"Kenapa kau tidak memberitahuku?" protesku begitu Sidney membukakan pintu dengan wajah lesu.
"Kau bilang aku tidak boleh mengganggumu."Ya aku memang mengatakan hal itu kemarin. "Tapi kau sakit, Sidney!"Sidney berjalan kembali ke kamarnya dan mengabaikanku."Apa kau sudah memanggil dokter?"Sidney hanya menggeleng lemah dan malas."Kau bisa sangat cerewet saat aku sakit tapi kenapa ternyata kau malah mengabaikan dirimu sendiri seperti ini.""Beri aku nomor Dokter Anton!"Sidney hanya melirik ponsel di atas meja di sebelah tempat tidurnya, kemudian kembali menenggelamkan wajahnya di bawah bantal. Aku segera mengambil phonsel Sidney dan mencari nomor Dokter Anton.Aku sempat membongkar isi laci di meja tersebut berharap bisa menemukan termometer untuk mengukur suhu badan Sidney yang menurutku sangat panas. Tapi aku tidak menemuka apa-apa danSepertinya Sidney jadi ikut terbangun saat aku bergerak untuk meregangkan pinggangku yang terasa kaku.Kuperiksa Sidney sudah jauh lebih baik karena sudah tidak demam lagi."Apa kau masih merasa ingin muntah?" tanyaku sekedar memastikan dan dia menggeleng."Aku lega kau tidak jadi mati karena alergi," candaku meski senyum Sidney masih terlihat lemah untuk menangapi leluconku. Tentu setelah terus menerus muntah dan tidak bisa menelan makanan siapapun pasti akan lemas."Akan kubuatkan sarapan untukmu sebelum aku pulang." Aku sudah bangkit dari tempat tidur ketika Sidney kembali menarikku."Jangan, Susan! aku takut jika kau masak untukku.""Kau benar-benar meremehkanku!"Aku cuma heran bagaiman di saat seperti ini pun dia masih bisa membuatku kesal. "Sudah jangan keras kepala, naiklah kembali ke tempat tidur karena sebentar lagi juga ak
Keesokan harinya aku harus pergi ke kator terlebih dulu untuk membuat laporanku dan menyusun kembali jadwal temu Sidney.Baru setelah tengah harin aku bisa kembali mengunjungi Sidney. Dia sudah jauh lebih baik dan bisa mondar-mandir di pantry untuk membuat minuman atau makana sendiri. Meski aku sempat beberapa kali menawarkan diri, tetap saja dia menoknya karena sama sekali tidak percaya padaku. Walau sebenarnya makana yang dia buat juga tidak terlalu hebat, karena sebenarnya dia hanya tinggal memasukkan kedalam microwave semua yang sudah disiapakan pengurus rumahnya.Kulihat bibi An juga sudah membuatkan bubur untuk Sidney. Dia memang harus makan teratur dengan pilihan makanan yang ketat, karena menurut dokter lambung Sidney pernah mengalami iritasi berat."Lain kali jangan sok bisa makan sembarangan agar terlihat hebat, karena sungguh Sidney kau bisa sangat merepo
"Sidney apa yang kau lakukan di sini?" pekikku masih terkejut melihatnya sudah berdiri di ruang tengah apartemenku."Aku menunggumu, Susan.""Kenapa kau sampai pulang selarut ini?" Sidney justru balik bertanya dan berjalan santai mendekatiku."Sungguh, Sidney, kau menakutiku!""Apa kau lupa sudah memberi kode pintu apartemenmu padaku? itu artinya aku boleh datang kapan saja." Sidney tersenyum sambil mengedikkan bahu sebelum menyerahkan coklat dan bunga untukku."Jadi semua itu perbuatanmu!" pekikku lagi dengan membungkam mulutku sendiri ketika melihat setangkai bunga mawar merah bertangkai panjang yang diberikan Sidney."Kenapa cuma
Bibir Sidney selalu terasa manis, lembut dan hangat seperti ini. Sepertinya aku juga sudah mulai terbiasa menikmatinya walau sejujurnya masih saja ada yang aneh. Karena itu coba kupejamkan mataku untuk meresapi apa yang sebenarnya kurasakan sebagai wanita yang sedang sangat putus asa dan mungkin memang membutuhkan pelampiasan sejenak untuk menyalurkan kegilaannya.Lagi pula Sidney juga terasa sempurna untuk memenuhi segala keinginanku, dia juga sangat pandai menciumku. Rasanya agak sinting saat aku terus menuruti keinginannya, tapi sungguh dia juga terlalu manis untuk ditolak hingga aku tidak sadar sudah mengijinkan Sidney berbuat lebih berani dan kubiarkan diriku mengikuti permainan kotornya.Aku hanya tidak berani membuka mata karena diam-diam masih saja membayangkan bagaimana jika seandainya Eric yang melakukanya. Mungkin aku hanya m
#SIDNEY PARKER#Sidney Parker sedang berlari mengelilingi taman kota dengan T-shirt abu-abunya yang sebagian sudah basah oleh keringat. Rambut di dahinya yang agak panjang nampak menjuntai berayun-ayun di bawah Hoodie yang juga sudah ikut basah akibat gerimis. Ini adalah Januari di mana hujan bisa datang tiba-tiba. Tapi Sidney memang tetap akan selalu meluangkan waktunya untuk sekedar berlari, jika tidak sempat pagi dia tetap akan berlari di sore hari. Meski rutinitasnya sudah sangat padat tapi dia memang termasuk orang yang disiplin dengan semua pola hidupnya. Bahkan dia bisa berada di posisinya sekarang ini juga merupakan buah dari sebuah kedisiplinan yang tinggi. Dia masih sangat muda dan sudah mendapat segala kesuksesan dalam hidupnya. Meski dia memang sudah terlahir di keluarga kaya raya dan tidak pernah hidup susah barang sedetikpun seumur hidupnya, tapi bukan berarti lantas
Sidney pikir dirinya masih bermimpi ketika terbangun dan melihat tirai biru langit dengan motif garis-garis pink, karena tidak ada satupun sudut di rumahnya dengan kombinasi warna seperti itu. Dia juga melihat ada meja rias, kalender yang ditandai dengan pin penjepit rambut, bahkan boneka beruang coklat besar yang bersandar di dekat tempat tidurnya. Sidney langsung berjingkat kaget dan segera memeriksa tempat tidur di sampingnya yang ternyata tidak ada siapa-siapa. Bagaimanpun Sidney sempat berpikir akan menemukan wanita yang mungkin masih belum berpakaian di sampingnya. Karena mungkin saja dirinya mabuk dan tidak sadar ikut pulang ke rumah seorang wanita, walaupun sebenarnya dia masih ingat jika semalam ia tidak pergi ke mana-mana. Sidney masih melihat ke sekeliling dan nampak bingung, baru saat itu sepertinya dia mulai sadar jika ada yang aneh pada dirinya. Sidney menyentuh ujung rambutnya yang tiba-tiba jadi panjang, terlal
Sepertinya ini memang ganjaran yang layak, karena mungkin hanya dengan cara inilah seorang Sydney Parker akhirnya jadi tidak akan pernah bisa berkelit lagi dari seorang wanita!Tapi Sidney, tetaplah Sidney, tidak ada waktu baginya untuk meratap atau menggerutu. Sidney segara membongkar semua isi laci untuk menemukan semua informasi tentang wanita yang bersamanya ini. Sidney segera menemukan kartu identitas karyawan dengan Foto wanita muda yang sangat cantik dan nama yang di cetak tebal.Susan Havana Sofyan."Namanya Susan," pikir Sidney dengan seringai dingin karena menurutnya wanita cantik suka merepotkan pria, karena mereka berpikir bisa mendapatkan segalanya. Itulah kenapa Sidney tidak suka terlalu melibatkan diri dengan wanita, takpeduli secantik apapun wa
Sidney sudah kembali ke apartemen Susan berharap segera menemukan laptop untuk bisa mengakses internet. Untung Sidney juga segera menemukan benda itu tergeletak di meja. Tanpa menunggu lama Sidney segera menyalakannya, dia buru-buru mengecek semua Email yang masuk padanya. Karena belum ada Email yang dibuka artinya memang belum ada aktifitas terakhir dari Sidney Parker sejak kemarin. Tapi Sidney tetap saja penasaran apa sekiranya yang terjadi pada dirinya. Apa sekarang dirinya masih tidur, pingsan, atau jangan-jangan tenggelam di bak mandi karena terlalu mabuk.Sidney masih ingat saat dirinya menikmati sampanye seorang diri di rooftop dan bagaimana gelas kristal itu meluncur jatuh dari tangannya dan hancur tanpa suara. Memangnya berapa perbedaan rambatan cahaya dan suara jika hanya dalam jarak sedekat itu, benar-benar jumlah waktu yang tak terhingga untuk di hitung tapi ternyata mampu me
Akhirnya Sidney mengalah dan setuju untuk menjemput putra Paris. Selama ini anak itu tinggal bersama pengasuh di bawah perlindungan hukum. Biasanya Paris hanya diijinkan untuk berkunjung tanpa boleh mengajak anak itu keluar bersamanya."Aku tidak mau menangani bocah yang masih mengompol." Sidney tetap bersikeras tidak mau ikut campur jika nanti Susan mendapat masalah."Anak laki-laki tujuh tahun sudah tidak kencing di celana lagi, Sidney!"Kadang Susan juga masih kesal dengan sifat egois suaminya yang bisa sangat tidak masuk akal, Dia mau memiliki banyak anak tapi tidak mau repot mengurusi anak-anak."Kita harus melihatnya dulu siapa tahu nanti kau juga akan menyukaianya!"Susan memencet bel pintu sementara Sidney masih berdiri di undakan tangga paling bawah nampak tak berminat untuk ikut masuk. Sidney benar-benar lebih suka disuruh menunggu di dalam mobil dari pada ikut berbasa-basi seperti yang diajarkan Susan."Ingat kau cukup tersenyum j
Sidney sudah tidur ketika Susan pelan-pelan mengambil buku harian Jessy dari dalam laci. Sidney tidak suka jika Susan membaca buku itu karena biasanya Susan malah jadi menangis setelah membacanya dan Sidney tidak suka melihat Susan bersedih untuk sesuatu yang menurutnya percuma. Tapi tetap saja Susan sering diam-diam membacanya, Jessy memiliki tulisa yang sangat rapi sangat berbanding terbalik dengan dirinya. Membaca buku harian Jessy membuat Susan serasa ikut mengenal saudarinya meskipun mereka tidak pernah bertemu.***Jessy 12 Maret 2016***Bukannya aku tidak mau tinggal di kampung halama Paris, tapi aku sudah pernah mencobanya dan tidak bisa. Paris adalah orang yang sering bepergian dengan segala kesibukan pekerjaannya yang luar biasa. Paris juga melarangku bekerja lagi sejak kami menikah, sering kali aku merasa bosan ketika harus tinggal sendiri di rumah besarnya. Aku juga tidak punya teman atau keluarga di sana, semua yang kukenal adalah teman-teman Paris dan ling
Susan memperhatikan Sidney yang masih tertidur dan menyentuh bibir penuhnya yang sedikit terbuka. Ternyata pria seperti Sidney juga bisa nampak lucu ketika sedang tertidur dan Susan menyukainya karena jarang-jarang Sidney mau diganggu."Apa yang kau lakukan!" tegur Sidney yang ternyata sudah terbangun."Tidak ada," acuh Susan segera pura-pura mengabaikannya."Kemari kau!""Ao..!" Susan memekik kaget karena Sidney balas memukul bokongnya.Mereka masih sama-sama belum berpakaian sejak selesai bercinta tadi malam dan Tiba-tiba saja Sidney sudah kembali menerjang masuk dan menderanya."Sidney, ingat kau punya janji dengan Notarais pagi ini!"Susan coba mengingatkan tapi Sidney tetap mengabaikanya karena Susan memang bisa sangat cerewet meskipun sedang ia setubuhi. Gilanya Lagi Susan masih sempat meraih ponsel dan membalas pesan."Buang benda itu, Susan!" Sidney langsung membalik tubuh Susan dan merampas ponsel terkutuk itu dari tan
JESSY... Saat pertama kami bertemu dia adalah pemuda yang rupawan, berulang kali dia bertanya bagaimana untuk mendapatkan wanita sepertiku dengan sangat terus terang dan sedikit tidak tahu malu."Masukilah hatinya, maka kau akan mendapatkan segalanya," kataku saat menatap Netra biru gelapnya yang dalam ketika kami duduk di meja bar dan yakin pria tampan itu belum mabuk untuk merayuku. Aku tahu jika Paris Parker adalah pria yang cukup percaya diri untuk mendapatkan apapun keinginannya."Sebutkan apa saja yang bisa kudapatkan, setelah itu? " bisiknya saat mendekatkan bibirnya ke telingaku. "Love, loyalty, dan keberanian !" Walapun setiap hari aku bekerja di antara para wisatawan asing tapi memang tidak akan pernah kubiarkan diriku terlibat dengan mereka dalam urusan asmara. Namun sepertinya pengecualian utuk seorang Paris Parker, pria yang telah dengan begitu berani berlutut di depanku dan memohon untuk menjadikanku miliknya.
Seorang pengurus rumah menemukan Paris Parker sudah terduduk kaku takbernyawa dengan bekas lobang peluru si pelipis kanannya. Tangan kanana masih memegang pitol dan sebuah ponsel terjatuh di lantai tak jauh dari tempat dududknya. Sebuah buku harian milik Jessy yang juga baru Paris temukan dari dalam laci masih terbuka di atas meja karena sepertinya pria itu juga belum selesai membacanya dan sudah tidak tahan.Pihak kepolisian menghubungi Sidney parker sebagai satu-satunya keluarga Paris. Sidney dan Susan juga langsung terbang ke Bali hari itu juga. Pihak kepolisian meminta Sidney untuk memutuskan bakal di makamkan di mana jenazah saudaranya. Sebenarnya Sidney sendiri juga tidak tahu karena hubungan mereka selama ini memang tidak seperti layaknya keluarga, tapi Susan yang langsung menyela dan minta agar Paris dimakamkan di samping saudarinya. Pihak kepolisian juga memberikan buku harian Jessy kepada Susan dan memberi tahu Sidney jika akan ada notarais dari Paris Parker yang ak
"Oh, Sayang apa yang kau pikirkan?" tanya Sidney pada wanita yang sedang berbaring di bawah naungan tubuhnya tapi entah pikiranya sedang melayang berada di mana."Tidak ada," bohong Susan sambil menggeleng saat Sidney menyentuh bibirnya dengan ibu jari."Aku bisa sangat cemburu jika kau memikirkan pria lain," sarkas Sidney yang sebenarnya juga tahu jika Susan sedang memikirkan Parish yang baru saja menelponya.Sidney merunduk untuk mencium Susan dan tetap bersikeras menahan wanita itu dalam ciumanya meskipun Susan agak enggan untuk menaggapinya."Sungguh aku mencemaskan Parish." Akhirnya Susan terus terang ketika tiba-tiba mendorong Sidney untuk berhenti sejenak."Sudah kubilang jangan memikirkan pria lain, apa lagi brengsek itu!" Sidney terdengar marah."Aku serius, sungguh perasaanku sedang tidak enak." Susan beringsut dari naungan tubuh Sidney dan kembali merapikan gaun tidurnya."Kau mau ke mana?"Sidney melihat Susan berja
Kenapa rasanya ini semakin sulit kujalani. Dulu kupikir cintaku akan cukup meredamnya, dulu aku pikir tubuhku akan kuat menanggungnya. Tapi tiap kali tangan-tangannya kembali merenggutku tanpa kebajikan, dia tetaplah wujud yang hanya peduli dengan kemauannya sendiri. Dia bukan orang yang dulu kukenal juga bukan orang yang akan peduli. Seperti membuka lembar buram yang tidak ingin kubaca atau kutulis. Karena di sini aku sudah tahu, mungkin aku hanya akan hancur sendiri atau hancur bersamanya. Tumpukan dosa yang dia tawarkan sudah seperti racun yang tidak akan bisa berhenti kuhirup, mungkin hingga kelak benar-benar habis nafasku. Jika dia mencintaiku, seharusnya dia tidak memperlakukanku seperti ini. Tubuhku masih sakit, menggigil di atas lantai dingin tempat terakhir aku dihempas oleh tinju dari kepalan tangan yang sama dari lengan yang kali ini juga sedang memelukku. Dengan nafas berge
Susan benar-benar tidak menyangka jika sebuah pesta sudah di siapkan sedemikian rupa untuk menyambut kedatangan mereka, dan Susan langsung tahu jika semua itu adalah perbuatan Sidney. Yang paling megejutkan bagi Susan ternyata tidak hanya ada ayah dan ibunya tapi ayah dan ibu Jessy juga ada di sana menyambut mereka. Tentu Susan sangat terharu menyaksikan orang tuanya berkumpul seperti itu dan terlihat sudah cukup akrab. Susan yang kemarin sempat merasa seperti orang asing tiba-tiba merasa seperti menjadi anak paling beruntung di muka bumi ini karena bisa berada di tengah-tengah semua keluarga yang mencintainya. Susan masih tidak tahu bagaimana Sidney bisa berbuat seperti ini dan tidak memberitahunya apa-apa. Semua itu memang perbuatan Sidney. Bahkan dia sendiri yang menjemput orang tua kandung susan dari Bali. Itulah kenapa kemarin Sidney sampai harus pulang menjelang pagi dan mendapati susan yang
Karena teleponya tidak pernah di angkat, akhirnya Paris nekat untuk menemui Susan meskipun dengan resiko bakal bertemu juga dengan Sidney, dan mungkin mereka akhirnya akan kembali bertikai. Paris benar-benar menghawatirkan Susan karena dia tahu pasti Susan masih syok setelah semua kejadian kemarin. Paris hanya ingin sekedar memastikan jika Susan baik-baik saja. Saat Paris datang ternyata Sidney sedang tidak ada di rumah, tapi Susan tidak memberi tahu Paris jika sebenarnya mereka berdua sedang bertengkar. Bahkan Susan tetap berpura-pura jika hubungan mereka sedang baik-baik saja. Susan yakin jika Sidney tidak akan suka jika dirinya masih menemui Parish, tapi sepertinya Susan juga mulai tidak perduli. Toh Sidney akan tetap marah. Susan tidak mengerti kenapa sekarang rasanya justru Sidney yang jadi sangat membenci Paris. Walaupun menurut Sidney, Paris jahat dan gila, tapi sepertinya