Share

Saling Memonitor

Penulis: Zhio Sansone
last update Terakhir Diperbarui: 2022-01-20 19:35:53

Antara mendengar dari mulut orang lain dan melihat dengan mata kepala sendiri memang bagaikan langit dan bumi. Ingin menolak kenyataan yang tampak, tetapi fakta telah membuktikannya tanpa kata-kata.

Dari balik kaca jendela mobil penumpang belakang, sepasang mata hijau itu menyaksikan interaksi Yepa dan Taveti yang sangat manis. Jadi, rumor yang beredar itu ada benarnya? Deska tidak memerhatikan mereka lagi dan menekur dengan penuh pertimbangan.

Sudah dua hari berlalu sejak ia kembali ke Venesia. Namun, ia tidak memberitahukan tentang keberadaannya kepada siapa pun termasuk ayahnya sendiri, Zalka. Ia hanya ingin memastikan seraya membuat keputusannya sendiri. Kini ia meyakini hati nuraninya yang bersalah. Setiap langkah yang ia ambil belum tentu menghasilkan akhir yang dirinya kehendaki.

Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Salju Hitam di Venesia   Makan Malam

    Pantas saja ia tidak bermimpi apa-apa tadi malam. Ternyata ini!Laiv hanya melongo di ambang pintu. Sementara Sergio tersenyum ramah tamah padanya."Tuan Laiv, apa Anda dapat mendengar saya?""A-ah, ya, ya!" Laiv mengerjap. Kemudian ia mengangguk dengan keras. "Aku dengar, aku dengar," balasnya gugup.Sergio mendesah dengan lega. "Karena Tuan Laiv sudah menerima kabar ini, apakah Anda bisa ikut dengan saya sekarang?""Saat ini juga?" tanyanya dengan wajah bodoh. "Harus, ya?""Ya, Tuan Laiv." Sergio mengangguk kecil. "Tuan mengundang Anda untuk makan malam bersama," ulangnya dengan jelas.

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-21
  • Salju Hitam di Venesia   Menebar Umpan

    Yuvika menjawab telepon sambil berbaring di atas tempat tidur dengan suasana hati senang yang tak terbendung. Kalau tidak, ia pasti akan merasa bosan sampai mati karena dirinya tidak bisa pergi dengan bebas seperti biasa. Ini lantaran instruksi dari Deska. Mereka mesti bersembunyi setidaknya selama satu minggu penuh. Namun, baru hari ketiga, hal itu mulai berdampak padanya."Hei, ada apa denganmu? Kau tidak mau keluar bersama kami? Kau punya kenalan lain yang lebih menyenangkan?""Hm." Air mukanya menjadi masam. "Bukan begitu. Saat ini aku tidak boleh ke mana-mana. Mungkin minggu depan aku bisa keluar seperti biasa.""Ah?" Orang yang ada di ujung telepon tertawa. "Apa ini? Kau

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-23
  • Salju Hitam di Venesia   Menjaring Ikan

    "Tuan."Deska tidak membuka mulut dan malah menyesap kopi hitam sembari menebak apa yang hendak Benjamino sampaikan padanya."Ini Yuvika," tanggapnya langsung. "Apa yang dia inginkan kali ini?"Seperti yang telah Benjamino duga. Bosnya sudah mampu menerka hal ini. Ia pun menjawab dengan lugas dan hati-hati, "Dia ingin Anda datang ke kediaman Hirawan dan bermalam di sana."Air muka Deska berubah sedikit setelah mendengarnya. Anak itu ingin menggunakan pengaruh Taveti untuk menekannya? Bermimpilah! Ia tidak akan pernah membiarkannya mengambil apa pun!"Siapkan kendaraan dan beberapa hadiah kecil," katanya sambil menyesap lagi kopinya dengan amat santai. "Aku

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-01
  • Salju Hitam di Venesia   Kau Akan Menyesal

    "Dia bahkan tidak mau menyebut dirinya sebagai suami anak itu di hadapanku!" Refleks Yepa menjauhkan ponsel yang sedang berteriak itu dari telinga kanannya sambil meringis. "Oh, Kakek, jangan buang energimu untuk hal yang tidak berguna," katanya menenangkan. "Itu tidak bermanfaat untukmu." Taveti masih enggan untuk menyerah. "Tapi seharusnya dia memberiku sedikit wajah! Bukankah aku adalah tetuanya?!" "Setidaknya dia memberimu hadiah yang sangat bagus," timpal Yepa. "Kakek sangat menyukainya. Jadi, kalian impas, bukan?" "Yah, kau benar." Taveti

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-02
  • Salju Hitam di Venesia   Merobek Wajah

    Taveti yang tersenyum di malam hari adalah gambaran paling mengerikan dari sudut pandang penghuni kediaman Hirawan. Keributan antara pasangan pengantin barulah yang menjadi penyebabnya. Sergio sebagai orang kepercayaan, sangat memahami watak dari tuannya sendiri. Ia tidak khawatir lantaran masalah tersebut tidak akan menimbulkan pertumpahan darah. "Tuan Sergio, dokter sudah memberi mereka obat penenang." "Ya." Sergio menerima laporan itu dengan tenang. "Kau bisa kembali. Dan katakan pada yang lain, rencana untuk besok tidak akan berubah." "Saya mengerti, Tuan Sergio." Pelayan itu segera mengundurkan diri dan meninggalkan ruangan tersebut setengah

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-03
  • Salju Hitam di Venesia   Fakta Berbicara

    " … Kau memang yang paling mengerti aku!" seru Yepa dengan tampilan kegembiraan yang menyenangkan. "Luar biasa! Hebat!" Entah kebetulan atau sebaliknya, kalimat ambigu tersebut terbawa oleh angin dan berembus memasuki telinga Deska serta Yuvika tanpa filter apa pun yang sontak membuat kedua batin mereka bergejolak tak keruan. Menimbulkan sensasi kesalahpahaman yang amat berat. Padahal ada kata "Kakek" di awal kalimat tersebut. Jelas Yepa sengaja melakukannya demi menyulut percikan masalah di antara mereka. Dan benar saja. Renjisan sederhana itu mampu membangunkan emosi negatif yang selama ini terkubur di dalam hati seseorang. Dengan langkah lebar yang mantap, Deska menghampiri mereka dengan tergesa-gesa. Yuvika yang tertinggal di belakang turut menyusul dengan roman ya

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-05
  • Salju Hitam di Venesia   Tidak Masuk Akal

    "Ah!"Entah siapa yang memekik. Peristiwa itu terjadi begitu cepat. Deska yang tidak memberikan perlawanan terdorong begitu saja. Tubuhnya limbung. Jatuh dengan kepala menghantam telak pot tanaman yang berada tepat di belakangnya hingga tak sadarkan diri.Berpasang-pasang mata yang menyaksikan seketika membeku di tempat. Mereka tidak menyangka perselisihan tersebut akan menimbulkan perkara separah ini."Deska!"Meski sempat ada kesunyian, orang-orang itu tidak menganggur. Mereka segera bereaksi dan memanggil bantuan.Dalam kepanikan itu Yepa hanya berdiri, menonton dengan wajah dingin tanpa emosi. Ia melihat bagaimana Yuvika mencelakai Deska dan berbalik me

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-05
  • Salju Hitam di Venesia   Memukul Mundur Pesaing

    Selusin pria berpakaian necis serba hitam berdiri tegap di sebuah halaman besar. Di belakang mereka terparkir beberapa mobil dengan warna yang senada. Meski terik sinar matahari pada siang itu sangat menyengat, hal tersebut tidak memberi pengaruh apa pun pada mereka.Tepat ketika jarum jam bergerak menunjukkan waktu pukul dua belas tepat, ketukan sebuah sepatu hak tinggi di atas lantai keramik terdengar jelas. Yuvika berjalan seorang diri memasuki halaman dengan busana formal dan rambut terkuncir ekor kuda.Ia melangkah dengan postur tubuh tegak penuh kebanggaan dan rasa percaya diri yang amat tinggi. Wajahnya serius tanpa ada rasa kekanakan maupun sikap manja dari seorang gadis. Hanya ada aura ketidakpedulian yang menyelubungi dirinya.Seorang pria menyambut Yuvika seraya m

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-09

Bab terbaru

  • Salju Hitam di Venesia   Bersantai

    "Apa yang ingin kau bicarakan denganku?" Enzi tidak suka berbasa-basi dan tatapannya sangat menusuk. "Kau datang menemuiku, pasti ada sesuatu, 'kan?"Laiv belum menyampaikan maksudnya, tetapi Enzi sudah memotongnya terlebih dahulu. "Apa aku tidak boleh mengobrol denganmu?" Sebenarnya ia bisa langsung saja ke inti tujuan, tetapi ia tidak melakukannya karena berpikir mungkin ia bisa mengorek satu-dua hal darinya sekaligus mengenang masa lalu.Melihat Laiv bersikeras, Enzi tidak menolak. "Baiklah." Ia bukan tipe orang yang suka merobek topeng lawannya. Juga bukan individu yang sok sibuk. Lagi pula dirinya punya waktu senggang saat ia menginginkannya. Ia pun mengeluarkan sebungkus rokok. "Kau keberatan?"Laiv menggeleng, tetapi tidak menolak. "Aku bisa menemanimu," katanya. Lagi pula ia sudah lama tidak merokok."Bagus."Enzi membuat isyarat agar Laiv mengikutinya dan pergi ke sebuah area yang tidak jauh dari tempat semula. Lokasi tersebut adalah sebuah area terbuka yang pernah menjadi la

  • Salju Hitam di Venesia   Bangun dari Mimpi

    "Apa ada yang kau inginkan?"Deska menggeleng lemah saat ayahnya bertanya. Ia pun menjawab dengan samar-samar, "Tidak ada." Ia merasa cukup dan tidak menginginkan apa pun.Zalka menghela napas. Sejak putranya bangun, perilakunya sudah seperti itu. Entah apa yang salah, tetapi ia merasa ada yang berubah."Kalau begitu istirahatlah. Dokter akan segera datang untuk memeriksamu lagi," katanya mengingatkan."Aku tahu." Deska mengangguk. Ia memaksakan sebuah senyum. "Papa juga sebaiknya beristirahat." Ia tahu ayahnya tidak terlihat santai setelah dirinya bangun tadi malam.Di depan putranya sendiri, ia tidak boleh memperlihatkan kelemahannya. Bagaimanapun juga, ia masih merasa cemas akan kondisi Deska yang belum pulih benar."Jangan khawatirkan aku," katanya dengan alami. "Aku baik-baik saja."Karena ayahnya berkata seperti demikian, Deska tidak akan repot-repot lagi memperingatkannya. Ia pun menutup mata sambil menunggu dokter datang.Ruangan itu menjadi hening. Kemudian setelah beberapa s

  • Salju Hitam di Venesia   Kabar

    Sebenarnya Yepa sudah mampu berinteraksi secara normal dengan Laiv. Hanya saja ia tetap merasa aneh dengan perubahan ini. Ia lebih nyaman dengan wajah bodoh itu.Sementara itu, Laiv masih sedikit takut jika Yepa tidak bisa menerima kondisinya saat ini. Belum lagi mengenai perasaannya yang terus tertunda hingga sekarang.Keduanya bertemu kembali, tetapi di lokasi yang berbeda dari sebelumnya. Bukan lagi gudang tua usang yang tak terpakai, tetapi sebuah pondok.Yepa menguap lebar. "Jangan lihat aku seperti itu," katanya dengan nada bosan. "Aku tidak menerima berita apa pun dari kakek.""Bukankah seharusnya dia tahu kalau kau diculik?" Laiv mulai berpikiran buruk. "Kenapa dia tidak mencemaskanmu? Apakah orang-orangnya lalai?"Otak pria ini benar-benar sudah tersandung. Yepa memutar mata. "Kenapa tidak? Yang menculikku tidak lain kakakku sendiri. Masalah?""Tapi itu bukan kehendaknya," bantah Laiv. "Itu pekerjaan orang-orangnya. Ini kecelakaan.""Ya, kecelakaan yang membawa berkah," timpa

  • Salju Hitam di Venesia   Wajah Lain

    Jarno memasuki ruangan tempat Enzi kini berada dengan beberapa laporan di tangan. Di belakangnya Mirko menyusul, menutup pintu dan berdiri di sana. Saat ketiga pasang mata mereka bertemu, topeng kepura-puraan pun terlepas."Ada beberapa kabar," kata Jarno memulai. Ia melihat isi laporan dan membacakannya dengan jelas. Mulai dari kelompok mereka sendiri, keluarga Danapati, dan urusan Hirawan.Enzi fokus mendengarkan. Sementara Mirko menjaga pintu dengan patuh. Dan Jarno terus membacakan laporan. Setelah usai, ketiganya terdiam."Oke, kita tuntaskan dulu urusan internal," kata Enzi yang akhirnya bersuara.Jarno mengangguk. "Apa yang ingin kau lakukan?""Biarkan Dario dan kedua kawannya sibuk. Jangan beri mereka celah untuk mengorek kabar apa pun tentangku saat ini." Ia menoleh pada Mirko. "Karena orang-orang ini sangat peduli padaku, kirimkan beberapa wanita untuk mengganggu fokus mereka."Mirko mengangguk."Kali ini ambil umpan dengan jatah pekerjaan untuk jangka panjang," tambah Enzi.

  • Salju Hitam di Venesia   Sumpah

    Hingga detik ini, Yepa masih belum terbiasa dengan penampilan Laiv yang normal. Seharusnya itu baik-baik saja, tetapi ini justru sulit. Terasa aneh dan tidak pada tempatnya.Di ruangan yang sunyi itu Yepa dan Laiv saling menatap tanpa hendak mengutarakan apa pun. Keduanya diam seribu bahasa. Sibuk memikirkan ini dan itu tanpa kejelasan. Yang satu tidak tahu mesti berkata apa, sementara yang lain takut mengungkapkannya.Namun, pada akhirnya mereka tahu apa itu jenuh dan membuang-buang waktu. Lagi pula tidak ada artinya jika terus seperti itu. Kapan hal ini akan selesai?"Kau duluan."Mereka mengatakan hal serupa di saat yang bersamaan, keduanya terkejut.Laiv cepat-cepat mengibaskan tangan dengan panik. "Tidak, tidak, kau duluan!"Yepa memasang wajah cemberut, emosinya sedang tidak bagus. "Apa tidak terbalik?" tukasnya. "Seharusnya ini kau!""Benarkah?" Laiv meragukannya. Ia melirik ke arah lain, tidak berani menatap Yepa secara langsung seraya bergumam, "Kupikir itu kau."Sikap malu-m

  • Salju Hitam di Venesia   Berjalan Normal

    Sepasang iris serigala itu menatap bosan ke arah luar jendela dari sebuah motel. Ribuan keping salju terus berjatuhan dari atas langit dan tampak tidak akan pernah berhenti turun untuk memenuhi seisi kota tersebut. Enzi menghela napas."Bos, apa kau menginginkan sesuatu?" tanya Marco dengan penuh pengertian. "Kalau ya, apa ada yang bisa kulakukan untukmu?""Tidak perlu," sahutnya singkat tanpa mengalihkan perhatian.Mendengar jawaban itu, Marco tidak terus mendesak sang bos. Tidak berarti tidak. Ia pun memilih duduk dengan tenang dan kembali menyeka pisau lipat yang masih ada di tangan.Keheningan kembali menyelimuti tempat tersebut. Satu orang duduk di dekat jendela dan sisa lainnya menempati sudut ruangan."Dia tidak memberi kabar?"Pertanyaan dadakan dalam kesunyian itu seketika menghentikan gerakan tangan Marco. Ia tahu siapa orang yang tengah sang bos singgung, Raveena Radeska."Ada," balasnya cepat. "Dia mengatakan bahwa tugasnya sudah selesai. Tapi masih ada beberapa hal yang b

  • Salju Hitam di Venesia   Pukulan

    Mendengar bahwa keduanya adalah teman sejak kecil, membuat Yepa percaya bahwa dunia itu sempit. Ternyata selama ini mereka saling terkait satu sama lain."Jadi, sebenarnya kalian sudah saling mengenal sejak lama?" Ia jatuh terduduk di tepi tempat tidur dengan pandangan jatuh ke bawah seolah tak bertenaga. "Lalu, ada apa dengannya?" Ia merasa kakaknya akan menyampaikan sesuatu yang buruk.Belum apa-apa reaksi adiknya sudah seperti ini. Tampaknya hal ini akan memberi pengaruh besar pada masa depan mereka. Namun, ia tidak ada hubungannya.Enzi tidak bertele-tele. "Karena suatu hal, dia harus mengkonsumsi obat-obatan yang bisa merubah wajahnya demi keselamatan. Tapi efek sampingnya pun sangat setimpal. Umurnya menjadi lebih pendek dari kebanyakan orang normal."Kabar itu memberinya pukulan. Yepa ingin mengatakan sesuatu. Hanya saja tidak ada suara apa pun yang keluar karena seketika itu juga pikirannya menjadi kosong, tetapi jelas dalam satu hal. Itu berarti waktunya tidak akan lama lagi?

  • Salju Hitam di Venesia   Kejutan

    Ruangan itu menjadi hening seketika. Atmosfer di sekitarnya pun turut berubah. Beberapa anggapan pun mulai bermunculan di antara para pendengar.Enzi bertanya-tanya, apa yang Yepa makan sehingga membuat penglihatannya menjadi seperti itu? Jelas usia mereka terpaut tidak jauh. Dengan senyum kebapakan, ia pun berkata, "Nak, apa kepalamu terbentur?"Mendengar jawaban seperti itu, telinga Yepa memerah. Belum lagi ada tawa yang muncul setelahnya. Membuat wajahnya memanas karena terbakar marah. Dan tanpa malu-malu ia pun membalas, "Mungkin temanmu memberiku obat yang salah."Seketika protes pun melayang. Jarno menampakkan diri sambil menunjuk Yepa. "Sialan! Otakmu pasti rusak!"Emosi Yepa tersulut. "Itu salahmu!" balasnya dengan garang.Di sisi lain Mirko masih tidak bisa berhenti tertawa. Ia melangkah dan berdiri di samping Jarno. "Bos, apa kau menghamili seorang wanita di usia dini?" candanya.Enzi tersenyum tanpa merasa tersinggung sedikit pun. "Kalau aku berani melakukannya, maka seseor

  • Salju Hitam di Venesia   Kenalan Lama

    Dengan napas terengah dan tubuh berkeringat, akhirnya Laiv tiba di tempat tujuan. Ia melihat daerah pinggiran itu dengan wajah rumit. Merasa terlalu kebetulan dan aneh. Kenapa orang itu bisa berada di kota yang sama dengannya saat ini?Memasuki kawasan padat penduduk, ia menelusuri lorong-lorong panjang yang sempit dan saling terhubung satu sama lain. Begitu menginjak penghujung jalan, ia melihat sesosok remaja tengah berdiri. Ia menghampirinya tanpa banyak berpikir.Namun, belum ia mengucapkan sepatah kata pun, remaja itu, Ivan, mendongak dan terkejut saat melihat penampilannya."Hei, sudah lama sekali," sapanya ringan.Laiv mengangguk. Tanpa sadar ia menyentuh wajahnya dan mendesah. Oh, ia lupa minum obat hari ini saking cemasnya tadi."Antar aku ke sana," pintanya tanpa basa-basi."Oke!" Ivan mengacungkan jempol dan segera memandu Laiv ke tempat pertemuan.Tidak ada obrolan di antara keduanya. Hanya ada suara-suara ketukan sepatu dari langkah kaki mereka yang terdengar. Sementara d

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status