Jerman adalah negara bebas. Wajar bagi sepasang kekasih jika melakukan kontak fisik yang lebih dari sekadar berpegangan tangan dan saling memagut bibir. Namun, ada segelintir orang yang takut melewati tahap itu, termasuk Viona.
Seketika, Noah memegang tangan Viona dan menariknya ke dalam pelukan. Alasan dia tidak berangkat ke kantor adalah karena terlalu memikirkan rasa bersalahnya tadi malam. Namun, dia bersyukur karena ternyata dia tidak menyakiti hati kekasihnya.
“Maaf karena meninggalkanmu sendiri di hotel,” lirih pria itu.
“Tidak apa-apa. Omong-omong, bagaimana dengan ayahmu? Apa dia juga tidak pergi ke kantor?”
Viona bertanya sembari melepaskan pelukan Noah, lalu duduk di samping pria itu. Mengembalikan jas Noah hanya sebuah kamuflase, tujuan sebenarnya adalah menukar obat Daniel dengan miliknya.
“Ayah tidak pernah absen ke kantor, kecuali di hari-hari penting baginya.”
Perkataan Noah membuat Viona mengangkat sebelah alisnya. Jad
Tanpa melepas pandangannya, Viona lantas mendekati lukisan tersebut dan melihatnya dengan teliti. Dilihat dari mana pun, wanita dalam lukisan tersebut memang ibunya. Matanya tidak akan salah melihat, dan dia yakin akan hal itu. Sebulir air mata kemudian jatuh dari matanya, membuat pria di sampingnya menatapnya bingung. Meski sudah bertahun-tahun tidak melihat sosok ibunya, namun Viona tidak pernah lupa, bagaimana bentuk hidung, mata, dan bibir ibunya. “Kau menangis?” Pertanyaan Noah membuat Viona tersadar dan mengusap air matanya yang jatuh. Pria itu mungkin akan menganggapnya aneh karena menangis secara tiba-tiba hanya karena melihat sebuah lukisan. “Ah, lukisannya sangat indah. Tanpa sadar aku melihatnya tanpa berkedip dan membuat mataku perih,” dusta Viona diakhiri dengan tawa kecil. “Apa kau mengenal wanita di lukisan itu? Kau memanggilnya ‘Ibu’?” Viona mengangkat bahu dan memutar matanya ke arah lain. Sepertinya Noah mendengar gumamannya yang
Viona mengejar Noah yang sudah keluar lebih dahulu dan memukul kepalanya dengan kencang. Gadis itu lantas terkikik-kikik dan berlari kecil menuju ruang tengah saat Noah mengerang sakit sembari memegang belakang kepalanya yang dipukul. Tak terima dengan tindakan kekasihnya, Noah mengejar Viona untuk membalas perbuatan gadis itu. Tangan besarnya meraih tangan feminim gadis itu, namun naas, saat dia menarik Viona menghadapnya, kakinya tergelincir hingga membuatnya terjungkal ke belakang. Punggung Noah menghantam lantai yang terbuat dari marmer, sedangkan Viona berada di atasnya, menindih tubuh kekarnya. Daniel baru saja pulang dari kantor meski belum waktunya untuk pulang. Pria paruh baya itu lantas terkejut ketika melihat pemandangan yang disuguhkan di hadapannya, membuat tubuhnya mematung sejenak, sebelum akhirnya menggelengkan kepala. Daniel berdeham. “Jangan melewati batas. Aku tidak menginginkan cucu di luar pernikahan.” Seketika Noah dan Vi
Setelah rutinitas paginya, Viona pergi ke bank untuk menarik sejumlah uang yang akan dia berikan kepada Bardi. Uang 200 juta sangatlah besar, sehingga dia memasukkannya ke dalam tas jinjing besar yang bisa menyimpan semuanya.Ini sudah dua hari sejak Viona mengunjungi kediaman Rutherford. Mengembalikan jas Noah, menukar obat Daniel, dan bahkan melihat lukisan ibunya yang hingga kini membuatnya bertanya-tanya.“Berat sekali.”Viona mengeluh lantaran harus membawa uang yang ada di dalam tas dengan kedua tangannya sendiri. Dia sangat kesal karena uang yang susah payah dia kumpulkan harus diserahkan kepada Bardi sebagai penutup mulut.Pria itu memang perampok kejam! Memikirkannya saja sudah membuat Viona ingin memukulnya.Viona berjalan tergopoh-gopoh dan berhenti di depan sebuah gang yang terhimpit oleh dua bangunan besar. Itu adalah tempat yang Bardi inginkan untuk pertemuan. Entah dari mana pria itu memiliki nomor ponselnya, namun Viona cukup terkejut karena
Sejujurnya Daniel tidak terlalu mengerti dengan Demian. Dipikir berulang kali pun, tidak ada alasan yang mengharuskan Daniel melarang hubungan Viona dengan putranya. Apalagi Viona sudah dia anggap sebagai anaknya sendiri. Dia akan sangat berbahagia jika gadis itu menikah dengan Noah dan menjadi bagian dari keluarga Rutherford.Seketika, Demian menundukkan kepala dan menghela napas. Dia tidak pernah seperti ini sebelumnya, menghela napas meski pekerjaan menumpuk bagaikan gunung yang sangat besar.“Presdir, saya tidak tahu, apakah Anda berpura-pura bodoh atau semacamnya. Namun, Direktur Noah tidak seharusnya menjalin hubungan dengan Nona Viona.”Sekali lagi, Demian menegaskan pendapatnya dengan bersikeras. Nadanya sedikit meninggi, hingga membuat Daniel menatapnya tak percaya. Sebab, Demian sendiri adalah orang yang berkepribadian tenang. Baru kali ini dia berbicara dengan mengandung emosi.Daniel menatap tajam ke arah Demian. Tangannya di simpan di atas meja sembari memangku dagu.“Kat
Tiga orang manusia tengah berkumpul dalam satu ruangan, di hadapan meja makan yang terdapat banyak makanan dengan aroma harum di sekitarnya.Viona duduk di samping Noah, sedangkan Daniel duduk sendirian di kursi yang hanya bisa diduduki oleh kepala keluarga. Tidak ada percakapan. Hanya suara benturan sendok dan piring yang terdengar.Sekali-kali, Daniel melirik Viona melalui ekor matanya. Memorinya kembali pada percakapannya dengan Demian tadi siang; Viona adalah putri Sylvia. Kalimat itu terus terngiang di kepalanya, membuat pekerjaannya terganggu karena terus memikirkan hal itu.Di sisi lain, Viona tahu bahwa dirinya terus diperhatikan oleh Daniel. Namun, dia tetap fokus mencerna makanan dan mengabaikan tatapan Daniel yang sebenarnya membuatnya risih. Belum lagi dengan suasana hening yang menyelimuti area ruang makan. Sungguh tidak nyaman!‘Aku ingin segera pergi dari sini.’Pikir Viona, ada hal penting yang ingin Daniel bicarakan padanya sehingga mengajaknya m
Noah dan Daniel duduk di sofa dekat jendela rumah sakit, menunggu Viona siuman dari efek samping obat. Ruam merah di sekitar wajah dan tubuh Viona sudah mulai menghilang, meski belum sepenuhnya. Demam tingginya pun sudah mulai mereda dan tidak separah sebelumnya.Noah sungguh tidak menyangka jika kekasihnya sangat alergi terhadap buah persik, sama seperti ayahnya. Namun, anehnya, Viona tidak mengatakan apa pun soal itu dan justru memakannya tanpa pikir panjang.Terbayang, jika Noah tidak segera menghampiri Viona di kamar mandi, mungkin dia tidak akan tahu mengenai alergi gadis itu. Syukurlah karena dia mengambil tindakan yang tepat dan membawa Viona ke rumah sakit.Daniel berjalan menghampiri Viona yang masih terbaring tak sadarkan diri. Dilihatnya gadis itu dengan tatapan yang sulit diartikan. Tangannya kemudian mengelus rambut panjang Viona dengan hati-hati, takut jika tak sengaja membangunkannya.Untuk sesaat, Daniel memejamkan mata. Setelah kejadian ini, ada
Setelah cukup lama terdiam memandangi Noah, Viona memilih untuk melangkahkan kakinya keluar kamar rumah sakit. Kakinya berjalan menyusuri lorong, membawanya ke sebuah taman yang penuh dengan lampu jalanan.Ada sebuah bangku panjang di dekat pohon besar. Kosong. Tidak ada yang di duduk di sana. Mungkin karena sudah hampir tengah malam, jadi orang-orang lebih memilih untuk tetap di dalam ruangan.Aroma rumah sakit membuat Viona merasa sesak. Meski udara malam sangat dingin, namun itu lebih baik daripada harus diam dan berbaring di ranjang pasien.Saat hendak melangkah mendekati bangku yang kosong, matanya melihat sepasang sepatu hitam yang bergeming di tempat yang tak jauh darinya. Terlihat Daniel yang tengah menatap bunga liar berwarna kuning dengan kepalanya yang menunduk.Diam-diam Viona memperhatikannya, lalu berbalik untuk pergi dari sana. Tidak ingin mengganggu pria paruh baya itu. Namun, tanpa diduga, Daniel justru mengatakan dua kata yang membuat Viona menghent
Di pertengahan malam yang gelap, Noah mengemudikan mobilnya untuk mengantarkan Viona pulang ke rumah. Jalanan tampak sepi, hanya ada cahaya lampu yang menerangi jalanan dan bangunan-bangunan yang berjejer di sana.“Kenapa kau tidak bilang?”Noah memecah keheningan di antara mereka dengan bertanya. Dia masih heran dengan sikap Viona yang sudah mengetahui dirinya alergi, namun tetap memaksakan diri untuk memakan buah persik.Tidak ada untungnya melakukan hal itu, yang ada hanya membuat dirinya tersiksa sendiri dan membuat orang-orang terdekatnya khawatir. Sungguh, Noah tidak mengerti dengan jalan pikiran Viona.Viona yang mulanya menatap ke arah luar jendela pun sontak memutar kepala, menatap pria di sampingnya yang fokus mengemudi. Sebelumnya dia sudah memperkirakan ini, pertanyaan yang mungkin muncul dari mulut Noah.Sontak Viona tersenyum yang tanpa sadar membuat Noah mengangkat satu alisnya ke atas. Bingung.“Sepertinya alergimu membuat kepalamu bermasalah.
Viona menutup buku harian yang sempat dibacanya. Betapa dia masih tidak menyangka dengan semua tulisan-tulisan tersebut. Daniel ayah kandungnya? Selain itu, ibunya bunuh diri? Hal-hal seperti itu masih membuatnya tak habis pikir. Bagaimana dengan Noah? Bukankah itu artinya pria itu adalah saudara tirinya?Seketika Viona menaruh dahinya di atas meja, matanya terpejam, memikirkan semua hal konyol dan tidak masuk akal ini. Namun, jika melihat Demian yang menemuinya dengan wajah serius, tentu saja dia tidak berpikir bahwa pria itu sedang main-main. Jika semua ini memang adalah kebenarannya maka Viona tidak bisa diam saja. Dia sudah membalas dendam kepada orang yang tidak bersalah dan ternyata orang itu adalah ayah kandungnya. Sekarang dia mengerti, mengapa Daniel Rutherford selalu bersikap baik padanya sejak kecil. Daniel sudah mengetahui identitas Viona, namun pria itu tidak berniat mengungkapkan kebenaran yang selama ini terkubur rapat. Mengapa? Apa karena pria itu merasa sangat b
Viona menatap gelas yang penuh dengan air berwarna oranye dan bulir-bulir bening di luar gelasnya. Kini, dia tengah berhadapan dengan Demian di sebuah kafe yang dekat dengan jalanan ramai. Sudah beberapa menit sejak mereka saling duduk berhadapan, namun tidak ada satu pun dari mereka yang memulai pembicaraan. Setelah cukup lama diselimuti keheningan, akhirnya Demian menghela napas panjang dan mengeluarkan sebuah dokumen yang entah apa isinya, lalu menyodorkannya ke hadapan Viona yang kemudian membuat gadis itu menatapnya bingung. “Bukalah.”Demian menyuruh Viona membuka dokumen yang dibawanya, sedangkan Viona langsung membukanya tanpa banyak bertanya. “Mengapa Anda memberikan ini kepada saya?”Viona sama sekali tidak mengerti, mengapa Demian memberikannya sebuah dokumen tes DNA yang hanya melihat sekilasnya pun dia sudah tahu.“Apa Nona sudah membacanya?”Viona lantas menggeleng. “Bacalah terlebih dahulu.”Sebelah alis Viona terangkat, namun dia berniat untuk tidak bertanya lebih
Cukup lama Viona memeluk Noah, hingga akhirnya dia melepaskan pelukan itu dan menarik lengan Noah menuju ranjang.Noah tidak tahu apa yang hendak Viona lakukan, dan dia pun sengaja tidak bertanya. Namun, dia terkejut ketika Viona tiba-tiba naik ke atas pangkuannya. Kedua matanya terbelalak, lalu dialihkan ke tempat lain. Dia bisa melihat jelas di balik pakaian basah Viona, dan itu membuatnya tak kuasa menelan ludah.“Viona, sebaiknya kau ganti pakaian lebih dulu. Aku akan meminjamkan bajuku.”Namun, Viona tak mengindahkan perkataan Noah. Gadis itu justru membungkam mulut Noah dengan bibirnya. Memagut daging tanpa tulang tersebut secara perlahan-lahan.Sontak Noah kembali membelalakkan mata. Hari ini Viona terlihat sangat agresif dari biasanya, padahal gadis itu tak pernah seperti ini.Viona melepaskan pakaiannya di hadapan Noah dan mengalungkan kedua tangannya di leher pria itu. Tatapannya tertuju pada kedua iris hitam Noah, tak berniat untuk menatap ke arah lain.“Apa kau akan menola
Di sebuah kafe, Viona tengah duduk berhadapan dengan seorang pria yang terlihat jauh lebih tua darinya. Cukup lama mereka di sana, membicarakan sesuatu yang penting dan berbahaya.“Kau sudah mengambil semuanya?”Viona sontak bertanya pada pria itu. Kedua matanya melirik tas besar yang dia yakini adalah uang.“Totalnya 1.4 miliar. Aku sudah bersusah payah mendapatkan uang ini, jadi semua ini adalah milikku. Selain itu, aku ingin kau segera mengirim uang yang kau janjikan padaku.”Pria itu adalah seorang magang di perusahaan RF Group yang membawa kabur uang di dalam brankas. Tentu saja itu pun karena suruhan dari Viona karena gadis itu menjanjikan sejumlah uang yang cukup menggiurkan.Mengerlingkan matanya, Viona kemudian memberikan selembar cek ke hadapan pria itu.“Aku akan membayarnya setengahnya dulu. Jika kau berhasil membuat orang itu mati karena penyakitnya kambuh maka aku akan membayarkan sisanya. Bukankah itu kesepakatan kita?”Sengaja Viona memilih seseorang yang mata duitan u
Daniel memijit pangkal hidungnya sembari memikirkan masalah yang terjadi di ruang produksi. Para audit tidak akan tinggal diam jika mereka menemukan sesuatu yang dianggap tidak pantas telah memasuki area produksi. Bagaimana bisa hewan menjijikkan itu bisa masuk ke sana? Padahal setiap hari selalu ada pembersihan besar-besar untuk menjaga kebersihan area produksi.Saat Daniel hendak membuka laptopnya, kemudian Demian datang secara terburu-buru. Wajahnya terlihat tidak baik, seolah ada sesuatu yang sangat buruk telah terjadi. Dan entah mengapa, Daniel memiliki firasat buruk tentang itu.“Presdir silakan lihat ini.”Demian menyodorkan dokumen yang dibawanya ke hadapan Daniel. Itu adalah dokumen yang dikirim oleh audit, dan baru sampai pagi ini.Tanpa banyak bicara, seketika Daniel mengambil dokumen tersebut dan langsung membaca setiap kata di dalamnya. Kedua matanya terbelalak dan mulutnya menjadi kelu hingga tak bisa berkata-kata. Pria itu memegang dadanya yang tiba-tiba terasa sakit. T
Setelah makan malam bersama, Noah mengantarkan Viona pulang dengan mobilnya. Makan malam mereka hanya diselimuti keheningan, mengingat ada masalah yang sedang menimpa RF Group.Seperti biasa, Noah menurunkan Viona di depan rumahnya. Saat dia hendak turun dan mengantar gadis itu hingga depan pintu rumah, tiba-tiba ada seseorang yang menghampiri mereka dengan penuh emosi.“Vionaaa!”Dengan perasaan kesal, Bardi mengampiri Viona yang sejak tadi ditunggunya. Kedua tangannya mengepal sempurna, bahkan rahangnya mengeras. Pria itu sungguh tidak bisa menahan amarahnya. Sejurus kemudian, dia menarik kerah baju Viona secara paksa meski di samping gadis itu ada seorang pria yang tengah berdiri tegak.“Pasti kau yang sudah memberitahu mereka soal keberadaanku, bukan?”Tak tanggung-tanggung, Bardi langsung melontarkan pertanyaan yang sangat dia yakini jawabannya. Sementara Viona, gadis itu tersenyum mengejek meski hanya bisa dilihat sekilas. Hal itu membuat Bardi semakin naik darah hingga tanpa sa
Sejauh ini rencana Viona berjalan dengan lancar. Dalam hatinya dia sangat ingin tertawa keras, namun tentu saja tidak bisa ditunjukan di hadapan Noah. Sebaliknya, dia harus menunjukan rasa simpati dan menghibur Noah yang tengah menyalahkan diri sendiri.Yang sangat ingin Viona lihat saat ini adalah ... bagaimana ekspresi Daniel? Membayangkannya saja tidak cukup. Dia ingin melihat ekspresi pria paruh baya itu dengan mata kepalanya sendiri.“Noah, itu salahmu. Tikus adalah hewan liar yang bisa muncul kapan saja. Suatu kebetulan karena tikus itu terlihat oleh para audit di hari ini.”Viona tidak tahu harus menghibur Noah dengan cara apa. Bersandiwara di hadapannya saja sudah cukup melelahkan, namun dia memang harus melakukannya.Noah masih memejamkan mata, namun otaknya sedang berpikir keras. Bagaimana bisa ada tikus yang masuk ke ruang produksi di saat para audit sedang melakukan peninjauan? Kebetulan juga karena Viona ada di sana? Namun, apa benar itu suatu kebetulan?Sebenarnya Noah t
Noah pergi lebih padi dari biasanya ke kantor, sedangkan Viona akan datang lebih siang dan setelah para audit hadir di RF Group. Tentu saja itu hanya alasan. Lagi pula, Viona harus menyiapkan sebuah kejutan untuk RF Group sebelum dia datang ke sana. Viona pergi ke toko hewan liar yang menyediakan berbagai macam hewan liar yang tidak seharushnya dijadikan peliharaan. Dia membeli satu tikus kecil yang hendak dibawa ke RF Group sebagai kejutan. Memasukkannya ke dalam tas make-up yang dilubangi sedikit untuk memberinya udara. Audit adalah orang yang memeriksa kualitas produksi secara langsung. Jika mereka menemukan sesuatu yang kotor dan menjijikkan di ruang produksi maka akan mempengaruhi penilaian terhadap RF Group. Dengan langkah gontai, Vioan berjalan menuju ruangan Noah. Namun, sebelum memasuki ruangan, dia terlebih dahulu menanyakan keberadaan Noah kepada Bella yang merupakan sekretarisnya. “Noah?” Viona memanggil Noah begitu dia masuk ke dalam ruangan. Tampak pria itu yang masi
Tengah malam, Viona keluar dari kamar untuk membasahi tenggorokannya yang terasa kering. Dia pergi ke dapur, namun saat melewati ruang tengah, dia mendapati Noah yang masih belum tidur dan sedang memainkan laptop.Viona berinisiatif menghampirinya, menanyakan apa yang dilakukan pria itu di saat orang-orang sudah lelap dalam tidurnya.“Sedang mengerjakan apa?”Mendengar suara feminim tersebut, sontak Noah menoleh dan tersenyum. Lingkaran hitam di bawah mata pria itu terlihat sangat jelas, menandakan bahwa pria itu sama sekali belum memejamkan mata barang sedetik pun.“Ah, aku sedang mempersiapkan laporan untuk audit besok. Mereka akan datang ke RF Group untuk mengecek produk secara langsung, dan aku sedang mebuat laporan singkat mengenai produk terbaru kami.”“Audit?”Seketika Viona menarik sudut bibirnya secara tipis. Itu adalah kesempatan bagus untuk menjatuhkan nama baik RF Group dalam waktu yang singkat. Dia bersyukur karena Noah selalu terbuka mengenai pekerjaannya, padahal seharu