Share

kamu cantik

"Kau keterlaluan, tuduhanmu tak beralasan."

"Apa ... tak beralasan?"

Mendengar ucapan Ambarwati, Erlan terdiam sambil menatapnya tajam. Erlan hanya bisa menerka apa yang tersirat dalam benak istrinya itu, lalu mencoba membaca dari sorot mata yang penuh dengan kecurigaan. Erlan merasakan sorot yang sama dimiliki Kamila saat ia marah besar.

Erlan sadar dan mengusap rambutnya dengan kasar. Bukankah kata orang, mata adalah gambaran hati dan tidak akan bisa berbohong. Namun, Erlan mungkin bisa saja salah. Apa itu terlalu penting, mengingat tujuan Erlan ke sini hanya untuk urusan pekerjaan.

"Pak Erlan, klien kita sudah datang dan meeting akan segera dimulai." Panggil rekan kerjanya.

Tiba-tiba Anton datang memberi tahu Erlan. yang tadi datang bersama namun ia izin ke toilet. Bukankah dewa penolong berpihak padanya kali ini?

"Baiklah, tunggu sebentar," jawab Erlan menatap kedua netra Ambar.

"Baik, Pak."

"Kamu, memalukan Ambar, lihatlah aku kesini bersama rekan kerjaku bukan seperti apa
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status