Home / Rumah Tangga / SUCI TAK PERAWAN / Garis Dua yang Tak Diinginkan

Share

Garis Dua yang Tak Diinginkan

Author: Isna Arini
last update Last Updated: 2023-09-08 10:44:32

SUCI TAK PERAWAN 6

"Seperti istri Bapak hamil. Tapi untuk memastikan, silahkan pergi ke dokter kandungan," ucap dokter wanita dengan rambut sepanjang bahu itu sambil tersenyum.

Dokter itu berkata pada Kak Alan karena dia pikir pria itu suamiku. Harusnya berita ini membuatku bahagia, wanita mana yang tak bahagia saat dikatakan dirinya hamil. Tapi tidak denganku saat ini, hatiku begitu hampa. Badanku semakin terasa ringan, tidak bertenaga, seakan tak perpijak di bumi.

Aku berjalan dengan gontai menuju ke tempat mobil diparkirkan begitu urusan dengan dokter selesai. Tak peduli dengan Kak Alan yang masih mengantri di depan kasir untuk membayar dan menebus resep vitamin yang tadi diberikan oleh dokter.

Siapa yang akan mengakui anak ini, bahkan sampai sekarang aku tidak pernah melihat batang hidung pria yang membuatku harus mengandung benihnya. Mungkin sekarang dia memang tidak peduli padaku sama sekali karena menganggapku hina.

"Jangan sedih, Kinan. Ibu hamil harus bahagia," ucap Kak Alan yang sudah berdiri di sampingku yang bersandar pada mobil sambil menahan air mata.

"Aku ini ibu hamil yang bagaimana, bahkan aku tidak memiliki suami," jawabku dengan tergugu.

"Ayo kita pulang, kita bicarakan ini di rumah."

Aku tak menolak saat Kak Alan mengajak masuk ke mobil dan kembali membawaku pulang. Sepanjang jalan, otakku terasa buntu. Sembilan bulan aku harus mengandung, lalu menjaga dan membesarkannya. Segala hal yang tergambar di kepalaku tentang usaha yang mungkin saja membuatku bahagia musnah sudah.

Bayi dalam perut ini tidak bersalah, dia dibuat dengan penuh cinta. Ya, aku dan Kak Kai saling mencintai waktu itu. Tapi akankah aku bisa menjalani kehamilan ini sendiri.

"Kapan Kakak nikah?" tanyaku memecah kesunyian.

Dia sudah cukup usia, tak perlu terus menjagaku seperti ini. Apa lagi sampai mengorbankan masa depannya. Ditambah lagi sekarang aku hamil tanpa suami, pasti dia akan berusaha menjagaku lagi.

"Sama siapa?" tanya Kak Alan balik bertanya.

"Mbak Vina, siapa lagi," balasku.

"Memang Kakak punya wanita lain, hanya dia seorang yang kulihat dekat denganmu," sambungku.

"Kami tidak sedekat itu, Kinan."

"Bohong!"

"Benar."

Hening, tidak ada lagi obrolan di antara kami. Aku tengelam dalam pikiranku sendiri hingga tanpa terasa sudah sampai di rumah. Aku tidak berniat untuk mengecek kebenaran janin yang ada dalam perutku. Meskipun tadi Kak Alan sempat memaksa tapi aku tidak mau.

"Dapat tempatnya, Alan?" Tanya Mama yang sedang duduk bersantai di ruang tamu bersama Papa.

Tadi sebelum pergi, aku memang memberi tahu Mama kami hendak kemana.

"Nggak jadi, Ma. Kinan sakit," jawab Kak Alan.

"Sakit, sakit apa?" tanya Mama. Wanita yang sudah melahirkanku itu langsung berdiri dan menghampiriku.

Bukannya menjawab pertanyaan Mama, tangisku pecah seketika. Aku tidak menginginkan kehamilan ini.

"Kinan, apa yang sakit. Mana, kenapa malah dibawa pulang bukan ke dokter. Bagaimana sih kamu ini, Alan," cecar Mama.

"Kinan hamil, Ma. Dokter umum bilang dia hamil, tapi suruh dipastikan ke dokter kandungan," tutur Kak Alan.

"Ya Tuhan ... Kinan," ucap Mama sambil memeluk erat tubuhku.

Mama lantas membawaku duduk di sofa sambil menenangkanku yang masih terisak-isak.

"Bagaimana ini, Pa. Apa kita kasih tahu Kairo saja," ucap Mama, meminta pendapat Papa.

"Tidak perlu!" Seru papa.

"Aku tidak butuh pria itu untuk menjadi ayah cucuku. Iya kalau dia mengakuinya, kalau menolaknya kita akan sakit hati dua kali. Aku bisa membesarkan cucuku sendiri," sambungnya. Papa benar-benar memegang ucapannya, tak akan lagi membiarkan Kak Kai masuk ke rumah ini dan memilikiku.

"Bahkan Papa sedang mencari pengacara untuk mengurus perceraian kalian."

"Tapi bagaimana dengan Kinan, Pa. Bagiamana dia bisa hamil tanpa suami." Mama masih berusaha membujuk Papa.

"Kamu masih perlu pria itu menjadi suamimu?" Papa bertanya padaku. "Kamu yakin dia akan menerimamu dan tidak akan mengungkit-ungkit tentang noda darah lagi."

Aku hanya bisa diam, tengelam dalam kesedihanku sendiri. Seperti halnya Papa, aku tidak yakin pria itu akan mengakui anak ini.

"Aku yang akan menjadi ayah untuk anak itu, Ma, Pa. Seperti halnya aku mendampingi Kinan di pelaminan, aku yang akan mendampingi Kinan saat hamil. Anak itu akan memanggilku Papa."

Aku langsung mengangkat pandangan, menatap ke arah Kak Alan yang barusan berbicara. Tak terkecuali Mama dan Papa.

"Mungkin aku tidak pantas menjadi suami Kinan, tapi jika anaknya lahir biasa aku akui sebagai anak dan Kinan tak perlu menjadi ibunya. Akan aku bawa Kinan pergi dari kota ini selama hamil, aku akan menjaganya seperti dulu. Lalu kami akan pulang setelah Kinan melahirkan. Atau bagaimana caranya agar Kinan ...."

Kak Alan berkata dengan kebingungan, dia terlihat frustrasi.

"Orang-orang yang datang ke acara resepsi tahunya juga Kinan menikah dengan Alan, jadi biarkan saja seperti itu," ujar Papa.

"Pa, kasian Kak Alan."

"Dia yang mau," jawab Papa.

"Kak Alan mau melakukan apa yang Papa minta karena ingin balas budi, Pa. Papa tidak bisa berbuat sesuka hati seperti itu demi aku."

"Ini bukan balas budi, Kinan. Kakak benar-benar ingin menjagamu karena sayang padamu. Menyayangimu seperti layaknya saudara." Nadanya melemah di ujung kalimatnya.

"Alan lebih baik daripada Kairo. Lebih baik kamu menerima semua ini, Kinan," bujuk Mama.

Aku tahu Kak Alan baik, tapi bukan berarti aku memanfaatkan kebaikannya seperti ini. Dia punya kehidupan dan keinginan sendiri.

***

"Istirahatlah, besok sepulang kerja kakak antar ke dokter. Kamu harus periksa agar tahu perkembangan calon bayi itu," ucap Kak Alan sambil menyelimuti tubuhku.

Setelah perdebatan panjang, akhirnya aku menerima keputusan mereka. Kak Alan akan pindah ke rumah ini seperti dulu lagi.

"Besok kakak pindah lagi ke sini, jangan mengkhawatirkan apapun. Jangan lupa banyak makan karena ada dua nyawa yang harus diberi nutrisi."

"Sana pulang, ini sudah malam." Aku mengusir Kak Alan.

Waktu memang sudah beranjak malam, tadi setelah berdebat kami masih sempat menghabiskan waktu bersama seperti keluarga. Lalu makan malam bersama seperti dulu saat Kak Alan masih bersama kami. Papa dan Mama juga menyayangi Kak Alan seperti putranya. Kami tumbuh bersama sebagai adik dan kakak, lalu sekarang bagaimana jadinya kalau dia jadi suami pura-pura.

"Hari ini kau usir aku, besok aku balik ke sini," sahutnya sambil tertawa.

Sejak tadi dia terus tertawa dan berusaha menghiburku, mungkin dia agar aku bisa merasakan kegembiraan dan tidak menderita dalam masa kehamilan.

"Selamat malam, mimpi yang indah," ucapnya sambil mengecup keningku.

Aku yang tidak menduganya reflek membulatkan mata tanpa bisa berkata-kata, selama kami bersama dia tak pernah melakukan ini padaku.

"Maaf kelepasan, aku terlalu mendalami karakter." Kak Alan tertawa lebar.

Pria itu lantas bangkit dari posisinya yang duduk di sisi ranjang. Lalu berlalu menuju pintu keluar sambil mengacak rambutnya.

🍁 🍁 🍁

Related chapters

  • SUCI TAK PERAWAN    Ngidam Yang Menyiksa

    SUCI TAK PERAWAN 7Sejak ketahuan hamil, rasa lelah dalam diriku semakin menjadi. Bahkan mual dan tidak ingin makan juga begitu, makin menjadi-jadi. Tiap makanan yang masuk perutku akan keluar lagi tanpa menunggu lama. Entah dorongan apa yang membuatku seperti ini.Kak Alan benar-benar kembali ke rumah ini, dia menjagaku dengan baik. Tidur di kamar yang ada di sebelah kamarku. Malam hari, sering kali dia terbangun karena aku muntah-muntah di kamar mandi. Pria itu benar-benar menggantikan peran suamiku. "Kamu mau makan apa, katakan kakak akan cari kemanapun asal kamu mau memakannya," ucap Kak Alan sebelum berangkat kerja. Aku hanya menggeleng kepala."Mama bilang, orang hamil suka ngidam. Katakan apa makanan yang begitu terbayang-bayang hingga menerbitkan air liur. Jangan seperti ini, kamu semakin kurus karena tidak ada nutrisi yang masuk ke dalam tubuhmu padahal ada dua nyawa yang harus kamu beri nutrisi." Aku sudah mencoba makanan itu, tapi rasanya tak sama. Aku memesan secara tak

    Last Updated : 2023-10-04
  • SUCI TAK PERAWAN    Anakku

    SUCI TAK PERAWAN 8Bagaikan sebuah keberuntungan, wanita yang tak lagi bisa kulihat meskipun hanya bayangannya itu datang ke restoranku. Dia datang bersama dengan Kalandra. Sejak mendapatkan penjelasan dari Nicholas, tentu saja ada rasa bersalah dalam hatiku. Saat kukatakan mungkin saja Cean sudah berhubungan dengan kakaknya itu, dengan keras Nicholas memukul kepalaku dengan buku menu. Lalu dia mengatakan segala hal yang dia tahu. Kenapa tidak dari dulu."Makanya belajar yang lain juga, jangan cuma belajar membuat menu baru dan buku resep. Kamu ini smart gak sih, info kayak gitu bisa di dapat di internet, gak harus aku yang kasih tahu." Panjang lebar Nicholas mengomeliku waktu itu. Papanya yang masih berstatus sebagai mertuaku itu benar-benar melaksanakan ancamannya. Dia tidak membiarkanku masuk ke rumah itu. Satpam rumahnya tidak membiarkan aku masuk ke dalam rumah mereka lagi, dan Cean juga tidak pernah terlihat keluar rumah sama sekali. Apa dia bersedih, dan mengurung diri di rum

    Last Updated : 2023-10-04
  • SUCI TAK PERAWAN    Perhatian Dari Jauh

    SUCI TAK PERAWAN 9"Berhentilah membuat dia menderita!" Kakak angkat Cean menghempaskan tubuhku setelah menyeret paksa menjauhi Cean. "Beri aku waktu untuk berbicara dengannya," pintaku pada pria itu."Apa dia terlihat ingin berbicara denganmu?"Aku terdiam, Cean terluka dan sedih, bisa saja dia ingin bicara dan dekat denganku tapi dia menahannya. Satu tahun bukanlah waktu yang sebentar hingga dia bisa melupakan kebersamaan kami begitu saja. Apa lagi dia sedang mengandung benihku, tak mungkin dia bisa melupakanku begitu saja. "Pergilah dari sini seperti kau pergi malam itu," sindir Kalan. Aku menghela nafas berat. Tidak ada orang di dekat Cean yang menginginkan keberadaanku dan memberiku kesempatan. "Antar Cean ke restoran setiap hari," pintaku sebelum pergi. "Untuk apa?""Dia tidak bisa makan dengan baik kan, hanya di tempat itu dia bisa makan. Aku yakin dia menahannya selama ini. Kalau kamu sayang dia, peduli padanya, kamu harus melakukan itu untuknya."Lelaki itu hanya diam, m

    Last Updated : 2023-10-05
  • SUCI TAK PERAWAN    Bolehkah?

    SUCI TAK PERAWAN 10Setiap kali menyiapkan makanan untuk Cean, aku melakukannya dengan penuh cinta. Berharap cinta itu sampai kembali ke hatinya. Sejak kejadian itu, aku tak tahu lagi bagaimana perasaan wanita itu padaku. Apa dia membenciku, atau masih tersisa sedikit cinta untukku. Aku memang keterlaluan, kalap mencari noda setelah selesai bercinta, menuduhnya tanpa mau mendengarkan penjelasannya, lalu meninggalkannya begitu saja. Terhitung selama dua bulan ini, tiga hari sekali dia akan datang ke sini. Sekali datang pesan makanan banyak, kemudian tak datang lagi dua hari. Apa dia menyetok makanan di perutnya, kenapa tidak datang saja setiap hari. Tentu saja membuatku jauh lebih senang jika dia datang setiap hari."Hari ini Cean belum datang?" tanyaku pada seorang pelayan. Para pelayan di sini, mereka sudah paham jika aku memanggilnya dengan panggilan itu. Jadi mereka tahu meskipun mereka memanggilnya dengan panggilan Kinan. "Belum, Chef."Aku menghela nafas panjang, ini sudah s

    Last Updated : 2023-10-05
  • SUCI TAK PERAWAN    Langkahi Mayatku!

    SUCI TAK PERAWAN 11Cean langsung membuka appronnya dan menyisakan dress terusan yang tampak longgar hingga perutnya tak lagi kelihatan menonjol. Seakan tak ingin aku melihat perutnya yang mulai membuncit. Wanita itu menghela nafas panjang."Sejak saat kamu meninggalkanku malam itu, sejak saat itu juga kamu tak berhak atas diriku lagi, Kak. Saat kau tak menggubris perkataan Papa malam itu, kuanggap engkau sudah mengembalikanku kepadanya.""Cean," lirihku. "Tolong maafkan aku.""Aku sudah memakanmu, Kak. Kalau belum kumaafkan, kupastikan kamu tidak ada di tempat ini sekarang.""Maka kembalilah padaku," pintaku dengan memelas. "Kembali dan memaafkan adalah dua hal yang berbeda." Aku mendesah, frustasi dengan setiap kata yang keluar dari mulutnya. "Tolonglah, Cean. Demi anak itu, apa kau akan biarkan dia lahir tanpa ayah?"Wanita akan selalu mengalah demi anaknya, itu yang sering aku dengar. "Kenapa wanita harus selalu berkorban. Menekan rasa sakitnya demi ini dan itu. Anak yang ada

    Last Updated : 2023-10-05
  • SUCI TAK PERAWAN    Mempertahankan

    SUCI TAK PERAWAN 12Aku berdebat dengan Kalan tentang siapa yang harus menemui dokter kandungan yang memeriksa Cean barusan. Tentu saja aku ingin melakukannya, dia istriku dan aku berhak tau apa yang terjadi pada dirinya juga anak dalam kandungannya. "Kenapa kalian berdua masuk semua, siapa suaminya?" tanya dokter wanita yang memakai kerudung berwarna peach itu. Kami tidak membawa Cean ke rumah sakit tempat dimana dia biasa check up. Karena khawatir, Kalan membawa ke klinik terdekat dari outlet milik Cean. "Saya suaminya, Dok," jawabku. "Silahkan Bapak keluar," perintah dokter itu pada Kalan. "Dia memang suaminya, Dok. Tapi saya kakaknya, wanita tadi tinggal bersama kami. Jadi lebih baik saya yang tahu keadaanya daripada pria ini," ucap Kalan. Dokter itu memandang kami bergantian. Lebih fokus padaku yang masih terlihat berantakan setelah dihajar habis-habisan oleh Kalan. "Karena masalah pribadi, akhirnya terjadi seperti itu, Dokter. Tapi sebagian suami saya berhak tahu keadaan

    Last Updated : 2023-10-05
  • SUCI TAK PERAWAN    Rela Asal Kau Bahagia

    SUCI TAK PERAWAN 13Aku pulang dari kantor mertuaku dengan perasaan menggebu. Siapa yang terima saja istri yang sedang mengandung anaknya akan dinikahkan dengan orang lain. Bagiamana nasib anakku, bagaimana bisa aku terima dia memanggil papa pada pria lain. Meskipun Kalan sudah berkorban banyak hal, tapi aku tidak rela mengorbankan anak dan istriku untuknya. Siapa dia, dia bisa menikah dengan wanita lain. Bukan menikah dengan adik angkatnya sendiri. Kalau dia mencintai Cean sejak dulu, kenapa dia membiarkan kedua orangtuanya menjodohkan Cean padaku.Aku langsung pulang ke rumah, meskipun sudah hampir empat bulan juga aku menetap di restoran, tapi kali ini aku butuh Papa. Tidak peduli apa kata papa, tapi aku adalah anaknya. Sejauh apapun aku kabur, padanya jugalah aku akan kembali minta tolong."Papa harus membantuku untuk bisa bersatu kembali dengan Cean, Pa. Dia hamil, Cean hamil anakku," pintaku pada Papa sesaat setelah kami selesai makan malam. Sejak kedatanganku, aku sudah kena

    Last Updated : 2023-10-05
  • SUCI TAK PERAWAN    Kakak Jahat!

    SUCI TAK PERAWAN 14 Hari ini Mama yang mengantarkanku pergi ke dokter kandungan. Sekalian Mama melakukan check up kesehatan, satu tahun sekali Mama melakukannya. Setelah Mama menemaniku ke dokter kandungan, sekarang giliran Mama yang melakukan check up. Aku tidak menemaninya karena Mama tidak mengijinkan, wanita yang sudah melahirkanku itu menyuruhku menunggu di kantin atau di taman rumah sakit. Katanya biar aku tidak bosan. Padahal tidak masalah juga aku menunggunya di ruang tunggu. Langkah kakiku terhenti saat melihat Mbak Vina melintas di depanku. Setahuku dia dulu bekerja di apotek, apa sekarang pindah ke rumah sakit ini. "Mbak Vina ...." panggilku.Wanita yang aku panggil itu menoleh, lalu tersenyum padaku dengan ramah. Aku berjalan mendekat padanya. "Kinan apa kabar? Siapa yang sakit?" Tanya Mbak Vina setelah kami tak berjarak. "Baik, Mbak. Mbak Vina apa kabar?""Baik, juga. Siapa yang sakit?" Wanita itu kembali bertanya."Nggak ada yang sakit, saya menemani mama check up

    Last Updated : 2023-10-06

Latest chapter

  • SUCI TAK PERAWAN    Pasangan Sempurna

    SUCI TAK PERAWAN (36)'Duo pasangan Chef Kairo dan Chef Kinan juga berniat membuka restoran lain. Restoran dengan konsep private dinning akan diperuntukkan bagi selebriti top, sosialita, dan foodies. Berlokasi di sebuah Mall terkenal di kota ini, restoran ini memang sangat mewah dan menurut pengakuan dari Chef Kairo punya sajian makanan yang tidak perlu diragukan lagi.'Aku membaca penggalan wawancaraku yang sudah tayang di situs berita online dengan seksama.'Piawainya Chef Kairo dalam membuat menu western dan Asian, berpadu dengan sang istri yang ahli di bidang cake dan pastry.'Aku kembali tersenyum membaca alenia ini. Semua orang mengakui kami adalah pasangan yang sempurna. Aku yang ahli dalam menu utama dan Cean yang ahli di dessert."Kenapa sih, Kak? dari tadi kulihat kakak terus saja tersenyum gak jelas sambil lihatin ponsel." Cean berkata sembari menghempaskan bobot tubuhnya di sampingku yang sedang duduk di sofa panjang di ruang santai. Hari ini aku tidak ke restoran dan men

  • SUCI TAK PERAWAN    Bahagia Pada Waktunya

    SUCI TAK PERAWAN 35Pria itu menghampiriku yang sedang duduk menghadap dinding kaca dengan senyuman yang mengembang. Di tangannya terdapat makanan yang aku inginkan. Dia pria yang sejak kecil sudah menjadi penjagaku. Tuhan mendatangkan dirinya sebelum memberikan aku pada kedua orang tuaku. Dia Kakak satu-satunya yang aku miliki selama ini, Kak Alan. Tadi setelah dia mengantar Kairav ke sekolahnya bersamaku, kami sengaja mampir ke minimarket khas dari negeri matahari terbit. Setelah dua malam menginap di rumah Kak Alan dan tak mau ke sekolah juga, Kairav akhirnya mau juga kembali padaku. Di minimarket ini, tidak hanya menjual makanan ringan dan camilan, tapi juga berbagai desert dan juga makanan berat. Aku sendiri meminta Roll Cake Vanilla dan hot cappucino. Sedangkan Kak Alan, aku tak tahu dia membeli apa. Tapi tampak di tangannya ada nampan penuh dengan makanan. "Tadi aku sengaja gak sarapan di rumah biar bisa sarapan denganmu di sini," terang Kak Alan, dia meletakkan bawaannya ke

  • SUCI TAK PERAWAN    Ingin Selalu Bersama

    SUCI TAK PERAWAN 34Dengan anggun, Cean berjalan perlahan ke arahku yang masih berdiri terpaku tak jauh dari pembaringan. Wanita yang masih berstatus sebagai istriku itu berhenti tepat di depanku saat jarak kami hanya tinggal sejengkal saja."Terima kasih untuk semuanya, Kak," lirih Cean, jarinya yang lentik mengusap dadaku yang masih terbalut kemeja berwarna mint. Jantungku seketika berdebar kencang, apakah malam ini kami akan menyatu kembali. Cean sudah memaafkanku dan kami bisa bersama secara sempurna. Aku ulurkan tangan dan memeluk pinggangnya yang ramping. "Sudah seharusnya kakak melakukannya semuanya," balasku tanpa mengalihkan pandangan dari wajahnya yang selalu kudamba. "Apa kamu masih penasaran kenapa aku tidak berdarah saat pertama kali kita melakukan hubungan suami istri?" Cean bertanya sambil memainkan kancing kemejaku. "Tidak, tolong jangan bahas itu lagi. Kakak minta maaf sudah melakukan tindakan bodoh itu."Aku tidak ingin tahu lagi hal-hal seperti itu, dan tidak i

  • SUCI TAK PERAWAN    Selamat Datang Mempelaiku

    SUCI TAK PERAWAN 33Kamar Cean masih seperti yang dulu, tidak ada yang berubah meskipun tahun sudah berganti. Kamar yang baru kumasuki sekali, lalu kutinggalkan pergi, hingga menimbulkan banyak penyesalan dalam hati. "Kakak tidur di sebelah sana, aku sebelah sini," ucap Cean sambil menunjuk dua sisi yang berjauhan. Meskipun tempat tidur Cean berukuran queen, tapi cukup membuat jarak di antara kami jika memang dia menginginkan seperti itu. Padahal otakku sudah mengembara kemana-mana. "Mau ganti baju? Baju Kakak masih ada di dalam situ." Cean menunjuk pada sebuah lemari pakaian. Baju yang aku bawa bertahun-tahun yang lalu saat datang ke tempat ini pertama kali. Jika mau, harusnya Cean sudah membakarnya sejak lama. Semua yang ada di tempat ini membuat ingatanku kembali ke masa lalu. Masa lalu yang aku sesali hingga saat ini, membuat hatiku merana dan mata memanas."Tidak perlu, Kakak pakai baju ini saja," jawabku. Aku memakai celana kain panjang dan kaos pendek. Tidak masalah jika ti

  • SUCI TAK PERAWAN    Menginaplah, Kak

    SUCI TAK PERAWAN 32Untuk beberapa saat, hanya keheningan yang menyelimuti kami. Cean hanya diam, tak menjawab ucapanku sama sekali. "Apalagi yang membebanimu untuk kembali padaku, kakak akan mengangkatnya agar kita bisa kembali bersama, Cean." "Aku khawatir Kakak akan mengulangi kesalahan yang sama. Mengambil keputusan saat dalam keadaan marah," balas Cean. Aku mengurai pelukan, pelan kuputar tubuhnya agar menghadap padaku. "Kakak janji gak akan mengulangi hal-hal bodoh lagi. Kasian Kairav kalau kita terus terpisah seperti ini," ucapku sambil membingkai wajahnya. Mata bening itu menatap dalam padaku, seakan mencari kejujuran di mataku. Sudah beberapa lama kami tidak pernah saling memandang seperti ini. Aku merindukan segala hal yang ada dalam diri Cean. "Kakak boleh ...." Aku tidak berani meneruskan ucapanku, hanya memandangnya dengan tatapan mendamba. Ya, aku ingin menikmati bibir ranum itu, dia istriku tapi untuk menyentuhnya aku harus meminta izin seperti ini. Mata Cean meme

  • SUCI TAK PERAWAN    Jangan Menolakku

    SUCI TAK PERAWAN 31Aku seakan mengulang masa kebersamaan dulu dengan Cean. Sama persis, hanya saja lebih berjarak sekarang, padahal dulu hubungan kami sebatas tunangan bukan suami istri seperti sekarang. Tapi sekarang malah kami lebih berjarak meskipun sudah menjadi suami istri. Cean mulai membantuku lagi di restoran seperti janjinya waktu di acara pernikahan Kalan, Kairav sudah mulai masuk ke taman kanak-kanak. Cean akan ke restoran setelah mengantarkan putranya. Di memilih sekolah yang tak jauh dari restoran. "Lagi buat apa?" Tanyaku saat melihatnya sibuk membuat sesuatu yang belum pernah kulihat sebelumnya. Hari ini aku yang mengantarkan Kairav karena Cean ingin cepat-cepat ke dapur.Ini masih pagi, restoran belum buka tapi Cean memang lebih dulu sibuk di dapur untuk membuat dessert, cake dan pastry tak bisa dibuat secara mendadak, tapi aku pastikan semua dessert yang dijual di restoran ini fresh. Depannya saat ini terdapat sebuah kue dilapisi dengan coklat di seluruh bagiannya

  • SUCI TAK PERAWAN    Awal Atau Akhir

    SUCI TAK PERAWAN 30Pagi ini, perasanku terasa lebih ringan. Satu beban rasanya seperti terangkat. Dengan semangat kukenakan baju seragam berwarna senada dengan pakaian yang akan di pakai oleh Cean di acara pernikahan Kalan. Hari ini aku akan pergi ke pernikahan Kalan. Akhirnya pria itu benar-benar memenuhi janjinya untuk menikah, dia menikah dengan wanita yang waktu itu makan di restoranku, Vina. Kujalankan kendaraan roda empat dengan perlahan menuju rumah Cean, Kairav memintaku menjemputnya, dia ingin pergi ke pernikahan papanya dengan naik mobil bersamaku. Tak terkecuali dengan Cean, kupikir dia akan ikut bersamaku juga. Pasti dia tak akan tega membiarkan Kairav berdua saja di mobil bersamaku."Dad," teriak Kairav saat aku turun dari mobil. Semua orang terlihat sudah siap menuju tempat diadakan acara akad nikah dan sekaligus resepsi. Berbeda dengan pernikahanku dengan Cean dulu yang terpisah antara akad dan resepsi, pernikahan Kalan dan Vina dilakukan di waktu dan tempat yang sam

  • SUCI TAK PERAWAN    Menikahlah

    SUCI TAK PERAWAN 29POV Kairo Dari kejauhan kulihat Cean seperti sedang berbicara dengan seorang teman, Kairav berteriak memanggil namaku saat bocah itu sadar aku memperhatikan mereka. Aku mendekat dan mempertanyakan siapa wanita itu, ternyata dia adalah teman Cean juga temannya Kalan. Hal yang membuatku terkejut adalah, Cean memperkenalkanku sebagai suami sekaligus daddy dari Kairav. Saat itu juga, mendadak hatiku sangat bahagia, dia mengakuiku sebagai suami di depan temannya. Kupikir Ini adalah sebuah kemajuan dalam hubungan kami. Aku mulai memiliki harapan banyak padanya lagi. Namun harapanku mendadak kembali musnah saat dia tak mau menginap di restoran dan menolak saat aku menyentuhnya, padahal hanya genggaman tangan saja. Aku pikir Cean sudah mulai melunak saat mau kami bersama merawat Kairav di rumah sakit. Kesalahanku waktu itu memang sangatlah fatal, aku mencurigainya, lalu meninggalkan dirinya padahal besok masih resepi. Aku mengabaikan ancaman Papa dan pergi begitu saja

  • SUCI TAK PERAWAN    Cinta Segiempat

    SUCI TAK PERAWAN 28"Kami akan pergi dari Kak Alan, Mbak. Aku tidak akan menganggu hubungan kalian lagi." Kuutarakan janji padanya. "Mungkinkah?" tanya Mbak Vina seakan tidak percaya."Mungkin, Mbak," jawabku meyakinkan. "Aku sudah memutuskan bahwa mencintai tak harus memiliki, Kinan. Mencintai adalah melihat orang yang kita cintai bahagia entah dia berada di mana dan dengan siapa," terang Mbak Vina. "Tapi aku yakin, Kak Alan akan bahagia jika bersamamu. Lagipula kalau bersama kami, Kak Alan bukan menjadi suami dan ayah. Dia tetap menjadi Kakak dan Om. Kalian berdua adalah orang yang sama-sama tulus dalam hal perasaan, jika kalian bersama pasti akan bahagia." Aku berusaha meyakinkan Mbak Vina."Daddy," teriak Kairav sambil berdiri. Sejak tadi aku berbicara dengan Mbak Vina sampai melupakan Kairav ada di antara kami, dan juga lupa kalau Mbak Vina ke tempat ini untuk makan. Kak Kai berjalan ke arah kami, sepertinya dia baru saja menyapa pelanggannya. Pria itu tersenyum pada Mbak Vi

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status