“Apa? Freesia tahu jika Papa adalah dalang di balik kecelakaan yang membunuh orang tuanya?”Rod mengangguk. “Lalu, kenapa Papa membiarkan dia pergi begitu saja tadi? Bagaimana jika dia mengatakan sesuatu pada Allen?” cemas Penelope. “Kerjasama keluarga Martin dan keluarga Woodz terputus karena kejadian itu. Yang semua orang tahu, itu karena keluarga Martin tak lagi memercayai keluarga Woodz dan pihak kita berpikir jika keluarga Martin mengkhianati kita dan lebih memilih keluarga Adibrata. Tapi, jika mereka tahu tentang kecelakaan itu …”“Tak masalah,” sahut Rod santai. “Karena sekarang kita sudah tahu kelemahan Allen. Dan itu adalah kelemahan yang sama dengan kelemahan keluarga Martin.” Rod tersenyum licik. “Karena itu, kita akan memanfaatkan kesempatan ini. Untuk mendapatkan kelemahan mereka dan menjatuhkan dua keluarga itu sekaligus.”Penelope mengingat percakapannya dengan papanya itu semalam dan tersenyum. Akhirnya, keluarganya akan mengambil alih keluarga Woodz. Dan semua orang
Ketika Freesia kembali ke ruang kerjanya sekaligus ruang bermain Lily, Lily langsung menghambur memeluknya.“Mama! Lihat! Aku sudah bisa memasak sendili …” Anak itu terkekeh sembari mengangkat mainan penggorengan yang dibelikan Allen atas permintaan Freesia. Itu adalah hadiah dari Allen untuk Freesia, dan menjadi hadiah Freesia untuk Lily. Anak itu terus bermain dengan itu sejak mendapatkan mainan itu.“Good girl …” puji Freesia sembari berlutut di depan Lily.Tangan Freesia sudah terulur hendak mengusap kepala anak itu ketika kata-kata Penelope terngiang,“Bagaimana kalian akan mengatakan pada Lily mengenai kedua orang tuanya yang tewas di tangan keluarga Martin?”Saat ini, Freesia ingin mencari Allen dan mencari tahu kebenarannya, tapi ia belum siap. Ia terlalu takut untuk mendengar kebenarannya. Meski begitu … ia tak bisa menghindari Lily.Terlepas dari itu, kalaupun itu adalah kebenarannya, Freesia tak terlibat dalam itu. Itu bukan salah Freesia. Seharusnya begitu. Namun kenapa …
Freesia malam itu tidur di kamarnya sendiri. Wanita itu benar-benar … mengambil jarak sejauh mungkin dari Allen. Dia bahkan menanyakan bukti pada Allen, tapi dia melakukan ini pada Allen sebelum dia mendapatkan bukti apa pun. Tidakkah wanita itu memperlakukan Allen dengan terlalu tidak adil?Allen mengempaskan tubuh di atas tempat tidurnya. Ia tak pernah menganggap tidur di tempat tidur ini adalah hal yang penting. Namun, untuk hal yang tidak penting itu, saat ini Allen merasa begitu … kosong. Hampa.Untuk tempat yang paling tidak digunakan Allen, tempat tidur ini terlalu besar. Sial. Siapa yang memilih dan membeli tempat tidur ini?Allen mendecak kesal dan memejamkan mata, lalu mengangkat satu lengan untuk menutupi matanya. Tak peduli apa pun atau siapa pun yang ia salahkan, Allen tak bisa mengelak lagi akan kebenarannya.Ia merindukan Freesia.Allen menghela napas berat. Apa yang ia lakukan ini? Wanita itu ada di tangannya, tapi kenapa ia tak bisa menyentuhnya?Menyedihkan. Ia bisa
Setelah makan siang dan menidurkan anak-anak di kamar Lily dan di kamar tamu, Alia dan Freesia pergi ke ruang kerja Freesia. Mereka duduk bersebelahan di sofa yang ada di ruangan itu. Dan sebelum Freesia meminta, Alia sudah lebih dulu memulai ceritanya,“Aku pernah mendengar cerita Sonya tentang hubungan keluarga Martin dan keluarga Woodz. Saat itu, sebulan menjelang kelahiran Lily. Dia tampak termenung di banyak kesempatan. Ketika aku bertanya, dia lantas menceritakan tentang hubungan keluarga Martin dan keluarga Woodz.“Dia bilang, dua keluarga itu punya hubungan dekat. Cukup dekat hingga Nyonya dari keluarga Martin selalu datang di hari kelahiran anak-anak Nyonya keluarga Woodz. Tapi kemudian, hubungan mereka merenggang setelah keluarga Martin memutus hubungan dengan keluarga Woodz dan bekerja sama dengan keluarga Adibrata.“Sonya adalah orang yang paling sedih dengan merenggangnya hubungan mereka. Karena bersamaan dengan itu, dia bilang, keluarga Martin mengalami kecelakaan yang m
Setelah mengusir nenek Freesia dengan mengancam akan menyembunyikan Freesia darinya selamanya, Allen memanggil Sean dan Val. Allen memerintahkan Sean untuk menyelidiki ulang kecelakaan orang tua Freesia, sekaligus kecelakaan Sonya, dengan dasar pelakunya belum diketahui. Karena itulah yang terjadi. Dua kecelakaan itu … tidak seperti yang terlihat.Namun, bagaimana? Semua bukti yang dimiliki keluarga Allen dalam kecelakaan Sonya itu valid. Mulai dari rekaman CCTV dan orang-orang keluarga Martin yang terlibat dalam kecelakaan itu. Begitu pun dalam kasus kecelakaan orang tua Freesia. Nenek Freesia sepertinya memiliki alasan solid untuk meyakini keterlibatan keluarga Woodz.Itu berarti, alasan sopir truk itu diinterogasi selama ini adalah untuk menjadi saksi kunci atas pelaku sebenarnya. Meski hingga saat ini, nenek Freesia tidak mendapatkan apa pun. Atau mungkin, dia sudah mendapat kesaksian, tapi dia tidak memiliki satu pun bukti. Karena itu, dia menjaga sopir truk itu tetap hidup, deng
“Bagaimana kondisi Freesia?” tanya Allen ketika Val keluar dari kamar Freesia sambil menggendong Lily.Val menggeleng. “Dia belum makan apa pun. Dia terus memuntahkan semua yang dia makan. Bahkan ketika dia tidak makan, dia sekarang hanya bisa memuntahkan air.”Allen mengernyit. Selama beberapa hari terakhir ini, Freesia mengalami morning sickness. Jika itu adalah barang atau orang, Allen mungkin sudah menghancurkannya. Morning sickness sialan. Freesia bahkan tidak bisa makan apa pun, tapi dia terus-menerus merasa mual dan muntah. Val juga mengatakan jika semakin hari, tubuh Freesia semakin lemas.Namun, tidak hanya itu. Wanita itu juga selalu meminta Allen pergi setiap kali Allen datang ke kamarnya. Dengan kata lain, dia tidak ingin melihat Allen. Tentu saja. Setelah dia memastikan jika keluarga Woodz terlibat dalam kecelakaan yang merenggut kedua orang tuanya, bagaimana bisa dia menatap Allen yang adalah bagian dari keluarga Woodz? Bahkan meski Allen tak terlibat dalam hal itu, tapi
“Ini untuk Mama,” Lily berkata sembari menyodorkan sepiring buah pada Freesia. Wajahnya penuh senyum.“Terima kasih, Sayang …” Freesia mengulurkan tangan hendak mencubit pipi Lily. Namun, tangannya terhenti di udara tatkala mendengar Lily bertanya,“Tapi, kenapa Mama membunuh orang tuaku?”Tubuh Freesia seketika mematung. Seluruh badannya terasa dingin dan dadanya terasa berat.“Kenapa Mama mengambil posisi orang tuaku?” Anak itu menatap Freesia dengan tatapan dingin. Tak ada lagi senyum di wajahnya.“Lily … Mama tidak …”“Kenapa Mama harus jadi mamaku, padahal Mama sudah membunuh orang tuaku?”Freesia mengernyit. Tenggorokannya tercekat.“Apa Mama juga akan membunuh adikku?” tanya anak itu tiba-tiba.“Apa?” Freesia terkejut mendengar itu.Tangan Lily menunjuk ke arah perut Freesia. “Setelah mengambil orang tuaku dariku, apa Mama juga akan mengambil adikku?” tanya anak itu dengan tatapan penuh kebencian pada Freesia.Freesia menunduk dan menatap perutnya, terkejut mendapat perutnya ya
“Kau hampir saja kehilangan nyawa begitu keluar dari kamar itu,” ucap Allen yang bersandar di dinding samping pintu kamar Freesia dengan tangan terlipat di dada.Val menghela napas. “Aku tahu kau ada di sini, jadi aku memutuskan untuk keluar dulu,” jawabnya. “Kau sudah mendengar apa yang diminta Freesia. Apa yang akan kau lakukan?”“Berikan ponselmu padanya,” perintah Allen.“Dan jika dia menghubungi orang luar?”“Kau juga tahu dia tidak akan melakukan itu,” tandas Allen.Val mengangguk mengakui. “Aku hanya merasa jika aku tak melapor padamu lebih dulu, kau akan menjadikan itu alasan untuk membunuhku. Mengingat kau hanya butuh alasan untuk itu.” Val mengedik cuek.Inilah alasan kenapa Allen terkadang ingin membunuh pria itu.“Tapi … apa kau baik-baik saja?” tanya Val.“Apa maksudmu? Apa aku tampak bersimbah darah atau ada organku yang keluar dari tubuhku?” sengit Allen.“Apa itu bahkan sebanding dengan kondisimu beberapa hari terakhir ini?” dengus Val.Allen tak bisa membantah itu.“J
Beberapa minggu kemudian …“Mama!” Lily berlari masuk ke rumah dengan membawa selembar kertas di tangannya.Freesia yang menunggu di ruang tamu seperti biasanya, meski kali ini tanpa Leon yang masih tidur, tersenyum menyambut kepulangan putrinya itu.“Bagaimana sekolahmu tadi, Kakak Lily?” tanya Freesia ketika Lily mencium pipinya.“Mama, lihat ini!” Lily mengangkat selembar kertas yang dibawanya tadi dan Freesia bisa melihat gambar di sana.Freesia ternganga takjub melihat gambar dirinya di sana. Freesia yang duduk di kursi santai di tepi kolam renang rumah Allen. Dan itu adalah gambar Freesia yang sedang tertawa. Dari semua fiture Freesia di gambar itu, ekspresi Freesia tampak begitu jelas. Kebahagiaan yang dirasakan Freesia tergambar dengan baik di sana.“Aku dan Reyn menggambar ini bersama-sama,” Lily berkata.Ah … jadi ini ekspresi yang disukai anak-anak ini dari Freesia? Freesia memeluk Lily.“Terima kasih, Sayang,” ucap Freesia sungguh-sungguh.Lily terkekeh bangga. “Reyn bilan
“You’re impressive,” Brand berkomentar sembari mengawasi Lily dan anak-anak panti asuhan Alia bermain di kolam renang dari balkon lantai dua. Ah, ada satu lagi, anak yang menjadi sumber keresahan Allen saat ini. Anak seusia Lily yang bernama Reyn.“Yeah, indeed,” timpal Val. “Aku takjub Freesia masih menerimamu sebagai suaminya.”“Huh! Kalian belum merasakan saja jika kalian punya anak perempuan,” cibir Allen. “Anak itu bahkan sudah berani menggandeng tangan Lily …”“Kudengar, Lily yang menggandeng tangannya dulu. Jangan memutarbalikkan fakta dan membuat anak orang lain menjadi kriminal,” tegur Brand.“Jika Lily menggandeng tangannya lebih dulu, bukankah seharusnya dia melepaskan tangan Lily jika dia memang seorang gentleman?” balas Allen.“Freesia benar,” tukas Val. “Kau tak masuk akal. He’s a baby, Dude! A freaking baby!” Val terdengar frustasi.“Allen, jika kau terus bersikap seperti itu, kau akan merepotkan Freesia.”Brand, Allen, dan Val menoleh ke sumber suara yang berada di pin
Sejak dia bangun tadi, Lily tampak sangat bahagia. Tidak, lebih tepatnya, sejak Allen mengatakan jika dia akan mengajak Freesia dan Leon mengantarkan Lily ke sekolah. Allen sudah memberitahukan Freesia tentang situasi Reyn dan dia ingin Freesia menemui Reyn agar anak itu tidak terlalu waspada pada orang dewasa.Mungkin karena perlakuan orang-orang panti asuhan, anak itu terlalu waspada pada orang dewasa. Karena itu, dia selalu menolak bantuan guru-guru sekolahnya. Dia pertama kali membuka diri pada Lily yang berkeras menemaninya seharian kemarin.Ketika mereka tiba di sekolah Lily, Leon tertidur. Kepala sekolah Lily yang sudah dihubungi Allen dan menyambut mereka di gerbang, mengantarkan Freesia ke ruang kesehatan agar Leon bisa tidur dengan nyenyak di sana. Freesia memercayakan Leon pada dua pengasuh dan dua pengawal sebelum dia pergi ke tempat Lily dan Reyn berada. Sementara, Allen pergi ke ruang kepala sekolah untuk membicarakan masalah panti asuhan Reyn dengan pihak sekolah.Salah
Lily baru masuk ke ruang kelasnya ketika melihat salah satu teman sekelasnya didorong temannya yang lain hingga jatuh terjengkang ke belakang.“Jangan dekat-dekat! Bajumu jelek!” hardik Lucy yang mendorong teman sekelas Lily yang lainnya tadi.Lily bergegas menghampiri Reyn, anak laki-laki yang didorong Lucy hingga jatuh tadi. Reyn adalah anak yang baru masuk beberapa hari terakhir ini. Dia adalah anak dari panti asuhan. Dia masuk ke sekolah ini sebagai murid beasiswa. Lily dengar, salah satu guru kesenian di sekolahnya melihat kemampuan menggambar Reyn dan menawarkan beasiswa untuk Reyn.“Kenapa kalian jahat sekali pada Reyn?!” tegur Lily.“Lily, kau jangan dekat-dekat dengan dia! Kau tidak lihat bajunya? Jelek dan kotor. Bajumu bisa ikut kotor!” Lucy heboh.Memang yang dikatakan Lucy tidak salah tentang baju seragam Reyn yang jelek karena warnanya pudar dan kotor karena noda yang tidak hilang meski telah dicuci. Sepertinya itu seragam bekas. Namun, dia tidak harus mengatakannya deng
Beberapa bulan kemudian …Pintu kamar tidur Allen dan Freesia terbuka lebar dan Lily yang sudah memakai seragam sekolah, menghambur masuk sembari berseru,“Selamat pagi, Mama, Papa, Leon!”“Selamat pagi, Kakak Lily,” Freesia yang duduk bersandar di kepala tempat tidur sembari menyusui putranya, Leon, membalas sembari tersenyum.“Lily, jangan ganggu adikmu,” Allen mengingatkan Lily.“Papa, kapan aku mengganggu Leon?” protes Lily sembari melepas sepatu sekolahnya dan naik ke tempat tidur.Bahkan setelah dia memprotes peringatan Allen, dia langsung menciumi pipi Leon yang sedang menyusu. Akhirnya, seperti biasa, Leon mulai risih dan merengek.“Lihat itu, kau mengganggunya!” tuding Allen.“Aku hanya memberinya ciuman selamat pagi,” Lily beralasan sembari mundur.Freesia hanya tersenyum geli sembari menenangkan Leon. “Leon sepertinya masih mengantuk. Nanti setelah dia tidur, kita sarapan bersama, ya, Kakak Lily?”“Ya, Mama,” jawab Lily riang.Setelah Leon tertidur, Allen memindahkan Leon k
“Mama masih sedih?” tanya Lily dengan nada sedih.Freesia tersenyum dan menggeleng. “Maaf, Mama membuatmu khawatir,” sesalnya.Lily menggeleng. “Mama jangan sedih lagi. Kan, Mama sudah bilang sendili, aku bisa belmain ke lumah itu lagi kapan pun aku ingin. Itu belalti, Mama juga bisa pelgi ke sana kapan pun Mama ingin.”Freesia tersenyum sendu dan mengangguk. Padahal ia yang mengatakan itu pada Lily, tapi justru Freesia yang bereaksi seperti ini. Lily bahkan tak menangis ketika berpisah dengan orang-orang rumah Allen tadi. Namun, justru Freesia yang menangis. Val bahkan menertawakan Freesia hingga Lily mengomelinya dan mereka berdebat sampai detik terakhir perpisahan mereka tadi.“Lily benar, Freesia,” ucap Allen sembari merangkul Freesia. Pria itu duduk di sebelah kanan Freesia. “Aku tak tahu apa yang membuatmu sesedih itu ketika rumah itu penuh dengan aturan yang tak bisa memberi kau atau Lily kebebasan.”“Tapi, itu adalah rumahmu, Allen,” Freesia berkata. “Aku tahu, kau punya banya
“Aku akan mendukung rencana kalian mengambil alih perusahaan keluarga Martin,” Brand berkata. “Dan kurasa, Mary juga pasti tidak akan keberatan dengan itu. Well, jika itu untuk cucunya, dia akan memberikan apa pun.”“Kau … mengenal nenekku?” Freesia tampak terkejut.Brand tersenyum. “Aku banyak belajar dari Mary tentang bisnis.”“Oh …”“Dia juga pernah memintaku untuk membantu cucunya jika suatu saat dia tertarik dengan bisnis keluarganya,” lanjut Brand.Freesia tersenyum sendu. “Aku benar-benar … sudah tidak adil pada nenekku,” ucapnya. “Aku selama ini selalu berpikir jika dia hanya memaksaku melakukan hal yang tak kuinginkan. Tapi, aku sekarang sadar, dia melakukan semua itu benar-benar untukku. Karena seandainya orang tuaku masih ada … dia hanya ingin aku melakukan apa yang kuinginkan.”Brand mengangguk. “Nenekmu punya impian untuk menghabiskan waktu tuanya bermain denganmu,” Brand berkata.Freesia mengernyit dan tampak akan menangis.“Aku tahu kau sudah salah paham tentang nenekmu
Ketika Lily tidur setelah makan siang, Allen mengajak Freesia ke ruang kerjanya karena Brand ingin bicara dengan mereka. Freesia tidak tahu banyak tentang Brand selain jika dia adalah kakak sulung Allen dan dia adalah bos di rumah ini sebelum Allen.Tunggu. Bagaimana jika Brand tak menyetujui hubungan Freesia dengan Allen? Dia mungkin akan memberi Freesia uang untuk meninggalkan Allen. Tidak, tidak. Dia tidak mungkin melakukan hal seperti itu. Freesia juga sedang hamil anak Allen.Jika bukan itu … apa dia akan memarahi Freesia? Itu masuk akal. Mengingat bagaimana tadi pagi mereka semua berjemur di tepi kolam renang sambil mendengarkan lagu anak-anak. Meski ayah Allen sepertinya tak keberatan dan menikmati waktu bersantai mereka tadi, tapi Freesia tak tahu bagaimana reaksi Brand. Pria itu juga tak banyak bicara sepanjang pagi tadi.“Um … Allen,” panggil Freesia dalam perjalanan ke ruang kerja pria itu.“Kenapa, Freesia?” tanya pria itu.“Kakakmu itu … dia orang yang bagaimana?” tanya F
Freesia terkejut ketika melihat seorang pria yang tak dikenalinya ada di ruang makan saat ia masuk ke sana bersama Allen dan Lily untuk sarapan. Pria itu memakai topeng setengah wajah yang menutupi bagian mata kanan hingga pipinya. Lily yang juga tampaknya terkejut, menarik-narik ujung baju Freesia.Freesia menoleh dan mendapat Lily sudah bersembunyi di belakangnya. Reaksinya nyaris sama dengan saat ia bertemu ayah Allen. Freesia sudah akan menggendong Lily, tapi lagi-lagi Allen bergerak cepat dan menggendong anak itu lebih dulu.“Itu Brand,” Allen menyebutkan.Brand? Brand, kakak Allen? Namun, bukankah dia sudah …?“Bland?” tanya Lily.“Ya,” jawab Allen. “Dia kakakku. Jadi, dia adalah ommu.”“Om?” Lily mengerutkan kening. “Apa dia … kelualgaku?”Allen tersenyum kecil. “Ya. Dia keluargamu.”“Whoaaa …” Lily ternganga takjub. “Kelualgaku beltambah lagi. Setelah nenek, kakek, sekalang aku punya om!” Lily terkekeh.Freesia memperhatikan ekspresi sendu Brand yang tertuju pada Lily. Jadi …