Asih menaruh gelas setelah minum. Sang ibu terus saja mengikuti ke mana ia melangkah. Bu Andar ingin tahu tentang Damar, sejak beberapa hari menikah, ia masih kesal dan malas menelepon atau mengunjungi anaknya.
Asih datang membawa berita tentang Damar yang datang ke kantor Laras. "Kamu yang benar, Sih, Damar kurus sekarang?" tanya sang ibu."Iya, Bu. Masa Asih bohong, sih. Mana banyak jambang di wajahnya, pokoknya kusut, deh." Lagi, Asih sengaja memanasi sang ibu sesuai instruksi Laras."Kenapa malah punya istri jadi nggak keurus, si Damar? Weleh, apa istrinya nggak bisa ngurus dia?" Bu Andar begitu emosi mendengar cerita Asih, sedangkan Asih, sangat menikmati ocehan sang ibu."Besok, kan Minggu, kita samperin aja, Bu. Asih anter naik motor mau nggak?" Asih menawarkan untuk ke rumah Damar esok hari.Tanpa berpikir panjang sang ibu langsung setuju dengan ajakan Asih. Bu Andar sudah merencanakan hal yang akan membDamar mengacak-acak rambutnya, lalu menarik napas dalam. Ia tidak mengerti dengan kejadian yang terjadi begitu saja. Ibunya datang dan mengetahui semua keadaan yang memang seharusnya tidak terjadi."Aku bingung mau bagaimana? Mau bilang apa? Ibuku memang tidak salah, karena memang kamu tidak becus menjadi seorang istri!" hardik Damar."Kok, kamu jadi menyalahkan aku? Kamu saja yang tidak becus menjadi suami yang benar," balas Erika."Tidak benar bagaimana? Apa karena aku memberi jatah uang belanja tidak sesuai dengan keinginan kamu, lalu, bilang aku tidak becus? Harusnya aku yang tanya, peran kamu sebagai seorang istri mana? Apa hanya melayaniku di rajang saja kebisaanmu, hah?" Emosi Damar kian memuncak jika mengingat sejak awal menikah, sejak itulah kebiasaan jelek Erika terbuka.Tak kuasa mendengar ucapan Damar, Erika menampar keras pipi sang suami. Embun di matanya kini mulai luruh ke pipi.Hatinya begitu sakit dengan tudinga
David menemui sang Oma untuk membicarakan hal tentang apa yang Ayu terima dari kedua orang tuanya. Sebuah ancaman yang membuat Ayu merasa tidak tenang."Mereka mengancam Ayu, Ma. Bahkan aku saja nggak mengerti apa tujuan mereka untuk menjodohkan aku dengan Hana," ucap David.Oma Meria mendengarkan cerita David. Tidak mungkin ia menceritakan hal sebenar tentang rahasia itu. Pasti akan menyakitin hatinya saat ini. Namun, bagaimana pun David harus tahu suatu saat nanti."Mereka tidak tahu diri. Bagaimana bisa mengancam seperti itu. Hal yang sangat memalukan bagi keluarga Adijaya." Sang Oma marah besar dengan penuturan David.David pun sangat menyayangkan tenteng ancaman tersebut. Ia pun tidak mengira akan menjadi seperti itu."Pokoknya kita harus melindungi ayu," ujar sang oma.Sementara, Denis dan Jasmin sedang menelepon Hasbullah, ayahnya Hana agar segera bertindak agar tidak terjadi pembatalan perjodohan.
David datang setelah Ayu meneleponnya. Pria itu langsung datang bersama sang Oma. Ayu yang sejak tadi terus menangis, terdiam saat kedatangan Oma Meria dan David."Bagaimana keadaan Bagas?" tanya David."Sudah ditangani, ayahnya sedang mendonorkan darah untuk Bagas," ujar Ayu."Damar?" David bertanya lagi."Iya, Mas Damar datang dan langsung mendonorkan darahnya karena memang darah mereka sama."David merasa sedikit cemburu dengan kedatangan Damar, tapi ia tak bisa berkomentar karena Bagas memang anak Ayu dan Damar."Jangan menangis," ucap Oma Meria."Iya, Oma. Ada yang aku mau bicarakan." Ayu menarik napas.David mendadak jantungnya berdetak tak karuan. Apa yang akan dibicarakan oleh Ayu membuat David sedikit bisa menebak."Apa ini ada hubungan dengan ancaman kedua orang tuaku?" tanya David."Aku nggak tahu ini berhubungan atau tidak. Namun, setelah datang ancaman itu, aku
Sampai di rumah David langsung menemui kedua orang tuanya. Ia ingin langsung bertanya tentang kecelakaan yang menimpa anak Ayu."Papa, kalian memang kejam, ya. Kalian menyuruh orang untuk melukai anak ayu, kan?" tanya David tanpa basa basi."Maksud kamu apa? Kami tidak ada hubungan dengan hal itu!" Netra sang ayah nyalang menatap David."Jangan mengelak, aku tahu kalian mengancam Ayu, kan? Sekarang anaknya sedang berada di rumah sakit! Siapa lagi kalau bukan ulah kalian?" David semakin emosi menghadapi dua orang di hadapannya.Namun, mereka sama sekali tak menjawab tuduhan David. Menolak secara mentah-mentah tuduhan yang ditujukan pada keduanya."Jangan menuduh tanpa bukti. Kami bisa menuntut balik!""Memang tidak ada bukti, tapi suatu saat kejahatan kalian akan terbongkar." David mengusap wajah kasar, lalu meninggalkan mereka yang tidak mau mengakui semuanya.Jasmin melirik ke arah suaminya. Senyum t
David datang dan langsung mengamuk pada Denish. Apa yang ia lakukan sungguh membuat dirinya muak. Bukan masalah kacang lupa kulitnya, tetapi dia bukan robot atau alat yang sesuka hati mereka bisa gunakan.Di sana ada beberapa keluarga dan juga Hana beserta keluarga yang membesarkannya. Oma Meria bersama Pras dan anak-anak lainnya."Berhenti mengancam Ayu, hentikan kegilaan kalian!" teriak David pada Denis.Semua mata memandang pria yang tak pernah marah itu. Emosinya meluap kala Ayu meminta untuk menjauhinya. Usaha untuk mendapatkan wanita itu begitu sulit, tetapi harus begitu saja dilepaskan."Dasar kurang ngajar. Anak tidak tahu diuntung, masih untung kami naikkan derajat kamu, sekarang malah berteriak di depan kami." Penuturan Denis membuat geram David. Tangannya mengepal keras, lalu menghampiri Denis.David menarik kerja baju pria dengan rambut yang hampir memutih itu."Aku nggak meminta kalian membawaku ke
Kondisi Bagas sudah membaik, kemarin sudah pulang dan di jemput oleh Damar. Pria itu dengan telaten mengajak sang anak main dalam beberapa jam sebelum pulang.Berulang kali Bagas membujuk ayahnya untuk tetap tinggal. Namun, itu tidak mungkin karena Ayu dan dirinya sudah berpisah. Tidak mungkin bisa untuk bersama."Kalau kamu mau, nanti nginep di rumah papa, bagaimana?" Damar mencoba membujuk Bagas.Anak laki-laki itu mengerucutkan bibir. Ia sama sekali tidak mau melepaskan pelukan sang ayah. Rasa rindunya kian membuncah, saat ia terbangun melihat hanya sosok ibunya yang ada."Nanti Papa main lagi, Bagas sama Mama dulu, ya," bujuk sang ibu.Beruntungnya Bagas menurut dengan apa yang dikatakan sang ibu. Walaupun dengan wajah masam, anak itu tetap mengantar sang ayah sampai ke halaman rumah."Yu, pamit," ucap Damar."Iya, Mas."Setelah Damar pulang, Ayu kembali membujuk sang anak u
"Oma, Maaf, aku belum bisa mengatakan ia atau tidaknya. Ini bukan pernikahan pertamaku dan aku sudah gagal dalam pernikahan pertamaku. Aku mohon, beri aku waktu utuk berpikir." Ayu berharap sang oma mau menerima alasannya."Baik, Yu. Kalau itu keputusan kamu, Oma dan David menunggu kabar baik dari kamu," ujar Oma Meria.Davit terlihat kecewa, tetapi ia harus menerima apa yang diputuskan oleh Ayu. Mungkin tidak lama lagi ia akan memberikan kabar baik untuknya.Beberapa menit mengobrol, akhirnya David dan Oma Meria pamit pulang. Sudah terlalu malam hingga mereka lupa waktu.Ayu bisa berbapas lega, ibunya pun ikut lega dengan keputusan sang anak. Baginya, pernikahan itu tidak bisa terburu-buru. Apalagi Ayu pernah gagal."Ibu setuju sama kamu, pokoknya pikirkan yang terbaik, ya, Sayang.""Iya, Bu. Aku juga takut gagal lagi," ucap Ayu.Ayu melihat keadaan kedua anaknya, mereka sudah tertidur nyenyak.
"Mas bagaimana ini?" Erika panik bukan main.Begitu juga ibunya Erika, wanita tua itu tidak mengerti bisa berada dalam situasi seperti itu. Bu Hindun panas dingin, seketika dadanya terasa sesak kian mendalam."Rik, duh dada ibu sesak ini," keluhnya."Aduh ibu, kenapa?"Geduran keras dari luar memaksa Yudi dan Erika akhirnya ke luar dari mobil. Maria dengan puas tersenyum sinis.Ia menarik Erika dan mendorong tubuh itu hingga terjatuh di tanah. Tidak terima, Erika bangkit dan ingin mendorong Maria, tetapi oleh teman Maria di tarik kembali."Jadi ini, wanita pelakor itu? Dih, nggak tahu malu merebut suami orang." Salah satu teman Maria berteriak kencang hingga mengundang banyak orang memperhatikannya."Heh, suami situ yang emang nggak suka lagi sama kamu. Sadar diri dong, dia milih aku karena aku lebih dari kamu," ujar Erika membela diri."Dih, nggak punya malu, sudah merebut, malah membangga
Ibu Andar terduduk di teras rumah. Sudah semingguan acara pernikahan Damar berlangsung. Ia merasa lega karena kini penyesalan dirinya sudah terbayarkan.Ia menyesal karena dirinya, kebahagiaan anak-anaknya hilang. Mulai dari Laras, hubungan mereka renggang saat ia ikut campur dalam rumah tangga sang anak. Kedua, rumah tangga Damar yang hancur olehnya. Ketiga, masalah Asih yang membuatnya sangat bersalah.Ia teringat lima bulan yang lalu saat ia bertengkar hebat dengan tetangga beberapa gang dari rumahnya."Ya ampun, Bu Andar lihat, deh. Ini anakmu bagaimana, sih. Masa istri barunya jadi pemeran video porno. Iki, loh," tujuk Bu Sentot sambil memperlihatkan video Erika bersama Yuda.Wajah Bu Andar memerah menahan malu juga amarah. Lalu, ia merampas ponsel milik Bu Sentot dan menghapus videonya."Ih, Bu Andar, lancang sekali, sih. Ini hape saya, nggak ada tatakrama sekali, main ambil saja. Pantas saja anak-anak ibu pada
Menunggu jawaban dari Ayu membuat Damar tak sabar. Ia kembali bertanya dengan dada yang begitu berdebar.Sorot mata Ayu mengisyaratkan ia ingin kembali, tetapi keraguan kembali membuncah di dada."Yu, bagaimana? Demi aku dan anak-anak?" Lagi, pertanyaan itu terus mendesak Ayu.Batinnya pun tersiksa saat Damar memutuskan untuk tetap pergi ke Surabaya. Terkadang berkirim pesan dengan mengatas namankan anak membuatnya sedikit lega melihat aktivitas sang mantan suami."Yu, mau nggak? Kalau mau, nanti aku bawa keluarga aku untuk datang kembali, dan semoga saja ibu sudah bisa lebih baik.""Mas, apa kamu yakin?""Kalau aku nggak yakin, buat apa aku datang.""Aku--aaku, mau, Mas. Dengan syarat," ucap Ayu."Full gaji di transfer gitu?" Damar menaikkan kedua alisnya."Nggak, tapi janji, kamu mau berubah, tidak seperti dulu.""Janji, sih, mudah. Kamu bantu aku mengingatkan, bagim
Lima bulan berlalu begitu cepat. Kini, Ayu memulai semuanya dengan baik. Kabar pernikahan David pun membuat ia senang, walau tidak secara besar-besaran, pernikahan CEO itu mengundang banyak kontroversi karena anak yang di bawa Viola.Aku mengitari sebuah mall untuk membeli perlengkapan untuk kedua anaknya. Tanpa sengaja ia bertemu dengan Viola.Viola mengajak untuk berbincang di sebuah tempat makan. Ia pergi sendiri karena Gista bersama Oma Meria."Terima kasih, Yu. Kamu memberikan hari bahagia untuk anakku. Berkat kamu, anakku kembali tersenyum. Setiap malam tidur bersama ayahnya." Sembari menggenggam tangan Ayu, manik mata Viola itu meneteskan air mata."Maaf, aku mengambil kebahagiaanmu," ucap Viola lagi."Nggak, kok. Aku bahagia, memang aku dan David nggak berjodoh. Untuk apa memaksakan. Memang dia ada untuk kalian, bukan aku. Aku senang bisa memberikan kebahagiaan untuk kalian." Senyum tulus Ayu membuat dirinya semakin bers
David sengaja menunggu Ayu pulang dari kantor. Ia duduk di lobi kantor Laras. Sudah beberapa hari ia tidak bisa menghubungi Ayu."Yu, kita perlu bicara," ujar David saat melihat Ayu ke luar."Tidak ada yang perlu di bicarakan lagi." Ayu terlihat sangat sengit menatap David.David terus saja memohon untuk bicara. Laras yang sedang bersamanya, memberi kode untuk berbicara saja dengan pria itu. Lebih baik untuk menyelesaikan masalah mereka."Baik, kita bicara.""Ya."Mereka memilih berbicara di sebuah tempat makan tidak jauh dari kantor. Ayu memesan cokelat hangat, sedangkan David memilih hanya memesan teh hangat saja."Yu, dengarkan aku. Saat ini, hati aku hanya untuk kamu dan nggak akan pernah mendua. Viola hanya masa lalu aku," ujar David."Tapi ada anak itu diantara kalian." Ayu menarik napas panjang.Ia juga perempuan, memiliki anak dan pasti hatinya sakit melihat David t
"Aku pamit, Yu," ucap Damar saat menemui Ayu di kantor Laras.Pria itu sengaja berpamitan, untuk memberitahu jika dia akan ke Surabaya dan menetap lama di sana."Bagaimana dengan anak-anak jika bertanya tentang kamu?" tanya Ayu."Katakan saja seperti biasa. Aku sedang bekerja dan mencari uang untuk mereka. Aku janji, sebulan sekali atau ada kesempatan ke Jakarta, aku akan bertemu dengan kalian, maksud aku anak-anak." Sedikit lega karena Damar merasa lebih baik ia menjauh dari Ayu.Seperti ada yang hilang, tetapi Ayu mencoba menenangkan hatinya. Dirinya hanya merasa sedikit sedih saat Damar pergi. Bukan karena hal lainya. Hanya bingung bagaimana jika kedua anaknya bertanya tentang Papanya."Ini, uang bulanan mereka," ucap Damar.Ayu mengambilnya, ia memperhatikan wajah Damar yang terlihat berbeda dari biasanya. Ia begitu tirus dan kurus."Aku pamit.""Cie, ada yang sedih mau di t
Damar menaruh kembali ponsel di nakas. Ia kembali mengerjakan beberapa pekerjaan miliknya. Ia tidak mau membahas lagi tentang Erika, baginya, perselingkuhan tidak bisa di tolerir walau dengan kata maaf.Beberapa karyawan sudah berbicara dengannya. Banyak yang bersimpati dengan pria dua anak itu. Bahkan, ia pun di panggil oleh atasannya."Pak Damar, di panggil pak bos," ujar Simon."Iya, aku ke sana."Dengan langkah gontai, Damar menuju ruang bos. Mengetuk pintu dan ia segera masuk ke dalam."Ada apa, Pak?" tanya Damar."Saya sudah melihat video istri kamu, kamu oke?" Pak Mario mempertanyakan kondisi Damar."Saya oke, ya, walau sedikit perih." Damar menjawab dengan tawa."Saya mau memastikan kamu baik-baik saja.""Saya masih bisa bekerja dengan baik kok, Pak. Tenang saja," jawab Damar."Baik, begini, Pak Damar, kami ada cabang perusahaan di kota Surabaya, di sana
"Mas bagaimana ini?" Erika panik bukan main.Begitu juga ibunya Erika, wanita tua itu tidak mengerti bisa berada dalam situasi seperti itu. Bu Hindun panas dingin, seketika dadanya terasa sesak kian mendalam."Rik, duh dada ibu sesak ini," keluhnya."Aduh ibu, kenapa?"Geduran keras dari luar memaksa Yudi dan Erika akhirnya ke luar dari mobil. Maria dengan puas tersenyum sinis.Ia menarik Erika dan mendorong tubuh itu hingga terjatuh di tanah. Tidak terima, Erika bangkit dan ingin mendorong Maria, tetapi oleh teman Maria di tarik kembali."Jadi ini, wanita pelakor itu? Dih, nggak tahu malu merebut suami orang." Salah satu teman Maria berteriak kencang hingga mengundang banyak orang memperhatikannya."Heh, suami situ yang emang nggak suka lagi sama kamu. Sadar diri dong, dia milih aku karena aku lebih dari kamu," ujar Erika membela diri."Dih, nggak punya malu, sudah merebut, malah membangga
"Oma, Maaf, aku belum bisa mengatakan ia atau tidaknya. Ini bukan pernikahan pertamaku dan aku sudah gagal dalam pernikahan pertamaku. Aku mohon, beri aku waktu utuk berpikir." Ayu berharap sang oma mau menerima alasannya."Baik, Yu. Kalau itu keputusan kamu, Oma dan David menunggu kabar baik dari kamu," ujar Oma Meria.Davit terlihat kecewa, tetapi ia harus menerima apa yang diputuskan oleh Ayu. Mungkin tidak lama lagi ia akan memberikan kabar baik untuknya.Beberapa menit mengobrol, akhirnya David dan Oma Meria pamit pulang. Sudah terlalu malam hingga mereka lupa waktu.Ayu bisa berbapas lega, ibunya pun ikut lega dengan keputusan sang anak. Baginya, pernikahan itu tidak bisa terburu-buru. Apalagi Ayu pernah gagal."Ibu setuju sama kamu, pokoknya pikirkan yang terbaik, ya, Sayang.""Iya, Bu. Aku juga takut gagal lagi," ucap Ayu.Ayu melihat keadaan kedua anaknya, mereka sudah tertidur nyenyak.
Kondisi Bagas sudah membaik, kemarin sudah pulang dan di jemput oleh Damar. Pria itu dengan telaten mengajak sang anak main dalam beberapa jam sebelum pulang.Berulang kali Bagas membujuk ayahnya untuk tetap tinggal. Namun, itu tidak mungkin karena Ayu dan dirinya sudah berpisah. Tidak mungkin bisa untuk bersama."Kalau kamu mau, nanti nginep di rumah papa, bagaimana?" Damar mencoba membujuk Bagas.Anak laki-laki itu mengerucutkan bibir. Ia sama sekali tidak mau melepaskan pelukan sang ayah. Rasa rindunya kian membuncah, saat ia terbangun melihat hanya sosok ibunya yang ada."Nanti Papa main lagi, Bagas sama Mama dulu, ya," bujuk sang ibu.Beruntungnya Bagas menurut dengan apa yang dikatakan sang ibu. Walaupun dengan wajah masam, anak itu tetap mengantar sang ayah sampai ke halaman rumah."Yu, pamit," ucap Damar."Iya, Mas."Setelah Damar pulang, Ayu kembali membujuk sang anak u