Share

Bab 2

Author: Nirmala
"Jangan berlama-lama! Tim Tiga, masuk semuanya! Korban hilang diketahui seorang perempuan, usia 24 tahun, posisi pastinya belum jelas!"

Perintah Kapten Cipto membuat semua anggota tim penyelamat bersiap dan masuk ke parkiran.

Saat itu, Maya menarik tangan Wibi. "Kak Wibi, di dalam berbahaya. Biar mereka saja yang masuk."

"Nggak bisa. Aku ketua tim. Jangan khawatir, tunggu saja di luar."

Begitu dia selesai bicara, Kapten Cipto langsung menarik Maya ke samping. "Orang nggak berkepentingan jangan mengganggu penyelamatan. Silakan mundur ke luar garis pembatas!"

Berhadapan dengan Kapten Cipto, Maya hanya bisa mengentakkan kakinya, lalu terpaksa menyingkir.

Aku tertawa kecil. Maya, hanya Wibi yang bodoh ini yang terpancing rayuanmu. Orang lain pasti tidak akan peduli.

Aku mengikuti Wibi masuk ke dalam parkiran.

Saat itu, lumpur sudah mencapai paha. Bahkan pria dewasa pun kesulitan bergerak, apalagi aku.

Sayangnya, mereka tidak tahu lokasi tepatku.

Aku baru tahu, ternyata kamera pengawas di parkiran sudah rusak.

Manajer properti baru tahu aku turun ke parkiran setelah melihat pesan bantuan yang kukirim lewat WhatsApp.

Mobilku diparkir di Zona D, area paling dalam dari parkiran itu.

Salah satu anggota tim Wibi berusaha menarik kakinya dari lumpur dan berkata sambil terengah-engah, "Wibi, pacarmu juga tinggal di kompleks ini, 'kan?"

"Apa dia …."

"Nggak mungkin. Yuni itu cuma tahu bersaing dengan perempuan lain. Dia nggak akan keluar."

"Tapi, bukannya dia bilang dia terjebak saat telepon?"

Wibi mengatupkan bibirnya rapat-rapat. "Nggak mungkin. Dia cuma sengaja bilang begitu karena tahu aku bersama Maya."

"Dia memang suka merepotkan!"

Mendengar itu, anggota tim lainnya memilih diam. Aku hanya bisa tersenyum pahit.

Merepotkan? Seumur hidup, ini pertama kalinya aku disebut merepotkan.

Ya, aku memang tidak bisa seperti Maya yang manja. Aku sudah terbiasa hidup mandiri.

Pertama kali aku meminta bantuan Wibi, dia menolaknya mentah-mentah. Sejak itu, aku tidak pernah lagi merepotkannya.

Sampai hari ini, aku benar-benar tidak punya pilihan lain selain mencarinya, dan aku malah dianggap merepotkan.

Wibi, kalau kamu tahu bahwa menutup telepon dariku menyebabkan kematianku, apa kamu akan menyesalinya?

Lebih dari 40 tim penyelamat dan staf properti dikerahkan. Setelah 10 jam, akhirnya manajer properti menemukan tubuhku.

Saat itu, tubuhku sudah membengkak, dengan lumpur memenuhi hidung dan mulutku. Dengan tangan gemetar, dia menunjuk sesuatu yang tampak seperti sosok manusia di dalam lumpur. "Itu ... itu dia!"

Tubuhku tersangkut pada lambang mobil, jadi tidak sepenuhnya tenggelam. Namun, lumpur sudah menutupi seluruh tubuhku.

Mendengar kabar itu, tim penyelamat bergegas mendekat. Mereka menyiapkan tandu dan menarik tubuhku dari lumpur.

Setelah diletakkan di tandu, semua orang yang melihat kondisiku langsung menundukkan kepala, termasuk Kapten Cipto. Dia menarik napas panjang, memberi hormat selama satu menit, lalu memberi aba-aba kepada tim untuk membawa tubuhku keluar.

Saat itu, Wibi dan timnya juga datang. Mereka membantu mengangkatku keluar.

Wibi menggelengkan kepala. "Kenapa datang ke parkiran bawah tanah di waktu seperti ini? Orang yang punya sedikit akal sehat pun nggak akan keluar di cuaca seperti ini. Sayang sekali."

Saat tubuhku diangkat keluar, angin tiba-tiba bertiup, dan entah bagaimana, tanganku terkulai, menampakkan sebuah kalung yang menggantung di genggamanku.

Wibi kebetulan memalingkan wajahnya. Aku hanya bisa tersenyum pahit. Wibi, lihatlah, kita benar-benar tidak pernah sejalan.

Kalau saja kamu menoleh, kamu pasti tahu bahwa orang yang mati itu aku.

Kalung ini adalah hadiah ulang tahun darimu, satu-satunya hadiah yang kamu berikan selama dua tahun kita berpacaran.

Ketika aku meninggal, aku sangat kecewa padamu dan tidak ingin ada hal apa pun yang mengikatku. Jadi, aku melepaskannya. Mulai sekarang, aku juga tidak akan mengganggumu lagi.

Related chapters

  • Saat Aku Mati, Pacarku Sibuk Menolong Wanita Lain   Bab 3

    Sayangnya, Wibi tidak melihatnya. Justru di sisi lain, Maya tiba-tiba merinding, lalu cepat-cepat mendekatinya, "Kak Wibi, kamu pasti capek sekali."Dia mengambil tisu dan menyeka lumpur yang berlumuran di wajah Wibi."Nggak kok, ini memang tugas kami."Maya kembali berkata, "Aku nggak habis pikir, apa yang ada di benaknya sampai datang ke parkiran bawah tanah di saat seperti ini?""Sudah diingatkan, tapi masih saja nekat. Tugas kita sudah selesai, yang salah ya dia sendiri …."Saat Kapten Cipto lewat dan mendengar ini, dia langsung memotong dengan marah, "Diam, Wibi! Kata-kata bisa jadi bumerang! Sebagai petugas penyelamat, jangan bicara sembarangan tentang korban, terutama di depan jenazah! Apa aku perlu mengingatkanmu soal ini?""Selain itu, kamu pasti kena sanksi kali ini. Kembali ke markas, tulis laporan!""Kenapa harus kena sanksi?"Maya tidak senang. "Kak Wibi telat karena membantu aku, 'kan?"Kapten Cipto menatap Wibi dengan tajam. "Nyawa orang itu urusan besar, Wibi. Kita baha

  • Saat Aku Mati, Pacarku Sibuk Menolong Wanita Lain   Bab 4

    Jasadku telah dibersihkan dan dibawa ke ruang penyimpanan jenazah di rumah duka.Wibi datang tergesa-gesa, hampir terjatuh beberapa kali. Setelah menunjukkan identitasnya, dia melihat tubuhku ditarik keluar. Seketika, dia menutup mulutnya dengan tangan, matanya penuh air mata."Yuni …."Dia mencoba mengulurkan tangan untuk menyentuhku, tetapi pada akhirnya tidak berani melakukannya.Petugas di sebelahnya menyerahkan sebuah kotak. "Ini barang-barang milik almarhum. Tolong diperiksa."Wibi menerima kotak itu dan menemukan kalungku di dalamnya. Air matanya langsung jatuh tanpa henti.Kapten Cipto yang mengikuti dari belakang menepuk pundaknya. "Wibi, aku nggak akan banyak bicara soal ini. Tapi katamu, dia sempat meneleponmu, bilang kalau dia terjebak. Saat itu kamu sedang di mana?"Wibi langsung dilanda kesedihan yang mendalam, menjerit memilukan, lalu berlutut di lantai sambil menangis tersedu-sedu.Kapten Cipto hanya bisa menghela napas panjang. "Kalau aku tahu lebih awal bahwa dia mene

  • Saat Aku Mati, Pacarku Sibuk Menolong Wanita Lain   Bab 5

    Melihat semua ini, aku hanya bisa menggelengkan kepala. "Sekarang kamu baru sadar salah? Apa gunanya? Aku sudah mati. Apa pun yang kamu lakukan nggak akan membuatku hidup kembali. Sudahlah, lupakan saja!""Tapi, urusan pemakamanku kuserahkan padamu. Pastikan aku tampil secantik mungkin .… Ah, sudahlah, lebih baik jangan. Meskipun aku nggak punya keluarga, aku juga nggak mau kamu menyentuhku lagi!"Aku menarik napas panjang, mencoba pergi, tetapi ternyata aku tidak bisa bergerak.Saat itu, tiba-tiba Wibi seperti mengingat sesuatu."Ponsel! Ya, ponsel!"Dia buru-buru menghubungi Kapten Cipto dan mengetahui bahwa pintu darurat memang terkunci. Wibi memutuskan untuk memperjuangkan keadilan untukku, tetapi ponselku rusak karena terendam air.Kapten Cipto meminta pihak pengelola gedung untuk mengambilkan ponsel itu. Begitu mendapatkannya, Wibi langsung pergi ke tempat servis ponsel.Setelah memeriksa kerusakan karena air, teknisi mengatakan bahwa sulit untuk memperbaikinya sepenuhnya.Wibi m

  • Saat Aku Mati, Pacarku Sibuk Menolong Wanita Lain   Bab 6

    Maya segera mendekat, menggenggam tangan Wibi, tetapi Wibi mendorongnya, "Maya, pikiranku sedang kacau.""Ada apa, Kak Wibi?""Dia sudah meninggal, tahu nggak? Orang yang kemarin di parkiran bawah tanah itu Yuni!"Mendengar itu, wajah Maya sejenak tampak senang, tetapi dia segera mengendalikan ekspresinya dan berkata, "Aku nggak menyangka dia ceroboh sekali. Dia tahu parkiran bawah tanah itu penuh air, kenapa dia tetap masuk?"Wibi menghela napas. "Iya, aku sudah berulang kali mengingatkan. Aku bahkan menulis di media sosial agar semua orang tetap di rumah. Kenapa dia nggak mendengarkan dan malah keluar?""Yuni selalu sembrono!"Maya buru-buru menghiburnya, "Nggak apa-apa, Kak Wibi. Nanti kita adakan pemakaman besar-besaran buat dia, biar dia pergi dengan layak.""Kamu memang pengertian, terima kasih. Bahkan di saat seperti ini, kamu masih memikirkan kehormatannya.""Padahal kalau ingat sikap dia ke kamu dulu .…""Aku nggak peduli, Kak Wibi. Asal .…"Tiba-tiba, ponsel Wibi berbunyi. Di

  • Saat Aku Mati, Pacarku Sibuk Menolong Wanita Lain   Bab 7

    "Tunggu saja sampai aku menemukan buktinya!" Wibi menggeram sambil mengepalkan giginya. Manajer properti itu hanya bisa pasrah.Di sisi lain, tim penyelamat meminta Wibi menulis laporan pertanggungjawaban, dan dia mendapat sanksi berupa pemberhentian sementara. Namun, keadilan untukku tetap harus diperjuangkan.Aku tumbuh besar di panti asuhan, tanpa teman atau keluarga. Sekarang, setelah mati, satu-satunya orang yang bisa membantuku hanyalah Wibi.Melihat kondisinya sekarang, aku tidak bisa berkata apa-apa.Tiga hari kemudian, Wibi akhirnya mendapatkan ponselku. Ketika dia membukanya dan melihat pesan dari pihak properti yang memintaku turun, dia langsung murka dan segera pergi ke kantor properti. Dia langsung menarik kerah manajer properti dan meninjunya!"Kalian yang membunuhnya! Kalian yang membunuhnya!"Tinju Wibi menghantam manajer properti itu hingga dia menjerit kesakitan. Setelah dipisahkan dengan susah payah, manajer properti berteriak marah, "Aku akan menuntutmu! Sudah kubil

  • Saat Aku Mati, Pacarku Sibuk Menolong Wanita Lain   Bab 8

    Wibi langsung bergegas ke rumah Maya. Melihatnya datang, Maya menunjukkan ekspresi penuh kegembiraan.Aku ikut bersamanya, hatiku dipenuhi amarah. Maya, aku tidak pernah punya dendam denganmu. Kenapa kamu melakukan ini padaku?Aku berusaha maju menghampirinya, tetapi tidak bisa. Tubuh ini terlalu lemah. Sebagai roh, bahkan melukai seseorang pun aku tidak mampu.Film-film itu benar-benar menipu!Tanpa banyak bicara, Wibi masuk ke rumah Maya dan mulai membongkar isi lemarinya."Kak Wibi, apa yang kamu lakukan?" tanya Maya dengan panik."Aku mencari helm, jaket, dan celana kerjamu!"Wajah Maya langsung pucat pasi."Kak Wibi, kamu ngomong apa sih? Aku nggak punya baju seperti itu!""Nggak punya? Sampai kapan kamu mau bohong? CCTV di lift merekam semuanya, begitu juga pintu darurat tangga. Kamu yang membunuh Yuni! Kenapa kamu melakukannya?"Maya tetap menyangkal, "Nggak mungkin! Bagaimana mungkin aku menyakitinya? Wibi, kamu sudah gila! Aku juga sedih atas kematian Yuni, tapi kamu nggak bis

  • Saat Aku Mati, Pacarku Sibuk Menolong Wanita Lain   Bab 9

    Tubuhku gemetar tak terkendali setelah mendengar itu. Aku tidak percaya Wibi berkata seperti itu tentang aku kepada Maya.Pantas saja setiap kali Maya melihatku, tatapannya selalu aneh. Pada hari kejadian, dia menyamar sebagai Lino dari pengelola gedung, mengirim pesan agar aku turun ke bawah, lalu mengunci pintu tangga darurat.Awalnya, dia cuma ingin memberiku pelajaran. Tetapi, dia tidak menyangka air di parkiran bawah tanah naik begitu cepat hingga aku tenggelam dan meninggal.Dia sebenarnya takut, tapi juga tidak berani mengakui. Dia ingin melihat bagaimana Wibi akan memilih. Jadi, dia berpura-pura kucingnya terjebak di atas pohon dan memanggil Wibi untuk datang.Kucing itu menghabiskan waktu setengah jam. Saat Wibi tiba, aku sudah tiada.Sekarang, melihat Wibi yang hampir mencekiknya, Maya malah tertawa, "Kematian Yuni itu juga salahmu!""Wibi, kamulah pembunuh sebenarnya! Yuni meninggal karena ulahmu. Kalau saja kamu datang lebih cepat, dia nggak akan mati. Kamulah yang mendoron

  • Saat Aku Mati, Pacarku Sibuk Menolong Wanita Lain   Bab 1

    Air di parkiran naik dengan cepat, pintu darurat terkunci, dan aku memanjat ke atas mobil. Baterai ponselku tinggal satu garis.Setelah Wibi menutup telepon, ponselku mati total. Putus asa, aku berteriak sekuat tenaga, "Apa ada orang? Tolong aku!"Aku melambaikan tangan ke arah kamera pengawas di atas, berharap seseorang memperhatikanku.Namun, tidak ada yang menyadari keberadaanku.Banjir perlahan menelan tubuhku, hingga akhirnya aku sepenuhnya tenggelam.Rasa sesak dan sakit memenuhi dadaku. Aku melihat kalung di leherku, menariknya dengan sekuat tenaga, lalu semuanya menjadi gelap.Ketika aku membuka mata lagi, aku melayang di atas langit-langit parkiran. Dari luar, terdengar suara orang memanggil, "Apa ada orang?""Nona Yuni!"Manajer gedung datang bersama tim, berjalan menembus air dan lumpur. Saat mereka tiba di jalur darurat, mereka semua terdiam."Siapa yang mengunci pintu ini?""Nggak tahu, biasanya pintu ini selalu terbuka. Selain itu, ini bukan kunci kami!"Dari atas, aku me

Latest chapter

  • Saat Aku Mati, Pacarku Sibuk Menolong Wanita Lain   Bab 9

    Tubuhku gemetar tak terkendali setelah mendengar itu. Aku tidak percaya Wibi berkata seperti itu tentang aku kepada Maya.Pantas saja setiap kali Maya melihatku, tatapannya selalu aneh. Pada hari kejadian, dia menyamar sebagai Lino dari pengelola gedung, mengirim pesan agar aku turun ke bawah, lalu mengunci pintu tangga darurat.Awalnya, dia cuma ingin memberiku pelajaran. Tetapi, dia tidak menyangka air di parkiran bawah tanah naik begitu cepat hingga aku tenggelam dan meninggal.Dia sebenarnya takut, tapi juga tidak berani mengakui. Dia ingin melihat bagaimana Wibi akan memilih. Jadi, dia berpura-pura kucingnya terjebak di atas pohon dan memanggil Wibi untuk datang.Kucing itu menghabiskan waktu setengah jam. Saat Wibi tiba, aku sudah tiada.Sekarang, melihat Wibi yang hampir mencekiknya, Maya malah tertawa, "Kematian Yuni itu juga salahmu!""Wibi, kamulah pembunuh sebenarnya! Yuni meninggal karena ulahmu. Kalau saja kamu datang lebih cepat, dia nggak akan mati. Kamulah yang mendoron

  • Saat Aku Mati, Pacarku Sibuk Menolong Wanita Lain   Bab 8

    Wibi langsung bergegas ke rumah Maya. Melihatnya datang, Maya menunjukkan ekspresi penuh kegembiraan.Aku ikut bersamanya, hatiku dipenuhi amarah. Maya, aku tidak pernah punya dendam denganmu. Kenapa kamu melakukan ini padaku?Aku berusaha maju menghampirinya, tetapi tidak bisa. Tubuh ini terlalu lemah. Sebagai roh, bahkan melukai seseorang pun aku tidak mampu.Film-film itu benar-benar menipu!Tanpa banyak bicara, Wibi masuk ke rumah Maya dan mulai membongkar isi lemarinya."Kak Wibi, apa yang kamu lakukan?" tanya Maya dengan panik."Aku mencari helm, jaket, dan celana kerjamu!"Wajah Maya langsung pucat pasi."Kak Wibi, kamu ngomong apa sih? Aku nggak punya baju seperti itu!""Nggak punya? Sampai kapan kamu mau bohong? CCTV di lift merekam semuanya, begitu juga pintu darurat tangga. Kamu yang membunuh Yuni! Kenapa kamu melakukannya?"Maya tetap menyangkal, "Nggak mungkin! Bagaimana mungkin aku menyakitinya? Wibi, kamu sudah gila! Aku juga sedih atas kematian Yuni, tapi kamu nggak bis

  • Saat Aku Mati, Pacarku Sibuk Menolong Wanita Lain   Bab 7

    "Tunggu saja sampai aku menemukan buktinya!" Wibi menggeram sambil mengepalkan giginya. Manajer properti itu hanya bisa pasrah.Di sisi lain, tim penyelamat meminta Wibi menulis laporan pertanggungjawaban, dan dia mendapat sanksi berupa pemberhentian sementara. Namun, keadilan untukku tetap harus diperjuangkan.Aku tumbuh besar di panti asuhan, tanpa teman atau keluarga. Sekarang, setelah mati, satu-satunya orang yang bisa membantuku hanyalah Wibi.Melihat kondisinya sekarang, aku tidak bisa berkata apa-apa.Tiga hari kemudian, Wibi akhirnya mendapatkan ponselku. Ketika dia membukanya dan melihat pesan dari pihak properti yang memintaku turun, dia langsung murka dan segera pergi ke kantor properti. Dia langsung menarik kerah manajer properti dan meninjunya!"Kalian yang membunuhnya! Kalian yang membunuhnya!"Tinju Wibi menghantam manajer properti itu hingga dia menjerit kesakitan. Setelah dipisahkan dengan susah payah, manajer properti berteriak marah, "Aku akan menuntutmu! Sudah kubil

  • Saat Aku Mati, Pacarku Sibuk Menolong Wanita Lain   Bab 6

    Maya segera mendekat, menggenggam tangan Wibi, tetapi Wibi mendorongnya, "Maya, pikiranku sedang kacau.""Ada apa, Kak Wibi?""Dia sudah meninggal, tahu nggak? Orang yang kemarin di parkiran bawah tanah itu Yuni!"Mendengar itu, wajah Maya sejenak tampak senang, tetapi dia segera mengendalikan ekspresinya dan berkata, "Aku nggak menyangka dia ceroboh sekali. Dia tahu parkiran bawah tanah itu penuh air, kenapa dia tetap masuk?"Wibi menghela napas. "Iya, aku sudah berulang kali mengingatkan. Aku bahkan menulis di media sosial agar semua orang tetap di rumah. Kenapa dia nggak mendengarkan dan malah keluar?""Yuni selalu sembrono!"Maya buru-buru menghiburnya, "Nggak apa-apa, Kak Wibi. Nanti kita adakan pemakaman besar-besaran buat dia, biar dia pergi dengan layak.""Kamu memang pengertian, terima kasih. Bahkan di saat seperti ini, kamu masih memikirkan kehormatannya.""Padahal kalau ingat sikap dia ke kamu dulu .…""Aku nggak peduli, Kak Wibi. Asal .…"Tiba-tiba, ponsel Wibi berbunyi. Di

  • Saat Aku Mati, Pacarku Sibuk Menolong Wanita Lain   Bab 5

    Melihat semua ini, aku hanya bisa menggelengkan kepala. "Sekarang kamu baru sadar salah? Apa gunanya? Aku sudah mati. Apa pun yang kamu lakukan nggak akan membuatku hidup kembali. Sudahlah, lupakan saja!""Tapi, urusan pemakamanku kuserahkan padamu. Pastikan aku tampil secantik mungkin .… Ah, sudahlah, lebih baik jangan. Meskipun aku nggak punya keluarga, aku juga nggak mau kamu menyentuhku lagi!"Aku menarik napas panjang, mencoba pergi, tetapi ternyata aku tidak bisa bergerak.Saat itu, tiba-tiba Wibi seperti mengingat sesuatu."Ponsel! Ya, ponsel!"Dia buru-buru menghubungi Kapten Cipto dan mengetahui bahwa pintu darurat memang terkunci. Wibi memutuskan untuk memperjuangkan keadilan untukku, tetapi ponselku rusak karena terendam air.Kapten Cipto meminta pihak pengelola gedung untuk mengambilkan ponsel itu. Begitu mendapatkannya, Wibi langsung pergi ke tempat servis ponsel.Setelah memeriksa kerusakan karena air, teknisi mengatakan bahwa sulit untuk memperbaikinya sepenuhnya.Wibi m

  • Saat Aku Mati, Pacarku Sibuk Menolong Wanita Lain   Bab 4

    Jasadku telah dibersihkan dan dibawa ke ruang penyimpanan jenazah di rumah duka.Wibi datang tergesa-gesa, hampir terjatuh beberapa kali. Setelah menunjukkan identitasnya, dia melihat tubuhku ditarik keluar. Seketika, dia menutup mulutnya dengan tangan, matanya penuh air mata."Yuni …."Dia mencoba mengulurkan tangan untuk menyentuhku, tetapi pada akhirnya tidak berani melakukannya.Petugas di sebelahnya menyerahkan sebuah kotak. "Ini barang-barang milik almarhum. Tolong diperiksa."Wibi menerima kotak itu dan menemukan kalungku di dalamnya. Air matanya langsung jatuh tanpa henti.Kapten Cipto yang mengikuti dari belakang menepuk pundaknya. "Wibi, aku nggak akan banyak bicara soal ini. Tapi katamu, dia sempat meneleponmu, bilang kalau dia terjebak. Saat itu kamu sedang di mana?"Wibi langsung dilanda kesedihan yang mendalam, menjerit memilukan, lalu berlutut di lantai sambil menangis tersedu-sedu.Kapten Cipto hanya bisa menghela napas panjang. "Kalau aku tahu lebih awal bahwa dia mene

  • Saat Aku Mati, Pacarku Sibuk Menolong Wanita Lain   Bab 3

    Sayangnya, Wibi tidak melihatnya. Justru di sisi lain, Maya tiba-tiba merinding, lalu cepat-cepat mendekatinya, "Kak Wibi, kamu pasti capek sekali."Dia mengambil tisu dan menyeka lumpur yang berlumuran di wajah Wibi."Nggak kok, ini memang tugas kami."Maya kembali berkata, "Aku nggak habis pikir, apa yang ada di benaknya sampai datang ke parkiran bawah tanah di saat seperti ini?""Sudah diingatkan, tapi masih saja nekat. Tugas kita sudah selesai, yang salah ya dia sendiri …."Saat Kapten Cipto lewat dan mendengar ini, dia langsung memotong dengan marah, "Diam, Wibi! Kata-kata bisa jadi bumerang! Sebagai petugas penyelamat, jangan bicara sembarangan tentang korban, terutama di depan jenazah! Apa aku perlu mengingatkanmu soal ini?""Selain itu, kamu pasti kena sanksi kali ini. Kembali ke markas, tulis laporan!""Kenapa harus kena sanksi?"Maya tidak senang. "Kak Wibi telat karena membantu aku, 'kan?"Kapten Cipto menatap Wibi dengan tajam. "Nyawa orang itu urusan besar, Wibi. Kita baha

  • Saat Aku Mati, Pacarku Sibuk Menolong Wanita Lain   Bab 2

    "Jangan berlama-lama! Tim Tiga, masuk semuanya! Korban hilang diketahui seorang perempuan, usia 24 tahun, posisi pastinya belum jelas!"Perintah Kapten Cipto membuat semua anggota tim penyelamat bersiap dan masuk ke parkiran.Saat itu, Maya menarik tangan Wibi. "Kak Wibi, di dalam berbahaya. Biar mereka saja yang masuk.""Nggak bisa. Aku ketua tim. Jangan khawatir, tunggu saja di luar."Begitu dia selesai bicara, Kapten Cipto langsung menarik Maya ke samping. "Orang nggak berkepentingan jangan mengganggu penyelamatan. Silakan mundur ke luar garis pembatas!"Berhadapan dengan Kapten Cipto, Maya hanya bisa mengentakkan kakinya, lalu terpaksa menyingkir.Aku tertawa kecil. Maya, hanya Wibi yang bodoh ini yang terpancing rayuanmu. Orang lain pasti tidak akan peduli.Aku mengikuti Wibi masuk ke dalam parkiran.Saat itu, lumpur sudah mencapai paha. Bahkan pria dewasa pun kesulitan bergerak, apalagi aku.Sayangnya, mereka tidak tahu lokasi tepatku.Aku baru tahu, ternyata kamera pengawas di p

  • Saat Aku Mati, Pacarku Sibuk Menolong Wanita Lain   Bab 1

    Air di parkiran naik dengan cepat, pintu darurat terkunci, dan aku memanjat ke atas mobil. Baterai ponselku tinggal satu garis.Setelah Wibi menutup telepon, ponselku mati total. Putus asa, aku berteriak sekuat tenaga, "Apa ada orang? Tolong aku!"Aku melambaikan tangan ke arah kamera pengawas di atas, berharap seseorang memperhatikanku.Namun, tidak ada yang menyadari keberadaanku.Banjir perlahan menelan tubuhku, hingga akhirnya aku sepenuhnya tenggelam.Rasa sesak dan sakit memenuhi dadaku. Aku melihat kalung di leherku, menariknya dengan sekuat tenaga, lalu semuanya menjadi gelap.Ketika aku membuka mata lagi, aku melayang di atas langit-langit parkiran. Dari luar, terdengar suara orang memanggil, "Apa ada orang?""Nona Yuni!"Manajer gedung datang bersama tim, berjalan menembus air dan lumpur. Saat mereka tiba di jalur darurat, mereka semua terdiam."Siapa yang mengunci pintu ini?""Nggak tahu, biasanya pintu ini selalu terbuka. Selain itu, ini bukan kunci kami!"Dari atas, aku me

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status