PoV Oki Fariani
Herdi masih begitu saja, tak ada perubahan sama sekali, bermain game di handphone setiap hari, setiap jam, setiap menit. Jedanya hanya untuk buang air dan makan, ooh tidak juga sih, ke kamar mandi pun dia masih memegang hp, sambil makan juga terus memegang hp.
Padahal satu kalung sudah kugadai, untuk modali Herdi mencari kerja, tapi setiap ditanya pertanggungjawabannya, selalu saja sama.
“Belum ada panggilan!”
“Kamu usaha dong, jangan di rumah aja, main game terus, usaha apa kek untuk dapatin uang!”
“Nyuri maksud kamu? Apa melihara tuyul?”
“Astaghfirullah, Herdi ... kamu sudahlah nggak pernah shalat, bisa-bisanya kepikiran untuk berbuat dosa besar begitu.”
“Yaa terus apa lagi dong usaha buat dapatin uang?”
“Kerjalah! Jadi driver ojek online kek, jualan kek, jangan
PoV Oki FarianiMenunggu tibanya hari perkiraan lahiran, aku semakin mager (malas gerak), perutku makin berat, nyeri yang kurasakan semakin sering, terasa ada tekanan keras di jalur lahir, timbul tenggelam bagai ombak di lautan.Seperti kucing anggora, kerjaanku hanya rebahan, sesekali duduk di gym ball yang dihadiahkan Desy untuk relaksasi, rasanya tidak mau ke mana-mana, weekend ini pun aku menolak ke rumah mertua, kubilang saja mau beres-beres rumah. Aku terlalu lelah jika harus disuruh naik turun tangga untuk mengambil jemuran di rumah sana.Herdi? Tidak perlu kucari-cari, aku sudah hafal kelakuannya dengan pacar kesayangannya itu, hape!Palingan dia sedang asyik nge-game di kasur, di kamar tamu, di teras, atau di depan tv, aku malas cari tahu di mana Herdi berduaan dengan hpnya itu. Aku sedang sibuk bolak-balik kamar mandi.Semakin besar perut, semakin sering buang air kecil. B
PoV Oki Fariani “Tidaaak!” Aku berteriak dalam benakku sendiri. Suara ngorok Herdi terdengar membahana meskipun ia tak ada di ruangan ini. Suaranya sampai menggetarkan langit-langit klinik bersalin. Gawat, sudah jam berapa ini? Jam 10 malam? Kulirik jam di atas dinding. Aduuh, bagaimana nasib ibu hamil yang lain? Apakah mereka terganggu dengan suara itu? Lalu bayi-bayi yang ada di ruangan bayi apakah semuanya sedang menangis karena takut mendengar suara dengkuran sekeras itu? Aku panik, melebihi paniknya ibu hamil melihat ketuban pecah. Untunglah sejurus kemudian suara dengkuran itu berhenti. Tak lama, aku melihat wajah Tante menyembul dari balik pintu yang terbuka. “Fiyuh, akhirnya Herdi bisa Tante bangunin, Tante suruh pulang, kasihan ...” “... kasihan ibu hamil sama bayi-bayi di sini ya Tan, terganggu dengar suara ngorok!” Potongku cepat. Tante tersenyum, “Bukan, kasihan Herdi udah kec
PoV Oki FarianiBau amis darah menyeruak di ruangan ini. Tidak usah diberitahu pun, aku paham ada sesuatu yang tak semestinya terjadi. Wajah dari para bidan telah menggambarkan sebuah kegentingan, selain itu kurasakan aliran darah terus menetes, kemudian menggenangi lantai bawah kasur.Bidan yang bertugas merawat bayi segera mengangkat bayi mungil dari atas dadaku. “Di mana ayahnya?”Aah, tak perlu ingatkan aku pada ayah anakku sendiri, dia pasti sedang terlelap nyenyak di rumah, dan aku tak berharap dia menemani di sini.“Tadi ayahnya kecapekan menunggu, jadi saya suruh pulang, sini bayinya biar saya saja yang gendong!” Tanteku mengambil alih si kecil yang belum kupersiapkan nama sama sekali. Terimakasih Tante!“Bu Oki, jangan tertidur sampai dua jam ke depan ya, silakan kabari keluarga melalui hp, atau lakukan apapun, pokoknya Bu Oki harus tetap tersadar!”Aku hanya mengang
PoV Tiwi AdelitaMasuk akal kah jika seorang yang akan melahirkan tidak menyiapkan uang sama sekali? Aneh kan? Kok bisa ... sudah tahu sebentar lagi waktunya persalinan, tapi malah tidak menyiapkan biaya lahiran seribu perak pun?!Begitulah ... Aku gak paham seboros apa Oki, gaji Mas Herdi sebanyak 4 juta tiap bulannya dia habiskan buat apa saja sih, kok gak becus banget mengelola uang sebanyak itu?Yang aku tahu, sebagai istri itu harusnya pintar perhitungan. Gaji suami 4 juta, yaa diatur dong sebaik mungkin, pasti bisalah disimpan untuk biaya lahiran. Kalau sampai tidak bisa mengatur uang, lebih baik dicerai saja istri kayak begitu!Kali ini kejadian sama seperti beberapa hari sebelum pernikahan Mas Herdi terjadi lagi, tiba-tiba Mas Herdi minta uang tiga juta ke bapak dan ibu untuk biaya persalinan Oki. Bayangkan ... masa’ uang tiga juta pun mereka gak punya?! Gimana keluargaku nggak emosi!Bapak dan ibu yaa p
PoV Oki Fariani“Mama mohon Nak, jangan menangis lagi! Jangan menangis, tolooong!” Aku berbisik sambil merintih, memohon dengan amat sangat pada Bayu yang terus menangis di tengah malam ini. Mataku sudah sembab, bengkak karena air mata yang terus merembes.Sementara itu Herdi dengan suara dengkuran yang amat besar, masih tertidur pulas tak terganggu sama sekali dengan jeritan nyaring Bayu sejak tadi. Boro-boro membantu menenangkan anaknya, Herdi lebih senang main game hingga ketiduran.P*ting ASI ku lecet, ada luka dan darah di sana. Tiap Bayu meminta ASI, aku akan menggigil menahan perih. Belum lagi asupan sayur katuk yang hari ini ibu masakkan untukku, membuat bengkak p*yudara hingga mengeras dan jangan ditanya rasa sakitnya seperti apa.P*yudara sudah seperti batu dengan ukuran seperti ulekan, lengkap dengan urat-urat bertonjolan. Badanku demam, dan tubuhku penuh rasa sakit, hingga tak tahu lagi
PoV Oki FarianiKau tahu apa yang paling memilukan dalam sebuah pernikahan di mana suami tidak bersedia menafkahi istrinya? Lebih mementingkan bermain game sepanjang hari daripada mencari pekerjaan ...Bahkan orangtuanya membiarkan saja anaknya seperti itu, dengan terus menyeduhkan teh setiap pagi, menyediakan makanan, mencucikan baju, tak pernah menegur anaknya sama sekali, dan malah menagih uang persalinan pada sang istri yang sedang kesakitan?Ibarat seorang korban pelecehan, bukannya dibantu tapi justru dipaksa oleh keluarga pelaku agar memberi bayaran kepada sang pemerkosa. GILA!!! Sudahlah luka, trauma, diperas pula!Perasaan jijik seperti itulah yang menghantuiku saat ibu selalu menagih uang persalinan Bayu, berkali-kali masuk ke kamarku untuk menanyai hal yang sama, seolah tak peduli dengan rasa perih yang sedang kuperangi.Bukankah seorang laki-laki disebut sebagai suami karena nafkah yang diberinya
PoV Tiwi AdelitaMas Herdi menendang Oki! GILAA!Aku dan ibu menyaksikannya sendiri, tapak kaki Mas Herdi mendarat di punggung Oki hingga ia tersungkur di lantai.Aku spontan menjerit, sementara Bayu juga langsung menangis histeris di atas kasur.Oki masih dalam kondisi jatuh di atas kedua tangan dan lututnya, ia terdiam di lantai tanpa ekspresi sama sekali. aku membeku di depan pintu kamar Mas Herdi, tak tahu apa yang harus kulakukan, ibu cepat-cepat mengambil Bayu dari atas kasur.“Herdi, kamu ngapain sih kok nendang Oki kayak gitu?” ibu bertanya dengan mengernyitkan kening, sambil menggendong Bayu dan menggoyang-goyangkan bayi itu agar jeritan tangisnya mereda.“Istri kurang ajar harus dihajar!”Astaghfirullah, aku baru mendengar Mas Herdi yang biasanya pendiam melontarkan kalimat sekasar itu dengan nada seberingas itu.Apa sebenarnya yang Oki katakan? Kok bisa-
PoV Oki FarianiTidak ada satu pun dari keluarga Herdi yang mengejarku atau mencegahku pergi, bahkan ketika aku sengaja membesarkan bunyi pintu pagar yang berderit. Aku bahagia, tapi juga luka dalam waktu bersamaan.Bahagia karena aku terbebas, mendapat kata talak dari Herdi dan juga persetujuan dari diamnya keluarganya. Tapi aku pun terluka karena artinya di mata mereka aku dan Bayu tak ada harganya, tak perlu dicegah pergi.Kakiku menapak satu per satu ke jalanan yang sudah dibeton. Ternyata berjalan cukup jauh membuat luka jahitanku terasa perih kembali, apalagi aku terseok sambil menggendong Bayu, tak ada tempat untuk berhenti, aku hanya bisa tersenyum saat melewati para tetangga yang menghujaniku dengan pertanyaan.“Mau ke mana Mba?”“Istrinya Herdi ya Mba?”Benar-benar hanya bisa tersenyum penuh arti, karena aku merasa sudah bukan lagi istri Herdi.Aku terus berjalan hingga
POV Tiwi AdelitaKegalauan tiba-tiba kembali menyergap saat aku melihat Oki kembali ke rumah ini bersama Herdi dengan membawa beberapa tas dan kardus, bersiap menempati kamar depan. Perlahan kuselidiki Oki dari ujung kepala hingga kaki, seolah mataku adalah mesin scan. Kutelusuri mimik wajah dan tampilannya.Bayu dalam gendongan Oki terlihat lebih kurus dibandingkan sebelumnya. Karena sudah dua bulan tidak bertemu, aku sangat menyadari cekungan di bawah mata Bayu yang lebih kentara. Apakah Oki tidak merawat Bayu dengan baik?Oki sendiri sama kondisinya, badannya tampak lebih kurus dengan pipi lebih tirus dan mata panda yang sembap. Kesimpulanku, Oki memang tidak pandai merawat diri sendiri dan anaknya.Sebelah sisi hatiku sebenarnya merasa khawatir dan galau beberapa hari ini. Aku mengetahui Herdi bermain api dengan seorang perempuan berwajah menor. Kami berpapasan di tengah jalan tanpa Herdi sadari beberapa hari lalu. Jelas bahwa mereka menjalani hubungan yang tidak biasa, bahasa ka
POV Oki FarianiApa maksud Tiwi ya? Aku membaca kembali chat dari Tiwi beberapa saat lalu.Kok dia minta aku untuk menyuruh Mas Herdi pulang? Kan Mas Herdi bilang tidak datang ke sini karena ibu dan Tiwi pingsan kena tipu tante Dewi?Perutku terasa berkedut. Getaran lemah, tapi aku bisa mendeteksinya, sepertinya janin kecil di rahimku turut terdampak gemuruh hatiku sejak tadi. Setelah menangis habis-habisan, lalu tiba-tiba tersentak dengan kabar pingsannya ibu dan iparku, segala yang terjadi hari ini cukup menyedot banyak energi.“Kak Oki, sudah baikkan? Perut Kak Oki sakit?” Desy tampak ragu-ragu bertanya sambil melangkah mendekatiku.“Maafin aku ya Kak, bukannya meringankan beban Kak Oki, malah tambah ngebebanin pikiran dengan ucapan-ucapan asal jeplak.” Sekali lagi Desy berusaha meminta maaf.“Tenang aja Des, Kak Oki alhamdulillah sudah lebih stabil kok, tadi maaf ya jadi ngagetin semua,” ucapku.“Oiya, Kak Oki dapat kabar apa dari Herdi? Kayaknya tadi langsung kelihatan panik begi
POV Tiwi Adelita“Ini bohong kan, Tante Dewi gak mungkin setega itu!”Aku berulang kali meyakini hatiku sendiri. Tapi sialnya, segala fakta dan kesaksian yang ada memperlihatkan bahwa tante Dewi benar telah menipu kami.Terngiang kembali di benakku raut wajah ibu saat mengetahui pintu kamar kami terbuat dari papan triplek tipis, kitchen set di dapur terbuat dari bahan abal-abal, apalagi saat mendengar pengakuan tukang kalau mereka hanya dibayar empat ratus juta saja untuk renovasi ini, padahal ibu telah menggelontorkan dana delapan ratus lima puluh juta dan mempercayakannya pada Tante Dewi.Kekecewaan yang membuncah melihat hasil renovasi yang jauh dari ekspektasi, serta informasi mengenai total biaya renov yang hanya separuhnya dibayarkan ke tukang membuat aku dan ibu sangat emosional bahkan hampir tak sadarkan diri.Untunglah aku hanya terjatuh saja karena mendadak tungkai kaki terasa lemas, namun ibu merasakan dadanya tiba-tiba sesak dan langsung megap-megap menahan tangis, dramati
POV Oki FarianiSudah sebulan lebih aku tinggal di rumah tante, masih menunggu renovasi rumah ibu mertua rampung, sepertinya dua minggu lagi sudah selesai.Sempat terbersit tidak ingin balik ke rumah itu sih, namun dua garis merah di testpack membuatku harus mengurungkan niat. Tidak mungkin kugugat cerai Herdi saat sedang mengandung begini.Dua minggu terakhir aku menenangkan diri setelah mengetahui ada janin di rahimku, aku tak memeriksakan diri ke bidan, tidak juga memberitahukan tante, om, ataupun Desy. Namun kini berangsur-angsur hatiku sudah lebih menerima kondisi. Sudah tidak lagi menangis diam-diam setiap malam.Aku meyakini apa yang terjadi adalah yang terbaik dari Tuhan, tapi terkadang aku belum paham hikmah di baliknya. Aku hanya bisa menyalahkan diri sendiri, harusnya kalau aku tak mau hamil kembali, tak usah memilih rujuk dengan Herdi. Ketika aku memutuskan balikan, semestinya aku sudah memperkirakan hal apa saja yang akan kualami, apalagi aku sempat berhenti KB suntik.
POV Oki Fariani“Kamu mau apa, Ki? Minta cerai sama aku lagi? Emangnya kalau kita pisah, kamu punya uang untuk kasih makan Bayu?” Pertanyaan Herdi itu lebih terdengar seperti cibiran, ejekan, hinaan dan sindiran.Herdi benar-benar merasa di atas angin saat ini, mungkin karena keberadaan uang puluhan juta di rekeningnya, atau uang Milyaran dari deposito almarhum bapaknya yang sudah cair, sehingga dia merasa kaya raya. Maaf ya, bagiku orang macam Herdi dan keluarganya adalah contoh nyata orang MISKIN. Mereka memang punya uang banyak, tapi uang milyaran itu pun bahkan tak mampu membayar utang yang hanya sepuluh juta. Aku hanya terdiam tak menanggapi cibiran Herdi, tapi hatiku nyeri, rasanya aku telah tertipu ratusan kali oleh pria jahat ini. Bodohnya, aku selalu terperangkap, terjebak lagi dan lagi. Kupikir ia benar-benar akan berubah, namun ternyata kesempatan kedua memang sebaiknya tidak diberikan untuk orang berakhlak sampah!“Aww!” Entah mengapa, tiba-tiba kurasakan nyeri di perut
POV Oki Fariani“Keledai saja tidak akan jatuh ke lubang yang sama dua kali, sayangnya ... banyak manusia yang gak sepintar keledai!” Deg! Jantungku terhantam dengan pernyataan itu.Aku tahu ucapan Desy itu diperuntukkan bagiku, aku juga malu sebenarnya kalau masih harus meminta bantuan ke Desy, tante, ataupun om seperti sekarang ini, padahal jelas-jelas rujuk kembali dengan Herdi adalah keputusanku sendiri.Tapi mau bagaimana lagi, saat ini aku dan Bayu tidak ada tempat untuk tinggal, selama rumah di sana masih direnovasi, aku tak mau tinggal di apartemen bersama keluarga Herdi terutama selama ada tante Dewi. Jadi, aku harus menebeng kembali di rumah tante ini, yaa menebeng tempat tinggal, menebeng makan tiga kali sehari, menebeng segala-galanya.“Hush Des, jangan ngomong sembarangan, lagi di meja makan kok nyinyir!” ucap tante membelaku. Desy terlihat cemberut.“Jadi, rumah almarhum bapak direnovasi sampai kapan, Ki?”“Katanya sih dua bulan selesai Tan, makanya selama dua bulan ini
POV Tiwi Adelita“Rasain! Si Oki gak bisa ngapa-ngapain lagi sekarang,” Tante Dewi tertawa girang, “Mau kecipratan harta warisan? Mimpi sana!” Aku ikutan tersenyum menanggapi nyinyiran tante Dewi, sambil terus meratakan serum di wajah tante. “Tapi kenapa si Oki gak ikutan tinggal di apartemen sini sih, Wi? Kan lumayan kalau ada Oki, kita gak capek beres-beres ...” tanya tante Dewi, masih dalam posisi tiduran karena aku sedang melakukan treatment di wajahnya.“Gak tau deh Tan, minder kali tinggal di tempat mewah,” jawabku ngasal, tante Dewi malah ngakak so hard dengan kepala tersangga bantal besar, badan tambunnya bergoyang-goyang karena tertawa geli. Serum yang kuratakan di wajah tante jadi terlihat bling bling karena memantulkan cahaya lampu akibat gerakan badan tante.“Lulusan SMA doang kayak Oki itu mustinya emang tau diri! Nikah kok malah buat ngincer harta ... harusnya bersyukur dia nikah sama Herdi, kita sekeluarga baik-baik semua,” tante Dewi masih tidak bisa menahan bibirnya
POV Oki Fariani Sebenarnya aku cukup bingung dengan keputusan yang diambil, tapi aku hanya orang luar di keluarga ini, jadi aku hanya membatin ketika ibu tiba-tiba mengumpulkan kami semua dan memberikan pengumuman mendadak.“Semua sudah sepakat ya, uang deposito almarhum bapak akan dipakai buat renovasi rumah ini, dan juga rumah satu lagi.”Hah? Renovasi rumah? Aku belum pernah dengar sama sekali soal ini. Keningku langsung mengernyit, mataku menyipit seperti takut salah dengar.“Gak ada uang yang dibagikan dulu Bu? Herdi kan lagi gak kerja sekarang!” Herdi terlihat keberatan dan ingin protes. Ibu langsung melanjutkan pengumumannya.“Yang dibagikan hanya tujuh puluh juta masing-masing, untuk Herdi, Tiwi, ibu, dan Tante Dewi.”Aku kembali tersentak.“Lho, bukannya dalam hukum waris Islam bagian anak laki-laki dua kali lipat dibanding anak perempuan ya?” aku refleks berkomentar. Tak kusangka malah langsung dibalas sengit
POV Tiwi Adelita Sejak awal aku sudah curiga mengapa kok semudah itu Oki rujuk sama Mas Herdi, akhirnya malam ini aku dapatkan langsung buktinya, yaa jelas sekali ... Rupanya Oki mau rujuk dengan Mas Herdi karena mengincar harta warisan bapak! Dia tahu bapak sudah dalam kondisi koma dan mungkin takkan bisa tertolong lagi, jadi Oki langsung rujuk dengan Mas Herdi agar bisa kecipratan deposito bapak yang jumlahnya milyaran. Cih!Hari pertama uang deposito bapak baru dicairkan, Oki langsung beraksi. Bukan hanya minta traktir ke buffet yang bayaran per orangnya mencapai dua ratus lima puluh ribu, Oki juga minta dibelikan jam tangan Fossil. Memang dasar serigala berbulu domba!Aku hanya bisa melihat postingan facebook nya dengan geram, Oki memamerkan jam tangan Fossil dari Mas Herdi dengan latar background interior mewah buffet sekaligus beberapa piring daging barbeque. Darahku langsung tersirap.Ooh, akhirnya kelihatan juga watak aslinya si cewek matre, bahkan