Home / Romansa / Salju Hitam di Venesia / Wanita Sangat Jelas dalam Benci dan Cinta

Share

Wanita Sangat Jelas dalam Benci dan Cinta

Author: Zhio Sansone
last update Last Updated: 2021-12-31 11:15:55

Ketika Laiv menginjak kediaman Hirawan, tidak ada jejak arogan yang tercium walaupun tempat itu memajang berbagai benda berharga di sekelilingnya secara terang-terangan. Sebaliknya, justru terdapat kehangatan yang memancar dan seolah-olah berkata, "Ini adalah rumahmu".

"Tempat tinggal kakekmu sangat nyaman," komentarnya ringan.

"Aku juga merasa seperti itu," tanggap Yepa tanpa menoleh. Jelas ia sangat menyukainya.

"Ngomong-ngomong, kau beruntung masih bisa bertemu dengan kerabatmu," lanjutnya. "Yang lain belum tentu." Apalagi dengan status sosial seperti ini. Pasti sangat sulit, pikir Laiv.

Yepa tidak balik bertanya, tetapi ia tersenyum tipis dan malah berkata dengan enteng, "Di kehidupan ini aku memang agak mujur."

Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Salju Hitam di Venesia   Firasat

    Saat kediaman Jahan tidak menerima tamu, tempat itu akan menjadi sunyi seolah tidak ada kehidupan di dalamnya. Sang kepala keluarga yang telah pensiun dini pun tidak lebih dari memanjakan diri tanpa niat terselubung lantaran sang putra satu-satunya tengah sibuk mengejar ambisi.Zalka tidak pernah berkomentar lebih akan keputusan putranya sendiri. Ia pun tidak ikut campur selama itu masih berada dalam batas wajar. Namun, akhir-akhir ini ia selalu berpikir. Apakah dirinya memang menginginkan hal ini?Naik kelas merupakan impian semua kalangan. Tak terkecuali dengan mereka yang sudah berada di atas sekalipun. Status sosial tertinggi menjadi tujuan yang paling menggiurkan. Dan demi mendapatkannya, tentu saja harus mengorbankan banyak hal dengan ukuran yang setimpal."Papa."

    Last Updated : 2022-01-04
  • Salju Hitam di Venesia   Wanita Sangat Mengerikan

    Kebanyakan wanita akan berdandan habis-habisan demi menarik perhatian si kekasih saat berkencan. Akan tetapi, Yepa meninggalkan hal-hal feminin itu dan merubah penampilannya menjadi lebih kelaki-lakian.Pada hari itu ia mengenakan celana jins standar serta kaos oblong jingga polos yang berpadu dengan jaket semi parka dan sneakers berwarna hijau tua. Ia pun mengikat rambut auburn panjangnya dengan bentuk ekor kuda."Bagaimana?" Yepa berkacak pinggang di hadapan Laiv dengan dagu terangkat tinggi.Laiv bertepuk tangan dan mengacungkan dua jempolnya seraya memuji, "Kau sangat keren, Yeye!"&nbs

    Last Updated : 2022-01-06
  • Salju Hitam di Venesia   Menonton Pertunjukan Secara Langsung

    "Yeye, mereka akan tidur di sana, 'kan?" Laiv menunjuk ranjang hotel besar itu dengan penuh antusias."Ya, mereka akan menggunakannya malam ini," balasnya tak peduli."Yeye." Laiv menatapnya dengan mata cerah yang mengandung segudang harapan di dalamnya. "Bolehkah aku mencobanya sebelum mereka?""Terserah. Lakukan apa pun yang kau mau." Yepa melambaikan tangan acuh tak acuh. Ia melangkah dan duduk di atas sofa tunggal yang menghadap langsung ke arah tempat tidur dengan pandangan dingin.Laiv bersorak. Ia menerjang tempat tidur itu dengan penuh kegembiraan. Berguling-guling di atasnya tanpa pengekangan. Kemudian ia berbaring sejenak sembari menatap ke atas langit-langit ruangan yang bersih.

    Last Updated : 2022-01-07
  • Salju Hitam di Venesia   Menjaga Perasaan

    Taveti tidak berkomentar. Atau lebih tepatnya ia tidak tahu harus berkata apa mengenai berita yang ia terima pagi ini. Apakah ia terkejut? Tidak sama sekali. Hanya saja ia tidak pernah menduga hal ini akan terjadi."Itu yang mereka lakukan?" tanyanya menegaskan dengan tatapan kosong."Ya, Tuan." Sergio mengangguk. "Itu benar dan faktanya memang seperti demikian. Nona Yepa sendiri yang membuat skandal tersebut."Karena ia sudah berjanji pada Yepa akan mendukungnya secara penuh, apa yang bisa ia perbuat? Oh, dirinya bukan termasuk tipe makhluk yang usil pada keluarganya sendiri."Cucuku yang satu ini benar-benar …," desahnya. "Coba tebak. Jika aku dan dia ada di generasi yang sama, maka bukankah anak ini akan m

    Last Updated : 2022-01-12
  • Salju Hitam di Venesia   Selamat Tinggal

    Beda situasi, lain pula penanganannya. Yepa berdandan cantik demi mengantar kepergian Deska yang hendak mengadakan perjalanan bisnis. Ia sengaja melakukan tindakan tersebut sebagai tanda kenangan manis terakhir di antara mereka berdua.Ia menghias surai panjang cokelat kemerahan lurusnya yang indah dengan sebuah jepit rambut berbentuk kepingan salju pemberian pria itu. Ia mengenakan gaun pendek serta sepatu putih kesayangannya dengan penuh senyuman. Dengan hiasan wajah sederhana, ia terlihat semakin memesona. Bak peri keindahan yang sangat molek."Hm, apa lagi yang kurang, ya?" Yepa mematut diri di depan cermin sembari mengetuk dagu. Mencoba mengingat apa yang te

    Last Updated : 2022-01-12
  • Salju Hitam di Venesia   Kenduri

    "Cincin⁵!"Gelas-gelas saling beradu dan semua orang meneguk minumannya dalam sekali jalan.Yepa tampak sangat puas. Ia memandangi meja prasmanan dengan tatapan lapar yang sangat kentara. Mereka semua adalah hidangan favoritnya!"Kakek, kau memang luar biasa! Kau sangat mengerti aku!"Taveti tidak bersembunyi dan tertawa dengan bangga. Ia mengaitkan lengannya ke leher Yepa dengan sikap yang sangat alami. "Oh, Sayang, apa yang tidak untuk cucuku yang manis ini, hm?""Ah, Kakek, kau pandai membuatku senang!" Tanpa ragu Yepa memberi sebuah kecupan genit di pipi Taveti dengan nakalnya."Anak i

    Last Updated : 2022-01-20
  • Salju Hitam di Venesia   Selentingan

    Jika sebelumnya Yepa hanya pasrah menerima pengaturan dari orang lain, maka kali ini dirinya sendirilah yang melemparkan siasat busuk tersebut. Ia sudah bosan menjadi korban dan ingin mencicipi rasa sebagai pihak pengendali.Lantaran ia telah memutuskan untuk membuka identitas sejatinya, ia memulainya dengan memperlihatkan wajah di banyak pertemuan dengan sang kakek dalam waktu singkat. Meski semua hanya terjadi di dalam kota, itu sudah cukup baginya. Lagipula sisi yang hendak ia pancing hanya ada satu.Dalam kurun tersebut ia sudah melakukan banyak hal dan persiapan matang tanpa memedulikan pandangan beberapa individu yang mungkin mencercanya dari belakang. Karena beda golongan, lain lagi perlakuannya. Tidak bisa memukul rata segala sesuatu.Zalka yang mencium hal ini hanya

    Last Updated : 2022-01-20
  • Salju Hitam di Venesia   Saling Memonitor

    Antara mendengar dari mulut orang lain dan melihat dengan mata kepala sendiri memang bagaikan langit dan bumi. Ingin menolak kenyataan yang tampak, tetapi fakta telah membuktikannya tanpa kata-kata.Dari balik kaca jendela mobil penumpang belakang, sepasang mata hijau itu menyaksikan interaksi Yepa dan Taveti yang sangat manis. Jadi, rumor yang beredar itu ada benarnya? Deska tidak memerhatikan mereka lagi dan menekur dengan penuh pertimbangan.Sudah dua hari berlalu sejak ia kembali ke Venesia. Namun, ia tidak memberitahukan tentang keberadaannya kepada siapa pun termasuk ayahnya sendiri, Zalka. Ia hanya ingin memastikan seraya membuat keputusannya sendiri. Kini ia meyakini hati nuraninya yang bersalah. Setiap langkah yang ia ambil belum tentu menghasilkan akhir yang dirinya kehendaki.

    Last Updated : 2022-01-20

Latest chapter

  • Salju Hitam di Venesia   Bersantai

    "Apa yang ingin kau bicarakan denganku?" Enzi tidak suka berbasa-basi dan tatapannya sangat menusuk. "Kau datang menemuiku, pasti ada sesuatu, 'kan?"Laiv belum menyampaikan maksudnya, tetapi Enzi sudah memotongnya terlebih dahulu. "Apa aku tidak boleh mengobrol denganmu?" Sebenarnya ia bisa langsung saja ke inti tujuan, tetapi ia tidak melakukannya karena berpikir mungkin ia bisa mengorek satu-dua hal darinya sekaligus mengenang masa lalu.Melihat Laiv bersikeras, Enzi tidak menolak. "Baiklah." Ia bukan tipe orang yang suka merobek topeng lawannya. Juga bukan individu yang sok sibuk. Lagi pula dirinya punya waktu senggang saat ia menginginkannya. Ia pun mengeluarkan sebungkus rokok. "Kau keberatan?"Laiv menggeleng, tetapi tidak menolak. "Aku bisa menemanimu," katanya. Lagi pula ia sudah lama tidak merokok."Bagus."Enzi membuat isyarat agar Laiv mengikutinya dan pergi ke sebuah area yang tidak jauh dari tempat semula. Lokasi tersebut adalah sebuah area terbuka yang pernah menjadi la

  • Salju Hitam di Venesia   Bangun dari Mimpi

    "Apa ada yang kau inginkan?"Deska menggeleng lemah saat ayahnya bertanya. Ia pun menjawab dengan samar-samar, "Tidak ada." Ia merasa cukup dan tidak menginginkan apa pun.Zalka menghela napas. Sejak putranya bangun, perilakunya sudah seperti itu. Entah apa yang salah, tetapi ia merasa ada yang berubah."Kalau begitu istirahatlah. Dokter akan segera datang untuk memeriksamu lagi," katanya mengingatkan."Aku tahu." Deska mengangguk. Ia memaksakan sebuah senyum. "Papa juga sebaiknya beristirahat." Ia tahu ayahnya tidak terlihat santai setelah dirinya bangun tadi malam.Di depan putranya sendiri, ia tidak boleh memperlihatkan kelemahannya. Bagaimanapun juga, ia masih merasa cemas akan kondisi Deska yang belum pulih benar."Jangan khawatirkan aku," katanya dengan alami. "Aku baik-baik saja."Karena ayahnya berkata seperti demikian, Deska tidak akan repot-repot lagi memperingatkannya. Ia pun menutup mata sambil menunggu dokter datang.Ruangan itu menjadi hening. Kemudian setelah beberapa s

  • Salju Hitam di Venesia   Kabar

    Sebenarnya Yepa sudah mampu berinteraksi secara normal dengan Laiv. Hanya saja ia tetap merasa aneh dengan perubahan ini. Ia lebih nyaman dengan wajah bodoh itu.Sementara itu, Laiv masih sedikit takut jika Yepa tidak bisa menerima kondisinya saat ini. Belum lagi mengenai perasaannya yang terus tertunda hingga sekarang.Keduanya bertemu kembali, tetapi di lokasi yang berbeda dari sebelumnya. Bukan lagi gudang tua usang yang tak terpakai, tetapi sebuah pondok.Yepa menguap lebar. "Jangan lihat aku seperti itu," katanya dengan nada bosan. "Aku tidak menerima berita apa pun dari kakek.""Bukankah seharusnya dia tahu kalau kau diculik?" Laiv mulai berpikiran buruk. "Kenapa dia tidak mencemaskanmu? Apakah orang-orangnya lalai?"Otak pria ini benar-benar sudah tersandung. Yepa memutar mata. "Kenapa tidak? Yang menculikku tidak lain kakakku sendiri. Masalah?""Tapi itu bukan kehendaknya," bantah Laiv. "Itu pekerjaan orang-orangnya. Ini kecelakaan.""Ya, kecelakaan yang membawa berkah," timpa

  • Salju Hitam di Venesia   Wajah Lain

    Jarno memasuki ruangan tempat Enzi kini berada dengan beberapa laporan di tangan. Di belakangnya Mirko menyusul, menutup pintu dan berdiri di sana. Saat ketiga pasang mata mereka bertemu, topeng kepura-puraan pun terlepas."Ada beberapa kabar," kata Jarno memulai. Ia melihat isi laporan dan membacakannya dengan jelas. Mulai dari kelompok mereka sendiri, keluarga Danapati, dan urusan Hirawan.Enzi fokus mendengarkan. Sementara Mirko menjaga pintu dengan patuh. Dan Jarno terus membacakan laporan. Setelah usai, ketiganya terdiam."Oke, kita tuntaskan dulu urusan internal," kata Enzi yang akhirnya bersuara.Jarno mengangguk. "Apa yang ingin kau lakukan?""Biarkan Dario dan kedua kawannya sibuk. Jangan beri mereka celah untuk mengorek kabar apa pun tentangku saat ini." Ia menoleh pada Mirko. "Karena orang-orang ini sangat peduli padaku, kirimkan beberapa wanita untuk mengganggu fokus mereka."Mirko mengangguk."Kali ini ambil umpan dengan jatah pekerjaan untuk jangka panjang," tambah Enzi.

  • Salju Hitam di Venesia   Sumpah

    Hingga detik ini, Yepa masih belum terbiasa dengan penampilan Laiv yang normal. Seharusnya itu baik-baik saja, tetapi ini justru sulit. Terasa aneh dan tidak pada tempatnya.Di ruangan yang sunyi itu Yepa dan Laiv saling menatap tanpa hendak mengutarakan apa pun. Keduanya diam seribu bahasa. Sibuk memikirkan ini dan itu tanpa kejelasan. Yang satu tidak tahu mesti berkata apa, sementara yang lain takut mengungkapkannya.Namun, pada akhirnya mereka tahu apa itu jenuh dan membuang-buang waktu. Lagi pula tidak ada artinya jika terus seperti itu. Kapan hal ini akan selesai?"Kau duluan."Mereka mengatakan hal serupa di saat yang bersamaan, keduanya terkejut.Laiv cepat-cepat mengibaskan tangan dengan panik. "Tidak, tidak, kau duluan!"Yepa memasang wajah cemberut, emosinya sedang tidak bagus. "Apa tidak terbalik?" tukasnya. "Seharusnya ini kau!""Benarkah?" Laiv meragukannya. Ia melirik ke arah lain, tidak berani menatap Yepa secara langsung seraya bergumam, "Kupikir itu kau."Sikap malu-m

  • Salju Hitam di Venesia   Berjalan Normal

    Sepasang iris serigala itu menatap bosan ke arah luar jendela dari sebuah motel. Ribuan keping salju terus berjatuhan dari atas langit dan tampak tidak akan pernah berhenti turun untuk memenuhi seisi kota tersebut. Enzi menghela napas."Bos, apa kau menginginkan sesuatu?" tanya Marco dengan penuh pengertian. "Kalau ya, apa ada yang bisa kulakukan untukmu?""Tidak perlu," sahutnya singkat tanpa mengalihkan perhatian.Mendengar jawaban itu, Marco tidak terus mendesak sang bos. Tidak berarti tidak. Ia pun memilih duduk dengan tenang dan kembali menyeka pisau lipat yang masih ada di tangan.Keheningan kembali menyelimuti tempat tersebut. Satu orang duduk di dekat jendela dan sisa lainnya menempati sudut ruangan."Dia tidak memberi kabar?"Pertanyaan dadakan dalam kesunyian itu seketika menghentikan gerakan tangan Marco. Ia tahu siapa orang yang tengah sang bos singgung, Raveena Radeska."Ada," balasnya cepat. "Dia mengatakan bahwa tugasnya sudah selesai. Tapi masih ada beberapa hal yang b

  • Salju Hitam di Venesia   Pukulan

    Mendengar bahwa keduanya adalah teman sejak kecil, membuat Yepa percaya bahwa dunia itu sempit. Ternyata selama ini mereka saling terkait satu sama lain."Jadi, sebenarnya kalian sudah saling mengenal sejak lama?" Ia jatuh terduduk di tepi tempat tidur dengan pandangan jatuh ke bawah seolah tak bertenaga. "Lalu, ada apa dengannya?" Ia merasa kakaknya akan menyampaikan sesuatu yang buruk.Belum apa-apa reaksi adiknya sudah seperti ini. Tampaknya hal ini akan memberi pengaruh besar pada masa depan mereka. Namun, ia tidak ada hubungannya.Enzi tidak bertele-tele. "Karena suatu hal, dia harus mengkonsumsi obat-obatan yang bisa merubah wajahnya demi keselamatan. Tapi efek sampingnya pun sangat setimpal. Umurnya menjadi lebih pendek dari kebanyakan orang normal."Kabar itu memberinya pukulan. Yepa ingin mengatakan sesuatu. Hanya saja tidak ada suara apa pun yang keluar karena seketika itu juga pikirannya menjadi kosong, tetapi jelas dalam satu hal. Itu berarti waktunya tidak akan lama lagi?

  • Salju Hitam di Venesia   Kejutan

    Ruangan itu menjadi hening seketika. Atmosfer di sekitarnya pun turut berubah. Beberapa anggapan pun mulai bermunculan di antara para pendengar.Enzi bertanya-tanya, apa yang Yepa makan sehingga membuat penglihatannya menjadi seperti itu? Jelas usia mereka terpaut tidak jauh. Dengan senyum kebapakan, ia pun berkata, "Nak, apa kepalamu terbentur?"Mendengar jawaban seperti itu, telinga Yepa memerah. Belum lagi ada tawa yang muncul setelahnya. Membuat wajahnya memanas karena terbakar marah. Dan tanpa malu-malu ia pun membalas, "Mungkin temanmu memberiku obat yang salah."Seketika protes pun melayang. Jarno menampakkan diri sambil menunjuk Yepa. "Sialan! Otakmu pasti rusak!"Emosi Yepa tersulut. "Itu salahmu!" balasnya dengan garang.Di sisi lain Mirko masih tidak bisa berhenti tertawa. Ia melangkah dan berdiri di samping Jarno. "Bos, apa kau menghamili seorang wanita di usia dini?" candanya.Enzi tersenyum tanpa merasa tersinggung sedikit pun. "Kalau aku berani melakukannya, maka seseor

  • Salju Hitam di Venesia   Kenalan Lama

    Dengan napas terengah dan tubuh berkeringat, akhirnya Laiv tiba di tempat tujuan. Ia melihat daerah pinggiran itu dengan wajah rumit. Merasa terlalu kebetulan dan aneh. Kenapa orang itu bisa berada di kota yang sama dengannya saat ini?Memasuki kawasan padat penduduk, ia menelusuri lorong-lorong panjang yang sempit dan saling terhubung satu sama lain. Begitu menginjak penghujung jalan, ia melihat sesosok remaja tengah berdiri. Ia menghampirinya tanpa banyak berpikir.Namun, belum ia mengucapkan sepatah kata pun, remaja itu, Ivan, mendongak dan terkejut saat melihat penampilannya."Hei, sudah lama sekali," sapanya ringan.Laiv mengangguk. Tanpa sadar ia menyentuh wajahnya dan mendesah. Oh, ia lupa minum obat hari ini saking cemasnya tadi."Antar aku ke sana," pintanya tanpa basa-basi."Oke!" Ivan mengacungkan jempol dan segera memandu Laiv ke tempat pertemuan.Tidak ada obrolan di antara keduanya. Hanya ada suara-suara ketukan sepatu dari langkah kaki mereka yang terdengar. Sementara d

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status