Share

Bab 108

Penulis: Tha Kusuma
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Keesoakan harinya, setelah makan siang, rapat akan di mulai sebentar lagi dan semua pegawai hotel yang menerima undangan, sudah menempati tempat duduknya masing - masing. Bagas berjalan menuju ruang rapat bersama Adam, acara rapat segera di mulai. Rapat berjalan dengan lancar pengesahan beberapa jabatan baru sudah di umumkan oleh Adam dan pengenalan manager utama hotel Arimbi pengganti Raymond dan 3 jabatan manager umum salah satunya adalah Syamsul yang kini menjabat sebagai manager IT menggantikan manager sebelumnya, Winda di pindah ke departeman HRD sebagai HR, sementara Heni menjabat sebagai staf marketing. Setelah rapat selesai, Syamsul, Winda dan Heni menemui Bagas dengan wajah yang sangat bahagia, karena Bagas sudah mengangkat derajat mereka dalam pekerjaan, merupakan hal yang sulit di bayangkan oleh mereka. Bagas mengucapkan selamat kepada ketiga temannya.

Setelah acara selesai, Bagas keluar dari ruang rapat menuju lobi menunggu kedatangan Adelia, Cindy dan Sinta yang

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • SURAT WASIAT NENEK   Bab 109

    Malam telah menjemput dengan gelapnya, suara binatang malam kian berlomba memberi irama tersendiri, di taman hotel Arimbi terlihat Adelia bersama kedua temannya sedang duduk dengan senda gurau, menunggu kedatangan Bagas yang rencanya malam ini akan makan - makan di tempat Syamsul. Terlihat Bagas dengan begitu tampannya, rambut yang tertata rapi dengan alur kebelakang, mengenakan kaos putih jelana jeans, menghampiri ketiganya, dengan senyum yang mengembang menyapa penuh keramahan."Malam semuanya? kenapa menunggu di taman, nggak di lobi, disini dingin banyak nyamuk pula," ucap Bagas."Kita sedang menikmati udara malam kota Subang, kamu lihat ke atas sana, bintangnya banyak membuat hati merasa senang," jawab Adelia yang mendekati Bagas sambil menunjuk ke arah langit."Iya Sayang, ya sudah kalau begitu kita langsung ke tempat Syamsul, karena Winda dan Heni juga sudah berada di sana, sedang mempersiapkan ayam dan jagung yang akan kita bakar."Tanpa menunggu l

  • SURAT WASIAT NENEK   Bab 110

    Pukul tujuh malam, setelah berpamitan kepada Adam dan kelurganya serta menelepon Adelia kalau Bagas akan pergi ke Surabaya untuk menemui Theo, Bagas segera ke Bandara di antar oleh mang Asep, Bagas awalnya menolak pengawalan, namun Adam bersikeras meminta Bagas di dampingi pengawal, bagaimana pun Tony masih belum tertangkap sampai detik ini, polisi hanya mengabari kalau temannya Tony sudah tertangkap dan sedang di sidik untuk penyelidikan lebih lanjutnya, mengenai beberapa barang bukti yang disembunyikan Tony, seperti pisau lipat yang dipakai untuk menusuk Bagas.Setelah melakukan perjalanan lewat udara, Bagas telah tiba di kota Surabaya, di jemput langsung oleh Theo di bandara. Bagas sebenarnya sudah enggan bertemu dengan Moza karena menghargai Theo, namun permintaan Theo yang Bagas pikir di luar akal sehat, karena Bagas sangat hapal bagaimana tempramen Theo kepadanya. Pertanyaan demi pertanyaan memenuhi isi kepalanya, namun Bagas memilih bungkam, karena prihal ini sudah per

  • SURAT WASIAT NENEK   Bab 111

    Tidak berapa lama, setelah Sinta menelepon. Syamsul, Winda dan Heni sudah tiba di lokasi Minimarket yang sudah terbakar, setelah memarkirkan motornya, ketiganya segera berjalan dengan langkah yang cepat menuju Adelia dan kedua temannya."Bagaimana ceritanya bisa sampai begini?" tanya Syamsul yang baru saja tiba di depan mereka dan langsung menanyakan kejadiannya."Kita juga tidak tahu, karena kita sedang di luar," jawab Sinta."Kalian yang sabar ya, lebih baik sekarang kita ke kosan Winda, kalian tidur saja disana, besok baru kita kesini lagi, apakah bangunannya sudah kalian asuransikan? nanti aku bantu untuk mengurusnya.""Belum." Hanya kalimat itu yang keluar dari mulut Adelia, seakan pikirannya sudah tidak menentu."Ya sudah, kita lebih baik langsung ke kosan saja," ucap Syamsul sekali lagi mengajak ketiganya untuk beristirahat di tempat Winda, setidaknya menenangkan pikiran mereka yang terlihat sudah tidak bisa fokus.Saat sedang berbinc

  • SURAT WASIAT NENEK   Bab 112

    Syamsul sudah terkulai lemas di tanah, pukulan demi pukulan menghantam badannya, ia berusaha untuk bangkit, melihat teman - temannya sudah tertangkap, namun tubuhnya sudah sangat lemas menahan rasa sakit yang menjalar ke sekujur tubuhnya, membuatnya hanya bisa mengepalkan tangannya dengan kesal. Satu mobil berhenti di belakang mobil Adelia, turun seorang pemuda, menghampiri sekawanan penjahat yang tengah sibuk membawa paksa para wanita untuk masuk ke dalam mobil. Salah seorang dari para penjahat melihat siapa yang datang langsung memberi hormat."Bos!"Serentak penjahat yang lain memberi hormat, membungkukan badannya, dengan masih mencengkram tangan para wanita."To-tony," ucap Adelia terbata - bata, dengan tatapan tajam dan amarah yang seakan tertahan."Hallo Sayang, sudah lama sekali tidak bertemu, aku sangat merindukanmu.""Jangan gila kamu Ton, lepaskan aku!""Tenang Sayang, kamu pasti akan aku lepaskan, temani aku dulu di hotel, hahahah

  • SURAT WASIAT NENEK   Bab 113

    "Kita temui Bagas, karena Bagas susah sekali di hubungi, kasihan teman kita, nanti ngelamun terus kayak sapi ompong," ucap Sinta menjelaskan kepada Cindy."Oke, kalau begitu kita belanja baju dulu, masa nggak ganti - ganti baju, kemarin lagi di Rumah Sakit cuma beli beberapa stel, nggak akan cukup.""Nanti siangan aja, sekarang kita istirahat dulu, aku sama Adelia juga belum mandi," jawab Sinta yang langsung meraih handuk miliknya dan langsung melangkah ke kamar mandi.Cindy duduk di sebelah Adelia, menepuk bahu Adelia beberapa kali, menatap dengan senyum ramah seorang sahabat."Kamu jangan ngelamun aja, ya? kan besok kita ketemu Bagas, berdoa saja Bagas disana Baik - baik saja," ucap Cindy."Iya Cin, aku cuma bingung, mengapa Bagas akhir - akhir ini susah di hubungi, sebelumnya Bagas tidak seperti ini, sesibuk apapun, dia akan tetap mengabariku, ini sudah beberapa hari tapi Bagas sama sekali tidak memberiku kabar dan tidak membalas pesan chattingk

  • SURAT WASIAT NENEK   Bab 114

    Setibanya di depan rumah Theo, seorang petugas keamanan menghampiri mereka seraya memberi hormat dengan sopan."Permisi Pak, apakah Pak Theo ada di rumah?" ucap Adelia seraya tersenyum ramah."Ada Non, Apakah sudah membuat janji dengan Bos Theo? kalau boleh tau dengan siapa?" tanya petugas keamanan tersebut dengan ramah."Kami belum membuat janji dengan Pak Theo, tolong sampaikan kepada beliau kalau saya Adelia pacarnya Bagas Ivander ingin bertemu," ucap Adelia."Tunggu sebentar, saya hubungi dulu Bos," ucap petugas keamanan tersebut, sembari melangkah menuju pos penjagaan dan langsung menelepon Theo.Tidak berapa lama, petugas keamanan tersebut melangkah menghampiri Adelia yang masih berada di dalam mobil."Bos Theo menunggu Nona di dalam, saya bukakan dulu gerbangnya.""Terima kasih Pak."Setelah gerbang rumah dibuka, Adelia segera menghidupkan mobilnya dan melaju masuk ke dalam pekarangan rumah yang sangat megah. Ketiganya t

  • SURAT WASIAT NENEK   Bab 115

    Theo menghela napas sejenak, sebelum akhirnya ia mengatakan kebenarannya, soal Bagas yang kini bersikap aneh bagi mereka."Gue akan katakan semuanya, tapi lu janji sama gue, lu nggak akan buat masalah, karena kalau sampai itu terjadi, gue nggak akan tinggal diam," ucap Theo mencoba menegaskan."Iya," jawab Sinta singkat, menatap Theo tanpa berkedip, seakan ingin segera Theo mengatakan semuanya tanpa jeda lama atau berpikir - pikir lagi.Theo menjelaskan semuanya kepada Sinta dengan sangat hati - hati, karena bagaimanapun ini menyangkut hidup dan mati orang yang ia cintai, Theo hanya tidak ingin kedatangan Adelia akan memperburuk kondisi kesehatan Moza."Kamu bilang Moza sakit, dia cewek kamu! mengapa harus Bagas yang repot, dan mengapa tidak berterus terang saja kepada Adelia, toh Adelia juga akan mengerti, tidak dengan cara seperti ini seakan - akan..." Sinta langsung memotong pembicaraan Theo, kemudian menghentikan kalimatnya, sejenak terdiam seakan kalimat yang akan ia ucapkan penu

  • SURAT WASIAT NENEK   Bab 116

    Di hotel, Adelia segera membenahi semua barang - barangnya, memasukannya ke dalam koper. Adelia duduk di sisi ranjang dengan tatapan kosong dan seketika air matanya tak bisa ia hindari terus menetes membasahi kedua pipinya, isaknya terdengar begitu pilu seakan menyayat hati yang kini terluka sangat dalam. sementara Sinta dan Cindy hanya melihat tanpa berkata sepatah katapun, seakan setiap kata menjadi rancu di mulut mereka, melihat sahabatnya tiada henti meneteskan air mata, Cindy dan Sinta mencoba mendekati Adelia, lalu memeluknya dengan erat."Sudah Del, jangan nangis terus, nggak pantas kamu bersedih terlalu banget, hanya karena orang seperti Bagas," ucap Cindy sambil mengusap - usap rambut Adelia penuh kehangatan seorang sahabat."Iya Del, udah dong, jangan begini ya...kita tau bagaimana perjalanan kamu dan Bagas, namun kalau akhirnya dia memilih malah menyakitimu, bukankah lebih baik kamu bersikap rasional, ayo dong, mana Adelia yang kita kenal, yang selalu tegar dan ceria, hanya

Bab terbaru

  • SURAT WASIAT NENEK   Bab 159

    “Adelia, kamu marah sama aku?” tanya Bagas menatap Adelia yang sedang sibuk dengan ponselnya.“Enggak,” ucap Adelia singkat, tanpa menatap Bagas.“Kita baru saja baikan, masa harus berjarak lagi, sini duduknya, dekat aku.”“Iya nanti,” tetap menunduk fokus dengan ponselnya.Cindy hanya menggelengkan kepala, melihat Adelia yang sebenarnya jelas ketara kalau sedang cemburu gara – gara tamu wanita yang sebenarnya tidak perlu di besar – besarkan masalahnya, karena Bagas sudah dengan tegas menolak kehadiran mereka.Sinta berjalan dengan perlahan menuju ruang tamu, di ikuti tamu yang bukannya di suruh pergi namun di bawa masuk oleh Sinta. Bagas menatap kearah tamu, bibirnya mengulas senyum, baru saja akan membuka mulutnya untuk menyapa mereka, salah satu dari tamu memberi isyarat menempelkan jari telunjuknya ke bibir, sebagai tanda untuk jangan bersuara, begitu juga Cindy untuk jangan bersuara dan tetap tenang seperti sebelumnya. Salah satu tamu wanita menyapa Bagas dengan sedikit manja.“

  • SURAT WASIAT NENEK   Bab 158

    Adam sudah berada di kamar Bagas, memapah Bagas duduk di kursi ruang tamu kamar. Adam duduk di depan Bagas mendengarkan dengan wajah serius.“Om, saya belum memberitahu Adelia tentang si pengemudi tersebut, saya hanya takut perkataan saya akan membuat Adelia merasa tidak nyaman, bahwa orang itu adalah Angga, mantan tunangannya, saya baru berbaikan sama Adelia, tidak ingin merusak suasana hatinya, Om belum memberitahu Adelia, kan?”“Selamat Tuan Muda, saya sangat senang mendengar Tuan muda dan Adelia sudah berbaikan. Saya belum bertemu dengan Adelia, setelah mengurus Angga dengan pihak yang berwajib, saya langsung menemui Tuan Muda.”“Syukurlah kalau Adelia belum tahu, saya takut Adelia salah paham harus tahu dari Om dan bukan dari saya, yang jelas – jelas tadi kita berbicara di telepon, Adelia juga pasti menyadari kejanggalan tatapan saya tadi, hanya saja mencoba percaya dengan apa yang saya katakan, seperti tidak ingin merusak suasana hati saya. Saya yang akan memberitahukan langsung

  • SURAT WASIAT NENEK   Bab 157

    Setibanya di kamar hotel. Syamsul menurunkan Bagas dengan hati – hati untuk berbaring di kasur. Adelia dengan sigap segera mengambil air hangat dan lap kering, membasuh luka – luka Bagas dengan perlahan. Tidak berapa lama Dokter Anwar sudah tiba di kamar Bagas dan segera memeriksa luka – luka Bagas, serta memberikan obat Pereda sakit. setelah selesai mengobati luka – luka Bagas, Dokter Anwar pamit untuk pulang, diantar Syamsul sampai ambang pintu.“Lebih baik kamu istirahat dan minum obatnya, biar nggak demam, aku balik ke ruanganku lagi, ya?” tukas Syamsul.“Terima kasih, Syam.”“Iya, lekas sembuh. nanti aku ke sini lagi sama Heni dan Winda, sekalian nginep nemenin kamu.”"Iya."Syamsul pamit kepada Adelia, Sinta dan Cindy, segera meninggalkan kamar Bagas menuju ruangan kerjanya.“Del, ayo balik kamar, Bagas butuh istirahat,” ucap Sinta.“Kalian balik saja duluan, aku masih ingin disini,” tukas Adelia.Sinta dan Cindy saling tatap, mendengar ucapan Adelia. Cindy memberi kode dalam is

  • SURAT WASIAT NENEK   Bab 156

    Bagas menghelas napas Panjang dan menghembuskannya perlahan, diletakannya kembali es milo disebelahnya. Membuka kedua tangannya, merasakan tetesan air hujan yang turun perlahan di kedua telapak tangannya, pandangan matanya lurus kedepan, bibirnya tersenyum dalam kesedihan.Sementara di kafe tempat Adelia bersama kedua temannya tidak ada lagi perbincangan, ketiganya saling membisu, seakan larut dalam alunan musik yang mengiringi rintik hujan, gemericiknya seakan menyatu dalam suasana saat itu. Mata cindy tidak sengaja beberapa kali memergoki Adelia yang menengok terus ke arloji.“Adelia, temui saja Bagas,” ucap Cindy.“Maksudnya?”“Del, aku sudah mengenal kamu sangat lama, aku tahu saat ini kamu sedang gelisah. Sudahlah, Del jangan ikuti ego kamu, jangan sampai semuanya terlambat kamu mengerti dan pada akhirnya kamu yang akan menyesal.”“Aku masih belum menemukan jawaban dari keinginanku sendiri, pastinya Bagas juga sudah pergi. Di luar hujan, nggak mungkin dia terus menunggu kedatanga

  • SURAT WASIAT NENEK   Bab 155

    Mentari pagi bersinar sangat terang, menyinari bumi yang basah akibat hujan semalam. Adelia bersama kedua sahabatnya sudah duduk santai di warung seberang hotel, menikmati sarapan ditemani secangkir es milo racikan si pemilik warung yang nikmatnya tiada duanya, bagi mereka.Mereka membahas prihal ACSMart yang akan membuka cabang lagi di Surabaya, setidaknya ada Reni dan Susi yang bisa di singgahi dan diajak kumpul – kumpul di kala kunjungannya nanti. Rencananya minggu depan mereka akan terbang ke Surabaya, mencari lokasi yang cocok dengan usaha mereka. Mereka bertiga memang berencana dari jaman dulu, membuka usaha bersama. Mendirikan usaha di berbagai kota, agar mereka bisa sekalian traveling juga.“Cin, untuk lokasinya, kita minta bantuan Susi atau Reni saja, mereka lebih hapal daerah sana. Tempat yang ramai tapi belum terlalu banyak pesaing dalam usaha kita,” ucap Adelia.“Boleh, tuh. By the way. Susi dan Reni pada kemana, ya? Aku kirim pesan belum di balas.”“masih tidur, kayaknya!

  • SURAT WASIAT NENEK   Bab 154

    Adelia sudah berada di dalam kamar hotel, menyimpan sebuket bunga di meja sebelah televisi, diraihnya secarik kertas yang menyelip di tengah – tengah hiasan bunga.Adelia berjalan menuju kursi, duduk dengan menyilangkan kakinya, perlahan tanganya membuka secarik kertas tersebut.***Tahukah kamu…hari – hari yang kulalui, ‘Kesedihan dan kehampaan’.Tahukah kamu…berapa berat waktu yang kulalui, ‘Rindu dalam diam’.Tahukah kamu…Kesedihan, Kehampaan, dan Rindu, mengikat hatiku dalam namamu, ‘Adelia Maheswari’.Betapa bodohnya aku, mengatakan semua ini setelah menyakitimu sangat dalam.Aku datang bukan untuk memintamu memahamiku, tentang betapa rapuhnya aku tanpamu,Tapi, untuk cinta dan masa depan kita,Karena aku datang bukan untuk pergi, ingin menetap selamanya, sebagai rumah yang nyaman.Dan aku tahu, cinta tidak bisa dipaksa, begitu juga hatimu.Aku Tunggu di tempat pertama kali kita bertemu, di waktu yang sama.Entah menjadi saksi bisu yang sama atau saksi bisu tentang luka untukku.

  • SURAT WASIAT NENEK   Bab 153

    Malam kian beranjak, hanya suara rintik hujan yang menemani kesunyian. Bagas memandang langit dari balkon kamarnya, tiada bintang, terselimut awan hitam pekat. Bagas begitu mendambakan kehadiran sosok Adelia, hatinya pilu membaur bersama kerinduan yang kerap menyelimuti setiap detak napasnya, mengalun dalam irama tak betepi, begitu dekat namun seakan jauh, karena Adelia seakan menutup jalan untuknya.Beberapa kali Bagas melihat layar ponselnya, pesan yang dari siang ia kirim kepada Adelia tiada kunjung balasan, hidupnya seakan terasa hampa.Bagas melangkah masuk ke dalam, duduk menghadap televisi yang terpampang lebar, pandangannya terus menatap layar televisi, dalam batinnya, ‘Hitam pekat membentang, seperti rusak tidak bergambar, hanya memantulkan sosok yang menatapnya’. Bagas terdiam seketika, seakan sedang berpikir dengan ucapannya.Wajahnya yang suram kembali tersenyum, batinnya kembali berkecamuk, ‘Bodohnya aku, sampai harus menyerah begitu saja, hanya karena sikap Adelia yang c

  • SURAT WASIAT NENEK   Bab 152

    Setelah hampir tiga jam berada di rumah Heni, mereka berlima segera pamit untuk pulang. Danu sudah menghubungi Adelia, dikarenakan akan segera kembali ke Jakarta.Setibanya di hotel. Danu sudah menunggu Adelia di lobi hotel, dengan pakaian rapi, menenteng koper kecil di tangan kirinya.“Adelia, Ayah harus segera pulang. Ayah akan menghadiri rapat tentang hasil kontrak kerja baru dengan perusahaan Ivander Group yang sudah di Acc, sekaligus menyusun anggaran dan rancangan kerja bersama para staf Ayah. Adelia pulang bersama Sinta dan Cindy, ya? Atau mau beberapa hari di sini juga Ayah tidak keberatan, nanti Ayah yang bicara sama Ibu. Ayah juga sudah berbicara dengan Bagas, soal kamar yang kamu tempati, apabila kamu masih ingin di sini.”“Soal kamar, Adel bisa cek-in sekarang, tidak enak sama Bagas harus menginap gratis sampai beberapa hari.”“Bagas tidak keberatan! Kamu nggak usah mempermasalhkannya. Jangan menolak kebaikan seseorang. Nikmati saja waktumu, setelah melalui hal tidak menge

  • SURAT WASIAT NENEK   Bab 151

    Bagas sudah berada di kamar hotel. Merebahkan badannya yang terasa lelah, matanya terus menatap foto Adelia di ponselnya. Satu notif pesan masuk, tertera nama Cindy. Bagas segera membuka pesan tersebut, dengan cepat membalas pesan Cindy. Bagas memandang langit – langit kamar hotel, bibirnya mengulas senyum ceria. Berguman lirih, ‘Setidaknya orang – orang yang dulu membenciku, kini mau mendukungku untuk kembali kepadamu, Adelia Maheswari. Semoga kamu bersedia membuka jalan untukku, menuju hatimu, aku janji, tidak akan membuatmu menangis lagi’. Perlahan mata Bagas mulai meredup dan melabuhkan diri dalam peraduan mimpi.Keesokan harinya, tepat pukul delapan pagi. Bagas bergegas menuju taman belakang hotel untuk menemui Cindy dan Sinta.“Maaf, sudah menunggu,” ucap Bagas yang masih ngos – ngosan mengatur napasnya, setelah berlari menuju taman belakang.“Santai saja, kita juga sambil menikmati udara pagi,” tukas Sinta.“Kalian sudah sarapan?” tanya Bagas.“Belum.” Sinta dan Cindy menjawab

DMCA.com Protection Status