Faqih menunggu Aisyah di tempat yg mereka janjikan sebelumnya
“Aisyah mana si?” dengan nada gelisa.
Beberapa menit kemudian sosok yang ditunggu Faqih datang dengan gamis biru dan berkerudung hitam.
“Assalamuaikum.”
“Walaikum salam, silahkan duduk."
Faqih mempersilahkan aisyah duduk.
“Ada apa?” sambil duduk.
Mendengar pertanyaan itu Faqih kemudian menundukkan kepalanya dan terdiam.
“Sebenarnya ada apa? Aku harap ini penting soalnya pekerjaanku banyak.”
Mendengar hal tersebut Faqih mengkat kepalanya dengan mata berkaca kaca
Aisyah sangat terkejut dengan hal tersebut.“Kamu kenapa qih?” tanya Aisyah.
“Yang tanya itu seharusnya aku ‘kamu kenapa Aisyah? Bukan kamu!”
“Hah? Maksudnya?”
“Kamu kenapa tidak bisa nunggu aku? Menunggu aku sampai aku kembali?”
Aisyah terkejut dengan pertanyaan faqih
“Kamu sudah tahu itu rupanya.”
“Sesak rasanya dada ini ketika tahu ternyata kini Aisyahku sudah ada yang punya.”
Aisyah terdiam.
“Dia kini miliki orang lain, sosok yang ku impikan ternyata kini dia di peristri orang lain."
Aisyah tertunduk tanpa keluar sepatah kata pun.
“Kenapa kamu sekarang membisu, knpa kini kau jadi batu?”
Mendengar kata kata Faqih Aisyah mencoba mengangkat kepalanya yg tadinya tertunduk.
“Seandainya kamu jadi diriku, meski hanya sebentar pasti kau akan tahu rasanya di tinggal tanpa kepastian, tanpa alasan apa apa dan ninggalin begitu saja, kamu pergi jauh sekali dan hanya meninggalkan luka dan kini kamu datang tanpa ada rasa bersalah sedikit pun seolah tak perduli dengan hati yg sudah kamu sakiti," dengan linangan air mata
“Aku minta maaf sama kamu," sambil meraih tangan Aisyah di atas meja, namun Aisyah menarik tangannya.
“Bukankah kamu pernah berkata di telfon waktu kamu akan pergi ke california."
Faqih mulai mengingatnya
Flashback
'Hallo assalamuaikum.'
'Walaikum salam.'
'Aku sudah di bandarah ni.'
'Oh iya hati hati.'
Tiba- tiba faqih teringat nasehat zahra
'Aisyah'
'Iya'
'AKu tidak ingin mengekangmu, kamu aku bebaskan memilih yang lainnya jika sekiranya ada sosok yg kamu anggap itu cocok dengamu dan ia datang terlebih dahulu padamu, kamu tidak apa apa jika ingin menerima pinangannya.'
'Jika allah menghendaki kamu, maka kamulah yg akan menemui kedua orang tuaku.'
Faqih mengingat Hal tersebut
"Lalu di mana letak salahku? Dia sosok pilhan ayahku dan dia sosok yg lebih baik dari mu, menurutku? Lantas apa salahnya? Toh juga orang tua menyetujuinya."
“Dia pilihan orang tuamu? Bukan pilihanmu? Apa itu tandanya kamu masih mencintaiku kan?”
Aisyah terkejut dengan kata kata Faqih.
“Ia dia pilihan orang tua dan pilihan hatiku pula, hati ini pernah mengidamkannya.”
Faqih terdiam
“Aku ingin menjelaskannya padamu mengapa aku tanpa kabar."
“Tidak parlu dan itu sudah tidak penting lagi bagiku.”
"Tolong dengarkan aku kali ini saja."
Aisyah menghela nafas.
“Silahkan."
"Setelah aku sampai di california bukan kah aku masih sempat menggirim pesan padamu.”
“Iya setelah itu kamu hilang seperti di telan bumi.”
“Waktu itu aku berada di hotel dan setelah mengirim pesan padamu aku langsung bergegas pergi menaiki taxsi untuk berjumpa dengan kedua orang tua namun di tengah perjalan taksi yg aku tumpangi menabrak pembatas Jalan hingga aku dan taksi yg ku tumpangi mengalami kecelakan hebat, taksi yg ku tumpangi setelah menambak pembatan jalan juga di hantam truk besar yg melintas hingga membuatku koma Beberapa bulan, setelah tersadar dan aku berangsur pulih aku meminta izin untuk pulang ke indonesia namun lagi lagi aku harus menelan pil pahit seteha mengatahui papi dan mami tinggal di sana dan meninggalkanku karena mereka mau fokus dengan penyembuhan papiku yg sedang menderita sakit leukemia hal itu yg membuatku mengurungkan niatku untuk kembali namun sayang setelah beberapa minggu papi menghembuskan nafas terakhirnya dan aku kehilangan dia untuk selamanya, seminggu lebih aku tidak keluar kamar hingga pada suatu malam aku bermimpi tentangmu”
“Tentang aku?”
“Iya tentangmu, dalam mimpiku aku melihatmu memakai baju pengantin, kamu cantik sekali dan aku berusaa mendekatimu namun kamu berusa untuk menjauh, dan ke esokan harinya setalah bermimpi tentangmu aku langsung pulang.”
Aisyah tediam dengan perasaan bersalahnya.
“Aku menikah dengan suamiku sudah 6 hari yg lalu, dimana hari ke 3 kamu datang setelah sempat pergi, aku menikah dengan suami setalah se hari ia melamarku pada kedua orang tuaku”
“Aisyah boleh aku meminta sesuatu darimu?”
“Apa?”
“tolong, tolong sekali, ceraikan dia, aku mohon!”
Aisyah yg awalnya mulai tenang kini dia emosi kembali.
"Aku akan membantumu mengurus perceraianmu dengan suamimu itu dan setelah itu aku akan menikahimu."
“Kamu gila ya!”“Aku gila karenamu aisyah, aku mohon!”
“Itu tidak mungkin.” aisyah langsung berdiri dari tempat duduknya.
“Aku yakin kamu mencintaiku."
“Itu tidak benar.” sambil berjalan membelakingi Faqih.
“Apa jangan jangan kamu mempercepat pernikahanmu dengannya apa karena kamu sedang mengandung anaknya?”
Seperti di sambar petir dengan kata kata Faqih tersebut dan aisyah membalikkan badannya
“Aku menikahinya dalam keadaan suci begitu pala ketika aku menunggumu, jangan kamu ragukan kesucianku, bahkan sampai saat ini aku masih suci."
Aisyah bergegas meninggalkan Faqih dengan perasaan kesalnya.
Faqih terdiam
“Suci? Jadi suaminya belum menyentuh dia? Ehm ternyata benar kamu masih mengharapkan diriku hanya saja kamu belagak seperti tak Menginginkan diriku, ehmm wanita ternyata punya rasa gengsi yg tinggi di hadapan pria.”
Aisyah terus berjalan menjauhi
Faqih“Dia memang benar benar benar gila.” sambil membuka pintu ruangannya.
Tiba tiba ponselnya berbunyi
Setelah di buka sebuah vidio dari sang suamiAisyah kemudian membuka foto bunga yang dikirimkan Syahid dengan tulisan
'Kamu mau ini sayang?'
Aisyah memang sangat menyukai bunga.
“Mas syahid pandai bikin membuatku bahagia.”
"Yang jelas jelas bisa membahagiankan seperti ini di suruh tinggalkan dan memilih bersaama dia yg belum jelas hmmm gk sebodoh itu saya.”
Sedangkan syahid di ajak oleh temannya dan Kirana makan dan jalan jalan menikmati kota riau, tiba - tiba ia masuk ke dalam toko baju.
Melihat hal tersebut Kirana mulai menanyakan hal tersebut pada sahabat Syahid tersebut
“Pak rehan, mas Syahid sudah punya istri ya kok masuk ke toko pakaian perempuan?”
“Sepertinya belum, mungkin dia ingin membelikan ibunya soalnya dia sangat sayang pada ibunya, klau soal dia menikah atau tidak syahid belum cerita.”
“Oh... ehm sudah ganteng,penyayang lagi. kata kata itu tanpa sengaja keluar dari mulut Kirana.
“Rupanya nona Kirana menaruh hati pada Syahid ya?”
“Eeeh enggak, cuman muji saja.“
“Syahid memang dari bangku sekolah banyak di sukai para gadis, selain tampan dia juga Shaleh dan cerdas.”
“Iya memang seperti itu dia, karena itu dia mempesona.”
“Mempesona?”
“Eh enggak pak Rehan.”
“Cie cie cie, nona Kirana”
“Apa si mas rehan ini.”
Kemudian syahid membawa satu buah kantung plastik dan dia duduk di sebelah pak rehan
“Sudah belajanya ?” kata pak rehan pada Syahid.
“Sudah” jawab Syahid.
“NOna Kirana juga mau di belikan sesuatu sama kamu katanya” sambil melirik pada Kirana.
“Apaan si pak rehan ini.”
“Mbak Kirana juga mau? Iya mari saya belikan tapi baju gamis ya.”
“Gak usa, terimah kasih mas.” jawab Kirana
“Besok mas syahid langsung pulang atau gimana?” tanya Kirana.
“Besok sya ada acara mbak, mungkin pulangnya setelah acara.”
“Acara apa kalau boleh tahu?”
“Seminar ke agamaan gitu."
“Oh."
Mereka bertiga asik mengobrol bersama
Sampai makan datang, setelah selesai makan mereka bersama kembali ke hotel namun sebelum kembali Kirana menyempatkan diri untuk membeli sesuatu dan ia bawah ke hotel Kirana membeli baju gamis dan kerudung Sampai di hotel ia mencobanya di depan meja riasnyaKirana tidak hanya membeli satu namun ia membeli beberapa baju.
“Cantik juga, masak si mas Syahid gk tergoda klau aku pakai ginian” sambil melihat dirinya yang berkerudung di kaca meja hias hotel.
Kirana mengambil ponselnya dan mengabadikan momen tersebut.
*******
Saat mata hari mulai tinggi Syahid bergegas menuju lokasi seminar, namun ia melihat Kirana yg berkeliaran menggunakan kerudung.
“Seperti mbak Kirana, tapi gak mungkin, dia kan gak pakai kerudung."
Usai acara syahid bergegas keluar gedung, namun di hadang oleh seorang wanita.
“Mas Syahid.”
Mendengar namanya di panggil syahid langsung melihat ke arah datangnya suara di dapatinya seorang wanita yg berkerudung coklat dan dengan anggunnya ia menebar senyum pada Syahid.
“Mbak Kirana?"
Kirana hanya tersenyum
“Benar mbk kirana kan?”
Kirana hanya mengguk.
Setelah melihat kirana bukan wajah kirana ada yg ada di bayangannya tapi wajah istrinya yaitu Aisyah
“Subhanallah.”
Mendengar kata kata itu kirana mulai ke PD karena iya menyangka bahwa Syahid sedang memujinya padahal ia melihat bayang bayang istrinya.
“Tu kan pasti mas syahid tergoda, cepat atau lambat iya pasti akan jatuh hati padaku," kata kirana dalam hantinya
Faqih sedang mengendarai mobilnyaSetelah pulang berkerja."Aisyah, kenapa si kamu milih dia, kenapa tidak aku? Dan kenapa kamu tidak mau nunggu aku sampai kembali, oh Tuhan rasanya ini gak adil buatku."Faqih menghentikan mobilnya dan keluar dari mobil, ia duduk di aspal depan mobilnya.“Kalau gini jadinya sungguh aku bisa gila, benar - benar gila."Di mobil lain Syahid sedang sibuk membaca berita di tabnyaIa baru pulaang dari Riau. Syahid tidak mengendarai mobilnya sendiri ia menggunakan supir pribadinya. Saat sedang asik membaca beritaTiba tiba iya terkejut dengan berita yg ia baca di ponselnya.“Sepertinya kenal, siapa ya?”“Oh ini mas Faqih, wih hebat dia ternyata anak konglomerat ini, soalnya setahuku yang punya perusaan ini juga punya bisnis di berbagai belahan dunia.”Tiba - tiba Syahid melihat sosok yg ia kenal di tepi jalan y
Faqih memencoba menyabotase semuanya, ia mencoba agar Aisyah dan sang suami tidak punya waktu bersama.Faqih mencoba mengubah jadwal harian Aisyah dengan cara menghubungi pimpinan rumah sakit.Rumah sakit tempat Aisyah adalah rumah sakit swasta yang dengan mudah melakukan banyak hal yang dia mau termasuk membeli rumah sakit tersebut.“Hallo, dengan bapak rendy”Melalui sambungan telfon“Iya benar, dengan siapa ini?”“saya yusuf ali faqih”“Sepertinya nama bapak tidak asing, oh iya saya baru ingat, ada apa bapak menghungungi saya?"“Rumah sakit anda sepertinya butuh Sekali banyak pembangunan dan saya berniat untuk berinvestasi agar rumah sakit swasta anda bisa bersaing dengan rumah sakit yg lain, bagimana?”“Suatu kehormatan bagi saya jika bapak berkenang berinvestasi di rumah sakit kami."“saya akan ber investasi dengan dana yang cukup besar tetapi ada syarat yang perlu dipenuhi."
Aisyah bersiap siap di meja riasnya, kemudian Syahid keluar dari kamar mandi sambil memegangi perutnya. Aisyah melihat ke arah syahid“Kenapa mas?”“Perut mas sakit”“Salah makan atau gimana?”“Gak tahu."Aisyah langsung membawah Syahid ke tempat tidurnya.“Ya sudah untuk malam ini Aisyah tidak usah ke rumah sakit.”“Jangan sayang, mas gak ngajarin kamu buat ninggalin tanggung jawabmu”“Tapi mas kan sakit?”“Gak apa apa, mas hanya butuh istirahat.”“Tapi mas.”“Sudah kamu langsung berangkat, tapi maaf mas gak bisa mengantarmu."“Iya de.”Syahid berbaring di tempat tidur dan Aisyah langsung menyelimuti tubuh Syahid.“Hati hati di jalan ya, sayang,”“Iya mas, mas juga cepet sembuh yah!”Aisyah mencium tangan Syahid kemudian berjalan menuju pintu,Setelah sampai di pintu Aisyah menoleh pada sya
Baru beberapa hari Syahdi dan Aisyah meninggalkan orangtua masing-masing. Hidup berdua di atap yang sama, dari kecupan di sebelum tidur, hingga pelukan di seba'da lelap. Belajar mengarungi bahtera rumah tangga dengan cinta.Setelah mengucapkan salam setelah shalat, tiba tiba saja Aisyah menghampiri syahid dengan balutan mukena putih Aisyah memeluk erat Syahid. Erat sekali. Seakan Aisyah tak ingin melepasnya.Lalu, seketika saja ada isak yang mulai lirih terdengar. Saat Syahid mengangkat kepala Aisyah dari dekapnya, matanya sudah basah, juga merah.Aisyah Menangis dalam peluk Syahid"Kenapa?" tanya syahid sambil menggenggam jemari aisyah kuat-kuat.Sambil terisak-isak, Aisyah menjawab"Aku kangen Abah, sama ummi."Syahid tersenyum kecil. Lalu meraih bahu Aisyah, untuk kemudian mewakafkan dada Syahid agar terpuas meneteskan derai mata di Sana. Di dinding hatinya“Istriku, kamu rela meninggalkan keluarga terc
Zahra ingin segera pergi ke kantor, ia terlihat sangat buru buru.“Adu telat ini.” sambil melihat ke arah jam tangannya.Zahra menerobos genangan air hingga membuat pejalan kaki terkena percikan air.“Adu kena Orang kan.” Zahra mulai panik.Kemudian ia menghentikan mobilnya dan turun untuk menghampiri pejalan kaki tersebut“Maaf, maaf, maaf gak sengaja, saya."“Tidak apa apa mbak, basah sedikit aja kok.”Ternyata yg terkena percikan air tersebut adalah seorang laki laki.“Sekali lagi maaf ya mas, maaf banget."“Iya mbk, gak apa apa."“Maaf, saya buru buru harus ke kantor."“Oh iya silahkan.”Zahra segera masuk ke dalam mobilnya.“Oh iya, kok gak tanya nama dia si."Sedangkan laki laki itu mencoba membersikan bajunya.“Basah si, tapi gak bisa marah sama dia
Pagi itu kirana turun dari mobilnya di dapati Faqih sedang berdiri di depan pintu kantornya.Kirana berjalan Menghampiri Faqih.“Kirana aku mau minta maaf sama kamu.”Kirana berjalan begitu saja tanpa menghiraukan Faqih.“Kirana tunggu,” sambil berjalan di belakang Kirana.Semua karyawan Kirana melihat ke arah mereka.“Itu tuan Faqih kan ya, anak konglong tbk kan,nona kirana punya hubungan apa dengannya?” kata kariawan kirana“mungkin mereka pacaran kalik” kata kariawan kirana yg lain“cocok si meraka berdua, sama sama tajir” kata kariawan kiranaKirana membuka pintu ruangannya dan duduk di sofa sambil menutup wajahnya dengan kedua tangannya“Maaf kirana, sunggu aku menyesal.” sambil berlutut dan menyatuhkan kedua telapak tangan faqihKemudian terdengar suara dari luar ruangan kirana
Usai acara seminar yang ia isiSyahid berkeliling are bazar untuk melihat lihatlangkah kaki syahid di hentikan oleh seorang ibu ibu penjual di bazar tersebut“Wah ini yang ngisi di dalam tadi ya? Ganteng banget”Syahid tersenyum.“Hu pak ustadz ceramahnya keren meresap ke hati.”“Terimah kasih buk.”“Belum nikah ya? kalau dari tampangnya masih unyu unyu, sepertinya belum nikah.”Mendengar hal tersebut syahid seolah enggan menjawabnya.“Oih ini ada Sesuatu buat ustadz,” sambil menyodorkan bingkisan.“Apa ini buk?” sambil mengambil bingkisan dari ibu ibu tersebut“Gamis ustadz.”“Gamis laki laki?”“Gamis wanita, kasih sama wanita yang menurut ustadz wanita tersebut spesial."“Oh iya terimah kasih.”&nb
Malam semakin larut, angin kian kencang masuk ke dalam kamar Aisyah dan Syahid melewati jendelah kamar mereka kemudian Syahid menutup jendelah tersebut dan bergegas menuju Aisyah berada di tempat tidur.Ia duduk di sebelah aisyah“Kakinya masih sakit?”“Sudah lumayan, kan di pijat mas tadi.”“Perlu di pijat lagi?”“Tidak perlu, mas istirahat saja!”Syahid melihat ke arah barisan buku buku yang tertata rapi di meja kerjanya.“Mama pandai banget kalau suruh menata.”“Memang mas Syahid gak pernah bersin sendiri?”“Iya pernah la, kalau berantakan si mama kadang suka ngomel dan dari kecil sudah di ajari rapi.”Syahi bangkit dari duduknya dan mengambil sebuah catatan di meja kerjanya dan kemabali pada posisi semula.
Udarah subuh kala itu masuk ke kamar Aisyah dan Syahid memalui sela – sela jendela rumah mereka.Sebelum membangunkan Syahid, Aisyah terlebih dahulu mengambil wudu ke kamar mandi kemudian menggunakan mukena putihnya. Syahid masih berada di atas kasur dengan tubuh masih di tutupi oleh selimut..Aisyah perlahan berjalan menuju tempat tidur dimana suaminya masih terlelap.“Massssss,”bisik Aisyah pada telinga kanan Syahid.Syahid tak kunjung membuka matanya.“Sayanggggggggg,” tetap berbisik di telinga Syahid.Masih belum ada respon dari Syahid.“Dia tidur apa gladi mati? Susah sekali banguninnya.”“Sayang subuh, sayang bangun.”Tetap tidak ada respon dari Syahid.“Bangun yang, ih, ayo buka matanya.”“Aku mau buka mata asal di cium,” jawab syaid yang masih menutup matanya.“Oh modus rupanya dia, eh kamu yah.”
Nafisa sedang duduk di ruang tamu rumahnya sambil merajut dan ditemani oleh abahnya yang sedang meperhatikan dirinya. “Ada apa abah?” Abah hanya tersenyum melihat sang putri yang sedang duduk di sampingnya sambil menggenakan mukena putih. “Sayang!” “Iya? Kenapa?” “Rumah kita sepi nak!” “Jika baba ingin ramai ke masjid saja, para santri bisanya sedang ngaji kalau jam segini.” “Bukan itu maksud baba nak! Ah kamu ini tidak pekaan.” Nafisa tersenyum dan menaruh hasil rajutnya di meja di depannya. “Terus apa?” “Baba ingin mendengar suara tangisan bayi.” “Hah? Apa sih ba mulai deh.” “Memangnya kamu tidak ingin menikah?” “Keingin itu selalu ada dan pasti ada, cuman untuk punya bayi harus nikah dulu!” “Seandainya babah carikan santri babah mau?” Nafasi terdiam dan mulai menatap abahnya. Nafisa meraih tangan abahnya. “Bukannya sudah ada? Kenapa tidak babah car
Syahid duduk di balkon rumahnya sambil memegang kitab Al Hikam.Aisyah membawakan secangkir teh hangat untuk Syahid yang sedang menyantai di rumahnya."Masku sayang, Aisyah bawakan teh hangat untuk kamu.""Adu Istri mas yang cantik ini sangat perhatian.""Aisyah cantik?""Masak ganteng?""Iya enggak lah, sayang.""Kita mau belajar bareng yuk!""Belajar apa sayang?""Belajar Al hikam, mau?""Mau dong sayang.""Baik kita bahas tentang "Dia telah memberikan padamu nikmat, yang pertama adalah nikmat penciptaan dan kemudian dipenuhi (disempurnakan) pemberian-Nya itu secara terus-menerus.""Maksudnya gimana?"“Tidakkah kamu perhatikan, sesungguhnya Allah telah menundukkan untukmu apa yang di langit dan apa yang di bumi, dan menyempurnakan untukmu nikmat-Nya lahir dan batin. Dan di antara manusia ada yang membantah tentang Allah tanpa ilmu p
Usai menghabiskan waktu dengan Aisyah Syahid tak lantas pulang, dia mengajak Aisyah jalan-jalan ke pusat perbelanjaan.Syahid berniat membalikan baju baru untuk sang istri. Saat sampai di are parkir Syahid tak menemukan tempat untuk memarkir mobilnya dan dia berinisiatif memarkir di luar parkirkan pusat perbelanjaan tersebut.Usai memarkir mobilnya, Syahid keluar dan berlari menuju pintu mobil Aisyah untuk membukakannya."Maaf ya sayang kita harus agak jalan sedikit.""Tidak apa-apa mas, biar sedikit olah raga."Mereka berjalan beriringan. Aisyah berjalan sambil memegangi lengan Syahid. Saat sedang asyik berjalan tiba-tiba mereka berpapasan dengan seorang wanita yang dikenal. Melihat wanita itu Syahid langsung memegang tangan Aisyah yang posisinya merangkul tangannya."Neng Nafisa?""Mas Syahid!" sambil melihat ke arah tangan Syahid yang memegang tangan Aisyah yang posisinya merangkul lengannya.&nbs
Nafisa sedang berkaca di meja hiasnya dan tanpa disadari abahnya memperhatikan dari luar kamar. pintu kamar Nafisa sedikit terbuka dan dari cela itu abah Nafisa melihat putrinya yang sedang berias."Cantik anak babah.""Eh ada babah ternyata.""Mau ke mana?""Mau ke toko buku. oh iya belum izin ke babah, boleh ya!""Iya boleh! asal ajak santri juga jangan sendiri.""Siap!""Kok tambah besar kamu tambah mirip ummimu.""Allah ingin ketika babah rindu ummi cukup lihat wajah Nafisa saja.""Babah takut nanti kalau kamu sudah menikah kamu akan meninggalkan babah dan pesantren ini.""Jika nikahnya masa mas Syahid tentu saja Nafisa akan tetap tinggal di sini bah, dan pastinya mas Syahid mau diajak tinggal di sini."Abah Nafisa terkejut dengan pernyataan putrinya tersebut."Bercanda bah, ih si babah tidak bisa diajak bercanda," jawab Nafisa yan
Aisyah merapikan bajunya di depan meja hiasnya sedangkan syahid memperhatikan Aisyah.“Uda cantik, tak perlu di apa-apain lagi,” kata Syahid.Aisyah hanya tersenyum malu.Syahid mulai mendekati tubuh Aisyah dan memeluknya dari belakang sambil mencium bahu Aisyah.“Kalau begini sepertinya tak akan jadi jalan,” kata Aisyah.Syahid menaruh kepalanya pada pundak Aisyah.“Maaf jika selama ini mas belum bisa membahagiakanmu.”Mendengar kalimat tersebut Aisyah hanya tersenyum dan memegang kepala Syahid yang sedang tidur di bahunya.“Apa kamu kira istrimu ini belum bahagia?”Syahid hanya terdiam.“Ada di sisimu saja sudah cukup membuatku bahagia, dan tak perlu apa-apa lagi.”Aisyah membalikkan badannya dan mereka kini sedang berhadap-hadapan.Aisyah memegang kedua pipi Syahid dengan kedua
Angin malam mulai masuk ke kamar Aisyah dan Syahid melewati jendela kamar mereka, sementara Aisyah menaruh kepalanya di paha syahid yang sedang selonjoran sambil memandang wajah cantik Aisyah.“Jika anak kita berjenis kelamin wanita pastinya akan cantik seperti ibunya,” kata manis Syahid pada Aisyah.“Jika pria dia akan tampan seperti ayahnya,” jawab Aisyah.“Mau pria atau wanita yang terpenting dia akan menjadi orang bermanfaat nanti untuk orang di sekitarnya, negara dan agamanya,” kata Syahid sambil mengelus rambut Aisyah.“Amin.”“Jika dia seorang pria, aku berharap dia akan menjadi sosok seperti ayahnya, lelaki yang tampan, mapan dan juga Shalih dan sungguh dunia ini masih kekurangan pria Shalih sepertimu,” kata Aisyah sambil menatap dalam-dalam mata Syahid.“Andai dia wanita, aku harap dia akan jadi sosok pribadi yang lembut, cerdas dan Shali
Saat Aisyah sedang asyik bercengkrama dengan Syahid terdengar ketukan pintu dari luar kamar mereka.‘TUK,TUK,TUK’“Tuan ada tamu,” kata mbak siti asisten rumah tangga Syahid dan Aisyah.“Oh ya mbak,” kata Syahid menjawab mbak Siti.“Siapa mas? Teman mas?”“Enggak,” jawab syahid.“Ya sudah mas lihat dulu ya,” sambil berjalan menuju luar kamar.“Iya."“Kamu mandi saja dulu,” sebelum keluar dari pintu.“Siap, siap laksanakan perintah tuan raja,” dengan senyum manis Aisyah.Syahid bergegas keluar kamar dan menuju ruang tamu dan ia sangat terkejut dengan kedatangan seseorang yang sangat spesial di hatinya sebelum Aisyah.“Mama,” sambil mencium tangan sang ibu dan setelah itu sang ibu mencium kening Syahid.“Iya sayang, mana Aisy
Aisyah dan dokter Hana keluar dari ruang pemeriksaan.“Entah, saya harus senang atau sedih dengan semua ini, dan selamat untuk pernikahannya juga selamat untuk kehamilannya.”“Terimakasih dok.”“Dokter Aisyah gitu, tahu-tahu sudah nikah dan sekarang sedang mengandung.”Aisyah hanya tersenyum manis.“Siapa sosok beruntung itu dok? Sosok yang sekarang menjadi suami dokter.”“Bukan dia yang beruntung mendapatkan saya tetapi saya tetapi sayalah yang beruntung mendapatkannya."“Sesekali kenalkan gitu dok.”“Siap, hanya saja saya dan dia punya aktivitas masing-masing, untuk pergi berdua saja jarang-jangan, selama menikah baru sekali doang pergi jalan-jalan bareng dia.”“Ke depannya harus sering-sering dok.”Aisyah hanya tersenyum pada dokter Hana.Dokter Hana adalah spesialis k