Usai mengeburi sang ibu, Lukman di rangkul oleh Syahid untuk pulang ke rumahnya.
“Coba kamu cubit diriku,” kata Lukman dengan tatapan kosongnya.
“Luk jangan seperti ini,”
Isah tangis mulai terjadi pada Lukman.
“Terkadang yang namanya kenyataan memang sangat pahit sekali tetapi pasti ada hikmah di balik ini semua”
Lukman mulai menghentikan Isah tangisnya.
Mereka duduk di ruang tamu rumah Lukman, tiba tiba seorang lelaki setengah bayah terik teriak dari luar rumah Lukman.“Lukman, keluar kamu.”
Mendengar suara tersebut Lukman dan Syahid bergegas menuju luar rumah.
“Siapa dia Luk?” kata Syahid.
“Dia pamanku,” kata Lukman
“Ada apa paman?”
“Jangan pura-pura tidak tahu kamu.”
“Sungguh Lukman tidak mengerti apa m
Syahid bangun dari tempat tidurnya dan ia bergegas ke kamar mandi untuk membersihkan badannya dan ia bergegas menuju tempat tidurnya. “Sayang.” Syahid mengelus rambut Aisyah. “Apa?” kata Aisyah dengan mata terpejam. “Ayo bangun, kita tahajud bareng.” “Iya.” “Iya apa ? Itu masih merem, ayo bangun sayang.” Aisyah bangun dari tempat tidurnya. “Ayo cepat ke kamar mandi.” “Bentar sayang.” “Lama kamu.” Syahid menggendong Aisyah menuju kamar mandi. “Mirip bocah, mau mandi saja perlu di gendong dulu,” sambil menggendong Aisyah. “Nanti kalau punya anak, kamu tidak akan ada waktu lagi buat gendong ibu anak anak hehe.” Syahid hanya tersenyum. “Kamu mau turun apa mau langsung aku lemper ke bak mandi?” “Aku mau di gendong terus saja.” “Dirimu berat.”
Syahid masuk ke dalam rumah kemudian di ikuti oleh Lukman dengan wajah murungnya.“Aku ke kamar dulu ya!”“Iya silakan."Lukman bergegas menuju kamarnya.“Eh sudah pulang mas?”Aisyah mencium tangan sang suami.“Iya.”“Bagaimana mas Lukman?”“Sepertinya di murung lagi.”“Kenapa?”“Tadi di masjid ustaz memberi kultmu tentang ibu, ya dia ingat ibunya lagi.”“Tidak apa apa, dia masih proses mas.”“Iya si.”“Hari ini apa jadwalmu?”“Ke pesantren mengejar santri kitab Al Hikam.”“Oh begitu, baiklah, Kamu mau sarapan apa ?”“Roti bakar saja sama susu hangat."“Baiklah!”Aisyah keluar dari kamarnya dan saat bersa
Aisyah membawa sarapan untuk Syahid yang sedang membaca koran di balkon rumahnya.Ia membawa nampan yang berisi susu hangat dan roti bakar yang kemudian ia letakkan di atas meja.“Terima kasih istriku.”“Sama-sama.”Aisyah kemudian memegang kepalanya.“Kenapa ?”“Tidak tahu, kok jadi pusing seperti ini.”“Kamu sakit?”Syahid memegang kepala sang istri.“Kamu demam sayang."Syahid menggotong sang istri menuju kamarnya dan ia letakkan Aisyah di tempat tidurnya kemudian ia menyelimuti Aisyah.“Kamu sudah makan?”Aisyah menggelengkan kepalanya.“Kenapa ?”“Tidak selera.”“Kamu mau apa? Atau ingin apa ? Biar m
Usai salat magrib berjamaah di masjid, Syahid dan Lukman di suguhkan dengan makan malam oleh mbak Sitti dia adalah Asisten rumah tangga Aisyah dan Syahid.Lukman dan Syahid langsung duduk di kursi meja makan.“Kita hanya makan berdua?” tanya Lukman.“Iya, kenapa?” jawab Syahid.“Aisyah kemana?”“Aisyah sedang tidak enak badan dan istirahat di kamar,”“Sakit apa?”“Entahlah dari pagi kepalanya pusing dan mual, ya mungkin asam lambungnya naik,”“Mungkin bukan asam lambung melainkan lagi isi.”“Isi? Isi air maksudnya heheh,”“Bukan, lagi hamil gitu!”“Masak si Aisyah hamil?”“Ya kalik saja.”“Tidak mungkin kayaknya,”“Eh apanya yang tidak mungkin? Gak mungkin dong s
Syahid membuka kedua matanya dan melihat sang istri sudah duduk di sampingnya sambil memandangi wajahnya.“Kamu baru bangun tidur apa memang tidak bisa tidur?”“Baru bangun tidur kok.”“Terus kenapa malah duduk dan melihat ke arah mas?”“Aku hanya ingin memandang wajahmu saja.”“Apa si kamu ini pagi-pagi sudah bikin baper.”“lelaki juga bisa baper?”“Bisa dung sayang.”Aisyah mendekatkan bibirnya pada telinga Syahid.“Barakallah Fii Umrik.”Syahid terkejut dengan apa yang dikatakan sang istri.“Kok kamu tahu?”“Mama memberi tahu bahwa dahulu kamu lahir di tanggal ini dan bulan ini.”Syahid tersenyum.“Kamu mau hadiah?” tanya Aisyah.“Tidak perlu, sem
Aisyah dan Syahid turun beriringan melewati satu persatu anak tangga.“Benaran tidak boleh kerja mas?”“Iya sayang, jangan banyak protes.”“Iya deh.”Lukman menunggu mereka di meja makan.“Kamu ini lucu, istri semangat kerja malah di larang,” kata Lukman.“Iya tapi takut kenapa-kenapa,” kata Syahid.“Sejak kapan kamu tidak percaya pada penjagaan Allah?”Syahid hanya terdiam.“Lihat tu wajah istrimu, sepertinya dia ingin sekali bekerja.”Syahid melihat ke arah Aisyah.“Ya sudah, kamu boleh bekerja hari tapi ingat, selalu kabari mas ya.”“Siap! Makasih.”“Dia jadi posesif sekarang ya,” kata Aisyah sambil melihat pada Lukman.“Lakimu memang kadang posesif,” kata Lukman pa
Aisyah dan dokter Hana keluar dari ruang pemeriksaan.“Entah, saya harus senang atau sedih dengan semua ini, dan selamat untuk pernikahannya juga selamat untuk kehamilannya.”“Terimakasih dok.”“Dokter Aisyah gitu, tahu-tahu sudah nikah dan sekarang sedang mengandung.”Aisyah hanya tersenyum manis.“Siapa sosok beruntung itu dok? Sosok yang sekarang menjadi suami dokter.”“Bukan dia yang beruntung mendapatkan saya tetapi saya tetapi sayalah yang beruntung mendapatkannya."“Sesekali kenalkan gitu dok.”“Siap, hanya saja saya dan dia punya aktivitas masing-masing, untuk pergi berdua saja jarang-jangan, selama menikah baru sekali doang pergi jalan-jalan bareng dia.”“Ke depannya harus sering-sering dok.”Aisyah hanya tersenyum pada dokter Hana.Dokter Hana adalah spesialis k
Saat Aisyah sedang asyik bercengkrama dengan Syahid terdengar ketukan pintu dari luar kamar mereka.‘TUK,TUK,TUK’“Tuan ada tamu,” kata mbak siti asisten rumah tangga Syahid dan Aisyah.“Oh ya mbak,” kata Syahid menjawab mbak Siti.“Siapa mas? Teman mas?”“Enggak,” jawab syahid.“Ya sudah mas lihat dulu ya,” sambil berjalan menuju luar kamar.“Iya."“Kamu mandi saja dulu,” sebelum keluar dari pintu.“Siap, siap laksanakan perintah tuan raja,” dengan senyum manis Aisyah.Syahid bergegas keluar kamar dan menuju ruang tamu dan ia sangat terkejut dengan kedatangan seseorang yang sangat spesial di hatinya sebelum Aisyah.“Mama,” sambil mencium tangan sang ibu dan setelah itu sang ibu mencium kening Syahid.“Iya sayang, mana Aisy