Kurang sial apa lagi Sidney hari ini. Karena begitu keluar dari gedung parkir tiba-tiba muncul Nolan yang menghadangnya.
"Sial! " umpat kak Tamy ikut menyuarakan pikirannya. Wanita tambun itu segera menghentikan mobilnya dan berteriak. "Kau mau bunuh diri, Anak Muda! "Tanpa menghiraukan makiannya Nolan segera menghampiri mobil mereka."Aku ingin kita bicara, Susan. ""Oh, Tuhan..... "_____" cepet bawa dia pergi dan selesaikan masalah kalian, aku punya banyak anak yang menunggu ibunya untuk segera pulang! " kata kak Tamy saat melotot pada mereka berdua.Karena kesal Sidney tidak bicara apa-apa dia segera keluar dari mobil dan berdiri siap kembali memukul Nolan, jika ternyata yang kemarin masih kurang."Kau ingat kita punya janji untuk makan malam di rumah orang tuamu."Anehnya Nolan justru malah tersenyum sok manis dan tiap kali, ratusan kali, ribuan kalai Sidney jNolan masih coba menghubungi Susan beberapa kali hingga Sidney kesal dan memblokir seluruh aksesnya. Sidney tidak mau melibatkan Susan denga pria manapun karena itu akan jadi sangat menjijikkan baginya. Apalagi dirinya masih harus berpura-pura menjadi Susan, tentu semua itu bisa sangat merepotkan.Waktu berada di kantor susan dan terpaksa ikut makan dengan rekan-rekan Susan, Sidney mengeluh pusing karena alergi makanan membuatnya selalu ingin muntah jika mendapati jenis makanan yang selam ini menjadi pantangan untuknya. Walapun sekarang dirinya berda di dalam tubuh susan yang tidak memiliki masalah iritasi lambung, tapi tetap saja Sidney akan tersugesti untuk memuntahkannya."Oh ... Susan, jangan bilang kau ribut dengan Nolan karena hamil!"Sidney terkejut dengan tuduhan macam itu. Kar
Sidney benar-benar mengundurkan diri setelah hampir satu bulan tanpa kabar. Tentu keputusan itu sempat mengejutkan semua rekan-rekan kerjanya bahkan bosnya sendiri. Tapi berulang kali apa peduli Sidney! Dia benar-benar mahluk yang tidak peduli, meskipun sudah menghancurkan semua kehidupan Susan. Karena ternyata dirinya tetap tidak bisa keluar dari tubuh Susan maka Sidney tetap harus bisa berpikir logis. Sidney benar-benar membuang mobil menggelikan Susan dan menggantinya dengan Jep berlapis baja. Dia memesannya khusus untuk wanita macam Susan yang sangat beresiko untuk berkeliaran sendirian. Sidney juga berhasil mendapatkan ijin kepemilikan senjata api untuk Susan sekedar untuk berjaga-jaga karena dia sendiri tidak tahu siapa yang sedang dihadapinya kali ini. Sidney adalah orang yang penuh perhitungan dan dia tahu seseorang dengan kekuasaan seperti Sidney Parker tentunya bisa berbuat apapun.
Ternyata penipu itu memang sangat licik dan pintar berpura-pura menjadi dirinya. Karena itu Sidney juga harus extra hati-hati dalam mengorek informasi.Bahkan dia sepertinya juga sangat menikmati perannya sebagai seorang Sidney Parker, dengan memilih asisten cantik untuk di tempatkan di ruangannya dan menemaninya sepanjang hari. Pastinya Sidney sangat tidak suka dengan cara pria itu memandangi tubuh Susan tapi Sidney coba menahan dirinya untuk tidak berbuat ceroboh tanpa perhitungan.Sidney yakin bisa mengunakan Susan untuk mendapatkan informasi yang dia butuhkan. Karena bagaimanapun Sidney harus tahu dulu siapa sebenarnya orang yang sedang berada di dalam tubuhnya itu.Sidney hanya tidak menyangka jika ternyata berengsek itu juga tidak kalah licik darinya dan sangat berhati-hati. Keun
Sidney merasa Susan sengaja mengabaikannya seperti Jin dan berpura-pura seolah-olah tidak terjadi apa-apa. Bahkan Susan sudah sibuk bersiap untuk pergi kekantor seperti biasa, padahal dia sama sekali belum tahu jika Sidney sudah membuatnya kehilangan pekerjaan. Sidney memilih tidak membahasnya dulu karena yakin pasti Susan hanya akan marah-marah lagi."Di mana kau menyimpan kunci mobilku? " baru saat itu Susan bertanya."Di tasmu," jawab Sidney singkat dan agak geli melihat ekspresi jijik Susan ketika terkejut melihat gantungan kunci berkepala singa."Yang mana mobilku? " Susan terlihat bingung menoleh ke sekeliling sementara Sidney hampir lupa jika sudah membuang benda menggelikan seperti kura-kura itu.Sidney kembali memilih diam da
Karena semalam bersikeras tidak mau tidur akhirnya, Sidney yang kembali jadi kesal sebab Susan tidak juga mau bangun pagiharinya. "Bangun, Susan, atau aku akan menciummu! " bisik Sidney di dalam kepalanya. Susan seketika berjengit waspada dan segera melihat ke sekeliling ketika spontan terbangun, dan luar biasanya langsung bisa memaki Sidney. "Kapan kau akan enyah dari kepalaku! " Hari masih pagi dan mereka sudah kembali ribut. Benar-benar ribut sampai akhirnya Sidney lagi yang terpaksa harus mengalah untuk memberi Susan privasi. Padahal menurut Sidney apa bedanya toh dirinya tetap bisa ikut melihat dan merasaka apa yang dilakukan Susan. Susan memang agak aneh kadang juga konyol. Tapi selama Susan tidak terus ribut, Sidney merasa
Bagaimanapun Sidney tetap merasa bersalah karena telah menghancurkan hidup Susan. Sidney tahu Susan sekarang hanya sendiri, tanpa pekerjaan, tanpa kekasih, tanpa keluarga dan emua itu karena dirinya.Wajar jika Sidney jadi semakin tidak bisa mengabaikannya begitu saja. Rasanya sekarang Susan jadi seperti tanggung jawabnya juga. Sesuatu yang dulu sangat dihindari oleh seorang Sidney Parker yang tidak mau merepotkan hidupnya dengan seorang wanita. Tapi sekarang tiba-tiba saja dirinya tidak bisa berkelit dari semua itu. Karena ternyata dia peduli dengan Susan, walaupun sampai sekaran dia masih belum bisa di ajak bicara. Sidney sudah berusaha berulang kali mengajak Susan bicara tapi masih saja sia-sia. Justru sepertinya dia sengaja ingin membuatnya kesal dengan sengaja memakan sereal. "A
Sudah satu minggu Susan tidak berangkat ke kantor, meskipun Sidney tahu Bos penipunya itu tidak akan memecat Susan meskipun tidak bekerja satu bulan sekalipun. Tapi Sidney benar-benar sudah mulai bosan mengikuti rutinitas Susan, bahkan sekarang dirinya tidak bisa berlari lagi. "Bangun Susan ... Bangun! kau harus bekerja hari ini! "Susan selalu harus dibangunkan saat pagi hari dan susah disuruh tidur di malam hari. Lama-lama Sidney merasa dirinya mulai seperti orang tua yang cerewet. "Kenapa kau berisik sekali, Eric! ""Ingat kau harus bekerja hari ini, kecuali kau mau kehilangan pekerjaanmu lagi!"____"Aku sudah susah payah mendapatkan pekerjaan ini untukmu."Sidney tahu Susan tidak suka diatur-atur tapi Sidney benar-bena
Seperti yang berulang kali Sidney katakan. Susan benar-benar suka merepotkan dirinya sendiri. Untuk apa dia sampai harus meminta print data transaksi dari pihak bank segala, benar-benar pekerjaan yang sia-sia. Tapi Sidney sengaja diam karena apapun yang dia katakan Susan pasti tetap tidak akan percaya. Jelas Sidney bukan orang yang mau melakukan hal percuma dan sia-sia macam itu. Sebenarnya Susan cukup percaya saja padanya, toh Sidney juga yang sudah mengurusnya selam satu setengah tahun ini. Tentu itu juga bukan pekerjaan yang mudah, harusnya Susan bisa menghargainya dengan sedikit saja kepercayaan. Tapi jika memang Susan keras kepala, Sidney juga tidak mau ambil pusing. "Eric, apa kau mendengarku?" "Ya, Susan, " jawabnya Sidney malas."Sekarang jujurlah, Eric,"___ "benarkah k
Akhirnya Sidney mengalah dan setuju untuk menjemput putra Paris. Selama ini anak itu tinggal bersama pengasuh di bawah perlindungan hukum. Biasanya Paris hanya diijinkan untuk berkunjung tanpa boleh mengajak anak itu keluar bersamanya."Aku tidak mau menangani bocah yang masih mengompol." Sidney tetap bersikeras tidak mau ikut campur jika nanti Susan mendapat masalah."Anak laki-laki tujuh tahun sudah tidak kencing di celana lagi, Sidney!"Kadang Susan juga masih kesal dengan sifat egois suaminya yang bisa sangat tidak masuk akal, Dia mau memiliki banyak anak tapi tidak mau repot mengurusi anak-anak."Kita harus melihatnya dulu siapa tahu nanti kau juga akan menyukaianya!"Susan memencet bel pintu sementara Sidney masih berdiri di undakan tangga paling bawah nampak tak berminat untuk ikut masuk. Sidney benar-benar lebih suka disuruh menunggu di dalam mobil dari pada ikut berbasa-basi seperti yang diajarkan Susan."Ingat kau cukup tersenyum j
Sidney sudah tidur ketika Susan pelan-pelan mengambil buku harian Jessy dari dalam laci. Sidney tidak suka jika Susan membaca buku itu karena biasanya Susan malah jadi menangis setelah membacanya dan Sidney tidak suka melihat Susan bersedih untuk sesuatu yang menurutnya percuma. Tapi tetap saja Susan sering diam-diam membacanya, Jessy memiliki tulisa yang sangat rapi sangat berbanding terbalik dengan dirinya. Membaca buku harian Jessy membuat Susan serasa ikut mengenal saudarinya meskipun mereka tidak pernah bertemu.***Jessy 12 Maret 2016***Bukannya aku tidak mau tinggal di kampung halama Paris, tapi aku sudah pernah mencobanya dan tidak bisa. Paris adalah orang yang sering bepergian dengan segala kesibukan pekerjaannya yang luar biasa. Paris juga melarangku bekerja lagi sejak kami menikah, sering kali aku merasa bosan ketika harus tinggal sendiri di rumah besarnya. Aku juga tidak punya teman atau keluarga di sana, semua yang kukenal adalah teman-teman Paris dan ling
Susan memperhatikan Sidney yang masih tertidur dan menyentuh bibir penuhnya yang sedikit terbuka. Ternyata pria seperti Sidney juga bisa nampak lucu ketika sedang tertidur dan Susan menyukainya karena jarang-jarang Sidney mau diganggu."Apa yang kau lakukan!" tegur Sidney yang ternyata sudah terbangun."Tidak ada," acuh Susan segera pura-pura mengabaikannya."Kemari kau!""Ao..!" Susan memekik kaget karena Sidney balas memukul bokongnya.Mereka masih sama-sama belum berpakaian sejak selesai bercinta tadi malam dan Tiba-tiba saja Sidney sudah kembali menerjang masuk dan menderanya."Sidney, ingat kau punya janji dengan Notarais pagi ini!"Susan coba mengingatkan tapi Sidney tetap mengabaikanya karena Susan memang bisa sangat cerewet meskipun sedang ia setubuhi. Gilanya Lagi Susan masih sempat meraih ponsel dan membalas pesan."Buang benda itu, Susan!" Sidney langsung membalik tubuh Susan dan merampas ponsel terkutuk itu dari tan
JESSY... Saat pertama kami bertemu dia adalah pemuda yang rupawan, berulang kali dia bertanya bagaimana untuk mendapatkan wanita sepertiku dengan sangat terus terang dan sedikit tidak tahu malu."Masukilah hatinya, maka kau akan mendapatkan segalanya," kataku saat menatap Netra biru gelapnya yang dalam ketika kami duduk di meja bar dan yakin pria tampan itu belum mabuk untuk merayuku. Aku tahu jika Paris Parker adalah pria yang cukup percaya diri untuk mendapatkan apapun keinginannya."Sebutkan apa saja yang bisa kudapatkan, setelah itu? " bisiknya saat mendekatkan bibirnya ke telingaku. "Love, loyalty, dan keberanian !" Walapun setiap hari aku bekerja di antara para wisatawan asing tapi memang tidak akan pernah kubiarkan diriku terlibat dengan mereka dalam urusan asmara. Namun sepertinya pengecualian utuk seorang Paris Parker, pria yang telah dengan begitu berani berlutut di depanku dan memohon untuk menjadikanku miliknya.
Seorang pengurus rumah menemukan Paris Parker sudah terduduk kaku takbernyawa dengan bekas lobang peluru si pelipis kanannya. Tangan kanana masih memegang pitol dan sebuah ponsel terjatuh di lantai tak jauh dari tempat dududknya. Sebuah buku harian milik Jessy yang juga baru Paris temukan dari dalam laci masih terbuka di atas meja karena sepertinya pria itu juga belum selesai membacanya dan sudah tidak tahan.Pihak kepolisian menghubungi Sidney parker sebagai satu-satunya keluarga Paris. Sidney dan Susan juga langsung terbang ke Bali hari itu juga. Pihak kepolisian meminta Sidney untuk memutuskan bakal di makamkan di mana jenazah saudaranya. Sebenarnya Sidney sendiri juga tidak tahu karena hubungan mereka selama ini memang tidak seperti layaknya keluarga, tapi Susan yang langsung menyela dan minta agar Paris dimakamkan di samping saudarinya. Pihak kepolisian juga memberikan buku harian Jessy kepada Susan dan memberi tahu Sidney jika akan ada notarais dari Paris Parker yang ak
"Oh, Sayang apa yang kau pikirkan?" tanya Sidney pada wanita yang sedang berbaring di bawah naungan tubuhnya tapi entah pikiranya sedang melayang berada di mana."Tidak ada," bohong Susan sambil menggeleng saat Sidney menyentuh bibirnya dengan ibu jari."Aku bisa sangat cemburu jika kau memikirkan pria lain," sarkas Sidney yang sebenarnya juga tahu jika Susan sedang memikirkan Parish yang baru saja menelponya.Sidney merunduk untuk mencium Susan dan tetap bersikeras menahan wanita itu dalam ciumanya meskipun Susan agak enggan untuk menaggapinya."Sungguh aku mencemaskan Parish." Akhirnya Susan terus terang ketika tiba-tiba mendorong Sidney untuk berhenti sejenak."Sudah kubilang jangan memikirkan pria lain, apa lagi brengsek itu!" Sidney terdengar marah."Aku serius, sungguh perasaanku sedang tidak enak." Susan beringsut dari naungan tubuh Sidney dan kembali merapikan gaun tidurnya."Kau mau ke mana?"Sidney melihat Susan berja
Kenapa rasanya ini semakin sulit kujalani. Dulu kupikir cintaku akan cukup meredamnya, dulu aku pikir tubuhku akan kuat menanggungnya. Tapi tiap kali tangan-tangannya kembali merenggutku tanpa kebajikan, dia tetaplah wujud yang hanya peduli dengan kemauannya sendiri. Dia bukan orang yang dulu kukenal juga bukan orang yang akan peduli. Seperti membuka lembar buram yang tidak ingin kubaca atau kutulis. Karena di sini aku sudah tahu, mungkin aku hanya akan hancur sendiri atau hancur bersamanya. Tumpukan dosa yang dia tawarkan sudah seperti racun yang tidak akan bisa berhenti kuhirup, mungkin hingga kelak benar-benar habis nafasku. Jika dia mencintaiku, seharusnya dia tidak memperlakukanku seperti ini. Tubuhku masih sakit, menggigil di atas lantai dingin tempat terakhir aku dihempas oleh tinju dari kepalan tangan yang sama dari lengan yang kali ini juga sedang memelukku. Dengan nafas berge
Susan benar-benar tidak menyangka jika sebuah pesta sudah di siapkan sedemikian rupa untuk menyambut kedatangan mereka, dan Susan langsung tahu jika semua itu adalah perbuatan Sidney. Yang paling megejutkan bagi Susan ternyata tidak hanya ada ayah dan ibunya tapi ayah dan ibu Jessy juga ada di sana menyambut mereka. Tentu Susan sangat terharu menyaksikan orang tuanya berkumpul seperti itu dan terlihat sudah cukup akrab. Susan yang kemarin sempat merasa seperti orang asing tiba-tiba merasa seperti menjadi anak paling beruntung di muka bumi ini karena bisa berada di tengah-tengah semua keluarga yang mencintainya. Susan masih tidak tahu bagaimana Sidney bisa berbuat seperti ini dan tidak memberitahunya apa-apa. Semua itu memang perbuatan Sidney. Bahkan dia sendiri yang menjemput orang tua kandung susan dari Bali. Itulah kenapa kemarin Sidney sampai harus pulang menjelang pagi dan mendapati susan yang
Karena teleponya tidak pernah di angkat, akhirnya Paris nekat untuk menemui Susan meskipun dengan resiko bakal bertemu juga dengan Sidney, dan mungkin mereka akhirnya akan kembali bertikai. Paris benar-benar menghawatirkan Susan karena dia tahu pasti Susan masih syok setelah semua kejadian kemarin. Paris hanya ingin sekedar memastikan jika Susan baik-baik saja. Saat Paris datang ternyata Sidney sedang tidak ada di rumah, tapi Susan tidak memberi tahu Paris jika sebenarnya mereka berdua sedang bertengkar. Bahkan Susan tetap berpura-pura jika hubungan mereka sedang baik-baik saja. Susan yakin jika Sidney tidak akan suka jika dirinya masih menemui Parish, tapi sepertinya Susan juga mulai tidak perduli. Toh Sidney akan tetap marah. Susan tidak mengerti kenapa sekarang rasanya justru Sidney yang jadi sangat membenci Paris. Walaupun menurut Sidney, Paris jahat dan gila, tapi sepertinya