Rangga berusaha untuk menahan segala amarahnya dengan mengepalkan dengan kuat kedua tangan hingga otot-ototnya menjadi terlihat, meskipun masih diselimuti rasa tidak percaya karena Aditya yang ia kenal baik selama ini ternyata memiliki sifat dan perilaku yang sangat buruk, tetap saja Rangga harus bersikap biasa saja, seolah tidak tahu apa yang sebenarnya telah terjadi."Sungguh hal yang tidak terduga, saya bisa bertemu dengan Anda di sini Pak Aditya!" sapa Rangga dengan ramah, padahal hatinya begitu marah.Sebagai pria yang sangat menghormati wanita, tentu saja ia tidak terima dengan segala perbuatan kejam Aditya yang tidak seharusnya dilakukan pada Naina, namun sekarang tidak ada yang bisa ia lakukan selain diam dan mengamati lawan, baru sadar dengan kedekatan mereka sebagai sahabat juga partner kerja ini, bisa dimanfaatkannya untuk membantu Naina dalam melancarkan rencananya kedepan.Nampak jelas di wajah Aditya, jika saat ini ia sedang begitu bahagia, hal tersebut semakin membuat ke
"Kenapa Pak Rangga? Apa perkataan saya tadi ada yang salah?!" tanya Aditya dengan masih menampakkan keterkejutannya yang sangat. Rangga baru sadar kalau apa yang sudah ia lakukan tidaklah benar, terlalu tersulut emosi membuatnya menjadi tidak bisa mengendalikan diri.Rasanya ia sudah tidak tahan lagi dengan semua ini, ingin segera membantu Naina untuk membuat suami kejamnya itu menderita dan menyesali semua yang pernah dilakukannya selama ini. "Oh, bukan apa-apa kok, Pak! Maafkan saya kalau sudah membuat terkejut, tadi ada kecoa di atas tempat sampah itu, daripada membuat istri tercinta Pak Aditya takut, terpaksa saya tendang dengan kencang tempat sampah itu, tujuannya supaya kecoa-nya kabur!" papar Rangga sembari menoleh ke arah tempat sampah yang tadi ia tendang sekarang berserakan semua isinya. Rangga berharap kalau Aditya dan Lisa tidak curiga dengan alasan asal yang telah ia lontarkan, karena saking bingungnya harus menjawab apa memilih menyalahkan kecoa sebagai penyebab ia mel
"Tidak boleh, kekasih saya sedang istirahat sekarang, dimohon untuk jangan diganggu!" sergah Rangga, lalu berlari untuk menghalangi pintu. Dengan sikap Rangga yang seperti ini, justru membuat Aditya semakin curiga, padahal niatnya hanya memastikan saja kalau Naina kekasih Rangga itu bukan Naina istrinya, tapi justru dihalangi sampai segitunya oleh Rangga. "Kenapa Pak Rangga menjadi setakut ini, saat saya hendak melihat kekasih Anda? Apakah memang ada yang sedang disembunyikan dari saya?" Jelas terlihat dari perkataannya, kalau saat ini Aditya memang sedang curiga dan diperparah dengan ketakutan yang terlihat jelas di wajah Rangga sekarang. "Bukan takut, memangnya apa yang bisa saya takutkan di dunia ini? Saya tidak takut akan apapun dan siapapun itu! Hanya saja saya tidak mau kekasih saya yang sedang beristirahat menjadi terganggu, mohon pengertiannya ya, dia sedang sakit sekarang dan butuh istirahat! Kalau mau menjenguk, lain kali saja ya, Pak!" Sebenarnya bukan hanya nama Naina
Sashmita menjadi bingung hendak menjawab apa, kalau jujur ia takut Naina bersedih dan histeris lagi saat tahu tujuan suaminya datang ke rumah sakit untuk cek kesehatan karena ingin memiliki keturunan dari wanita yang telah menjadi orang ketiga di pernikahannya. "Sudahlah Naina, jangan pikirkan laki-laki itu lagi, sekarang pikirkan saja kesehatanmu! Dia saja tidak pernah memikirkan kamu, jadi buat apa terus memikirkannya?" Naina memijit pelipisnya yang mulai terasa berdenyut, ada rasa marah juga pada dirinya sendiri, kenapa masih mengingat pria yang sudah menghancurkan hidupnya hingga tega hendak melenyapkan nyawanya dengan mudahnya. Begitu heran dengan cinta yang berada di hatinya kenapa masih bertahan dan menetap di sana, padahal sudah jelas suaminya itu tak pantas lagi untuk dicintai. "Tante benar, tidak seharusnya Naina masih terbayang-bayang oleh kehadirannya yang memperparah luka dalam hati ini, berharap rasa cinta itu segera hilang, supaya hati tak tersiksa lagi. Tapi sungguh
Dua Minggu kemudian, setelah pulih dan mempersiapkan diri dengan baik, Naina dibantu Rangga sudah berhasil masuk kembali ke dalam rumah Aditya dengan mulus, mereka siap untuk melancarkan rencana balas dendam yang sudah sedari jauh hari dipersiapkan.Naina menyamar sebagai wanita yang cupu, dengan mengenakan kaca mata lebar juga tebal, rambut yang dikepang, memakai masker, dan rok selutut yang dipakainya saat ini membuat penampilannya jauh berbeda dari Naina yang biasanya.Begitupun dengan Rangga yang sudah menyamar sebagai pria buruk rupa seperti yang sudah ditunjukkannya dua minggu lalu di rumah sakit kepada Naina juga sang Mama. Besar harapan mereka dengan penyamaran seperti ini, Aditya juga Lisa tidak bisa mengenali jati diri mereka yang sebenarnya.Mereka sekarang sedang berada di ruang tamu, menghadap Aditya dan Lisa yang sedang menatap terus ke arah tangan Rangga sedang menggenggam erat tangan Naina, hal itu dilakukan Rangga untuk menguatkan juga memastikan bahwa perasaannya aman
"Ditambah lagi pihak media tidak ada yang memberitakan penemuan mayat di hutan, atau jangan-jangan Naina memang masih hidup ya?" sambung Lisa. Bukannya takut, justru sebaliknya, Aditya terkekeh pelan, seolah sedang menertawakan dugaan Lisa yang menurutnya terlalu lucu untuk didengarkan. "Kenapa tidak ada berita soal Naina, pasti karena memang tubuhnya sudah dilahap oleh binatang buas tanpa sisa! Lagipula sedikit sekali kemungkinan jasad Naina ditemukan, karena hutan tempat aku membuangnya adalah hutan yang lebat dan jarang didatangi orang, juga banyak binatang buas, jadi kemungkinan masih hidup sangat mustahil untuk terjadi! Sudahlah tenang saja, jangan memikirkan hal yang tidak perlu!" papar Aditya. "Lagipula aku juga sudah menyuap beberapa pihak berwajib yang menangani masalah Naina kemarin, sehingga kasusnya tidak dilanjutkan, semua bergantung pada uang Lisa, jadi kau tenang saja!" tambahnya, yang langsung memejamkan kedua matanya, pertanda bahwa ia tak mau mendengar perkataan d
"Kalau ditanya sejak kapan Ningsih berjalan ke arah kita tadi, aku hanya bisa menjawab setelah ia ingin mangga yang ada di meja itu, bagian mana yang perlu dicurigai? Dia memang tidak bisa bicara sehingga wajar kalau kelakuannya sangat aneh!" sahut Aditya yang tidak curiga sama sekali dengan sikap Ningsih yang tiba-tiba mendekat ke arah mereka sambil membawa pisau tadi. Dalam ingatan Lisa, samar-samar ia mengingat mata indah seseorang yang begitu ia kenal dan kedua mata itu persis dengan kedua mata Ningsih, tapi bedanya kedua mata Ningsih tadi terlihat mengekspresikan sebuah kemarahan. "Sepertinya mata Ningsih sangat mirip dengan seseorang, tapi sayangnya aku lupa siapa pemilik mata itu!"Lisa mencoba untuk mengingatnya kembali, tapi percuma, karena ia tidak ingat apapun sekarang. "Sudahlah Lisa jangan berpikiran negatif pada orang dulu, memangnya apa yang membuatmu mencurigainya? Membawa pisau itu ke arah kita? 'kan sudah dijelaskan sama suaminya tadi kalau Ningsih mau ambil mangga
"Apakah selama ini kau telah bermain di belakangku? Apa kau sudah mengkhianati pernikahan kita? Adakah laki-laki lain di dalam kehidupanmu? Atau kau hanya memanfaatkan kekayaanku saja? Jadi selama ini kau hanya membohongiku?" cecar Aditya, dengan tatapan tajam dan kedua mata yang berkaca-kaca.Lisa hanya bisa menggelengkan kepalanya dengan pelan untuk menjawab pertanyaan dari Aditya, bahwa semua itu tidaklah benar, terlebih melihat kesedihan yang begitu mendalam terukir jelas dari kedua mata suaminya itu, menimbulkan kekhawatiran tersendiri pada dirinya, takut dibenci dan ditinggalkan."Apa aku memang bukan satu-satunya lelaki di dalam hidupmu? Apa kehadiranku tidak ada artinya lagi untukmu?"Rasa sesak begitu menghimpit relung hati Aditya saat ini, tak pernah menyangka ternyata ada sosok laki-laki lain di kehidupan Lisa selain dirinya, bahkan sudah berani memanggil istrinya dengan panggilan sayang di surat tersebut. Meskipun hanya tulisan, tapi sukses membuat hatinya begitu pedih tak
Malam harinya di dalam kamar Naina tampak gusar, mondar mandir melangkahkan kaki ke sana ke mari di dalam kamarnya, sesekali menggigit kuku hingga memilin baju akibat gugup.Hingga suara ketukan pintu mengejutkannya sekaligus membuat degup jantungnya berdetak kencang.Segera dibuka pintu kamar hingga kepala Rangga menyembul, semakin mengejutkannya.Rangga berjalan terus mendekat ke arah Naina, membuat wanita itu langsung mundur beberapa langkah.Naina terus saja melangkah mundur hingga terbentur tembok.Rangga semakin mendekat hingga berhasil mengurung dirinya, pria itu tampak menyeringai dan mulai mendekatkan wajahnya."A-pa yang hendak kamu lakukan?" tanya Naina tergagap akibat gugup dan seketika dibuat membeku dengan sikap suaminya."Kenapa, kamu takut? Bukankah kamu sudah tahu kewajiban sebagai seorang istri yang utama? Boleh 'kan aku melakukannya? Aku menginginkanmu malam ini."Naina mengangguk dengan kikuk. "Boleh, tapi pelan-pelan ya.""Tentu saja sayangku, aku akan pelan-pelan
Tak terasa sudah satu minggu berlalu, pernikahan Naina dan Rangga yang sudah dirancang sedemikian rupa dan jauh-jauh hari sebelumnya akhirnya dilaksanakan juga.Di hari pernikahan, jantung Naina berdebar tak santai, meskipun bukan pengalaman yang pertama untuknyq, tetap saja wanita itu saat ini tengah dirundung kegugupan yang teramat sangat."Naina, lihatlah dirimu Nak! Kamu sungguh cantik sekali!" puji Sashmita begitu bahagia saat mendapati penampilan calon menantunya yang luar biasa.Nauna memandangi dieinya di deoan cermin, sedang dalam keadaan terkejut setelah mendapati penampilannya yang tudak seperti biasanya, sekarang ia tampak lebih cantik juga segar."Anda memang sangat cantik, Nona Naina." Perias yang berada di samping ya tak mau kalau untuk memuji kecantikan Naina yang bisa ia buka dengan polesan make up yang diberikan pada wajahnya."Dengan penampilanmu seperti ini, yakin sekali kalau Rangga pasti akan langsung terpesona dengan kecantikanmu dan tidak bisa melepaskan pandang
Gariendra langsung mengernyit. "Iya, tapi menurut Papa, lebih baik kamu cari yang lain Rangga, karena Papa kurang setuju rasanya jika kamu bersama dengan wanita yang pernah menikah sebelumnya," ungkapnya.Seperti yang sudah Rangga duga sebelumnya, jika Papabya itu tidak akan setuju dengan pernikahannya dengan Naina."Tapi kalau menurut Rangga janda atau tidak sama saja, karena yang paling terpenting adalah hati Naina yang bersih, tidak seperti wanita jahat yang lain," ungkap Rangga, berusaha untuk sesopan dan selembut mungkin saat berkata pada sang Papa.Sedangkan Gariendra sendiri tampak menatap ke arah Sashmita untuk meminta penjelasan, karena selama ia tak ada hanya istrinya itu yang selalu ada dan menjaga putra mereka.Menurutnya sayang sekali jika putra sematawayangnya harus mendapatkan janda tidak seperti yang seharusnya ia dapatkan."Kamu belum bertemu dengannya Pah, Mama jamin setelah bertemu dengannya nanti, kamu akan bangga karena Rangga bisa dapatkan wanita sebaik Naina!"Me
Mendengar pertanyaan dari Rangga, Sashmita langsung diam tak berkutik, baru sadar kalau suaminya belum tahu status Naina yang sebenarnya."Entahlah, Mama juga batu sadar kalau Papamu tak tahu soal statusnya, Mama juga tidak bisa menjamin Papamu bisa menerima Naina jika mengetahui yang sebenarnya," ungkap Sashmita semakin membebani pikiran Rangga.Bagaimana tidak, kalau Papanya tidak setuju, makan rencana pernikahannya dengan Naina pasti gagal dilaksanakan.Mereka jadi dirundung kepanikan yang sangat, entah kenapa tiba-tiba merasa ketakutan kalau Garuendra akan marah besar jika mengetahui calon menantunya sebelumnya pernah menikah."Apa sebaiknya kita sembunyikan status Naina yang sebenarnya dari Papa ya, Mah?"Sashmita terdiam sejenak lanjut menggeleng pelan untuk menolaknya."Sebaiknya jangan karena yang namanya menyembunyikan sebuah kebenaran itu tidaklah dibenarkan, katakan saja sejujurnya pada Papamu, beri alasan kuat kamu menikahi Naina agar bisa menerimanya," ungkap Sashmita.Uca
Pagi harinya, Rangga sangat bersemangat untuk menuju ke meja makan, dengan terus melebarkan senyuman seperti sedang menunggu kedatangan seseorang hingga datang Mamanya."Tumben habis bangun langsung ke sini?" tanya Sashmita yang sudah menaruh curiga.Karena sebagai orang yang paling dekat dengan Rangga, Sashmita paham betul dengan kebiasaan anak laki-lakinya itu yang selalu datang telat jika sarapan karena susah untuk bangun."Mana Naina Ma?" tanya Rangga semakin penasaran.Sashmita tersemyum lebar sembari duduk tepat di hadapannya Rangga."Naina sedang berada di resort sekarang, pagi-pagi sekali Mama menyuruhnya untuk berangkat, sengaja memang agar kamu tidak membuat drama lagi," ungkap Sashmita.Mendengar pertanyaan yang baru saja terlontar dari mulut anaknya, Sashmita jadi paham jika alasan utama Rangga bangun pagi hanya karena ingin melihat Naina, sungguh anak laki-lakinya memang sifatnya jadi berubah drastis saat sudah jadi budak cinta.Mendengar kenyataan yang tidak diinginkannya
"Hanya bercanda Ma! Tak sungguhan, " ucapnya seraya melebarkan senyumnya dengan sangat ke arah Sashmita yang ternyata sedari tadi belum benar-benar pergi dari sana.Meskipun ekspresi wajahnya masih kocak seperti biasanya, tapi sebetulnya Rangga teramat malu setelah kepergok Sashmita sedang menggoda Naina.Sedangkan Naina sendiri terlihat sedang menertawakannya seolah ia adalah badut yang sudah menghiburnya di malam yang seharusnya menyipitkan kedua mata karena mengantuk kini menjadi terbuka lebar karena efek tertawa."Apa yang kamu katakan Rangga? Ayo ulangi?"Sashmita terlihat sangat menyeramkan, sedamgkan Rangga terlihat semakin ketakutan karena tak biasanya Mamanya seperti itu."Mama ingin dengar apa yang kamu bicarakan tadi? Berani ya berkata seperti itu padahal posisi kalian belum menikah?!" Rangga langsung mengernyitkan dahinya dibuat tak paham dengan ibunya yang menganggap hal itu sebagai keinginannya sungguhan padahal yang sebenarnya tadi hanya sebuah bercandaan."Astaga, Mama
Rangga mengernyit untuk menanggapi ucapan Mamanya yang terdengar aneh di telinga, seumur hidup tak oernah Rangga mendengar ketakutan Sashmita sebekumnya, entah apa yang Mamanya takutkan, tapi dengan pertanyaan itu justru membuat Rangga jadi bersedih.Baru menyadari jika sudah menikah dengan Naina, otomatis ia akan meninggalkan kekuarganya, sehingga wajar saja kalau Sashmita berpikiran seperti itu. Mungkin takut kesepian karena akan ia tinggal di rumah terpisah."Tentu masih boleh meluk dong! Bagaimana bisa Mama berkata seperti itu? Jangan berpikiran sempit Ma, karena sampai kapanpun Rangga akan dekat terus dengan Mama kerena setelah menikah kita akan tinggal di sini bersama kalian," ungkap Rangga membuat Sashmita langsung lega.Akhirnya anak laki-lakinya itu tahu penyebab ia bersedih seperti ini karena apa, sehingga memutuskan untuk tinggal di rumah yang sama setelsh menikah dengan Naina."Nah! Begitu dong, kalau kalian tinggal di rumah ini 'kan jadi rame nanti belum lagi kalau sudah
"Bagaimana Naina, kamu maunya acara pernikahan kita dilangsungkan kapan? Secepatnya 'kan? Kalau besok bagaimana? Hari ini jug aku akan mempersiapkan semuanya!"Naina masih terdiam sembari menatap heran pada Rangga, betapa semangatnya pria itu hendak menjadikannya istri secepatnya, terlihat sekali sudah sangat tidak sabar."Naina memang wanita yang kau cinta dan ingin kau nikahi secepatnya, tapi tidak besok juga! Kau pikir menikah itu cuma pakai ucapan? Tentu saja harus ada persiapan!"Sashmita yang tidak setuju langsung buka mulut, cukup tergelitik dengan ucapan Rangga, yang mengira melangsungkan acara pernikahan bisa secepat itu tanpa persiapan apapun. Padahal Sashmita inginnya pernikahan anak sematawayangnya dikaksanan secara meriah dan diketahui banyak orang."Kamu bersabarlah sedikit, jangan terburu-buru karena yang namanya terburu-buru tidak baik, jalani dengan biasa saja tapi fokus pada tujuan."Rangga menggaruk kepalanya yang tidak gatal karena bingung hendak mengatakan apa, tap
Mendengar pertanyaan dari Naina yang tidak pernah ada dalam pikirannya, membuat Rangga saat itu juga menjadi tersedak akibat makanan yang masih ada dalam mulutnya.Naina tentu tahu respon yang baru saja Rangga berikan merupakan sebuah keterkejutannya saat mendengar apa yang baru saja ia ungkapkan."Minum dahulu, kemudiwn coba untuk rileks dan setenang mungkin. Jangan sampai karena pertanyaanku tadi kamu menjadi terkejut," ujar Naina dengan segera mengambilkan segelas air minum untuk Rangga.Setelah tenggorokannya lega, Rangga kembali menggenggam kedua tangan Naina, sedang dalam keadaan menenangkan wanita itu dari ketidakkepercayaannya pada dirinya sendiri."Sekarang dengarkan perkataanku ini baik-baik Naina, jangan terlalu berpikir buruk pada dirimu sendiri, memangnya kenapa kalau aku mssih muda dan punya segalanya? Lagipula umur kita juga tidak terlalu terpaut jauh, kamu lebih dewasa dua tahun di atasku dan untuk punya segalanya, itu tidaklah benar!""Karena aku belum mendapatkan kamu