Share

Dua Puluh satu

Author: Galuh Arum
last update Last Updated: 2021-08-25 20:25:22

POV Ayu

Mencoba tegar dan memang seharusnya seperti itu. Gugatan cerai saja belum sampai ke tangannya, ini sudah memperkenalkan wanita yang dulu pernah menjadi kekasihnya.

Dia pikir aku akan cemburu atau marah. Namun, aku sudah berjanji pada diri sendiri jika tidak ada namanya lemah di hadapan Mas Damar. Pria itu harus tahu kalau aku bisa tanpa dia.

Aku tidak perlu menguras energi untuk marah atau memaki karena sudah terwakilkan oleh Mba Laras. Sepertinya mereka pernah kenal dan bermasalah. Bodohnya, Mas Damar tidak mengerti.

Aku meredam emosi sesaat dengan cokelat hangat yang kupesan. Siang ini memang ada jadwal bertemu klien baru. Namun, tidak tahu malah dipertemukan oleh calon mantan suami.

Aku tahu di sengaja duduk di tempat itu. Agar bisa memantau aku mungkin. 

"Gila emang, nggak suka aku sama mantannya si Damar itu," ujar Mba Laras.

"Kenapa memang?" Aku mencoba mencari tahu. 

Mba Laras menarik n
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (4)
goodnovel comment avatar
Dewi Hartanti
bacanya gemeeess sm damar, pengen ikut ngegaplok!!
goodnovel comment avatar
Sumi Yatun
kasian om damar kena batunya
goodnovel comment avatar
Asep Sablon
lumayan tambah enak bacanya lanjut ah..
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Saat Istriku Tak Lagi Meminta Uang   Dua puluh dua

    Tangan ini mengepal keras saat Ayu mengatakan banyak yang menunggunya menjadi janda. Sial sekali, pantas saja dia berani menggugat cerai dariku.Belum lagi mereka semua pria yang lebih mapan dariku. Kesal aku dibuatnya hari ini. Niat hati membuat dia kesal, malah aku yang merasa terbakar hati ini.Dia masih istriku, tapi kenapa seolah-olah sudah berpisah dariku. Belum lagi Mba Laras yang berada di pihaknya. Semakin menjadi saja dia sepertinya.Harusnya, dia marah dan cemburu. Semua di luar dugaanku. Aku harus cari tahu dari Mba Laras siapa Pak David itu. Apa hanya sekadar klien atau memang sudah kenal dari dulu, tapi malah aku tidak tahu.Memang semenjak menikah, aku membatasi pergaulannya. Smaa sekali tidak boleh berkomunikasi dengan teman prianya. Dan Ayu pun menuruti kemauanku.Asataga, aku lupa kalau Erika menungguku di lobi kantor. Gara-gara mengejar Ayu, aku lupa segalanya. Awas saja kamu, Ayu.Kulih

    Last Updated : 2021-08-25
  • Saat Istriku Tak Lagi Meminta Uang   Dua Puluh Tiga

    Mba Laras menanti jawabanku tentang luka di wajah ini. Namun, aku enggan menjawabnya, pasti ia akan kembali mengoceh karena luka di wajah akibat ulah mantan Erika.Ibu sudah sadar, tapi masih saja menangis. Bingung juga harus melakukan apa. Mba Laras mulai mengintrogerasi ibu."Huhu ... kamu ,tuh, Ras. Bukannya urusin ibumu, malah marah. Huhu ...." Lagi, air mata ibu menetes kala Mba Laras terus mencecarnya dengan berbagai pertanyaan.Bagaimana tidak marah, sudah beberapa hari, ibu selalu membuat masalah dan cukup membuat aku dan Mba Laras pusing."Aku bukan nggak mau urusin Ibu, tapi ya ibu berubah dong. Jangan seperti itu terus, berubah jadi lebih baik." Mba Laras menarik napas dalam.Ya, wajar Mba Laras marah. Aku pun semakin ke sini merasa berat dengan sikap ibu. Apalagi dengan tuntutan yang berlebihan.&n

    Last Updated : 2021-08-25
  • Saat Istriku Tak Lagi Meminta Uang   Dua Puluh Empat

    Tangan ini terasa kaku untuk menandatangani berkas ini. Rasanya baru kemarin kami bercengkrama dan memilki Anita yang lahir kedunia. Namun, aku sama sekali tidak menyangka jika saat ini Ayu sedang menggugat perceraian kami.Rasanya ingin sekali aku tidak menandatangani ini dan memintanya kembali. Namun, jika mengingat ia bersama Pak Erik dan Pak David, rasanya aku sangat muak.Ponsel bergetar tanda pesan masuk. Gegas aku mengambilnya dari saku. Ternyata pesan dari Arman. Sebuah undangan bertuliskan nama Pak Erik.Gegas aku membaca nama mempelai wanitanya. Ya Allah, namanya bukan Ayu. Melainkan Diah. Jadi, selama ini aku salah paham?[Bro, ada undangan dari Pak Erik. Itu nama bukan nama bini Lo, kan?]Jelas bukan nama Ayu. Lalu, masalahnya apa Arman bertanya itu.[Bukan, emang kenapa?]Kukirim lagi pesan untuk Arman.[Hahaha ... jadi, lo sia-sia udah ngamuk, eh di pecat. Ternyata, salah paham. Lo

    Last Updated : 2021-08-25
  • Saat Istriku Tak Lagi Meminta Uang   Dua Puluh Lima

    POV AyuSempat berpikir untuk kembali, tapi sekali lagi mengingat begitu jahatnya tuduhan ibu mertuaku. Lagi, aku memilih untuk tetap menggugat perceraian dengan Mas Damar.Seakan menyesal, tapi kucoba ingat kembali sebuah luka yang membuat Ibuku masuk ke rumah sakit.Sempat luluh dengan ucapannya tadi. Namun, kembali pada niat awal untuk pergi dari sebuah ketidak nyamanan. Kalau harus diteruskan, suatu saat pasti akan ada kejadian yang sama terjadi.Dari pada semua terulang kembali, aku memilih tetap pergi. Biarkan dia tetap menjadi milik ibunya. Anak-anak juga bisa mandiri tanpa dia."Yu, anak-anak di bawa Damar?" Ibu datang dan langsung mengintrogerasi aku."Iya." Aku menjawab datar."Itu, kalau nggak dipulangi bagaimana? Aduh, kok kamu bisa-bisanya kasih mereka ke Damar," oceh ibu cemas."Lah, kan dia bapaknya. Nggak apa-apa, Bu. Nggak mungkin dia mau mengurus ana

    Last Updated : 2021-08-25
  • Saat Istriku Tak Lagi Meminta Uang   Dua Puluh Enam

    Aku kembali berkutik dengan pekerjaan baru setelah kemarin bergulat dengan perasaan tak menentu. Di kantor baru semoga aku mendapatkan hal baru yang membuat aku lupa pada Ayu. Segera kukerjakan pekerjaan yang kemarin belum selesai.Erika berulang kali mengirimi aku pesan untuk makan siang. Baru saja jam menunjukan pukul 09.00 dia sudah kelaparan saja. Gegas aku kembali berkutik dalam pekerjaan.Dering ponsel berbunyi, tetapi aku malas mengangkatnya. Sepertinya penting, tapi itu dari Ibu. Pasti menyangkut uang lagi.Tidak lama Ibu mengirim pesan.[Mar, beras di rumah Ibu habis. Nanti kamu mampir belikan, ya]Sebenarnya malas menjawab, tapi aku juga tidak bisa cuek pada ibu.[Ya, nanti aku ke sana.][Ibu tunggu, ya]Aku kembali mengerjakan pekerjaan. Namun, Bu Irma memanggilku ke ruangan Audit. Gegas aku menemuinya."Kamu mau ke mana, Mar?" tanya Erika saat bertemu aku

    Last Updated : 2021-08-25
  • Saat Istriku Tak Lagi Meminta Uang   Dua Puluh Tujuh

    Damar terus berpikir dengan keras bagaimana bisa ia berada di hotel dengan Erika. Sementara, Erika sedang menikmati kemenangannya.Pria berdasi hitam itu mengacak-acak rambut frustasi. Dirinya sampai mengabaikan sang ibu dan berada di hotel. Yang diingatnya ia berada di kelab malam dan semua terjadi dengan tiba tiba saja.Janjinya pada Erika membuat ia tak bisa tenang. Belum terpikir jika ia akan menikahi wanita itu. Namun, akibat kejadian semalam ia harus berjanji menikahinya.Wajah suntuk membuat Damar terlihat kusut. Beberapa kali Ibunya menelepon mengingatkan dirinya kalau jangan lupa untuk datang.Sial sekali dirinya, baru kali ini ia merasa jijik dengan dirinya sendiri. Mengutuk perbuatannya pada Erika. Ketuk palu saja belum terjadi, ini malah sudah berjanji akan menikahi wanita itu."Kamu kusut banget," sapa Wawan teman kantor."Iya, nih, Wan. Mau ngopi dulu, deh." Damar beranjak ke luar untuk

    Last Updated : 2021-08-25
  • Saat Istriku Tak Lagi Meminta Uang   Dua Puluh Delapan

    Asih sudah ditangani pihak rumah sakit. Saat di rumah, Erika meminta Damar gegas membawanya cepat untuk ditindak. Melihat Asih yang begitu kesakitan, Damar langsung membawanya ke rumah sakit.Mendapat kabar Asih pendarahan, Laras langsung datang ke rumah sakit tempat Asih di rawat. Ia gegas menghampiri sang ibu dan Damar."Asih kenapa?" tanyanya panik."Ibu juga nggak tahu, tiba-tiba saja dia berteriak. Saat kami lihat sudah seperti itu." Sang ibu mencoba menjelaskan.Wajah Laras masam saat melihat Erika bersama Damar."Ngapain dia ada di sini?" Laras menunjuk Erika."Mba, sudah, jangan ribut. Ini rumah sakit, Erika aku yang ajak ke sini," ujar Damar.Anton menenangkan sang istri agar tidak membuat kegaduhan. Pria itu tahu jika Laras begitu membenci Erika."Benar kata Damar. Ini rumah sakit, kamu jangan buat keributan." Sang ibu menambahkan.Laras akhirnya mengalah dan diam. Namu

    Last Updated : 2021-08-25
  • Saat Istriku Tak Lagi Meminta Uang   Dua Puluh Sembilan

    Ayu masih mengerjakan proyek milik perusahaan David. Beberapa karyawan pria tak henti menatap wajah cantik calon janda Damar itu. Dengan hijab senada dengan blousenya, Ayu nampak mempesona.Sementara, Erika sudah mendengar desas-desus karyawan laki-laki yang membicarakan Ayu. Ia tak mau kalah dengan saingannya itu, walau sudah bercerai dari Damar, dirinya mau terlihat lebih cantik dari Ayu."Sebagus apa sih, perawatan dia. Paling harga murah." Erika berdialog sendiri.Kebetulan Erika mendapat bagian untuk menyelesaikan beberapa berkas bersama Ayu. Saat sedang sibuk, ia malah memasang telinga untuk mendengarkan pembicaraan Ayu dan Irma."Bu Ayu kulitnya mulus sekali, kaya kulit bayi deh." Bu Irma memuji Ayu."Perawatan biasa, kok. Paling ke salon sama ya, cream wajah aja," ujar Ayu."Wah, pasti suaminya baik jadi mau memberikan uang lebih." Lagi, Bu Irma seperti mengintrogerasi Ayu.Ayu melirik k

    Last Updated : 2021-08-25

Latest chapter

  • Saat Istriku Tak Lagi Meminta Uang   Extra Part

    Ibu Andar terduduk di teras rumah. Sudah semingguan acara pernikahan Damar berlangsung. Ia merasa lega karena kini penyesalan dirinya sudah terbayarkan.Ia menyesal karena dirinya, kebahagiaan anak-anaknya hilang. Mulai dari Laras, hubungan mereka renggang saat ia ikut campur dalam rumah tangga sang anak. Kedua, rumah tangga Damar yang hancur olehnya. Ketiga, masalah Asih yang membuatnya sangat bersalah.Ia teringat lima bulan yang lalu saat ia bertengkar hebat dengan tetangga beberapa gang dari rumahnya."Ya ampun, Bu Andar lihat, deh. Ini anakmu bagaimana, sih. Masa istri barunya jadi pemeran video porno. Iki, loh," tujuk Bu Sentot sambil memperlihatkan video Erika bersama Yuda.Wajah Bu Andar memerah menahan malu juga amarah. Lalu, ia merampas ponsel milik Bu Sentot dan menghapus videonya."Ih, Bu Andar, lancang sekali, sih. Ini hape saya, nggak ada tatakrama sekali, main ambil saja. Pantas saja anak-anak ibu pada

  • Saat Istriku Tak Lagi Meminta Uang   Lima Puluh Enam

    Menunggu jawaban dari Ayu membuat Damar tak sabar. Ia kembali bertanya dengan dada yang begitu berdebar.Sorot mata Ayu mengisyaratkan ia ingin kembali, tetapi keraguan kembali membuncah di dada."Yu, bagaimana? Demi aku dan anak-anak?" Lagi, pertanyaan itu terus mendesak Ayu.Batinnya pun tersiksa saat Damar memutuskan untuk tetap pergi ke Surabaya. Terkadang berkirim pesan dengan mengatas namankan anak membuatnya sedikit lega melihat aktivitas sang mantan suami."Yu, mau nggak? Kalau mau, nanti aku bawa keluarga aku untuk datang kembali, dan semoga saja ibu sudah bisa lebih baik.""Mas, apa kamu yakin?""Kalau aku nggak yakin, buat apa aku datang.""Aku--aaku, mau, Mas. Dengan syarat," ucap Ayu."Full gaji di transfer gitu?" Damar menaikkan kedua alisnya."Nggak, tapi janji, kamu mau berubah, tidak seperti dulu.""Janji, sih, mudah. Kamu bantu aku mengingatkan, bagim

  • Saat Istriku Tak Lagi Meminta Uang   Lima puluh lima

    Lima bulan berlalu begitu cepat. Kini, Ayu memulai semuanya dengan baik. Kabar pernikahan David pun membuat ia senang, walau tidak secara besar-besaran, pernikahan CEO itu mengundang banyak kontroversi karena anak yang di bawa Viola.Aku mengitari sebuah mall untuk membeli perlengkapan untuk kedua anaknya. Tanpa sengaja ia bertemu dengan Viola.Viola mengajak untuk berbincang di sebuah tempat makan. Ia pergi sendiri karena Gista bersama Oma Meria."Terima kasih, Yu. Kamu memberikan hari bahagia untuk anakku. Berkat kamu, anakku kembali tersenyum. Setiap malam tidur bersama ayahnya." Sembari menggenggam tangan Ayu, manik mata Viola itu meneteskan air mata."Maaf, aku mengambil kebahagiaanmu," ucap Viola lagi."Nggak, kok. Aku bahagia, memang aku dan David nggak berjodoh. Untuk apa memaksakan. Memang dia ada untuk kalian, bukan aku. Aku senang bisa memberikan kebahagiaan untuk kalian." Senyum tulus Ayu membuat dirinya semakin bers

  • Saat Istriku Tak Lagi Meminta Uang   Lima Puluh Empat

    David sengaja menunggu Ayu pulang dari kantor. Ia duduk di lobi kantor Laras. Sudah beberapa hari ia tidak bisa menghubungi Ayu."Yu, kita perlu bicara," ujar David saat melihat Ayu ke luar."Tidak ada yang perlu di bicarakan lagi." Ayu terlihat sangat sengit menatap David.David terus saja memohon untuk bicara. Laras yang sedang bersamanya, memberi kode untuk berbicara saja dengan pria itu. Lebih baik untuk menyelesaikan masalah mereka."Baik, kita bicara.""Ya."Mereka memilih berbicara di sebuah tempat makan tidak jauh dari kantor. Ayu memesan cokelat hangat, sedangkan David memilih hanya memesan teh hangat saja."Yu, dengarkan aku. Saat ini, hati aku hanya untuk kamu dan nggak akan pernah mendua. Viola hanya masa lalu aku," ujar David."Tapi ada anak itu diantara kalian." Ayu menarik napas panjang.Ia juga perempuan, memiliki anak dan pasti hatinya sakit melihat David t

  • Saat Istriku Tak Lagi Meminta Uang   Lima Puluh Tiga

    "Aku pamit, Yu," ucap Damar saat menemui Ayu di kantor Laras.Pria itu sengaja berpamitan, untuk memberitahu jika dia akan ke Surabaya dan menetap lama di sana."Bagaimana dengan anak-anak jika bertanya tentang kamu?" tanya Ayu."Katakan saja seperti biasa. Aku sedang bekerja dan mencari uang untuk mereka. Aku janji, sebulan sekali atau ada kesempatan ke Jakarta, aku akan bertemu dengan kalian, maksud aku anak-anak." Sedikit lega karena Damar merasa lebih baik ia menjauh dari Ayu.Seperti ada yang hilang, tetapi Ayu mencoba menenangkan hatinya. Dirinya hanya merasa sedikit sedih saat Damar pergi. Bukan karena hal lainya. Hanya bingung bagaimana jika kedua anaknya bertanya tentang Papanya."Ini, uang bulanan mereka," ucap Damar.Ayu mengambilnya, ia memperhatikan wajah Damar yang terlihat berbeda dari biasanya. Ia begitu tirus dan kurus."Aku pamit.""Cie, ada yang sedih mau di t

  • Saat Istriku Tak Lagi Meminta Uang   Lima Puluh Dua

    Damar menaruh kembali ponsel di nakas. Ia kembali mengerjakan beberapa pekerjaan miliknya. Ia tidak mau membahas lagi tentang Erika, baginya, perselingkuhan tidak bisa di tolerir walau dengan kata maaf.Beberapa karyawan sudah berbicara dengannya. Banyak yang bersimpati dengan pria dua anak itu. Bahkan, ia pun di panggil oleh atasannya."Pak Damar, di panggil pak bos," ujar Simon."Iya, aku ke sana."Dengan langkah gontai, Damar menuju ruang bos. Mengetuk pintu dan ia segera masuk ke dalam."Ada apa, Pak?" tanya Damar."Saya sudah melihat video istri kamu, kamu oke?" Pak Mario mempertanyakan kondisi Damar."Saya oke, ya, walau sedikit perih." Damar menjawab dengan tawa."Saya mau memastikan kamu baik-baik saja.""Saya masih bisa bekerja dengan baik kok, Pak. Tenang saja," jawab Damar."Baik, begini, Pak Damar, kami ada cabang perusahaan di kota Surabaya, di sana

  • Saat Istriku Tak Lagi Meminta Uang   Lima Puluh Satu

    "Mas bagaimana ini?" Erika panik bukan main.Begitu juga ibunya Erika, wanita tua itu tidak mengerti bisa berada dalam situasi seperti itu. Bu Hindun panas dingin, seketika dadanya terasa sesak kian mendalam."Rik, duh dada ibu sesak ini," keluhnya."Aduh ibu, kenapa?"Geduran keras dari luar memaksa Yudi dan Erika akhirnya ke luar dari mobil. Maria dengan puas tersenyum sinis.Ia menarik Erika dan mendorong tubuh itu hingga terjatuh di tanah. Tidak terima, Erika bangkit dan ingin mendorong Maria, tetapi oleh teman Maria di tarik kembali."Jadi ini, wanita pelakor itu? Dih, nggak tahu malu merebut suami orang." Salah satu teman Maria berteriak kencang hingga mengundang banyak orang memperhatikannya."Heh, suami situ yang emang nggak suka lagi sama kamu. Sadar diri dong, dia milih aku karena aku lebih dari kamu," ujar Erika membela diri."Dih, nggak punya malu, sudah merebut, malah membangga

  • Saat Istriku Tak Lagi Meminta Uang   Lima Puluh

    "Oma, Maaf, aku belum bisa mengatakan ia atau tidaknya. Ini bukan pernikahan pertamaku dan aku sudah gagal dalam pernikahan pertamaku. Aku mohon, beri aku waktu utuk berpikir." Ayu berharap sang oma mau menerima alasannya."Baik, Yu. Kalau itu keputusan kamu, Oma dan David menunggu kabar baik dari kamu," ujar Oma Meria.Davit terlihat kecewa, tetapi ia harus menerima apa yang diputuskan oleh Ayu. Mungkin tidak lama lagi ia akan memberikan kabar baik untuknya.Beberapa menit mengobrol, akhirnya David dan Oma Meria pamit pulang. Sudah terlalu malam hingga mereka lupa waktu.Ayu bisa berbapas lega, ibunya pun ikut lega dengan keputusan sang anak. Baginya, pernikahan itu tidak bisa terburu-buru. Apalagi Ayu pernah gagal."Ibu setuju sama kamu, pokoknya pikirkan yang terbaik, ya, Sayang.""Iya, Bu. Aku juga takut gagal lagi," ucap Ayu.Ayu melihat keadaan kedua anaknya, mereka sudah tertidur nyenyak.

  • Saat Istriku Tak Lagi Meminta Uang   Empat puluh sembilan

    Kondisi Bagas sudah membaik, kemarin sudah pulang dan di jemput oleh Damar. Pria itu dengan telaten mengajak sang anak main dalam beberapa jam sebelum pulang.Berulang kali Bagas membujuk ayahnya untuk tetap tinggal. Namun, itu tidak mungkin karena Ayu dan dirinya sudah berpisah. Tidak mungkin bisa untuk bersama."Kalau kamu mau, nanti nginep di rumah papa, bagaimana?" Damar mencoba membujuk Bagas.Anak laki-laki itu mengerucutkan bibir. Ia sama sekali tidak mau melepaskan pelukan sang ayah. Rasa rindunya kian membuncah, saat ia terbangun melihat hanya sosok ibunya yang ada."Nanti Papa main lagi, Bagas sama Mama dulu, ya," bujuk sang ibu.Beruntungnya Bagas menurut dengan apa yang dikatakan sang ibu. Walaupun dengan wajah masam, anak itu tetap mengantar sang ayah sampai ke halaman rumah."Yu, pamit," ucap Damar."Iya, Mas."Setelah Damar pulang, Ayu kembali membujuk sang anak u

DMCA.com Protection Status