Penipu itu terlalu pintar mengambil hati Susan, Sidney pikir jika dirinya tidak segera membenahi hubungannya dengan Susan, bisa jadi dirinya tidak akan memiliki kesempatan lagi.
Pria berengsek itu sudah mengambil tubuhnya, kehidupannya, jika dia juga mengambil Susan darinya maka tidak akan ada lagi yang tersisa. Sidney merasa dirinya hanyalah mahluk tak berwujut, dan parasit seperti yang sering dikatakan Susan. Jika Susan mengabaikannya maka sama halnya dia sudah benar-benar tidak ada sama sekali.
Sebenarnya Sidney bisa saja menguasai Susan sepenuhnya tapi ternyata dia tidak bisa. Mungkin tanpa ia sadari walaupun sering ribut dan bertengkar ternyata Sidney peduli terhadap Susan meskipun sekarang pasti dia juga masih belum mau mengakuinya.
Setelah makan malam Susan langsung kembali ke k
Setelah dua hari dan Susan sudah cukup sehat, rasanya Sidney sudah tidak tahan untuk menarik Susan agar tidak malas-malasan. Akhirnya Sidney benar-benar berhasil memaksa Susan untuk berlari. Meskipun ternyata lari Susan sangat lambat hingga Sidney ingin sekali rasanya memukul bokong Susan agar berlari lebih cepat. Mereka sempat bertemu lagi dengan dengan mantan kekasih Susan yang ternyata belum juga menyerah untuk mendekatinya. Karena gemas dengan tingkah Susan akhirnya Sidney benar-benar memukul bokong Susan, sampai membuat wanita itu kesal"Akui saja kau cemburu padanya, Eric?""Benar-benar tidak berguna," sahut Sidney. "Baikl
Susan sangat marah dan sengaja membuat Sidney kesal dengan melanggar semua aturannya. Sidney memang membiarkan Susan bertindak semaunya sendiri karena Sidney tahu bagaimanapun wanita itu butuh pelampiasan atas kekesalannya. Walau seharusnya tidak sampai dengan membiarkan Sidney Parker menciumnya. Sungguh Sidney merasa mual ketika membiarkan berengsek itu mengunakan tubuhnya untuk mencium Susan. Sidney sudah nyaris memukulnya andai Susan tidak segera lebih dulu menghentikannya. Sidney tidak tahu apa yang dipikirkan Susan, dia hanya merasa jika masih seperti sangat tertekan, mungkin dia masih trauma dengan apa yang telah Ia lakukan padanya semalam. Bahkan Susan menolak pria itu dengan dingin dan apapun yang coba diucapkan pria brengsek itu sama sekali tidak membuat Susan bergeming. Su
Setelah kejujuran mereka semalam Sidney dan Susan sepertinya sudah jauh lebih tenang. Sidney tahu jika Susan juga memikirkan semua perkataannya, dia tidak marah-marah lagi, bahkan Susan menyapa namanya ketika bangun pagi tadi. Hal sederhana yang ternyata rasanya sangat luar biasa. Sepertinya memang mulai ada kepercayaan di antara mereka. Sidney juga tidak marah ketika pria berengsek yang mengaku sebagai Sidney Parker itu sengaja datang pagi-pagi untuk menjemput Susan. Sidney merasa sudah cukup tahu dengan perasaan Susan, meskipun wanita itu juga masih enggan mengakuinya. Hubungan mereka memang rumit dan sepertinya hanya akan semakin rumit ke depannya. Sidney hanya mulai berpikir, bagaimana jika dirinya tetap tidak bisa keluar dari tubuh Susan dan penipuan itu juga tetap memiliki tubuhnya. Sidney coba berpikir masuk akal meskipun sebenarnya semua ini tidak ada yang masuk akal. Bagaimanapun perasaan Susan
Mungkin keinginanyalah yang selama ini kurang kuat untuk mengalahkannya! Sidney memang tidak pernah tahu sekuat apa pria itu juga menginginkan Susan! Bahkan dia juga tidak akan pernah tahu kenapa harus Susan! Sidney dan Susan adalah dua orang asing yang sama sekali belum pernah saling mengenal sebelumnya, bertemu pun juga belum pernah. Padahal bisa saja jiwa Sidney nyasar kemanapun. Tapi kenapa jiwanya memilih tubuh Susan? Jika hidup adalah sebuah takdir, mungkin Sidney hanya belum tahu takdirnya bersama wanita itu.Pagi ini Sidney terbangun dan langsung terkesiap oleh tubuhnya yang tiba-tiba sudah kembali utuh dan sempurna. Sidney melihat tangan seorang pria, dada seorang pria dan kaki berbulu seorang pria bukan tubuh Susan lagi. Sidney masih berpikir mungkin dirinya masih berda di dalam mimpinya yang lain. Segera dia memeriksa kesebelah tempat tidurnya siapa tahu ia juga menemukan t
Ternyata masalah Sidney tidak berhenti sampai di situ. Hari ini dia mendapat pesan misterius dari orang tak dikenal. Sebuah tulisan dalam secarik kertas[She's mine !] lengkap dengan tanda seru. Tanpa pikir panjang Sidney langsung menggeledah semua laci yang ada di ruangannya untuk menemukan apapun yang bisa memberinya petunjuk tentang berengsek gila yang baru saja coba mengancamnya. Menurut Sidney, penipu itu sudah terlalu berani mengusiknya. Karena masih belum menemukan apa-apa setelah menggeledah semua laci di ruangnya, Sidney juga membongkar semua barang di apartemennya. Sidney sudah menghambur semu isi laci dan lemari, bahkan konter di dapur pun dia keluarkan semua isinya. Rasanya agak membuat gila mengetahui ada orang di luar sana yang ternyata masih mengincar Susan.Bagaimanapun caranya Sidney harus menemuka berengsek itu lebih dulu, sebelum dia berani mendekati Susan.
Sidney sebenarnya sudah mulai merasa kurang enak badan sejak perjalanan pulang dari kampung Susan. Sidney sudah coba membujuk Susan agar mau ikut pulang bersamanya karena anak buah Sidney belum juga berhasil melacak informasi tentang pria tersebut. Tapi tetap saja percuma karena Susan tidak akan bakal mau. Mungkin Sidney memang perlu menyewa bodyguard untuk menjaga Susan sementara waktu ini, karena tidak mungkin Sidney bisa terus bersamanya sepanjang waktu. Sidney akan segera menyuruh salah satu anak buahnya untuk diam-diam mengawasi Susan. Sidney sudah merasakan gejala bahwa dirinya akan sakit, karena kemarin memang sempat makan sembarangan ketika seminggu tinggal bersama orang tua Susan. Dan benar saja begitu sampai di apartemennya Sidney mulai muntah, tidak bisa menelan apapun dan demam. Sungguh dia tidak ingin sakit di saat seperti ini. Susan sedang sangat membutuh
Hari ini Susan tidak mengujungi Sidney, dia juga sudah berpesan untuk tidak mau di ganggu karena pekerjaannya yang menumpuk. Kadang Sidney juga masih tidak mengerti kenapa Susan masih saja suka merepotkan dirinya sendiri, padahal Sidney sudah berulang kali memperingatkannya agar tidak terlalu keras bekerja. Tapi memang begitulah Susan yang keras kepala. Sidney merasa kesehatannya sudah kembali pulih meskipun hari ini dia belum turun ke kantor. Sebenarnya dia ingin sekali ke kantor karena ternyata dia sudah sangat merindukan Susan. Tapi sepertinya dia punya rencana lain hari ini. Kemarin Sidney sudah memesan sebuah cincin untuk Susan, sekotak coklat dan setangkai bunga. Sebenarnya Sidney sangat enggan untuk membawa semua benda itu tapi dia ingat untuk menyenangkan Susan. Tidak peduli
"Ingat aku masih memiliki satu permintaan, " kata Sidney sambil mengeluarkan kotak kecil dari sakunya. "Menikahlah denganku, Susan? "Susan tidak percaya jika pria itu juga sudah menyiapkan cincin untuknya. Susan tidak bisa bicara dia hanya mengangguk dan membiarkan Sidney memasangkan cincin itu di jarinya. Kemudian mendongak dengan mencium punggung tangan Susan. Susan menyentuh hidung, bibir, dagu, dan rahang Sidney dengan perasaan takjub dan haru. "Eric, " katanya kemudian dan Sidney balas menganguk pelan membenarkan. "Oh Tuha.... !"pekik Susan seperti baru sadar dari syok yang luar biasa dan kemudian langsung memukul dan mengigit bahu Sidney. Sidney sendiri hanya bingung, "Apa yang kau lakukan, Susan? " meski takmenghindar Sidney tetap merasa aneh dengan tingkah Susan. "Sudah lama sekali aku ingin memukulmu, menggigitmu, dan mencakarmu Eric Northman! " k
Akhirnya Sidney mengalah dan setuju untuk menjemput putra Paris. Selama ini anak itu tinggal bersama pengasuh di bawah perlindungan hukum. Biasanya Paris hanya diijinkan untuk berkunjung tanpa boleh mengajak anak itu keluar bersamanya."Aku tidak mau menangani bocah yang masih mengompol." Sidney tetap bersikeras tidak mau ikut campur jika nanti Susan mendapat masalah."Anak laki-laki tujuh tahun sudah tidak kencing di celana lagi, Sidney!"Kadang Susan juga masih kesal dengan sifat egois suaminya yang bisa sangat tidak masuk akal, Dia mau memiliki banyak anak tapi tidak mau repot mengurusi anak-anak."Kita harus melihatnya dulu siapa tahu nanti kau juga akan menyukaianya!"Susan memencet bel pintu sementara Sidney masih berdiri di undakan tangga paling bawah nampak tak berminat untuk ikut masuk. Sidney benar-benar lebih suka disuruh menunggu di dalam mobil dari pada ikut berbasa-basi seperti yang diajarkan Susan."Ingat kau cukup tersenyum j
Sidney sudah tidur ketika Susan pelan-pelan mengambil buku harian Jessy dari dalam laci. Sidney tidak suka jika Susan membaca buku itu karena biasanya Susan malah jadi menangis setelah membacanya dan Sidney tidak suka melihat Susan bersedih untuk sesuatu yang menurutnya percuma. Tapi tetap saja Susan sering diam-diam membacanya, Jessy memiliki tulisa yang sangat rapi sangat berbanding terbalik dengan dirinya. Membaca buku harian Jessy membuat Susan serasa ikut mengenal saudarinya meskipun mereka tidak pernah bertemu.***Jessy 12 Maret 2016***Bukannya aku tidak mau tinggal di kampung halama Paris, tapi aku sudah pernah mencobanya dan tidak bisa. Paris adalah orang yang sering bepergian dengan segala kesibukan pekerjaannya yang luar biasa. Paris juga melarangku bekerja lagi sejak kami menikah, sering kali aku merasa bosan ketika harus tinggal sendiri di rumah besarnya. Aku juga tidak punya teman atau keluarga di sana, semua yang kukenal adalah teman-teman Paris dan ling
Susan memperhatikan Sidney yang masih tertidur dan menyentuh bibir penuhnya yang sedikit terbuka. Ternyata pria seperti Sidney juga bisa nampak lucu ketika sedang tertidur dan Susan menyukainya karena jarang-jarang Sidney mau diganggu."Apa yang kau lakukan!" tegur Sidney yang ternyata sudah terbangun."Tidak ada," acuh Susan segera pura-pura mengabaikannya."Kemari kau!""Ao..!" Susan memekik kaget karena Sidney balas memukul bokongnya.Mereka masih sama-sama belum berpakaian sejak selesai bercinta tadi malam dan Tiba-tiba saja Sidney sudah kembali menerjang masuk dan menderanya."Sidney, ingat kau punya janji dengan Notarais pagi ini!"Susan coba mengingatkan tapi Sidney tetap mengabaikanya karena Susan memang bisa sangat cerewet meskipun sedang ia setubuhi. Gilanya Lagi Susan masih sempat meraih ponsel dan membalas pesan."Buang benda itu, Susan!" Sidney langsung membalik tubuh Susan dan merampas ponsel terkutuk itu dari tan
JESSY... Saat pertama kami bertemu dia adalah pemuda yang rupawan, berulang kali dia bertanya bagaimana untuk mendapatkan wanita sepertiku dengan sangat terus terang dan sedikit tidak tahu malu."Masukilah hatinya, maka kau akan mendapatkan segalanya," kataku saat menatap Netra biru gelapnya yang dalam ketika kami duduk di meja bar dan yakin pria tampan itu belum mabuk untuk merayuku. Aku tahu jika Paris Parker adalah pria yang cukup percaya diri untuk mendapatkan apapun keinginannya."Sebutkan apa saja yang bisa kudapatkan, setelah itu? " bisiknya saat mendekatkan bibirnya ke telingaku. "Love, loyalty, dan keberanian !" Walapun setiap hari aku bekerja di antara para wisatawan asing tapi memang tidak akan pernah kubiarkan diriku terlibat dengan mereka dalam urusan asmara. Namun sepertinya pengecualian utuk seorang Paris Parker, pria yang telah dengan begitu berani berlutut di depanku dan memohon untuk menjadikanku miliknya.
Seorang pengurus rumah menemukan Paris Parker sudah terduduk kaku takbernyawa dengan bekas lobang peluru si pelipis kanannya. Tangan kanana masih memegang pitol dan sebuah ponsel terjatuh di lantai tak jauh dari tempat dududknya. Sebuah buku harian milik Jessy yang juga baru Paris temukan dari dalam laci masih terbuka di atas meja karena sepertinya pria itu juga belum selesai membacanya dan sudah tidak tahan.Pihak kepolisian menghubungi Sidney parker sebagai satu-satunya keluarga Paris. Sidney dan Susan juga langsung terbang ke Bali hari itu juga. Pihak kepolisian meminta Sidney untuk memutuskan bakal di makamkan di mana jenazah saudaranya. Sebenarnya Sidney sendiri juga tidak tahu karena hubungan mereka selama ini memang tidak seperti layaknya keluarga, tapi Susan yang langsung menyela dan minta agar Paris dimakamkan di samping saudarinya. Pihak kepolisian juga memberikan buku harian Jessy kepada Susan dan memberi tahu Sidney jika akan ada notarais dari Paris Parker yang ak
"Oh, Sayang apa yang kau pikirkan?" tanya Sidney pada wanita yang sedang berbaring di bawah naungan tubuhnya tapi entah pikiranya sedang melayang berada di mana."Tidak ada," bohong Susan sambil menggeleng saat Sidney menyentuh bibirnya dengan ibu jari."Aku bisa sangat cemburu jika kau memikirkan pria lain," sarkas Sidney yang sebenarnya juga tahu jika Susan sedang memikirkan Parish yang baru saja menelponya.Sidney merunduk untuk mencium Susan dan tetap bersikeras menahan wanita itu dalam ciumanya meskipun Susan agak enggan untuk menaggapinya."Sungguh aku mencemaskan Parish." Akhirnya Susan terus terang ketika tiba-tiba mendorong Sidney untuk berhenti sejenak."Sudah kubilang jangan memikirkan pria lain, apa lagi brengsek itu!" Sidney terdengar marah."Aku serius, sungguh perasaanku sedang tidak enak." Susan beringsut dari naungan tubuh Sidney dan kembali merapikan gaun tidurnya."Kau mau ke mana?"Sidney melihat Susan berja
Kenapa rasanya ini semakin sulit kujalani. Dulu kupikir cintaku akan cukup meredamnya, dulu aku pikir tubuhku akan kuat menanggungnya. Tapi tiap kali tangan-tangannya kembali merenggutku tanpa kebajikan, dia tetaplah wujud yang hanya peduli dengan kemauannya sendiri. Dia bukan orang yang dulu kukenal juga bukan orang yang akan peduli. Seperti membuka lembar buram yang tidak ingin kubaca atau kutulis. Karena di sini aku sudah tahu, mungkin aku hanya akan hancur sendiri atau hancur bersamanya. Tumpukan dosa yang dia tawarkan sudah seperti racun yang tidak akan bisa berhenti kuhirup, mungkin hingga kelak benar-benar habis nafasku. Jika dia mencintaiku, seharusnya dia tidak memperlakukanku seperti ini. Tubuhku masih sakit, menggigil di atas lantai dingin tempat terakhir aku dihempas oleh tinju dari kepalan tangan yang sama dari lengan yang kali ini juga sedang memelukku. Dengan nafas berge
Susan benar-benar tidak menyangka jika sebuah pesta sudah di siapkan sedemikian rupa untuk menyambut kedatangan mereka, dan Susan langsung tahu jika semua itu adalah perbuatan Sidney. Yang paling megejutkan bagi Susan ternyata tidak hanya ada ayah dan ibunya tapi ayah dan ibu Jessy juga ada di sana menyambut mereka. Tentu Susan sangat terharu menyaksikan orang tuanya berkumpul seperti itu dan terlihat sudah cukup akrab. Susan yang kemarin sempat merasa seperti orang asing tiba-tiba merasa seperti menjadi anak paling beruntung di muka bumi ini karena bisa berada di tengah-tengah semua keluarga yang mencintainya. Susan masih tidak tahu bagaimana Sidney bisa berbuat seperti ini dan tidak memberitahunya apa-apa. Semua itu memang perbuatan Sidney. Bahkan dia sendiri yang menjemput orang tua kandung susan dari Bali. Itulah kenapa kemarin Sidney sampai harus pulang menjelang pagi dan mendapati susan yang
Karena teleponya tidak pernah di angkat, akhirnya Paris nekat untuk menemui Susan meskipun dengan resiko bakal bertemu juga dengan Sidney, dan mungkin mereka akhirnya akan kembali bertikai. Paris benar-benar menghawatirkan Susan karena dia tahu pasti Susan masih syok setelah semua kejadian kemarin. Paris hanya ingin sekedar memastikan jika Susan baik-baik saja. Saat Paris datang ternyata Sidney sedang tidak ada di rumah, tapi Susan tidak memberi tahu Paris jika sebenarnya mereka berdua sedang bertengkar. Bahkan Susan tetap berpura-pura jika hubungan mereka sedang baik-baik saja. Susan yakin jika Sidney tidak akan suka jika dirinya masih menemui Parish, tapi sepertinya Susan juga mulai tidak perduli. Toh Sidney akan tetap marah. Susan tidak mengerti kenapa sekarang rasanya justru Sidney yang jadi sangat membenci Paris. Walaupun menurut Sidney, Paris jahat dan gila, tapi sepertinya