Share

Aku Tidak Bersalah

Penulis: aisakurachan
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

“Aku tidak akan menjawab pertanyaan apapun.”

Mae duduk dan menurut sejak tadi, tapi tidak akan menjawab pertanyaan polisi dengan sembarangan. Ia tidak sangat bodoh dalam urusan hukum.

“Kau harus menjawab!” Polisi yang bernama Darwin itu menggebrak meja—jengkel karena sejak tadi tidak mengalami kemajuan.

Sudah hampir dua jam Mae dibawa ke ruang interogasi yang suram abu-abu itu, tapi belum sedikitpun memberikan info.

“Sejak kapan menjadi wajib? Aku tidak merasa ingin menjawab, dan itu hak bukan?” Mae membalas dengan tenang. Hal yang memperlihatkan perasaan Mae saat ini adalah tangan.

Wajahnya terlihat datar, tapi tangannya amat merah, karena sejak tadi ia meremas keduanya tanpa henti. Mae sebenarnya panik tentu. Ia tidak mengira kedua anak setan itu bisa mewujudkan ancamannya secepat ini. Baru hampir seminggu ia meninggalkan Bakewell.

“Kau akan disini lama kalau kau terus seperti ini!” sergah Darwin.

“Apa kau akan membebaskanku kalau aku menjawab?” Mae bertanya dengan sinis.

“Ya, itu
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • SUGAR DADDY TERAKHIRKU   Aku Tidak Akan Berterima Kasih

    “Mr. Cooper, saya tahu Anda sudah melihat saya!” Brad berseru. Berusaha mengejar karena tentu langkah kaki Ash jauh lebih cepat.Ash masih berpura-pura tidak mendengar, dan terus maju.“Kau tidak akan bisa menghindar selamanya. Dia akan terus mengejar meski kau kabur ke ujung dunia.” Ian yang menyusul di sampingnya, mengingatkan keahlian Brad yang utama. Menemukan Ash.“Ck!” Ash akhirnya berhenti berjalan. “Terima kasih.” Brad ikut berhenti dengan napas terengah. Berterima kasih karena Ash tidak membuatnya berlari jauh. Tentu ia akan tetap kalah kalau Ash berlari sekuat tenaga.“Ada apa?” tanya Ash, dengan ketus.“Sir Cooper ingin bertemu Anda,” kata Brad.“Aku tahu itu! Tapi ada apa?” Kehadiran Brad untuk menjemput sudah pasti atau suruhan ayahnya, Ash tidak perlu keterangan semacam itu.“Akan lebih baik Kalau anda bicara sendiri pada beliau.” Brad tersenyum pahit saat mengatakannya.Ian menyambar bahu Ash dan berbisik. “Jangan mengindikasikan aku tahu tentang apa yang kau lakukan,

  • SUGAR DADDY TERAKHIRKU   Aku Terpaksa Memanggilmu!

    Ash mengernyit, rumahnya terlalu sepi, padahal seharusnya Mae ada di dalam. Pintu depan tidak terkunci, dan gerbang rumahnya juga terbuka tadi. “Mae?” Ash mengetuk pintu kamar Mae, bisa jadi ia tertidur, tapi kemudian Ash juga sadar kalau pintu itu tidak terkunci. Ash membuka dan keadaan normal. Ada sedikit berantakan, lipstik terjatuh. Ash mengambil dan mengembalikannya bersama make up yang lain di meja. Tapi hal itu tidak menjawab pertanyaannya dimana Mae berada. “Mae?!” Ash memanggil sedikit lebih keras, ke halaman belakang dan samping, yang mana tidak memperlihatkan apapun. Area luar rumah tua itu tidak tersentuh oleh apapun. Mae tidak mungkin tersembunyi di antara rumput tinggi, karena tidak mungkin ada hal yang bisa dilakukan di sana. Ash mengangkat kedua tangan, sambil memejamkan mata, mencoba berpikir logis. Mae tidak ada di rumah, yang menjadi masalah mobilnya masih ada di garasi. Ash melihatnya tadi saat memarkir mobilnya sendiri. Sementara sedikit mustahil kalau Mae p

  • SUGAR DADDY TERAKHIRKU   Aku Tidak Mau Mengaku

    “Sedikit saja, Mae. Sekali saja.” Hubert sedang memohon pada Mae agar mereka tidur bersama. Sekali saja, sebagai balas jasa. Hubert tergila-gila pada tubuh Mae memang. Lebih dari yang lain, krena itu ia sampai rela berhutang untuk mendapatkannya. Diantara semua pria mantan Mae, mungkin hanya Hubert yang sampai saat ini masih terus berhalusinasi dan menganggap Mae kekasihnya. Hubert tidak menerima keputusan Mae yang meninggalkannya. Tapi memang Hubert tidak suka membuat masalah, dan menjauh saat Mae menikah lagi. “Aku sudah mengatakan padamu bukan? Kau sebut lagi hal itu, maka aku akan meminta polisi mengusirmu. Aku tidak peduli apakah aku akan ada di dalam penjara selamanya, yang pasti aku akan membuangmu selamanya juga!” Mae menegaskan. Ia tahu kelemahan Hubert. Pria itu mudah menurut asalkan Mae meminta dengan sedikit keras. “Oke… Oke. Jangan begitu.” Hubert menyerah sambil tertawa masam, dan membuka tas yang dibawanya. “Aku sudah membaca berkas kasus milikmu, dan buruk sekal

  • SUGAR DADDY TERAKHIRKU   Aku Membenci Jenis Sepertimu

    Dulu Ash memproyeksikan seluruh kebencian yang dipunyainya, hanya kepada Dean, tapi semenjak mendengar Mae menyebut dirinya melakukan kebiasaannya mencari uang itu semenjak umur delapan belas—tanpa sekalipun mengenal pria dalam keadaan wajar, Ash mempunyai objek baru untuk dibenci, yaitu semua pria yang telah bersama Mae.Ash tidak akan memaafkan pria manapun yang bersama Mae—kecuali yang sudah mati. Mereka yang telah membuat Mae menjadi seperti itu. Membuat Mae merasa perlu untuk membuka baju dan mencumbu, saat memerlukan uang. Pria tua hidung belang yang dengan sangat sadar memanfaatkan gadis muda untuk kepuasan adalah setan dalam bentuk lain, dan saat ini, pria seperti itu ada dalam genggaman tangannya. Datang sendiri tanpa harus dicari.“Kau babi busuk!” desis Ash.“Jangan! Jangan! Jangan! Apa yang kau lakukan? Aku mohon lepaskan!” Ian tentu saja dilanda kepanikan luar biasa, dan menarik punggung Ash, beserta tangannya, karena wajah Hubert semakin berwarna ungu—kesulitan bernapa

  • SUGAR DADDY TERAKHIRKU   Aku yang Akan Menjamin

    Ian menyambar dokumen itu dari tangan Ash, dan memeriksanya sendiri, kurang percaya. “Ini gila! Pembunuhan berencana ini terlalu berat. Aku bahkan tidak yakin ayahmu bisa menolongnya.” Ian berbisik lagi—agar Hubert tidak mendengar. Ash masih belum bereaksi, sama sekali tidak menyangka masalahnya akan sebesar ini. Setelah tahu Mae ada di kantor polisi. Ash berharap hanya masalah kesalahpahaman, bukan pembunuhan besar. “Kemarikan.” Hubert meminta dokumen itu lagi karena memang masih diperlukan. “Kenapa kau yang membawa berkas ini?” tanya Ash. Sejak tadi belum paham apa peran Hubert dalam masalah ini. “Aku kekasih…” Hubert diam dan menelan ludah. Membatalkan jawaban itu karena tangan Ash sudah bergerak naik lagi—ditahan oleh Ian, sebelum sampai ke lehernya. “Aku pengacaranya. Mae meminta bantuanku untuk membelanya dalam kasus ini.” Hubert menjelaskan sisanya dengan jujur. “Babi mesum sepertimu rupanya juga bisa menjadi pengacara? Mengejutkan!” Bukan hanya memakai lidah, Ash menanda

  • SUGAR DADDY TERAKHIRKU   Aku Ingin Tahu

    “Ini, minum. Aku rasa kau sangat kurang caffeine. Emosi beruntun yang tidak jelas itu mungkin bisa disembuhkan dengan kafein.” Ian mengulurkan kopi di depan Ash, lalu duduk di sampingnya.Air liur Ash nyaris saja menitik. Aroma harum kopi itu sangat menggoda, lidahnya seolah bisa mengecap rasa pahit, gurih, dan sedikit asam dari cairan yang berwarna hitam itu. Tapi Ash menggeleng dan menyingkirkannya. Kalau tidak dimulai sekarang, akan lebih sulit baginya terlepas dari minuman itu. Sekarang saja ia sudah sangat sulit untuk mengatasi dorongan mencandu kafein yang muncul setiap pagi. Kalau menyerah sekarang, maka ia tidak akan pernah bisa berhenti.Ash mungkin bisa menahan diri untuk tidak minum kopi saat bersama Mae, tapi akan ada aroma yang akan dibawanya. Ash bisa menghabiskan enam cangkir kopi biasanya. Aroma kopi tidak pernah lepas darinya. Ada kemungkinan Mae akan mencium aromanya. Itu yang dihindari Ash.“Kau aneh sekali. Kenapa mendadak kau menghindari kopi? ini tidak normal.”

  • SUGAR DADDY TERAKHIRKU   Aku Curiga!

    “Ini Mary.” Mae tersenyum, karena memang Mama Carol memintanya untuk tersenyum saat memperkenalkannya pada teman. Teman Mama Carol yang mengundang mereka datang kali ini memiliki mata yang besar, membuka dengan ramah dan tampak tersenyum saat mengusap kepalanya. Mae lebih mudah tersenyum padanya juga.“Dan ini yang sakit?” Pria bermata besar itu berpaling pada Daisy yang ada di atas kursi rodanya. Daisy mengangguk dan menjabat tangan yang terulur padanya. “Daisy.” “Kau malang sekali.” Pria itu mendesah dan menepuk pelan kepala Daisy dengan wajah prihatin. Mama Carol pasti sudah menceritakan apa penyakit Daisy kepadanya. “Daisy sangat kuat tapi, sangat tegar melawan penyakit ini. Aku bangga sekali padanya.” Mama Carol mengecup puncak kepala Daisy, dengan lembut. Pria bermata besar itu mengangguk lagi, dan kembali pada Mae. “Mary, kau tolong bawa Daisy ke sana. Bermainlah di dekat kolam. Jangan jauh-jauh.” Pria itu dengan baik hati memberi izin, sambil menunjuk ke arah kolam. Ada

  • SUGAR DADDY TERAKHIRKU   Aku Tidak Percaya Pada Ketulusan

    “Mae, aku sudah memintamu untuk tidak membahasnya.” Ash menggeleng dan menggandeng tangan Mae, turun dari teras kantor polisi itu, sampai masuk ke mobil.“Aku masih ingat, tapi aku tidak ingin percaya.” Mae sejak tadi tidak sedikitpun mengalihkan pandangan dari Ash, yang sekarang kembali berhenti bergerak, batal menghidupkan mobil.“Aku ingin melakukan sesuatu—hal baik untukmu dan kau memilih tidak percaya kalau aku tidak akan meminta apapun? Kau lebih percaya kalau aku meminta tubuhmu. Begitu maksudnya?” Ash bersandar lalu menatap wajah pucat Mae.“Ya, karena masuk akal. Apa yang kau lakukan saat ini sangat tidak masuk akal. Siapa orang yang memberikan ratusan ribu pound tanpa meminta balasan? Keadaan itu hanya dongeng, dan aku benci dongeng.” Mae panjang lebar menjelaskan, nadanya masih menuduh.Ash terdiam, sambil meremas kemudi yang ada di tangannya, karena Mae benar. Dirinya saat ini terlihat tidak meminta imbalan, tapi niatnya tidak semurni itu. Ash melakukan semua itu untuk men

Bab terbaru

  • SUGAR DADDY TERAKHIRKU   Extra 65 - Kau Ada di Tempat Sempurna

    “Di sini saja, lebih teduh.” Rowena menunjuk kursi di sebelahnya. Dean juga mengangguk setuju.Seluruh plot kursi taman itu sebenarnya ada di bawah pohon paling besar yang ada di taman rumah, tapi karena posisi matahari, ada bagian yang masih tersiram cahaya.Mae sebenarnya tidak keberatan mendapat siraman matahari setelah beberapa hari berada di rumah sakit, tapi ia masih ingat bagaimana nasib orang yang kali terakhir berdebat dengan Rowena—diusir, karenanya sekarang Mae memilih menurut dan duduk dengan manis di sampingnya.“Kau sudah tidak sakit?” tanya Amy yang sudah duduk dan kini menyerahkan satu cookies dari meja. Bukan buatan Mae tapi. Ia belum boleh mendekati dapur—atau melakukan apapun.“Tentu saja. Dokter tidak mungkin mengizinkan aku pulang kalau belum.” Mae melirik Ash yang juga sudah duduk di sampingnya. Orang yang tidak mungkin mengizinkan Mae pulang sebelum dokter memastikan tidak ada yang salah dari tubuhnya.Untung saja Mae kemarin berhasil membuat dokter itu merahasia

  • SUGAR DADDY TERAKHIRKU   Extra 64 - Kau yang Salah

    “Mae? Ada apa?”Jeritan itu tentu saja menarik perhatian Rowena, dan juga beberapa orang tamu yang bersamanya. “Mae, hentikan!” Rowena menyambar kran wastafel dan mematikannya. Ia lalu menyambar tisu dapur dan mengulurkannya untuk wanita yang kini tersedak dan terbatuk itu.“Lady Jane? Apa Anda baik-baik saja?” tanya Rowena, sambil membantu mengusap air dari wajahnya.Mae yang masih berdiri di situ sedikit menjauh. Mengeluh saat mendengar Rowena memanggilnya lady. Itu berarti Jane ini berasal dari kalangan bangsawan yang sama dengan Rowena. Ia menyombong karena tahu kedudukannya kurang lebih sama dengan Rowena.“Tidak! Wanita ini menyerangku!” Jane menuding ke arah Mae, segera begitu batuknya terhenti.“Mae? Apa—”“Pelayan ini kurang ajar. Kau harus memberinya pelajaran etika!” Jane mengadu tanpa memberi kesempatan Rowena untuk bertanya pada Mae.“Siapa? Pelayan yang mana?” Rowena bingung memandang sekitar, mengira ada orang lain yang terlibat.“Ini!” Jane menuding Mae dengan lebih je

  • SUGAR DADDY TERAKHIRKU   Extra 63 - Kau Tidak Sopan

    “Aku saja yang membawa.” Mae mengambil alih piring besar berisi potongan kue yang sudah diatur rapi olehnya dari tangan pelayan. Ini karena memang jumlah orang yang membawa kurang. Mae membantu agar pekerjaan mereka cepat selesaiAcara makan sudah dimulai sejak dua jam lalu, dan kini saatnya dessert yang dihidangkan. Semua tamu ribut bicara dan menertawakan entah apa. Mereka sudah tidak lagi duduk, tapi berdiri berkelompok masing-masing. Beberapa mengerumuni Rowena sebagai tuan rumah untuk berterima kasih.“Mae.” Rowena menghentikan langkah Mae dengan meraih lengannya saat ia lewat untuk kembali ke dapur.“Kau tidak perlu bekerja lagi.” Kalimat Rowena itu terdengar seperti kalimat pemecatan, tapi Mae sudah menghapal kalau tujuan Rowena bukan itu. “Kau tidak terlihat baik-baik saja.”Kalimat Rowena yang menyusul berikut menjelaskan niatnya dengan lebih baik. Rowena sedang mengkhawatirkan keadaan Mae.“Ya, setelah ini aku akan beristirahat.” Mae tersenyum menenangkan, lalu meneruskan l

  • SUGAR DADDY TERAKHIRKU   Extra 62 - Kau Disini?

    “Karena itu kalian bisa melapor pada—Oh? Sir.” Louis mengangguk saat melihat Ash mendekat.Tapi ia paham kenapa dan langsung bergeser, memperlihatkan sosok yang berdiri di sampingnya, lalu melanjutkan briefing. Tidak berkomentar saat Ash menarik kerah jas Ian, yang tentu saja sedang tersenyum lebar.“What the fuck are you doing here?” geram Ash, setelah mereka sampai di taman yang sepi, tidak termasuk area yang dipakai untuk menjamu tamu.“Tolonglah jangan banyak mengumpat. Untung saja tidak ada toples di sini—Oh, apa aku perlu menghitung berapa umpatan yang kau ucapkan? Jadi bisa membayar nanti?” Ian menepuk bahu Ash perlahan, menangkan sekaligus menikmati reaksinya. Ian memang sengaja tidak mengatakan apapun agar bisa menikmati reaksi itu.“Apa yang kau lakukan di sini?!” Ash mendesis sambil menatap Ian dari atas sampai ke bawah. Jas itu sangat baru, juga pin yang tersemat di dadanya—menandakan ia anggota RaSp.“Apa kau menyamar? Ada pekerjaan yang membuatmu harus menyamar di sini?

  • SUGAR DADDY TERAKHIRKU   Extra 61 - Kau Juga Melihatnya?

    “Itu cara berpamitan yang unik.”Mae menggelengkan kepala dan tertawa. Sejenak meninggalkan spuit yang dipakainya untuk menghias cupcake untuk menatap Ash.Ia baru saja menceritakan keributan yang terjadi malam kemarin saat ayah Serena datang menjemput. Ash baru bisa menceritakannya sekarang, karena kesibukan Mae memang hampir tanpa henti. Tamu yang dimaksud Rowena tidak hanya berlangsung sehari, tapi datang bergilir selama dua hari ini. Ia menjamu para istri dari orang-orang berpengaruh yang kemarin mendukung dan berkontribusi pada kemenangan Dean. Sedikit membalas budi.Karenanya Mae juga memperlakukan pekerjaan itu dengan lebih serius. Ia tidak boleh mengacau.“Unik, tapi yang pasti aku bersyukur dia sudah kembali. Aku lelah dengan drama gila mereka.” Ash menghela napas sambil mengulurkan tangan—berusaha mencolek krim berwarna hijau yang disiapkan Mae.Tentu saja Mae mencekal lengan itu. Mae tidak mungkin mengizinkan ada yang menyentuh adonannya dengan tangan yang tidak jelas keber

  • SUGAR DADDY TERAKHIRKU   Extra 60 - Kau Akan Selalu Menjadi Tuan Putri

    “Serena?”Ian menggoyangkan bahu Serena, cukup keras, dan masih tidak bergerak. Ian berencana memakai ponsel untuk menyuarakan alarm, tapi sepertinya percuma.Suara bentakan yang dikeluarkan Val tadi kerasnya melebihi alarm dan tidak mengganggu Serena. “Tuan Putri!”Ian akhirnya berseru agak keras dan mengguncang kedua bahu Serena. Baru setelahnya mendapat respon.“Lima menit lagi, Mom.” Gumaman yang kurang lebih menjelaskan kalau ia masih bermimpi.“I'm not your Mom, so please wake up. She's waiting for you.” (Aku bukan ibumu, jadi bangunlah. Dia menunggumu)Ian berbisik di telinganya, hampir tidak bisa menahan tawa saat melihat bagaimana mata Serena membuka lebar dengan tiba-tiba. Ia langsung berbalik mencari siapa yang berbicara padanya, dan menemukan Ian berbaring di sampingnya sambil menopang kepala menahan tawa.“Bangun tidur pun kau tampak mempesona, Tuan Putri. Hamba puas melihatnya,” kata Ian.“Just cut the crap! Apa maksudmu Ibuku menunggu?” Informasi itu masih diingat ole

  • SUGAR DADDY TERAKHIRKU   Extra 59 - Kau Tidak Bisa Membunuhku

    “Miss, ada tamu untuk Anda.” Louis dengan sopan mengetuk pintu kamar Serena.“Lebih keras lagi. Dia tidak akan terbangun kalau kau mengetuk selembut itu.” Val menyarankan karena tahu kebiasaan Serena. Biasanya hanya gempa yang bisa membangunkannyaLouis mengangguk dan mengetuk lebih keras lagi. “Miss?” Pintu itu terbuka, tapi yang muncul adalah Ian. “Kau mau apa?” Ian separuh membentak dengan wajah jengkel.Tapi hanya bertahan satu detik, karena wajah itu terhantam oleh kepalan tangan Val setelahnya. Ian tidak mungkin menghindar dan nyaris terpelanting.Dengan gerakan yang terlatih, Ian langsung menegakkan tubuh dan melayangkan tendangan balasan pada siapapun yang menyerangnya. Tapi kakinya berhasil ditepis dan saat itu Ian akhirnya melihat mata amat biru yang sekarang menjadi mimpi buruknya.“Oh, shit!” makinya, sambil menurunkan tangan—membatalkan serangan, tapi tetap waspada dan bergerak menghindar saat Val menggembor marah dan melayangkan pukulan lain.“Dasar setan!” Val berseru d

  • SUGAR DADDY TERAKHIRKU   Extra 58 - Kau Datang Sekarang?

    “Aku bilang jangan berpikir ke arah sana!” sergah Serena, sambil mengibaskan rambut dan tengkuknya kembali tertutup.“Oh…” Ian tentu saja kecewa, tapi tidak bisa lama. Saat Serena mengangkat sepuluh jarinya, ia langsung paham masalahnya apa. “Kau tidak bisa membukanya.” Serena berbalik sambil mengangguk. Masih ada sisa pink di wajahnya tapi tidak lagi amat merah. “Aku tidak bisa memaksa membuka ini. Aku perlu sembuh cepat. Harus latihan.” Serena menunjukkan perbannya lagi. Ia bisa memaksakan untuk membuka perban itu, tapi khawatir akan memperburuk lukanya. Serena membutuhkan tangan itu untuk berlatih sebentar lagi.“Seharusnya kau mengatakannya sejak tadi. Aku akan membantu. Ini mudah.” Ian memutar tangannya. Isyarat agar Serena kembali berbalik memunggunginya.“Aku akan meminta bantuan Mae kalau dia tidak sibuk!” cetus Serena. Masih ingin menegaskan kalau Ian adalah pilihan terakhir.“Itu tidak akan seru. Seharusnya kau langsung datang padaku. Masalahnya akan cepat selesai.” Ian te

  • SUGAR DADDY TERAKHIRKU   Extra 57 - Kau Jangan Berpikir yang Aneh

    “Kenapa susah sekali!” Serena mengeluh karena jarinya tidak bisa menyentuh zipper yang sebenarnya mudah.Kalau bisa melepaskan kuncian, Serena bisa mendorong turun, tapi gerakan sederhana itu sangat membutuhkan jari. Serena menghela napas. Menyerah, ia memerlukan bantuan.Serena bisa saja melewatkan mandi, tapi tetap ingin mengganti baju. Ia sudah memakainya seharian berkeliling.Serena keluar dari kamar—mencari Mae, tapi belum sampai di kamarnya, Serena sudah melihat Mae berlari kecil ke arah dapur. Serena mengintip, dan terlihat Mae—dibantu beberapa orang pelayan yang memang bekerja di rumah itu sedang sibuk menyiapkan kue.Mae tadi hanya keluar sebentar, kini melanjutkan pekerjaannya menggiling adonan croissant berwarna merah yang harus dilipat berulang kali. Bukan saat yang tepat untuk meminta bantuan, karena Serena perlu membawa Mae ke kamar. Tidak mungkin ia membuka bajunya di dapur.“Ian ada di sana—belum pulang. Menerima panggilan.”Ash yang berusaha membantu Mae—dengan menga

DMCA.com Protection Status