Saat mengintip dari balik dinding, Sinta pun langsung disuguhkan sebuah pemandangan di mana ada seorang wanita dan seorang pria yang sepertinya sedang terlibat cekcok tepat di depan pintu toilet.‘Apa mereka sepasang kekasih?’ gumam Sinta dalam batinnya.Sinta awalnya berniat untuk tidak peduli dan pergi meninggalkan dua orang yang ia pikir adalah sepasang kekasih itu, seketika mengurungkan niatnya tersebut saat mendengar suara teriakan sang wanita yang melengking nyaring.“Lepaskan tanganmu dariku! Ini termasuk pelecehan seksual!” seru wanita itu sambil melepaskan genggaman pria yang menahannya.‘Huh? Pelecehan seksual?!’Sinta lantas kembali mengintip dari balik dinding tersebut, sembari menajamkan indera pendengarannya. Dia harus mencari tahu dulu apa yang sebenarnya terjadi.Kalau memang benar ini pelecehan seksual, Sinta harus segera meminta bantuan!Pria itu menahan wanita tersebut untuk pergi, karena wanita itu berniat melaporkannya.“Jika aku melepaskan tanganmu, maka kamu aka
Wanita dan pria tersebut masih menundukkan kepalanya, tidak berani menjawab pertanyaan Ethan.Mereka semakin merasa tersudutkan, akibat dari tatapan tajam Ethan yang seperti menusuk mereka secara perlahan.Sinta yang sejak tadi menyimak mereka langsung berdehem untuk memperbaiki suasana yang tiba-tiba menegang ini.“Ehm … maaf mengganggu, biar saya yang menjelaskan apa yang terjadi di sini."Sinta menolehkan kepalanya, menatap Ethan yang tanpa sengaja sebelumnya ia bersandar di dada bidang milik Ethan.“Ah, sebelumnya terima kasih karena sudah menolong saya tadi,” ucap Sinta sedikit membungkukkan badannya sebagai ucapan terimakasih kepada Ethan.Ethan melirik ke arah Sinta yang sejak tadi diabaikannya, karena terlalu fokus kepada dua orang yang membuat keributan di perusahaannya itu.Sinta menatap sejenak ke arah Ethan yang hanya diam tanpa menjawabnya itu.“Saya di sini hanya orang luar yang kebetulan ada keperluan di perusahaan ini. Saat sedang menunggu lift, tidak sengaja saya mend
Pertanyaan Ethan membuat pria itu semakin ketakutan. Jika masalahnya sampai dibawa ke polisi, maka semuanya akan berakhir untuknya. Dia tidak ingin nama baiknya hancur dan orang lain akan mengetahui semua perbuatannya itu.Namun, bukan hanya itu saja, jika perbuatannya ini sampai ke telinga istrinya maka sudah dapat dipastikan istrinya akan meninggalkannya.Memikirkan hal itu membuat pria itu semakin panik dan ketakutan.Ethan mengamati raut wajah dari karyawannya itu, membuatnya seakan bisa membaca apa yang dipikirkan oleh pria itu saat ini.“Jika kamu memilih untuk menyelesaikan masalah ini dengan cara kekeluargaan, maka akan saya pastikan jika wanita ini yang bersalah, dia akan dipecat dari perusahaan ini secara tidak hormat. Namun itu berbeda lagi jika halnya kamu yang bersalah di sini. Saya dapat pastikan, bahwa masalah ini tidak akan sampai ke telinga istrimu. Istrimu tidak akan mengetahui apapun masalah yang telah terjadi hari ini,” ucap Ethan yang sekaan menjawab semua pemikir
Tersadar karena sudah menatap Ethan terlalu lama, Sinta pun langsung mengalihkan pandangannya. Entah kenapa, dia menjadi merasa salah tingkah, hanya karena bertemu tatap dengan Ethan.“Pak Ethan,” ucap Erwin yang ternyata telah datang bersama tim HR, dan juga dua orang petugas keamanan sesuai dengan perintah Ethan.Ethan memutuskan tatapan matanya pada Sinta, lalu menoleh ke arah kedatangan Erwin.“Ini ponsel milik pria itu. Kamu selesaikan masalah ini,” ucap Ethan menyerahkan ponsel milik karyawan pria tersebut, kepada Erwin.“Baik, Pak.”Erwin mengambil ponsel tersebut, lalu memeriksa layar ponsel yang menampilkan foto-foto karyawan wanita yang berada di sana.Seketika Erwin memahami situasi yang telah terjadi di sana, hanya dengan melihat foto-foto tersebut.Erwin mendongak menatap ke arah karyawan wanita dan pria itu. “Kalian ikuti saya,” ucap Erwin kepada mereka.Wanita dan pria itu melangkahkan kakinya mengikuti Erwin. Pria tersebut dikawal oleh kedua orang petugas keamanan ters
“Jadi, kamu benar-benar sengaja mengabaikan telepon dariku, huh?” sindir Ethan pada Sinta yang kini berdiri tegang di hadapannya.Gadis itu seakan tidak menyangka kalau dirinya akan kembali bertemu dengan Ethan secepat ini!Padahal selama beberapa hari terakhir ini, dia sudah susah payah mengabaikan telepon dan chat dari pria itu, tapi lihat sekarang yang terjadi!Pria itu tiba-tiba muncul di hadapannya seperti seorang ‘Iblis’ yang siap memberikannya hukuman karena terus mengabaikan telepon dan chat darinya.‘Sialan! Kenapa dari sekian banyak tempat yang aku kunjungi, aku harus bertemu dengan pria ini lagi di sini?! Kenapa?!’ gerutu Sinta dalam batinnya.Dia tidak mengerti, kenapa seorang CEO seperti Ethan Wistara harus mengunjungi toko buku di tengah mall seperti ini?!Apa dia tidak bisa menyuruh sekretarisnya saja apa?!Menyebalkan! Sinta terus menggerutu dalam batinnya.Oh, dan tolong jangan tanyakan kenapa Sinta tahu pria di hadapannya ini adalah CEO dari Wistara Group.Dari awal
Terkadang, ingatan yang melekat di kepala yaitu momen yang cukup berkesan. Sebenarnya, Sinta belum bisa memutuskan atau menentukan bahwa pertemuannya dengan Ethan hari itu di restoran bisa dikatakan melekat atau berkesan. Namun, entah kenapa tanpa sadar Sinta sempat memikirkannya dalam sekelebat saja. Bukan ingatan yang serius sebenarnya, hanya saja mengingat sosoknya tanpa bisa Sinta kendalikan. Namun, Sinta sudah melupakannya. Ingatan tak sengaja itu tak akan memengaruhinya sehingga perlu mengingatnya seharian penuh.Hanya saja saat itu Sinta mengingat sosok Ethan hanya untuk berpikir bahwa mereka tidak akan pernah bertemu lagi di lain hari atau di lain waktu atau bahkan di kehidupan selanjutnya. Meski dunia itu sempit, tapi semesta tidak mungkin merencanakan kebetulan untuk mempertemukan mereka kembali. Tidak ada alasan untuk itu, kecuali mereka akan berteman atau semacamnya. Namun, Sinta tidak memiliki minat akan hal itu kepada Ethan.Lalu kini Sinta sedang melangk
Terkadang, ingatan yang melekat di kepala yaitu momen yang cukup berkesan. Sebenarnya, Sinta belum bisa memutuskan atau menentukan bahwa pertemuannya dengan Ethan hari itu di restoran bisa dikatakan melekat atau berkesan. Namun, entah kenapa tanpa sadar Sinta sempat memikirkannya dalam sekelebat saja. Bukan ingatan yang serius sebenarnya, hanya saja mengingat sosoknya tanpa bisa Sinta kendalikan. Namun, Sinta sudah melupakannya. Ingatan tak sengaja itu tak akan memengaruhinya sehingga perlu mengingatnya seharian penuh.Hanya saja saat itu Sinta mengingat sosok Ethan hanya untuk berpikir bahwa mereka tidak akan pernah bertemu lagi di lain hari atau di lain waktu atau bahkan di kehidupan selanjutnya. Meski dunia itu sempit, tapi semesta tidak mungkin merencanakan kebetulan untuk mempertemukan mereka kembali. Tidak ada alasan untuk itu, kecuali mereka akan berteman atau semacamnya. Namun, Sinta tidak memiliki minat akan hal itu kepada Ethan.Lalu kini Sinta sedang melangk
Wanita itu menghela napas pelan setelah kepergian Ethan. Entah mengapa, pikirannya mendadak terpusat pada lelkainiti terus menerus.Dia tidak menyangka, di balik sikap Ethan yang terkesan cuek, ternyata memiliki luka yang begitu dalam. Ditinggalkan kekasih dengan berselingkuh adalah hal yang sangat menyakitkan.Sinta tidak bisa membayangkan, bagaimana perasaan Ethan sekarang. Pasti lelaki itu sangat terpukul dengan kedatangan wanita tadi, lalu teringat lagi akan pengkhianatan yang sudah didapatkan.Apalagi, tadi dia melihat dengan mata kepalanya sendiri bagaimana rait wakha seorang Ethan. Apa lelaki itu akan baik-baik saja?“Ah, mengapa aku harus memikirkan lelaki itu? Apa hubungannya denganku? Toh, dia bukan siapa-siapa,” gumam Sinta, menyadarkan diri jika dia terlalu berlebihan dalam menaruh empati pada Ethan.Lantas, kembali melanjutkan makan yang sempat tertunda akibat tak sengaja mendengarkan obrolan Ethan dan wanita tadi.Nyatanya, meski Sinta sudah berusaha untuk melupakan obr
Setelah Sinta puas menangis di tepi pantai, Ethan dan Sinta pun memutuskan untuk segera makan malam di salah satu restoran seafood yang ada di dekat pantai.Sinta pun bersikap seperti biasanya lagi, tidak terlihat seperti orang yang baru menangis histeris beberapa waktu lalu.Selera makan Sinta yang begitu besar pun, cukup membuat Ethan terkejut bercampur terpesona. Dia merasa, Sinta yang sedang makan banyak itu terlihat menggemaskan!“Aduh, suami idaman yah! Isterinya asyik makan, suaminya sibuk ngupasin kulit lobster dan kepiting!” goda sang pemilik restoran yang mengantarkan pesanan lainnya ke meja Ethan dan Sinta.Mendengar kata ‘isteri’ pun dari mulut sang pemilik restoran pun Ethan terkejut dan sudah bersiap membuka mulutnya untuk menyangkal hal tersebut.Bukan karena dia tidak ingin dianggap sebagai suami Sinta, tapi Ethan justru merasa tak enak pada Sinta, takut gadis itu tersinggung dan jadi tak nyaman duduk bersamanya.Namun, di luar dugaan Ethan, tiba-tiba saja Sinta bersua
Setelah pertemuan tidak terduga di antara Sinta, Ethan dan Devan. Akhirnya ketiganya pun memilih untuk tidak bertanya satu sama lain dengan alasan karena hari yang sudah semakin larut malamSelagi Sinta dan Devan menaiki lift untuk kembali ke apartement mereka, Ethan yang memperhatikan mereka dalam diam pun, sesungguhnya merasa ada sesuatu yang terasa panas membakar di dadanya.Dia jelas tidak menyukai pemandangan Sinta bersama pria lain, meskipun pria itu adalah Devan, sekretaris kepercayaannya sendiri.Tapi, siapa pula dirinya ini? Sampai merasa berhak, siapa yang pantas untuk berdiri tepat di samping Sinta?Bukankah dirinya juga hanya sebatas teman untuk Sinta?Kenyataan itu seakan menghantam kesadaran Ethan—menyuruhnya agar tak berharap banyak dari Sinta yang sudah memilki tunangan.“Wait, tunangan?!” Ethan terkesiap dengan pemikirannya sendiri.Ya, bagaimana dia bisa lupa kalau Sinta sudah bertunangan?!Bukankah pertama kali Ethan melihat Sinta muncul di kantornya pun, kalau tidak
Setelah kejadian tempo hari di bioskop, Sinta jadi lebih banyak mengurung dirinya dalam kamar. Dia menghindari Devan yang jelas-jelas tinggal seatap dengannya, dan dia pun menghindari Ethan juga dengan tidak membuka satu pun chat yang dikirimkan pria itu.Namun, baik Ethan maupun Devan memilih untuk tidak ‘menekan’ Sinta. Kedua pria itu membiarkan Sinta tenang dengan sendirinya dulu, memberikan waktu padanya agar gadis itu bisa berpikir jernih.Devan bahkan sengaja sesekali tidak pulang ke apartement, dan sekalinya pulang pun, dia pasti akan kembali saat hari sudah sangat larut malam.Semua itu dilakukan agar Sinta bebas melakukan apapun di apartementnya tanpa adanya sosok Devan yang harus dihindarinya.Sinta sadar jika tak seharusnya dia terus begini. Terlebih lagi ini adalah apartement milik Devan, tidak seharusnya pria itu yang malah jadi tinggal di luar.Namun, Sinta juga tidak dapat menahan dirinya untuk tidak menghindari Devan. Setiap kali dia melihatnya, dia pasti akan langsung
Semenjak hari itu, saat Sinta 'mendeklarasikan' bahwa dirinya ingin mencoba berteman dengan Ethan, kedua orang itu pun menjadi lebih sering bertukar chat singkat hanya untuk sekedar hal-hal kecil seperti apa makanan favorit mereka, genre film kesukaan, tipe buku yang digemari untuk dibaca dan hal-hal lainnya.Sinta yang awalnya sempat memiliki kesan kurang menyenangkan pada sosok pria bernama Ethan Wistara itu pun, kini justru merasa jika mereka memiliki banyak kesamaan. Entah itu soal cita rasa makanan, pilihan destinasi untuk berlibur atau hal-hal kecil lainnya seperti tim jus atau tim langsung memakan buahnya.Memang terdengar konyol, tapi itulah obrolan yang selalu dibahas oleh dua manusia yang 'katanya' ingin memulai hubungan mereka dengan pertemanan, tidak lebih.***"Hm? Kamu pergi lagi ke toko bunga hari ini?" Devan yang baru saja pulang dari kantor, seketika memusatkan perhatiannya pada sebuah bunga anggrek yang kini terpajang di dekat jendela veranda apartementnya.Sinta yan
Keesokan harinya, Sinta sudah siap berangkat, bahkan sebelum pukul 6.30 dan sudah menyiapkan sarapan untuk dirinya dan Devan. Ketika Devan keluar dia sudah siap dan sedang memotong sandwich."Wah kamu cepat juga," tegur Devan."Memang sejak kapan aku jadi selambat itu?" Sinta memicingkan matanya."Iya deh iya."Akhirnya mereka berdua sarapan dengan sepotong sandwich dan segelas susu.Siang harinya Sinta bertemu dengan wanita yang ditolongnya beberapa waktu lalu di kafe yang ada di dekat kantor tempat Devan atau lebih tepatnya kantor Ethan.Wanita itu pun mengucapkan banyak terima kasih pada Sinta dan bertanya, "Mbak apa yang bisa aku lakukan agar bisa menebus jasa kebaikanmu kepadaku beberapa hari lalu?""Tidak perlu, sungguh!" jawab Sinta dengan sangat serius."Tidak, Mbak. Aku bersikeras ingin membalas jasamu. Kalau kamu nggak ada, aku nggak tau jadi apa aku waktu itu." Wanita itu terus saja berterima kasih. Baginya Sinta seperti dewi penolong yang kebetulan Tuhan kirimkan untuknya.
Sore ini lelaki tampan bernama Devan itu baru saja pulang dari kantornya. Dia menghentikan mobil miliknya di garasi dan langsung saja bergegas masuk ke dalam rumah. Dia ingin segera menemui Sinta dan mendengarkan cerita dari perempuan itu.Dengan sedikit tergesa, Devan pun membuka pintu utama dan masuk begitu saja tanpa salam dan apa pun. Lelaki berusia 28 tahun itu melangkahkan kakinya menuju ke dapur, pasalnya dia tidak menemukan Sinta di ruang tamu maupun di ruang televisi. Namun, di dapur juga tidak ada."Apa Sinta sedang ada di kamarnya ya?" gumam Devan sembari membuka kulkas dan menuangkan air dingin yang ada di botol ke gelas lalu meminumnya.Setelahnya Devan kembali ke ruang televisi sambil merenggangkan dasinya agar sedikit longgar. Dan ternyata Sinta sudah berada di sana sambil memegang segelas jus jeruk kesukaannya."Ternyata kamu sudah pulang Rey?" tanya Sinta sambil membenarkan duduknya."Iya, baru saja sampai." Devan langsung duduk di samping Sinta dan menyandarkan dirin
Wanita itu menghela napas pelan setelah kepergian Ethan. Entah mengapa, pikirannya mendadak terpusat pada lelkainiti terus menerus.Dia tidak menyangka, di balik sikap Ethan yang terkesan cuek, ternyata memiliki luka yang begitu dalam. Ditinggalkan kekasih dengan berselingkuh adalah hal yang sangat menyakitkan.Sinta tidak bisa membayangkan, bagaimana perasaan Ethan sekarang. Pasti lelaki itu sangat terpukul dengan kedatangan wanita tadi, lalu teringat lagi akan pengkhianatan yang sudah didapatkan.Apalagi, tadi dia melihat dengan mata kepalanya sendiri bagaimana rait wakha seorang Ethan. Apa lelaki itu akan baik-baik saja?“Ah, mengapa aku harus memikirkan lelaki itu? Apa hubungannya denganku? Toh, dia bukan siapa-siapa,” gumam Sinta, menyadarkan diri jika dia terlalu berlebihan dalam menaruh empati pada Ethan.Lantas, kembali melanjutkan makan yang sempat tertunda akibat tak sengaja mendengarkan obrolan Ethan dan wanita tadi.Nyatanya, meski Sinta sudah berusaha untuk melupakan obr
Terkadang, ingatan yang melekat di kepala yaitu momen yang cukup berkesan. Sebenarnya, Sinta belum bisa memutuskan atau menentukan bahwa pertemuannya dengan Ethan hari itu di restoran bisa dikatakan melekat atau berkesan. Namun, entah kenapa tanpa sadar Sinta sempat memikirkannya dalam sekelebat saja. Bukan ingatan yang serius sebenarnya, hanya saja mengingat sosoknya tanpa bisa Sinta kendalikan. Namun, Sinta sudah melupakannya. Ingatan tak sengaja itu tak akan memengaruhinya sehingga perlu mengingatnya seharian penuh.Hanya saja saat itu Sinta mengingat sosok Ethan hanya untuk berpikir bahwa mereka tidak akan pernah bertemu lagi di lain hari atau di lain waktu atau bahkan di kehidupan selanjutnya. Meski dunia itu sempit, tapi semesta tidak mungkin merencanakan kebetulan untuk mempertemukan mereka kembali. Tidak ada alasan untuk itu, kecuali mereka akan berteman atau semacamnya. Namun, Sinta tidak memiliki minat akan hal itu kepada Ethan.Lalu kini Sinta sedang melangk
Terkadang, ingatan yang melekat di kepala yaitu momen yang cukup berkesan. Sebenarnya, Sinta belum bisa memutuskan atau menentukan bahwa pertemuannya dengan Ethan hari itu di restoran bisa dikatakan melekat atau berkesan. Namun, entah kenapa tanpa sadar Sinta sempat memikirkannya dalam sekelebat saja. Bukan ingatan yang serius sebenarnya, hanya saja mengingat sosoknya tanpa bisa Sinta kendalikan. Namun, Sinta sudah melupakannya. Ingatan tak sengaja itu tak akan memengaruhinya sehingga perlu mengingatnya seharian penuh.Hanya saja saat itu Sinta mengingat sosok Ethan hanya untuk berpikir bahwa mereka tidak akan pernah bertemu lagi di lain hari atau di lain waktu atau bahkan di kehidupan selanjutnya. Meski dunia itu sempit, tapi semesta tidak mungkin merencanakan kebetulan untuk mempertemukan mereka kembali. Tidak ada alasan untuk itu, kecuali mereka akan berteman atau semacamnya. Namun, Sinta tidak memiliki minat akan hal itu kepada Ethan.Lalu kini Sinta sedang melangk