Share

Depresi sang Ibu

Penulis: Purwa ningsih
last update Terakhir Diperbarui: 2022-08-12 10:38:11

Tut ... tut .

[Nomor yang anda tuju tidak dapat dihubungi, atau berada di luar jangakuan.]

Aghhh....

Erlan meremas kasar rambutnya merasai panas dalam dadanya.

'Plis, Kamila angkat teleponnya.'

Berulang kali Erlan menekan tombol, namun hasilnya tetap sama, nomor ponsel Kamila tidak aktif.

Gundah itu yang dirasakannya, diam Erlan melangkah duduk di kursi teras, menelisik setiap sudut membayangkan tawa Alifa saat bermain dengan istrinya kamila. Biasanya Alifa mengajak dan menarik Erlan untuk ikut main bersama, ia berusaha membuang jauh-jauh bayangan Alifa di kepalanya. Bukankah dia sudah terbiasa menyakiti hati kamila selama tahun terakhir dipernikahananya?

Berusaha tegar menjalani tugas menikahi Ambar walaupun terkadang terasa berat?

Harusnya ia enggak menyakiti hati Kamila, agar ia enggak meninggalkannya seperti saat ini, Bertahun-tahun mengabdi di keluarga besar Ambar. Hingga sampai keluarganya beranjak sukses, Namun ada syaratnya ia harus menikahai wanita itu tentu saja dengan b
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Dyah Piktawaty
Thor buat Erlan di pecat dan Mila menceraikannya.berikan Mila jodoh yg kaya N mencintai Mila N keluarga Mila .ibu Mila sembuh total.
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Saat Istri Memilih Pergi   Sore itu

    "Mas, kita jadi ke hotel nggak?"Erlan menoleh ke arah istri sirinya, Tampak ia sedang duduk di sampingya dengan rok mini, sehingga paha mulus Ambarwati menantang untuk dipandang. Dengan pakaian yang serba mini, tentu membuat pemandangan yang sayang jika dilewatkan bagi Erlan. "Jadilah. Aku udah booking hotel," ucapnya dengan nada sinis. "Seriusan, Mas?"Erlan merasa prustasi, saat Kamila menerima uluran tangan Lelaki itu untuk digengenggamnya dan diajak pergi tadi, ia berusaha ingin bersenang-senang saat ini dengan Ambar. Mencoba menghilangkan wajah Kamila yang terus melintas dalam ingatannya. "Serius lah, apa tampangku lagi bercanda?"Ambarwati tersenyum manis, sambil, memeluk Erlan dari samping. "Terima kasih, sayang. I like this.""Hmm."Dada Erlan begitu sesak, bayang-bayang istrinya Kamila selalu menghantuinya. "Oh, ya kau sudah menggugat istrimu itu?"Erlan menggeleng pelan. "Menurutku ya, jangan diceraikan dia biar tau rasa. Kita persulit saat Kamila minta cerai mas."Se

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-12
  • Saat Istri Memilih Pergi   Pagi itu bertemu Reyga

    Tubuh Erlan bergetar hebat ketika untuk pertama kalinya harus menurunkan ego. Menemui wanita yang sembilan tahun pernah begitu berarti dalam hidupnya. Sebelum akhirnya dia pergi meninggalkan pedih di hati. Yang mungkin tidak akan terlihat olehnya, Erlan berdiri menatap pantulan bulan separuh yang menggantung di atas sana. Ia menatap ke atas dengan rokok ditangan lalu kemudian menghisap rokok pelan-pelan lalu mengeluarkan asap ke atas. Menatap bintang yang sangat jauh hanya sedikit terlihat di atas sana. Menatap sekilas tetapi tetap merasa ada yang terasa tak nyaman dalam hatinya. Lebih menyakitkan dari pada melihat Kamila marah, ia bahkan tidak pernah melihat Kamila begitu berani dan sangat marah seperti itu. Keheningan malam akan membuat suara hati lebih terdengar. Saat itulah yang membuat Erlan semakin merana saat menginggat kejadian tadi pagi. Berdiri menatap sosok wanita yang sangat ia rindukan itu tengah duduk di teras rumah. Tadi senyumnya masih sama seperti dulu, wajah Kami

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-12
  • Saat Istri Memilih Pergi   Mencoba bangkit

    Saru hari Sebelum bertemu dengan Reyga. "Maaf aku terlambat, Mila. Tadi di perempatan jalan macet panjang karena ada jalan yang dibangun." Jelas Arum yang baru saja datang. "Nggak apa-apa, Tha. Ayo masuk," Ajak Mila. "Iya.""Ardha ga ikut?"Arum tersenyum. "Tidak, tadi ikut sekolah dan katanya mau dijemput sama, Mas Elang."Kamila berusaha tersenyum tipis, demi menutupi rasa gugup, ia tau Arum tak suka jika Kamila meninggakan suaminya dan membiarkan bersama pelakor itu. "Rum, mau minum apa nih bumil?" "Seperti biasa aja, Mila," jawabnya, sorot teduh netra Arum terus menatap tajam pada ke arah Kamila. Kamila mengangguk. Dan memberi tahu Mbok Parti, ia hapal minuman kesukaan sahabatnya dari dulu itu. "Aku merindukanmu, Mila, kau baik-baik saja kan?" ucapnya setelah Mbok Parti memberikan segelas teh hangat kesukaannya. "Aku baik, Rum."Arum menarik nafas kasar. "Lo yakin Erlan sudah menikahi gadis itu?""Iya, Dia yang bilang sendiri.""Terus keputusanmu?"Kamila tersentak. menata

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-12
  • Saat Istri Memilih Pergi   Persidangan perdana

    "Tau ga tadi aku ketemu dengan siapa, Mas." Ambarwati duduk di samping suaminya. "Siapa?" tanya Erlan mengerjitkan dahinya. Ambar terlihat tersenyum jahat. "Kamila, sedang berjalan bersama seorang pria. Tapi sepertinya wajah pria itu ga asing ya Ma, dimana gitu kayak pernah lihat deh.""Iya, wajahnya sangat familiar," seru sang mama mertua. Tanpa sadar, Erlan yang menahan cemburu, mendengar ucapan Ambar dan mertuanya, wajahnya memerah ia sungguh tak sanggup menahan beban dihatinya. Dengan cepat ia mengambil air putih lalu diteguknya beberapa kali, inikah karma untuknya menahan cemburu yang kian membuncah. Saat mengatakan jika Kamila berjalan dengan lelaki lain. "Terus...!" Bohong Erlan jauh dilupuk hatinya ia begitu cemburu. Dan saat ini dirinya sedang tak baik-baik saja. "Ya, cuma mau kasih tau saja sih. Ternyata istrimu itu ga jauh beda, ya.""Ga jauh beda, gimana maksud kamu?" tanya Erlan yang begitu kesal. "Ah sudahlah, malas aku berdebat denganmu. Ayo, Ma kita masuk."Senja

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-12
  • Saat Istri Memilih Pergi   Terbakar cemburu

    "Bagaimana, Lia?" tanya Reyga pada Kamila. "Masih harus sidang mediasi Rey," jawab Kamila cemas. "Bismillah, ya Lia."Kamila tersenyum. "Iya.""Ayo aku antar.""Ya, terima kasih. Kau selalu ada buatku Rey."Reyga mengangguk mengiyakan. Kamila diantar pengacaranya juga Reyga melangkah hampir mendekati ruangan kecil. Jauh disana Erlan begitu panas dadanya sepanas bara. Mendapati istrinya Kamila selalu di dekat lelaki itu, dada Erlan begitu sesak melihat pemandangan yang membuatnya begitu muak. Apalagi di depan Hakim tadi Kamila begitu kekeh ingin meminta berpisah dengannya. Saat-saat bersama Kamila, Erlan menjadi suami yang tersanjung. Suami dari seorang wanita baik hati dan penurut. Namun Erlan merasa saat ini Kamila menjauh, ia lebih penting bercanda dengan lelaki itu. Sementara Erlan sibuk sendiri dengan pikirannya. Memang semua salahnya namun tak adakah kesempatan kedua untuknya. Erlan kasihan pada dirinya sendiri, tapi apa mau dikata, kemauan orang tuanya untuk menikahi Ambar

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-12
  • Saat Istri Memilih Pergi   Doa dari orang yang tersakiti

    Kamila menatap pepohonan yang tertiup angin, suara angin berembus menyibak jilbab yang ia pakai. Kamila memandang anak-anak kecil yang berlarian ke tepi jalan. Berlarian bebas lepas kemana pun mereka akan pergi karena sejatinya anak kecil selalu bahagia, Kamila tersenyum karena itu awal dari kisah kecilnya yang manis. Karena mereka pun akan mempunyai kisahnya esok, kisah yang mungkin saja akan selalu penuh dengan cinta. Atau mungkin juga tentang luka. Mata Kamila dan Reyga nanar menatap anak kecil itu kemudian kembali melanjutkan makan siangnya. "Perasaanmu lebih baik sekarang, Lia?"Kamila mengganguk. "Alhamdulillah, iya.""Tenanglah Lia semuanya akan baik-baik saja."Kamila sekilas menatap wajah sahabatnya Reyga lalu tersenyum. "Iya tenang saja. Aku sudah iklas ko, Rey."Lembayung senja menampakkan ronanyaindah dan syahdu berirama dalam nyanyian jiwa, Kamila tersenyum seraya menikmati siang itu. Membuat Kamila sedikit gelisah dalam diam. "Belajar untuk bangkit dan menyadari bahw

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-12
  • Saat Istri Memilih Pergi   putusan pengadilan

    Kamila menoleh saat mendengar suara pintu kamar terbuka. Karin, sang adik, melangkah masuk dengan wajah sedih. Kamila menyerjit setelah menyadari bahwa sang adik telah duduk di sampingnya membuat Kamila sedikit bangkit dan duduk bersender ke arah ranjang. Sepertinya akan ada sesuatu yang akan di sampaikan padanya, entah itu apa. Kamila tersenyum dan menatap adiknya lekat. "Karin, ada apa?""Ibu, tadi sudah memanggil namaku, Mbak Mila."Kamila menatap Karin sekilas, kemudian mengalihkan pandangan. "Iya, ini semakin bagus kan, Karin. Sejak kita lakukan terapi keadaan ibu semakin membaik, fisiknya sehat hanya mentalnya saja yang terganggu.""Semoga Ibu sembuh, Mbak. Karin begitu rindu pelukan Ibu."Terkadang ada satu waktu saat tiba-tiba saja seseorang merasa hampa. Mungkin akan ada sesuatu yang entah tak mereka sadari itu. Bagi orang itu adalah sebuah firasat, namun bagi Kamila begitu yakin bahwa sang Ibu akan sembuh seperti dulu lagi. Penyakit yang diderita hanyalah sebuah sakit hat

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-12
  • Saat Istri Memilih Pergi   penyesalan Erlan

    Reyga tersenyum tipis, binar bola mata Kamila terlihat agak sendu. Dengan perasaan tak menentu, di pandangi wanita yang usianya satu tahun lebih muda darinya, duduk tepat di sampingnya di dalam mobil yang ia kendarai. "Kamu, lega bisa lepas dari suamimu itu."Kamila tertawa lepas hampir air matanya jatuh berderai. "Alhamdulillah, Rey!""Mau makan siang dulu," sahut Reyga dengan nada tercekat. Kamila menghela nafas dalam diam. "Kita makan di rumahku saja, Rey.""Oh begitu, Elang dan Arum ikut?""Sepertinya ikut."Perasaan keduanya memenuhi ruang dinding kalbu. Sesaat angan keduanya larut dalam keheningan di terik matahari yang makin memanas, seakan turut larut dalam jiwa panas yang menyelimuti hati Reyga. Ia terlalu naif untuk memahami cinta kala itu. Nyatanya perasaan itu nyata hingga detik ini. Kenangan hanyalah tinggal masa lalu, terlalu indah untuk dilupakan, biarlah yang pernah ada, Reyga simpan dalam-dalam. "Rey...." panggil Kamila pelan."Hmm.""Aku tak tahu harus bicara apa

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-12

Bab terbaru

  • Saat Istri Memilih Pergi   Indah pada akhirnya End

    Cakrawala memancarkan warna, dan tiba-tiba matahari muncul berada diantara percakapan Erlan dan Reni. Sejenak Erlan bernafas lega melihat wajah gadis itu, lalu menunduk lagi tangannya mencekeram kuat ujung kursi roda yang ia duduki. Seolah harinya begitu ragu akan ketulusan hati Reni. "Karena wanita itu, yang bernama Kamila, kau jadi kecelakaan, Pak?"Reni mendecih, sedangkan Erlan tidak melakukan tindakan apapun. Tidak mengiyakan tidak pula menentang. Merasa ucapan Reni tepat dia mengujar lagi, pertanyaan yang diluar dugaan. "Sudah kubilang, tidak karena siapa-siapa. Kenapa kau bertanya seperti itu? Sudahlah.""Bisa-bisanya kau menghilang dariku, Pak. Terus mengapa jadi begini? Kenapa jadi lumpuh dikursi roda, Pak?"Erlan meremas rambutnya dengan kasar. Agar Reni mau menghentikan ocehannya. Ia begitu kesal oleh sikap Reni yang tidak menghargainya. "Sudahlah Ren, bukan urusanmu."Reni tersenyum jahat. "Maksudku aku akan menikah lagi. Pak"Kali ini Erlan membulatkan matanya, bahk

  • Saat Istri Memilih Pergi   menuju bahagia

    "Mas, kenapa tak memberi tahu Mbak Reni, padahal dia sudah kesini beberapa kali mencari, Mas."Erlan terdiam. Merasakan detak jantung yang meningkat cepat. Kenapa Dimas tiba-tiba bertanya itu?"Apa aku pantas untuk sekedar dicintai, bahkan untuk berjalan saja aku tak bisa, Dim."Dimas mengehela nafas berat. " Ga boleh putus asa begitu, Mas. Bukankah dokter Reyga juga memberi tahu bahwa untuk kesembuhan, Mas sangatlah besar."Erlan menatap jendela dari balik kamarnya. "Entahlah Dimas, aku merindukan Alifa."Dimas tersenyum, sejak kapan kakaknya ini berubah baik. Bahkan ia tahu jika sang kakak selama ini tak pernah peduli dengan Alifa sang keponakan. "Iya, kapan-kapan kita ke sana ya.""Tidak, Dimas. Aku tak mau membuat Kamila susah dengan hadirku."Dimas tersenyum. "Mas, pikir mbak Kamila orangnya pendendam. Satu hal, Mas. Hati Mbak Kamila itu bagaikan sutra sangat lembut, jadi kayaknya ga ada masalah kalau kita menemui Alifa. Lagian bukankah Alifa adalah masih tanggung jawab Mas Erla

  • Saat Istri Memilih Pergi   mencintaimu

    Ponsel di tangan Dimas hampir terjatuh saat melihat wanita yang tengah melintas di depannya. Dimas sambil mendorong kursi roda sang kakak Erlan. Mudah-mudahan kakaknya tak mengetahuinya. Namun, sepertinya ia tahu jika Kamila berjalan bersama seorang dokter yang tak lain adalah suaminya. Erlan terdiam, seketika ingatannya tertarik jauh ke masa lalu. Ia pikir selama sepuluh tahun adalah waktu yang cukup untuk melupakan sosok Kamila. Ternyata, Erlan salah dan salah. Ia begitu terluka saat melihat ke arah sang mantan istri yang terlihat begitu cantik. Bagaimanapun pedihnya luka yang pernah ditorehkannya dulu, tetap saja kenangan indah sebelum luka itu ada, kembali hadir. Dengan cepatnya rasa itu muncul menembus batas pertahanan yang selama ini mereka pertahankan. Namun pecah dihantam gelombang perceraian. Memakai pashmina hitam dan masih sama, wajahnya tampak lebih sangat cantik dan begitu dewasa. Berbagai pikiran berkecamuk antara ingin menegur juga tak ingin bertemu dengannya. Untung

  • Saat Istri Memilih Pergi   Bayangan semu

    "Pak, meeting sudah mau dimulai.""Baiklah, ayo."Dengan hitungan langkah Erlan menuju tempat yang telah disediakan oleh Reni. Hati Erlan terasa berkeping-keping melirik Kamila yang tak melepas genggaman suaminya, Erlan terlihat kesal tidak dapat berdusta jika hatinya belum pulih sepenuhnya melupakan Kamila.Angin senja menerbak membelai wajah Erlan,yang menerpa angin berganti dengan semburat kuning di ujung langit. Ia telah selesai meeting hari hampir magrib. Entah mengapa Erlan begitu sibuk hingga tidak sedikitpun melirik jam di pergelangan tangannya. Saat menoleh Kamila dan suaminya telah pergi dari kafe itu. Dan sudah tak terlihat lagi. Kalaupun saat ini dia berkerja keras hanya untuk memenuhi kebutuhan sang Ibu. Semenjak kejadian itu Erlan tak pernah pulang ke rumah. Tak sekalipun dia melihat ponsel sejak kejadian itu, untuk sekedar menjawab panggilan dari adiknya. Hal yang tidak pernah absen dilakukan Erlan selama ini, menuruti perintah sang Ibu. Duh, hari ini rasanya rindu d

  • Saat Istri Memilih Pergi   Penyesalan

    Brakk! Erlan membanting pintu rumah Reni. "Pak sabarlah, mungkin Ibu Pak Erlan masih bergabung. Sudahlah jangan marah-marah terus.""Aku malas selalu dipojokkan, Ren.""Iya aku tahu Pak. Sabar ya." Reni menenangkan Erlan. Erlan berjalan ke arah kamar, sedangkan Reni ke dapur membuat kopi. Terdengar suara barang jatuh cukup keras dari arah kamar, disusul suara dentingan beberapa alat yang berjatuhan, membuat Reni terkejut."Pak ...!"Reni memanggilnya, namun, tak ada jawaban, seketika kamar terasa hening membuat perasaan Reni mulai tidak enak.Khawatir terjadi sesuatu pada Erlan, Reni berjalan cepat kearah kamar, tampak tubuh Erlan yang tersungkur dilantai, dengan mata tertutup."Ya Tuhan, Pak Erlan!"Reni menghampirinya, langsung meraih kepalanya dan meletakkannya di atas pangkuan, Reni berusaha tenang ia tahu jika Erlan lagi banyak masalah. Meskipun hati sangat cemas. "Pak! Ayo ke ranjang." Panggilnya pelan.Ia hanya mengangguk. "Kau sakit, Pak?" tanya Reni lagiErlan memegang ke

  • Saat Istri Memilih Pergi   Kesalahan

    Erlan berjalan melewati jalanan yang sudah sangat ia hapal tiap kelokannya. Beberapa motor melintas mendahului mobil Erlan di sepanjang jalan ia hanya terpaku tak percaya oleh Kamila dan Alifa bersama lelaki itu yang baru sama terlihat sari pandangannya. Perasaannya yang semakin hancur tatakala menginggat semua kejadian saat pernikahaannya dengan wanita yang sangat ia sayangi yang kini sudah hancur. Entah apa yang terjadi dengannya saat ini, Erlan mengemudikan mobilnya dengan kecepatan cepat. Mobil berjalan di depan rumah Kamila. Seperti dulu, saat masih kecil, Erlan mencuri waktu untuk bertemu Kamila. Dulu, Ayah Kamila sering terlihat marah karena Erlan menemuinya. Sekarang semuanya sudah berbeda, Ayah Kamila telah pergi, dan saat sang Ibu sudah memberi kebebasan, namun Erlan menghianatinya dan beliau mungkin sudah tidak berdaya. Lucunya, tak pernah sekalipun Erlan meminta maaf pada wanita yang sangat ia sayangi itu. Ah, Erlan mendengus kesal sambil membanting setir mobilnya, kadan

  • Saat Istri Memilih Pergi   Mencintaimu

    Malam semakin larut, sunyi sepi setelah anak-anak tertidur, Kamila langsung menuju kamar. Reyga sudah menunggu di dalam kamar."Sayang, sudah tidur jangan kecapekan," pinta Reyga pada Kamila untuk beristirahat."Iya Mas, aku baru saja nemenin anak-anak tidur," jawabnya ikut duduk di samping sang suami. "Oh, Mama sudah tidur?""Sudah, Mas." "Sayang terima kasih ya sudah mau menjadi ibu untuk anak-anakku," ucapnya pada Kamila. Kamila saat ini berada pada dada bidang Reyga. Ia menikmati wangi tubuh sang suami, entah akhir-akhir ini Kamila lebih suka berada di bawah ketiak sang suami. Kamila menarik tangan Reyga lalu meletakkan telapak tangan di atas perutnya."Mama sepertinya betah disini, sayang." Kamila mengangkat kepalanya, lalu menumpu dagunya di bahu sang suami. Reyga mengusap pelan perut yang mulai membuncit. Menikmati keanehan yang terasa di dalam perut Kamila saat tangan Reyga berada di sana."Alhamdulillah, itu yang Kamila harapkan, Mas."Reyga mengangguk. "Mungkin, ini aka

  • Saat Istri Memilih Pergi   Arum melahirkan

    Angga berteriak, Elang dan Bu Fatma panik. Elangengbil akih Arum dan menggendongnya ke dalam mobil sedangkan Angga berlari menyetir mobil. Dan mobil meninggalkan rumah milik. arum Dan Elang."Ya Allah, Arum! bangun, Nak! jangan tidur buka matamu, Rum!" Bu Ftama begitu cemas. Elang menepuk-nepuk pelan pipi istrinya. "Mama Arum, ga apa-apa kan, Bu?" tanya Elang.Bu Fatma tak sanggup menjawab, hanya mampu memeluk kepala putrinya itu dengan erat. "Arum, kenapa, Elang?" tanya Angga dari depan."Tadi juga ga papa kok, Mas Angga," jawab Elang ketakutan dengan suara bergetar."Ya Allah ... sabar dikit lagi kita sampai. Bismillah ... mudahkan ya Allah ...." Angga terus memacu mobilnya menembus jalanan kota yang ramai. Motor-motor didepan masih terus merangsek membelah jalanan yang dipenuhi kendaraan yang padat. Lalu lintas ibu kota yang tau sendirilah padatnya seperti apa.Bu Fatma terus berdzikir benar-benar berada dalam titik pasrah kepada Allah. Pengharapan tertinggi saat ini hanya mem

  • Saat Istri Memilih Pergi   Berlibur

    "Bangun, Mila. Sudah aku masakan air hangat untukmu."Kamila masih menggeliat dan mengucek matanya yang masih terpejam. "Harusnya ga usah repot masakin air segala, Rey," tukas Kamila. "Ya sekali-kali ga papa kan, kan selama ini kamu yang mengurusku. Apa mau aku gendong?"Pagi buta Kamila mendengar gombalan romantis dari suaminya, tiba-tiba bibir Kamila tersenyum kecut mendengarnya."Ayo sudah keburu dingin air hangatnya.""Iya... iya." Gerutu Kamila malas. Kamila menghela nafas pelan. Sekali lagi tersenyum dan melangkah keluar kamar mandi dan bersiap menjadi makmum untuk menjalankan salat Subuh berjamaaah dengan suaminya. Di akhiri dengan doa sebagai penutup, Kamila melipat mukena dan kembali menaruhnya di atas nakas. Ia berjalan ke dekat jendela dan menyibak gorden kamarnya. Saat buka pintu jendela suasana masih gelap. Di langit timur nampak semburat warna jingga menebar dari balik bukit nan jauh di sana. Membuat Kamila tersenyum lalu menatap suaminya yang masih bertilawah. "Kami

DMCA.com Protection Status