lalu membagi tim untuk mencari di setiap sudut pegunungan ini." Joshua mencoba meredakan amarah Billy.Harga diri para pengawal Volker terasa seperti diinjak-injak ketika Joshua memerintah mereka. Namun mereka pun tak bisa mengelak. Terlebih lagi sang tuan muda saat ini tampak tak bisa berpikir lurus."Bob, kali ini saja, bergabunglah dengan orang-orang Vol
"Siapa orang yang berani menculik Rena?" gumam Billy.Billy menatap satu persatu orang dalam ruangan. Rangga dan Pak Kepala bercakap-cakap lirih. Sementara Kevin baru saja kembali dari dapur. Dan Joshua masih duduk di sebelahnya.Joshua ada bersamanya dari awal. Ia pun menyuruh anak buahnya untuk membantu pencarian. Billy segera mencoret Joshua dari daftar tersangka.Lalu Rangga? Ia yang paling dicurigai Billy. Rena juga terakhir terlihat bersamanya. Namun Ria, si anak kecil yang hilang mengaku ditemukan oleh Rangga. Dan mereka berdua masih bersama saat Billy mendatanginya.Billy tahu, banyak orang yang mengincar Volker. Entah untuk memeras atau balas dendam. Namun acara hari ini sangat rahasia. Hanya mereka yang ada di sini saja yang tahu. Bahkan Thomas pun tak tahu."Kevin.""Apa? Kamu sudah tenang sekarang? Jangan khawatir, Rena pasti akan segera kembali," kata sepupunya menenangkan."Aku nggak melihatmu sejak acara dimulai," selidik Billy."A
"Aku akan memberi tahu dan menolong anak itu. Tapi kamu harus patuh padaku."Setelah terdengar bunyi alarm panjang, pria itu berlari keluar meninggalkan rasa penasaran. Rena kembali sendirian di kamar dingin dan lembab itu. Rasa takut, resah dan marah bercampur jadi satu.Jika tak ada seorang pun yang bisa menemukan keberadaannya, pria itu akan membawanya ke luar negri. Dan apa yang terjadi pada Ricky akan selalu jadi misteri. Rena yakin, pria itu tak akan mengatakannya. Pria itu akan terus menggunakan Ricky agar Rena tak lari darinya."Lebih baik aku bertanya langsung kepada Billy. Aku harus mencari cara agar bisa keluar dari tempat ini." Rena menggigit-gigit kecil bibir bawahnya.Badannya masih kebas. Ia belum bisa sepenuhnya menggerakkan badan. Hanya kedua ibu jari kaki yang bisa ia gerakkan dengan bebas.Rena berjuang sekuat tenaga untuk melemparkan dirinya sendiri. Tubuhnya jatuh ke lantai menimbulkan suara berisik. Ia menahan nafas sebentar. Tak ada suara langkah kaki yang mend
"Sini... Sini kamu!"Kevin melindungi kepala dengan kedua tangan. Sementara Joshua menangkap lengan Billy dengan cepat."Sialan! Kamu selalu menginginkan apa yang aku punya!" maki Billy."Tunggu dulu, aku bilang kalau aku suka Rena. Siapa bilang aku mau merebutnya darimu?" Kevin membela diri."Lantas apa tadi yang kamu bilang? Mau membuat Rena terkesan? Terus kalau dia terkesan kamu mau apa?""Yah, kalian belum menikah. Aku nggak keberatan menggantikan posisimu."Billy meronta ingin sekali saja menghajar sepupunya. Namun Joshua masih melilit lengannya dengan kuat. Dan Kevin berlari pergi setelah menjulurkan lidah."Kalian ini ngapain di rumah sakit! Keluar semuanya!" hardik Rena."Betul, keluar sana!" Billy mengikuti."Kamu juga! Aku mau istirahat."Bukan hanya sekali dua kali ia mendengar pengakuan para pria. Sekarang rasanya jadi hambar. Ia tak mau repot-repot lagi memikirkan perasaan orang yang mengungkap cinta padanya. Sebab ia sudah