Home / Romansa / Safira Aswanta / Rencana Perjodohan

Share

Rencana Perjodohan

Author: Ai
last update Last Updated: 2022-03-10 19:34:54

Tujuh Tahun Kemudian...

 Suatu hari aku pulang kerja, sampai di rumah sudah mangrib. Aku membuka pintu rumah dan berjalan menuju ruang tamu. Kamarku ada di lantai dua dan harus melewati ruang tamu tersebut. Samar-samar aku mendengar ada orang lagi mengobrol. Ternyata di ruang tamu itu sudah berkumpul Ayah tiriku, Ibu, saudaralaki-laki tiriku dan istrinya.

“Aku pulang…” sapaku sambil berjalan menuju tangga ke lantai dua. Aku ingin cepat-cepat sampai di kamar tidurku. Karena aku tidak mau mendengar ocehan apa lagi yang akan aku dengarkan kali ini.

“Ya ampun… adik ipar ternyata baru pulang?” tanya Renata.

Dia kakak iparku, istri dari saudara laki-laki tiriku, Dino. Salah satu orang yang paling tidak ingin aku dengar suaranya adalah kakak iparku itu. Semenjak dia tahu aku bukan anak kandung dari ayah tiriku, dia selalu mencoba mencari kekuranganku dan berusaha menjatuhkan dan mejelek-jelekkan diriku di dalam keluarga itu.

 “Iya kakak ipar” kataku sambil menganggukkan kepala dan pura-pura tersenyum.

 Hidupku di rumah ini penuh kepalsuan. Aku berusaha tidak menunjukkan ketidak sukaanku kepada mereka. Semenjak kedatanganku ke dalam keluarga ini sudah dicap sebagai anak pembawa sial. Mereka berusaha membuat aku bisa memenuhi standard menjadi bagian dari keluarga itu yang membuat beban dan tekanan di dalam hidupku bertambah.

 “Adik ipar, kebetulan sekali kamu sudah pulang. Ada yang mau aku bicarakan denganmu” kata Renata sambil berjalan mendekatiku.

 “Rekan kantor suamiku punya atasan. Posisi jabatan yang dia pengang sekarang lumayan tinggi. Saat ini dia mau mencari calon istri dan dia masih muda juga. Dia benar-benar calon istri yang baik, jika dilewatkan kan sayang? Kamu juga kan sudah waktunya untuk mencari pasangan yang cocok untukmu."

 Aku melihat Renata sangat bersemangat mengatakannya. “Perjodohan”. Ini artinya dia meminta aku ingin menerima perjodohan itu. Entah apa tujuannya kali aku tidak tahu.

 “Per… perjodohan? Fira kan masih 25 tahun, apakah ini tidak terlalu cepat?"

 Aku mendengar suara ibuku khawatir. Dia juga mungkin tahu aku tidak menyukai hal seperti ini. Dan ibuku tahu bahwa semua kehidupan yang aku jalani saat ini adalah atas permintaan dari ayah tiriku. Dia tidak mungkin mau menampungku di rumah ini dengan sukarela.

Aku pun sadar diri akan hal itu. Mereka mau menyekolahkan aku sampai keperguruan tinggi dan menghabiskan banyak uang karena suatu saat mereka butuh bantuan memperlancar bisnis perusahaan mereka, yaa ini salah satu. “Melakukan perjodohan."

 “Apa yang ibu mertua katakan? Aku dengan Safira kan hanya beda satu tahun saja dan aku bisa menemukan pasangan dan hidup dengan baik juga. Benarkan sayang?” tanya Renata sama suaminya. Ayah tiriku yang mendengar percakapan kami juga ikut mendukung rencana kakak iparku.

“Benar, diumur segitu adalah waktu yang tepat untuk menikah. Lagipula kalau perjodohan itu berjalan dengan lancar bukankah itu baik untukmu Dino? Orang itu kan rekan bisnismu dan akan baik kedepannya juga buat perusahaan kita bisa mempererat hubungan kerjasama dengan mereka. Dan juga tidak baik jika dengan sembarangan menolaknya” ayah tiriku mencoba menjeslakan. Dari caranya berbicara saya yakin dia sangat menyetujui rencana kakak iparku itu.

Aku tidak tahu rencananya kali ini. Beberapa pulan yang lalu juga dia sudah pernah melakukan hal yang sama tapi dengan cara yang berbeda.

Related chapters

  • Safira Aswanta   Renata Kompor Meledak

    “Benar ayah, jika perjodohan itu berjalan dengan lancar sangat baik buat posisiku dan juga buat perusahaan kita” kata Doni menimpali.Melihat semua orang yang ada di ruangan itu setuju aku menerima perjodohan itu, ibu merasa tidak enak. Ditambah lagi aku hanya diam berdiri dan tidak memberikan respon apa-apa. Ibuku datang menghampiriku dan mecoba meraih tanganku. Aku tahu dia berusaha menenangkan hatiku. Hidupku benar-benar diatur di rumah ini. Tidak bisa melakukan sesuatu sesuai dengan keinginanku.“Maaf… tapi aku tidak tertarik dengan perjodohan. Aku Lelah, aku izin ke kamarku dulu” kataku sambil meninggalkan mereka di ruang tamu tadi.Aku lelah dengan semua ini, aku ingin istirahat. Saat aku menaiki tangga menuju ke lantai dua di mana kamar tidurku berada, aku masih mendengar kakak iparku memanggil. Tapi aku tidak menggubris sedikitpun. Aku sudah muak dengan segala peraturan yang harus aku turuti di rumah ini. Jika mereka mengus

    Last Updated : 2022-03-10
  • Safira Aswanta   Safira Pasrah

    Hatiku semakin menjerit. Aku merasa terpojok seakan-akan ini semua adalah kesalahanku. Ibuku sepertinya tidak bisa memahami perasaanku selama tinggal bersamanya di dalam rumah ini.Atau memang ibuku pura-pura tidak tahu apa yang aku rasakan selama ini. Selama tinggal di rumah ini aku sekalipun tidak pernah membantah mereka. Apa yang mereka rencanakan dan lakukan terhadap hidupku aku selalu menurut.“Ya ampuuun, tensi ayah mertua tidak sampai naikkan? Kasihan ayah mertua. Padahal ayah mertua sudah stress memikirkan perkerjaannya di kantor juga. Dan masalah keluarga ini juga tidak berjalan sesuai dengan keinginannya.Tapi kalau adik ipar tidak mau, ya mau gimana lagi. Palingan harga diri suamiku yang akan tercoreng dia hadapan rekan bisnisnya. Tapi daripada itu, aku lebih khawatir dengan perasaan ayah mertua” kata Renata yang ingin membuat perasaan ibu menjadi tidak enak. Dia berusaha memanas-manasin hati ibu.“Masa sih dia semarah itu? Ka

    Last Updated : 2022-03-11
  • Safira Aswanta   Keluarga Adiwijaya

    Sementara di ruang keluarga rumah utama keluarga Adiwijaya, nyonya besar sedang memarahi anak bungsu keluarga itu. Dia khawatir anak bungsunya itu tidak ada niat untuk menikah apadahal umurnya sudah cukup matang untung berkeluarga.Bahkan keluarga itu sempat curiga kalau anaknya itu ada kelainanan, yaitu menyukai sesama jenis karena selama ini tidak pernah memperkenalkan teman wanitanya sekalipun.Keluarga Adiwijaya mempunya dua anak laki-laki, yang sulung Arlen Adiwijaya dan Daren Adiwijaya. Anak sulung mereka sudah menikah dan dari perikahan anak sulungnya itu mereka mempunyai cucu perempuan yang masih balita berumur satu setengah tahun.Keluarga Adiwijaya adalah salah satu keluarga yang mempunyai perusahaan besar yang sangat berpengaruh di Jakarta dan bahkan sudah membuka cabang di beberapa kota lain sampai ke luar negeri.”Daren, kamu sebenarnya dengar nggak sih mama lagi bicara? Umur papa sama mama kamu ini sudah nggak muda lagi, sudah ma

    Last Updated : 2022-03-11
  • Safira Aswanta   Daren Harus Memilih

    Mendengar ocehan mamanya, Daren sadar kalau kali ini dia tidak bisa mengelak lagi. Akhirnya dia melihat satu per satu foto para gadis yang ada di hadapannya itu. Dan setelah dia melihat beberapa gadis itu, mamanya bertanya apakah ada kira-kira yang dia suka. “Bagaimana Daren, apakah ada yang cocok kamu lihat?” “Hhmm, kalau dilihat dari foto semuanya terlihat sopan, cantik dan baik. Semuanya terlihat sama karena mereka berfoto dengan tersenyum. Kenapa wajah yang tersenyum bisa membuat terlihat baik ya?” tanya Daren sambil tersenyum kepada mamanya. Mamanya juga bingung dengan pertanyaan anak bungsunya itu. “Sejak kapan ada orang berfoto dengan wajah menangis? Ada-ada aja pertanyaanmu yang tidak masuk akal. Kamu jangan banyak tanya, sekarang kamu lihat mana kira-kira yang akan kamu ajak kencan. Katanya, semua yang dicalonkan ini adalah dari keluarga baik-baik.” Tiba-tiba Daren melihat satu foto wanita yang posenya menunjukkan wajah datar tanpa be

    Last Updated : 2022-03-12
  • Safira Aswanta   Pertemuan Batal

    Keesok harinya di kantor Daren“Aaaah… baiklah. Kalau begitu akan saya lanjutkan sesuai dengan kesepakatan awal” kata Siska sambil menerima berkas yang sudah ditanda tangani Daren tadi.Dia merasa kesal kepada Daren karena menurutnya laki-laki itu terlalu keras terhadapnya padahal mereka adalah teman. Setelah dia memeriksa berkas yang tadi untung memastikan tidak ada yang kurang. Siska mengajak Daren makan siang tetapi sepertinya Daren tidak bisa.“Hari ini aku tidak bisa pergi makan bareng dengan mu” kata Daren kepada Siska. Daren yang melihat tidak ada pergerakan dari Siska bertanya lagi.“Kenapa? Kamu masih ada urusan? Hari ini aku ada janji pertemuan dengan seseorang, jadi lain kali saja kita pergi makannya."Daren menjelaskan sambil melihat jam tangannya yang sudah menunjukkan jam 13:45 WIB. Dia teringat dengan pesan dari mamanya kalau pihak dari wanita itu sudah mereservasi salah satu restoran dekat kantor

    Last Updated : 2022-03-12
  • Safira Aswanta   Karyawan yang Terluka

    Daren yang merasa proyek pembangunan itu adalah tanggungjawabnya dari awal, mau tidak mau dia harus turun tangan langsung untuk memastikan kondisi di lapangan secara langsung bagaimana. “Ada-ada saja” kata Daren. Dia langsung menelepon mamanya memberitahukan kalau dia hari ini tidak bisa menjumpai wanita yang akan dijodohkan dengannya itu. Dia berusaha menjelaskan sama mamanya kalau dia kali ini tidak berbohong mencari alasan untuk menghidar pertemuan dengan wanita yang dijodohkan itu. Benar kalau memang saat ini dia ada urusan mendesak. Dia juga meminta mamanya untuk menyampaikan permintaan maafnya kalau dia merasa bersalah tidak bisa menepati janji pertemuan hari ini. “Ma, Daren minta tolong mama sampaikan permintaan maaf Daren. Aku tidak bisa menepati janji pertemuan hari ini dan dia boleh pulang. Kalau tidak mama kirimkan aku nomornya biar Daren yang menghubungi langsung” kata Daren memohon kepada mamanya. “Daren, kamu benar-benar tidak pu

    Last Updated : 2022-03-13
  • Safira Aswanta   Salah Paham

    Daren yang sedang dalam perjalanan pulang dari lokasi pembangunan merasa lega karena karyawannya yang mengalami kecelakaan tadi bukan kecelakaan yang besar. Dia sangat kesal kepada Siska kenapa tidak dia saja yang yang pergi sendiri mengurus masalah ini tadi. Tapi Daren juga tidak bisa menyalahkan Siska begitu saja. Mungkin karena tadi siang mereka panik makanya langsung pergi.“Untung bukan kecelakaan besar. Kalau tidak, akan menambah masalah baru” kata Daren.“Walaupun bukan kecelakaan besar tetap saja pekerja itu yang salah. Kenapa dia tidak berhati-hati saat bekerja. Apakah mereka tidak punya stan

    Last Updated : 2022-04-05
  • Safira Aswanta   Mengikuti Feeling

    Mendengar kata itu Safira langsung melihat jam tangannya sudah menunjukkan jam enam sore. Dia baru sadar ternyata sudah cukup lama dia duduk di restoran itu.“Aku yang bodohnya memilih untuk tetap di sini menghabiskan waktuku dan dia menganggap aku menunggunya” kata Safira dalam hatinya sambil melihat Daren.“Kamu tidak perlu merasa tidak nyaman atau merasa bersalah. Kakak iparku sudah mengatakan tadi aku pulang saja, tapi aku yang memilih tetap di sini dulu. Benar, tadi sudah disampaikan kalau pertemuan kita hari ini sudah dibatalkan. Jadi, kamu tidak perlu harus ada di sini lagi. Kamu juga pulang sa

    Last Updated : 2022-04-05

Latest chapter

  • Safira Aswanta   Gosip Daren

    "Memang benar-benar dia wanita rubah licik ya. Sepertinya hubungan kalian tidak akan pernah aku selamanya. Dari kita masih kuliah dulu dia sudah sering mengganggumu. Sekarang juga begitu. Selalu membuatmu susah dan di rumahmu juga kamu selalu diganggu" kata Sua dengan nada kesal."Aku tahu maksudnya dia. Dia ingin mengajakmu ke mall dan membelikanmu sesuatu dan ingin membuatmu berasa berterima kasih kepadanya walaupun sebelumnya dia sudah membuat kesalah.""Kamu mau aku temani tidak? Lumayan buat jaga-jaga jika dia membuatmu tidak nyaman, aku bisa menutup mulutnya?" kata Sua dengan penuh emosi."Kamu tidak perlu khawatir, aku bisa jaga diri kok. Lagian ibuku juga ikutan" balas Safira."Apa...? Ibumu juga dia ajak? Kalau dia mengajakmu ibumu itu tandanya kamu tidak bisa menolak ajakannya itu" kata Sua semakin kesal. 'Tidak apa-apa. Jika dia masih berulah, aku bisa kok membalasnya"' jawab Safira menenangkan temannya itu.Di tempat lain, Daren bersama sekretarisnya sedang membahas perke

  • Safira Aswanta   Sua Otak Minus

    Keesokan harinya di tempat kerja Safira..."Apa...? Mengajari bagaimana mengungkapkan perasaan...? Memangnya kamu tidak bisa mengungkapkan perasaanmu sama orang?" ulang Sua saat Safira menceritakan pertemuannya dengan Daren kemarin."Dasar laki-laki licik ya...!!! Padahal kalau dilihat sekilas dia adalah laki-laki yang cuek dan dingin. Ternyata laki-laki seperti dia bisa mengatakan rayuan gombal seperti itu. Bagaimana kalau kamu minta dia ajarin tentang insting dan gaya naluri tubuh sekalian" tanya Sua sambil tersenyum."Aaaah... ternyata kamu sama dia sama-sama otak minus ya. Kalau tahu seperti ini tanggapanmu mending tadi aku tidak usah cerita. Percuma tahu nggak?" kata Safira kesal mendengar respon dari temannya itu."Aku juga kan manusia biasa yang kapan saja bisa kilaf. Kalau kamu nggak cerita, aku juga tidak akan bakalan menyuruh kamu untuk bertanya seperti itu. Dan aku juga cuma bercanda saja kok" balas Sua."Aku jadi merasa yakin jika kamu suka dengan laki-laki itu. Karena sel

  • Safira Aswanta   Permintaan atau Gombalan

    "Padahal aku sangat berharap kamu bisa membaca apa yang sedang aku pikirkan. Hal aku pikirkan tentang kamu" kata Daren sambil pura-puraa fokus melihat salah satu foto yang sedang dipajang tepat di hadapan mereka."Hhmmm, aku tidak tahu tentang yang lain. Tapi saat ini ada satuhal yang kau tahu, hal yang kamu pikirkan tentang aku""Apa itu?" tanya Daren langsung memutar badannya ke arah Safira karena penasaran dengan apa yangakan Safira katakan."Kalau tidak salah rasa penasaran dan simpaty. Itu sementara ini hal itu yangbisa aku katakan""Waaah luar biasa. Padahal kita baru dua kali bertemu kamu bisa menyimpulkan kalau aku punya rasa penasaran dan simpaty. Aku jadi ingin tahu bagaimana kedepannya?" kata Daren sambil melihat ke arah Safira. Dia tidak mau melepaskan pandangannya dari wajah Safira."Karena kamu sudah membaca pikiran ku, aku juga akan mencoba membaca pikiran mu. Aku tidak mau hanya aku saja yang dibuka. Ngomong-ngomong kamu perna

  • Safira Aswanta   Pertemuan Resmi

    FlashBack Masa Kecil Safira"Aduuuuh putri Safira yang cantik. Hari ini bagaimana sekolahnya nak?" kata ayah Fira saat menjemput dirinya pulang sekolah. Waktu itu Safira baru hari pertama sekali masik sekolah SD."Hari ini baik-baik saja sekolah Fira ayah. Tapi ayah, jangan panggil Fira dengan keras-keras dong.""Kenapa kalau ayah memanggil nama anak ayah dengan keras? Tidak boleh?"

  • Safira Aswanta   Ketulusan Daren

    Setelah perdebatannya dengan ayah tirinya tadi, Safira berusaha menenangkan dirinya dan berusaha untuk istirahat. Saat dia mau memejamkan mata, tiba-tiba mendengar suara pesan di handphonenya. Ternyata Daren mengirim pesan. Safira kaget membaca pesan tersebut karena Daren memberitahu dirinya sudah di depan rumah Safira dan meminta Safira turun."Bukalah biar kamu tahu isinya apa. Aku habis ngantarin kamu tadi aku langsung ke toko sepatu langganan kakak iparku. Model seperti itu tadi kan yang tidak jadi kamu ambil?"Safira kaget ternyata yang diberikan Daren itu adalah sepatu yang berwana Navy yang tidak jadi tadi diamb

  • Safira Aswanta   Sikap Egois

    Safira hanya terdiam mendengarkan perkataan Daren. Dia masih tidah bisa mengambil keputusan saat ini. Karen seperti yang dikatakan Daren tadi bahwa dia masih butuh waktu untuk memikirkan itu. "Baik lah... Kamu tidak perlu terburu-buru menjawabnya. Aku akan tetap menunggu keputusan Fira." "Maaf" hanya kata itu yang keluar dari mulutnya. "Turunkan aku di depan sini aja" kata Safira melihat rumah orang tuanya tidak jauh lagi, tinggal tiga rumah lagi dari posisi dia diturunkan Daren. Dirinya masih tidak mau terlihat bersama dengan Daren, takut orangtuanya semakin marah nanti. "Aku masuk dulu. Hati-hati di jalan Daren. Terima kasih juga buat hari" kata Safira pamit dan berjalan ke arah rumahnya. Sementara Daren hanya menanggapi dengan wajah datar saja sambil membunyikan klakson mobilnya kemudian pergi. Mungkin responnya itu efek dari Safira yang tidak mau menjawab pertanyaan nya yang terakhir tadi. Safira yang melihatnya pun merasa ti

  • Safira Aswanta   Tidak Enak Hati

    "Iya benar. Mending kita pergi ke tempat lainnya saja.""Ooh tidak bisa. Kalau mau kita pergi ke tempat lain kamu harus memilih salah satu atau lebih juga boleh sepatu yang ada di sini, karena ini salah satu toko sepatu wanita terbaik di sini" kata Daren tidak mau pergi sebelum Safira membeli sepatu yang ada di toko itu.Karena desakan dari Daren, akhirnya Safira melihat kembali sepatu yang dia pengen. Tanpa sepengetahuan Safira, Daren juga memperhatikannya yang lagi kebingungan karena dia melihat dua pasang sepatu higheells yang sangat menarik perhatiannya.

  • Safira Aswanta   Kemarahan Tn. Wiguna

    Sementara malam harinya di rumah keluarga Wiguna, ayah tiri Safira marah besar kepada istrinya. Setelah mendengar dari pihak laki-laki yang dijodohkan itu bahwa perjodohan tadi tidak berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Tn. Wiguna marah mengatakan kalau istrinya tidak bisa mendidik Safira dengan baik.Kejadian hari ini telah dilaporan oleh pihak laki-laki yang ditemui Safira tadi. Mereka memberitahukan kalau Safiran bertindak kurang ajar dan tidak sopan. Sehingga mendengar informasi tersebut Tn. Wiguna Sangat marah besar.Tn. Wiguna lagi-lagi berpikir jika Safira melakukan hal tersebut dengan sengaja dan ingin membu

  • Safira Aswanta   Menebus Kesalahan

    Setelah Safira selesai dari toilet, dia pergi menghampiri Daren. Dia melihat Daren sudah memesan minumannya dan Daren juga tersenyum melihat Safira yang sedang berjalan ke arahnya dimana mereka duduk."Sepertinya perjodohan kali ini juga tidak berjalan dengan baik ya?" tanya Daren melihat Safira yang sudah duduk di sebelahnya."Iya, gara-gara seseorang jadi berantakan" jawab Safira sambil melihat Daren yang sedang memperhatikannya.Daren hanya bisa tersenyum mendengar

DMCA.com Protection Status