Home / Urban / Salah Balas Dendam / Aku Tidak Mau Menikah

Share

Aku Tidak Mau Menikah

Author: PHANTOM
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Noah memasang wajah serius. Jika perkataannya kurang meyakinkan maka dia akan membuat ayahnya yakin dan mempercayainya.

“Aku serius, Ayah. Jika Ayah tidak percaya, aku akan memperkenalkannya lain kali.”

“Besok! Bawa kekasihmu ke hadapan Ayah saat makan malam.”

Besok? Tampaknya ayahnya belum mempercayai Noah sebelum melihat buktinya secara langsung. Namun, besok adalah waktu yang terlalu cepat. Bagaimana cara Noah mencari seorang gadis yang bisa diajak bersandiwara dalam waktu sesingkat itu? Ya, Noah benar-benar terjebak dalam permainannya sendiri.

“Baiklah! Aku akan membawanya besok ke hadapan Ayah. Tapi ....” Noah mengalihkan pandangannya pada Karin. “Ayah harus berjanji untuk tidak membahas pernikahanku lagi dengan Karin.”

“Baiklah. Ayah berjanji!”

Noah berdiri dan langsung pergi ke kamarnya. Dia harus berpikir dan mencari cara untuk menemukan seorang gadis untuk diperkenalkan pada ayahnya besok. Bukan gadis sembarangan, gadis itu harus cantik dan memiliki otak yang cerdas.

Sementara itu, Karin yang merasa kesal dengan perkataan dan perlakuan Noah, dengan sopan meminta ijin kepada Daniel untuk pulang. Mendapatkan hati Noah memang tidak semudah membalikkan telapak tangan. Meskipun dia sudah menyingkirkan semua gadis yang menempel pada Noah, pria itu tetap tidak pernah melihatnya.

Karin masuk mobil dan berteriak dengan lantang. Dia menggigit bibirnya, suatu kebiasaan yang dia lakukan saat marah.

“Kau berkata padaku, kalau Noah tidak berkencan dengan siapa pun! Lalu, mengapa dia mengatakan hal yang sebaliknya?!” geram Karin pada asistennya yang sedang menyetir.

“Maaf, Nona. Mungkin ada yang salah dengan penyelidikan saya.”

“Cari tahu siapa wanita itu! Aku akan menyingkirkannya!”

***

Di kamarnya, Noah tengah berbaring di ranjang sembari memejamkan mata. Tidak tidur, dia melakukan itu karena otaknya sedang berpikir keras. Bagaimana caranya menemukan seorang gadis untuk dijadikan kekasih palsunya? Oh, berapa kali pun dia berpikir, otak cerdasnya tidak bisa menemukan jawaban.

Helaan napas keluar dari mulut Noah. Dia mengalihkan kepalanya ke arah samping, ke sebuah sofa panjang yang selalu dia gunakan untuk membaca buku. Netranya kemudian terpaku melihat sebuah buku yang ada di atas sofa. Buku milik seseorang yang beberapa menit lalu dia temui di bar.

“Bar!”

Noah beranjak dari ranjangnya dan bergegas keluar dari kamar. Setelah melihat buku itu, bayang-bayang wajah seorang gadis yang belum dia ketahui namanya muncul seketika. Gadis yang cocok untuk menjadi kekasihnya. Ah, kekasih palsu lebih tepatnya.

Dengan kecepatan tinggi, Noah membawa pergi mobilnya ke sebuah bar yang sebelumnya dia datangi. Dia berharap jika gadis itu masih ada di sana. Namun ...

Terlambat! Tempat duduk gadis itu kosong. Noah mencari keberadaannya ke setiap sudut, namun tampaknya gadis itu sudah pergi sejak tadi.

“Apa ada yang bisa aku bantu, Tuan? Kau terlihat sedang mencari seseorang,” tanya Bartender.

Sial! Mengapa Noah tidak terpikirkan untuk menanyakannya kepada bartender? Mungkin saja bartender itu mengetahui sesuatu tentang gadis itu.

“Apa kau melihat gadis yang duduk di sini sebelumnya? Dia memakai gaun hitam selutut dan rambutnya di urai,” jelas Noah.

“Maksudmu Viona? Dia sudah pergi sejak tadi.”

Viona, nama yang bagus. Baru sekarang Noah mengetahui namanya, itu pun dari mulut orang lain.

“Apa kau memiliki kontaknya? Ada sesuatu yang ingin aku bicarakan dengannya.”

Bartender itu tampak berpikir sebentar. Dia terlihat ragu.

“Aku tidak bisa memberikan kontaknya ke sembarang orang. Tapi, aku bisa meneleponnya sekarang agar kau bisa berbicara dengannya.”

Noah mengangguk. Sesuai perkataannya, bartender itu pun menghubungi nomor Viona dan memberikan ponselnya kepada Noah. Tampaknya Viona belum tidur, gadis itu langsung mengangkatnya dalam waktu beberapa detik.

[Halo? Ada apa meneleponku?] tanya Viona di seberang telepon. Dia tidak tahu jika yang meneleponnya bukan temannya sang bartender, melainkan Noah.

Noah tampak bergeming sejenak. Padahal tadi dia sangat bersemangat untuk mengajak Viona menjadi kekasih palsunya, namun saat dia diberi kesempatan untuk berbicara, dia menjadi ragu.

“Maaf karena mengganggumu. Namaku Noah. Tadi kita sempat bertemu di bar dan hari sebelumnya kita bertemu di kafe. Ada hal penting yang ingin aku bicarakan denganmu, bisakah kau datang ke RF Group besok? Aku akan menyampaikannya di sana.”

Noah tidak bisa mengatakan hal penting itu melalui telepon. Dia harus mengatakannya secara langsung di hadapan Viona. Namun, apakah Viona akan datang?

***

Tawa keras menggema mengisi keheningan kamar, Viona masih tak percaya dengan Noah yang tiba-tiba menghubunginya dan memintanya datang ke RF Group untuk membicarakan sesuatu. Bagaimana tidak? Rencana Viona untuk mendekati Noah menjadi lebih mudah karena Noah sendiri yang justru memintanya datang menghampirinya.

Meskipun Viona tidak tahu apa yang akan Noah bicarakan padanya. Namun, kesempatan bagus ini tidak akan disia-siakan olehnya.

Viona berdiri di hadapan cermin besar dan menatap gaun merah yang membalut tubuh langsingnya. Dia harus mengecek penampilannya sekali lagi sebelum pergi menemui Noah. Sebagai sentuhan akhir, dia mengoles lipstik pemberian Noah pada bibirnya.

“Semoga berhasil, Viona!” seru Viona pada dirinya sendiri. 'Berhasil menggoda Noah dan mendapatkan hatinya,' lanjutnya dalam hati.

Viona pergi menuju RF Group menggunakan taksi. Dia sengaja pergi pada jam makan siang karena tidak ingin menganggu Noah yang mungkin sibuk di jam kerjanya. Lagi pula, Noah tidak memberitahunya mengenai jam berapa dia harus datang ke RF Group. Jadi, dia bebas datang kapan saja, bukan?

“Permisi. Namaku Viona, aku datang untuk bertemu dengan Noah,” ucap Viona pada salah satu resepsionis.

“Apa sebelumnya Anda sudah membuat janji?”

“Ya, aku sudah membuat janji dengannya. Bisakah kau menghubunginya dan memberitahukan kedatanganku?”

Resepsionis itu mengangguk dan segera menghubungi Noah melalui telepon. Viona mengetuk-ngetuk jarinya di meja resepsionis, menunggu sang resepsionis selesai memberitahukan kedatangannya pada Noah.

Selang beberapa waktu, resepsionis menutup teleponnya dan berkata, “Direktur Noah sudah menunggu Anda di ruangannya. Mari, saya antar.”

Related chapters

  • Salah Balas Dendam   Kekasih Palsu

    Di lantai 8, lift berhenti. Viona berjalan di belakang resepsionis yang sedang memandunya berjalan menuju ruangan Noah. Resepsionis itu kemudian berhenti di sebuah pintu berwarna putih dan mengetuk pintu tersebut sebanyak tiga kali. “Direktur Noah, tamu Anda sudah datang.” “Masuklah!” Resepsionis membukakan pintu untuk Viona. Dia masuk bersama Viona hanya untuk membungkuk kepada Noah, lalu pergi begitu saja. “Apa aku datang di waktu yang kurang tepat? Sepertinya kau masih sibuk dengan pekerjaanmu,” ucap Viona yang berusaha membuka percakapan. Resepsionis itu berkata kalau Noah sudah menunggu Viona di ruangannya. Menunggu apanya? Noah bahkan masih sibuk berkutat dengan laptopnya. Seperti mengetahui isi pikiran Viona, Noah sontak menutup laptop dan melepas kaca mata yang bertengger di hidung mancungnya. Dia beranjak dari kursi kerjanya dan beralih menuju sofa. “Silakan duduk,” sambut Noah dengan ramah. Viona duduk di sofa yang berhadapan dengan Noah. Dia duduk dengan menyilangka

  • Salah Balas Dendam   Makan Malam Dengan Orang Itu

    Viona sudah rapi menggunakan gaun panjang berwarna biru dengan sedikit polesan make-up di wajahnya. Kini dia tengah berdiri di depan gerbang rumahnya, menunggu Noah menjemputnya untuk makan malam. Selang beberapa waktu, sebuah mobil ferrari berwarna merah berhenti di depan Viona. Sang pemilik mobil mahal tersebut kemudian keluar dari mobilnya dan menghampiri Viona yang tengah berdiri mematung. “Apa kau menunggu lama?” tanya Noah yang baru saja turun dari mobil. “Tidak, aku baru saja keluar dari rumah,” jawab Viona. Noah membukakan pintu mobil untuk Viona layaknya seorang kekasih sebenarnya. Ya, pria itu memang terlalu perhatian hingga bisa membuat Viona jatuh hati padanya. Penampilannya juga sempurna meskipun memakai tuksedo berwarna biru muda yang senada dengan gaun Viona. Gaun yang dipakai Viona dan tuksedo Noah adalah sepasang. Setelah sampai rumah tadi siang, Noah tiba-tiba menghubungi Viona dan meminta alamat rumahnya. Dia tak menyangka jika Noah akan membelikannya gaun untu

  • Salah Balas Dendam   Makan Malam Dengan Orang Itu (2)

    Memang benar jika Karin hanya diam saja sejak tadi, namun dia tidak benar-benar diam. Dia benci melihat wajah Viona dan melampiaskannya pada makanan. Dia mengiris kecil-kecil sepiring steik dan mengunyahnya dengan kasar. Karin menaruh pisau dan garpu, lalu mengelap mulutnya dengan tisu. “Jika Noah memang sudah memiliki kekasih, aku tidak akan memaksanya untuk menikah denganku, Paman. Noah berhak bahagia,” jawab Karin dengan memasang wajah tenang.“Kau memang baik, Karin. Paman harap, kau masih bisa berhubungan baik dengan kami meskipun kau tidak jadi menikah dengan Noah.” Daniel mengalihkan pandangannya kepada Viona. “Viona ... mulai hari ini kau bisa berbicara santai padaku. Berhentilah memakai bahasa formal.” “Baik, saya –ah tidak!” Viona menggelengkan kepala. “Aku mengerti, Paman.” Ah, perut Viona terasa digelitik. Sudah lama sekali dia tidak menyebut Daniel dengan sebutan paman. Dahulu, dia kerap kali menyebut kata itu tatkala Daniel berkunjung ke rumahnya setiap sabtu dan mem

  • Salah Balas Dendam   Jebakan Karin

    Di balik meja kerjanya, Noah hanya diam dan hanyut dalam pikirannya sendiri. Dokumen-dokumen yang menumpuk di mejanya bahkan belum tersentuh sedikit pun. Pria itu masih memikirkan kejadian semalam saat Viona tiba-tiba menciumnya dan pergi tanpa mengatakan apa pun.Mengapa gadis itu menciumnya? Apa yang ingin dia pastikan? Apakah dia selalu melakukan hal itu kepada semua pria atau hanya kepada Noah seorang? Noah sungguh tidak bisa menemukan jawabannya. Noah menghela napas, lalu menggelengkan kepala. “Ck! Berhentilah memikirkannya, Noah!” gumamnya mencoba menepis bayang-bayang Viona yang terus melintas di kepalanya.Suara dering singkat yang menandakan pesan masuk melalui ponselnya membuat fokus Noah teralihkan. Dia kemudian meraih ponselnya yang ada di samping laptop dan segera membuka pesan tersebut.‘Aku ingin makan malam berdua denganmu. Datanglah ke Kingfood Restaurant jam tujuh malam. Aku janji, setelah ini aku tidak akan mengganggumu lagi.’Noah menden

  • Salah Balas Dendam   Menyelamatkan Noah

    “Kau ...,” ucap Noah dengan suara lemah sebelum kesadarannya menghilang.Karin menggoyang-goyangkan bahu Noah untuk memastikan apakah pria itu sudah benar-benar tertidur atau belum. Dia kemudian tertawa kecil dan berbisik di telinga Noah. “Aku pasti akan membuatmu menikahiku ... Noah.”Karin menjentikkan jari kepada pria yang duduk tak jauh darinya. Tak lama setelahnya, pria yang merupakan asistennya itu datang dan berdiri di hadapan Karin.“Bawa Noah ke dalam ruanganku dan baringkan dia di ranjang,” titah Karin.Karena Kingfood Restaurant dikelola olehnya, Karin membuat ruangan kerjanya seperti kamarnya sendiri. Dia memiliki ranjang berukuran besar dan kamar mandi di dalam ruangan kerjanya.Asisten Karin mengangguk. Pria berbadan besar itu kemudian memapah tubuh Noah menuju ruangan Karin dan membaringkannya di atas ranjang. Karena tugasnya sudah selesai, dia berniat pergi dan berjaga di luar ruangan. Namun, Karin lagi-lagi menahannya.“Tetap di sini! Ka

  • Salah Balas Dendam   Ceritakan Kembali

    Viona menghempaskan tubuh Noah di atas ranjangnya. Kejadian hari ini sungguh menguras emosi dan tenaganya secara bersamaan. Dia tidak dipercaya jika orang secerdas Noah bisa terjebak dalam rencana bodoh Karin. Pria itu tampaknya kurang waspada.“Sial! Seluruh tubuhku sakit sekali!” umpat Viona sembari duduk di sisi ranjang.Bayangkan saja, Viona menggendong atau lebih tepatnya menyeret tubuh Noah di punggungnya dari Kingfood Restaurant menuju taksi dan dari taksi menuju kamarnya. Ya, seluruh tubuhnya terasa remuk berkeping-keping.Viona memandang wajah Noah yang damai dalam tidurnya. Perlahan dia memposisikan kedua tangannya di leher Noah dan berpikir, bagaimana jika dia membunuh Noah untuk membuat Daniel sengsara alih-alih mendekati Noah dan hanya memanfaatkannya? Namun, pikiran itu segera ditepisnya dalam sekejap.“Lebih baik aku tidur saja,” gumam Viona dan segera membaringkan tubuhnya di samping Noah.Tak membutuhkan waktu lama untuk Viona memejamkan mat

  • Salah Balas Dendam   Menemui Karin

    Jantungnya nyaris keluar karena kekhawatirannya nyaris terjadi. Noah berdiri di dinding investigasi yang penuh dengan foto Daniel Rutherford dan hampir membuka tirainya jikalau Viona tidak segera berteriak.“Aku penasaran dengan dinding ini. Kenapa ditutupi tirai?”Ah, seharusnya Viona menyuruh Noah menunggu di luar tadi. Ini kesalahannya sendiri, namun syukurlah karena pria itu belum sempat membukanya.“Jangan membukanya! Itu ... itu penuh dengan foto ... foto telanjangku! Ya, benar!” gagap Viona karena terlalu panik dan harus mencari alasan yang masuk akal untuk mengelabui Noah hingga pria itu tidak akan berani membukanya.Noah berdeham dan wajahnya sedikit tersipu. Matanya hampir melihat sesuatu yang tidak boleh dilihat. Lagi pula, mengapa gadis seperti Viona memajang foto tanpa busana di dinding kamarnya? Hobi yang sangat aneh. “Maaf, aku tidak tahu,” lirih Noah.“Tidak apa-apa, aku yang salah karena tidak memberitahumu sebelumnya. Oh iya, cepat bersihka

  • Salah Balas Dendam   Menemui Karin (2)

    Karin bergeming hingga beberapa saat. Sejurus kemudian, gadis itu membuka pintu kamarnya dan terkejut karena mengetahui bahwa Noah tidak datang sendiri. Begitu netranya melihat Viona, dia bergegas menutup pintu kamarnya lagi. Namun, Noah segera menahannya dengan menyelipkan kakinya di sela-sela pintu yang masih terbuka.“Tarik kakimu kembali jika tidak ingin terluka!” titah Karin yang hendak menutup pintu kamarnya secara paksa dan ...Brak!Akhirnya Viona menendang pintu kamar Karin hingga terbuka lebar, dia tidak tahan melihat Noah menyiksa dirinya sendiri dengan menyelipkan kakinya di sela-sela pintu padahal pria itu bisa memakai cara yang kasar.“Ups! Tenang saja, aku tidak merusak pintu kamarmu,” ucap Viona sembari masuk ke dalam kamar Karin. “Sayang, duduklah di sini. Karin sudah mempersilakan kita masuk, jadi jangan terus berdiri di sana,” lanjutnya berbicara kepada Noah.Noah nyaris tertawa dengan tingkah laku Viona yang terlalu ekstrim. Tubuhnya saja

Latest chapter

  • Salah Balas Dendam   Terungkap

    Viona menutup buku harian yang sempat dibacanya. Betapa dia masih tidak menyangka dengan semua tulisan-tulisan tersebut. Daniel ayah kandungnya? Selain itu, ibunya bunuh diri? Hal-hal seperti itu masih membuatnya tak habis pikir. Bagaimana dengan Noah? Bukankah itu artinya pria itu adalah saudara tirinya?Seketika Viona menaruh dahinya di atas meja, matanya terpejam, memikirkan semua hal konyol dan tidak masuk akal ini. Namun, jika melihat Demian yang menemuinya dengan wajah serius, tentu saja dia tidak berpikir bahwa pria itu sedang main-main. Jika semua ini memang adalah kebenarannya maka Viona tidak bisa diam saja. Dia sudah membalas dendam kepada orang yang tidak bersalah dan ternyata orang itu adalah ayah kandungnya. Sekarang dia mengerti, mengapa Daniel Rutherford selalu bersikap baik padanya sejak kecil. Daniel sudah mengetahui identitas Viona, namun pria itu tidak berniat mengungkapkan kebenaran yang selama ini terkubur rapat. Mengapa? Apa karena pria itu merasa sangat b

  • Salah Balas Dendam   Di Balik Masa Lalu

    Viona menatap gelas yang penuh dengan air berwarna oranye dan bulir-bulir bening di luar gelasnya. Kini, dia tengah berhadapan dengan Demian di sebuah kafe yang dekat dengan jalanan ramai. Sudah beberapa menit sejak mereka saling duduk berhadapan, namun tidak ada satu pun dari mereka yang memulai pembicaraan. Setelah cukup lama diselimuti keheningan, akhirnya Demian menghela napas panjang dan mengeluarkan sebuah dokumen yang entah apa isinya, lalu menyodorkannya ke hadapan Viona yang kemudian membuat gadis itu menatapnya bingung. “Bukalah.”Demian menyuruh Viona membuka dokumen yang dibawanya, sedangkan Viona langsung membukanya tanpa banyak bertanya. “Mengapa Anda memberikan ini kepada saya?”Viona sama sekali tidak mengerti, mengapa Demian memberikannya sebuah dokumen tes DNA yang hanya melihat sekilasnya pun dia sudah tahu.“Apa Nona sudah membacanya?”Viona lantas menggeleng. “Bacalah terlebih dahulu.”Sebelah alis Viona terangkat, namun dia berniat untuk tidak bertanya lebih

  • Salah Balas Dendam   Aku Akan Bersamamu

    Cukup lama Viona memeluk Noah, hingga akhirnya dia melepaskan pelukan itu dan menarik lengan Noah menuju ranjang.Noah tidak tahu apa yang hendak Viona lakukan, dan dia pun sengaja tidak bertanya. Namun, dia terkejut ketika Viona tiba-tiba naik ke atas pangkuannya. Kedua matanya terbelalak, lalu dialihkan ke tempat lain. Dia bisa melihat jelas di balik pakaian basah Viona, dan itu membuatnya tak kuasa menelan ludah.“Viona, sebaiknya kau ganti pakaian lebih dulu. Aku akan meminjamkan bajuku.”Namun, Viona tak mengindahkan perkataan Noah. Gadis itu justru membungkam mulut Noah dengan bibirnya. Memagut daging tanpa tulang tersebut secara perlahan-lahan.Sontak Noah kembali membelalakkan mata. Hari ini Viona terlihat sangat agresif dari biasanya, padahal gadis itu tak pernah seperti ini.Viona melepaskan pakaiannya di hadapan Noah dan mengalungkan kedua tangannya di leher pria itu. Tatapannya tertuju pada kedua iris hitam Noah, tak berniat untuk menatap ke arah lain.“Apa kau akan menola

  • Salah Balas Dendam   Aku Hanya Ingin Memeluk

    Di sebuah kafe, Viona tengah duduk berhadapan dengan seorang pria yang terlihat jauh lebih tua darinya. Cukup lama mereka di sana, membicarakan sesuatu yang penting dan berbahaya.“Kau sudah mengambil semuanya?”Viona sontak bertanya pada pria itu. Kedua matanya melirik tas besar yang dia yakini adalah uang.“Totalnya 1.4 miliar. Aku sudah bersusah payah mendapatkan uang ini, jadi semua ini adalah milikku. Selain itu, aku ingin kau segera mengirim uang yang kau janjikan padaku.”Pria itu adalah seorang magang di perusahaan RF Group yang membawa kabur uang di dalam brankas. Tentu saja itu pun karena suruhan dari Viona karena gadis itu menjanjikan sejumlah uang yang cukup menggiurkan.Mengerlingkan matanya, Viona kemudian memberikan selembar cek ke hadapan pria itu.“Aku akan membayarnya setengahnya dulu. Jika kau berhasil membuat orang itu mati karena penyakitnya kambuh maka aku akan membayarkan sisanya. Bukankah itu kesepakatan kita?”Sengaja Viona memilih seseorang yang mata duitan u

  • Salah Balas Dendam   Kematian Sang Presdir

    Daniel memijit pangkal hidungnya sembari memikirkan masalah yang terjadi di ruang produksi. Para audit tidak akan tinggal diam jika mereka menemukan sesuatu yang dianggap tidak pantas telah memasuki area produksi. Bagaimana bisa hewan menjijikkan itu bisa masuk ke sana? Padahal setiap hari selalu ada pembersihan besar-besar untuk menjaga kebersihan area produksi.Saat Daniel hendak membuka laptopnya, kemudian Demian datang secara terburu-buru. Wajahnya terlihat tidak baik, seolah ada sesuatu yang sangat buruk telah terjadi. Dan entah mengapa, Daniel memiliki firasat buruk tentang itu.“Presdir silakan lihat ini.”Demian menyodorkan dokumen yang dibawanya ke hadapan Daniel. Itu adalah dokumen yang dikirim oleh audit, dan baru sampai pagi ini.Tanpa banyak bicara, seketika Daniel mengambil dokumen tersebut dan langsung membaca setiap kata di dalamnya. Kedua matanya terbelalak dan mulutnya menjadi kelu hingga tak bisa berkata-kata. Pria itu memegang dadanya yang tiba-tiba terasa sakit. T

  • Salah Balas Dendam   Percaya

    Setelah makan malam bersama, Noah mengantarkan Viona pulang dengan mobilnya. Makan malam mereka hanya diselimuti keheningan, mengingat ada masalah yang sedang menimpa RF Group.Seperti biasa, Noah menurunkan Viona di depan rumahnya. Saat dia hendak turun dan mengantar gadis itu hingga depan pintu rumah, tiba-tiba ada seseorang yang menghampiri mereka dengan penuh emosi.“Vionaaa!”Dengan perasaan kesal, Bardi mengampiri Viona yang sejak tadi ditunggunya. Kedua tangannya mengepal sempurna, bahkan rahangnya mengeras. Pria itu sungguh tidak bisa menahan amarahnya. Sejurus kemudian, dia menarik kerah baju Viona secara paksa meski di samping gadis itu ada seorang pria yang tengah berdiri tegak.“Pasti kau yang sudah memberitahu mereka soal keberadaanku, bukan?”Tak tanggung-tanggung, Bardi langsung melontarkan pertanyaan yang sangat dia yakini jawabannya. Sementara Viona, gadis itu tersenyum mengejek meski hanya bisa dilihat sekilas. Hal itu membuat Bardi semakin naik darah hingga tanpa sa

  • Salah Balas Dendam   Jangan Meremehkanku

    Sejauh ini rencana Viona berjalan dengan lancar. Dalam hatinya dia sangat ingin tertawa keras, namun tentu saja tidak bisa ditunjukan di hadapan Noah. Sebaliknya, dia harus menunjukan rasa simpati dan menghibur Noah yang tengah menyalahkan diri sendiri.Yang sangat ingin Viona lihat saat ini adalah ... bagaimana ekspresi Daniel? Membayangkannya saja tidak cukup. Dia ingin melihat ekspresi pria paruh baya itu dengan mata kepalanya sendiri.“Noah, itu salahmu. Tikus adalah hewan liar yang bisa muncul kapan saja. Suatu kebetulan karena tikus itu terlihat oleh para audit di hari ini.”Viona tidak tahu harus menghibur Noah dengan cara apa. Bersandiwara di hadapannya saja sudah cukup melelahkan, namun dia memang harus melakukannya.Noah masih memejamkan mata, namun otaknya sedang berpikir keras. Bagaimana bisa ada tikus yang masuk ke ruang produksi di saat para audit sedang melakukan peninjauan? Kebetulan juga karena Viona ada di sana? Namun, apa benar itu suatu kebetulan?Sebenarnya Noah t

  • Salah Balas Dendam   Tikus

    Noah pergi lebih padi dari biasanya ke kantor, sedangkan Viona akan datang lebih siang dan setelah para audit hadir di RF Group. Tentu saja itu hanya alasan. Lagi pula, Viona harus menyiapkan sebuah kejutan untuk RF Group sebelum dia datang ke sana. Viona pergi ke toko hewan liar yang menyediakan berbagai macam hewan liar yang tidak seharushnya dijadikan peliharaan. Dia membeli satu tikus kecil yang hendak dibawa ke RF Group sebagai kejutan. Memasukkannya ke dalam tas make-up yang dilubangi sedikit untuk memberinya udara. Audit adalah orang yang memeriksa kualitas produksi secara langsung. Jika mereka menemukan sesuatu yang kotor dan menjijikkan di ruang produksi maka akan mempengaruhi penilaian terhadap RF Group. Dengan langkah gontai, Vioan berjalan menuju ruangan Noah. Namun, sebelum memasuki ruangan, dia terlebih dahulu menanyakan keberadaan Noah kepada Bella yang merupakan sekretarisnya. “Noah?” Viona memanggil Noah begitu dia masuk ke dalam ruangan. Tampak pria itu yang masi

  • Salah Balas Dendam   Dinding Bertirai

    Tengah malam, Viona keluar dari kamar untuk membasahi tenggorokannya yang terasa kering. Dia pergi ke dapur, namun saat melewati ruang tengah, dia mendapati Noah yang masih belum tidur dan sedang memainkan laptop.Viona berinisiatif menghampirinya, menanyakan apa yang dilakukan pria itu di saat orang-orang sudah lelap dalam tidurnya.“Sedang mengerjakan apa?”Mendengar suara feminim tersebut, sontak Noah menoleh dan tersenyum. Lingkaran hitam di bawah mata pria itu terlihat sangat jelas, menandakan bahwa pria itu sama sekali belum memejamkan mata barang sedetik pun.“Ah, aku sedang mempersiapkan laporan untuk audit besok. Mereka akan datang ke RF Group untuk mengecek produk secara langsung, dan aku sedang mebuat laporan singkat mengenai produk terbaru kami.”“Audit?”Seketika Viona menarik sudut bibirnya secara tipis. Itu adalah kesempatan bagus untuk menjatuhkan nama baik RF Group dalam waktu yang singkat. Dia bersyukur karena Noah selalu terbuka mengenai pekerjaannya, padahal seharu

DMCA.com Protection Status