Rangga lumayan dikejutkan dengan ucapan yang baru saja ia dengarkan dari mulut Aditya, seperti ada pesan yang mendalam saat mengucapkannya."Maksudnya apa?" tanya Rangga untuk mengetahui alasannya.Aditya tersenyum simpul, namun air matanya keluar tak dapat dibendung."Apa yang saya katakan tadi kurang jelas untuk didengarkan oleh telinga Pak Rangga? Saya berpesan untuk terus menjaga Naina sampai kapanpun, saya tak ingin melihatnya sampai terluka sedikitpun nanti, lagipula untuk saat ini siapa yang bisa jaga Naina, kakau bukan Pak Rangga?" "Saya bisa melihat tatapanmu kepada Naina penuh dengan cinta, kamu pasti mencintai Naina 'kan?" Cukup lama jarak Aditya bertanya dengan Rangga yang tak kunjung menjawab, entah apa yang sedang dipikirkan, namun satu hal yang pasti, saat ini Rangga diberi banyak kejutan oleh Aditya."Bagaimana perasaanku pada Naina dan bagaimana bentuknya, biarlah diriku sendiri yang tahu, sedangkan dirimu lebih baik diam saja dan jangan ikut campur urusanku! Mau aku
"Gawat banget kalau sampai pria itu mengatakan yang sebenarnya, yang ada aku yang akan dapat masalah! Semua ini tak boleh terjadi, aku harus bisa mengubah dugaan mereka agar tidak lagi mengira kalau leher Aditya memerah karena dicekik," gumam Lisa dalam hati yang mulai dilanda ketakutan yang sangat.Dengan langkah pelan, Lisa kembali di dekat Aditya, dengan menatapnya tajam, berusaha untuk membuat Aditya takut dan tidak mengatakan yang sebenarnya pada mereka.Dokter menatap ke arah Aditya dengan penuh tanda tanya."Jelaskan kepada kami Pak Aditya, kenapa leher Anda seperti bekas dicekik seperti ini? Apakah ada orang yang jahat pada Anda?" Pertanyaan dari Dokter terdengar sangat menakutkan bagi Lisa, karena bisa saja Aditya mengungkapkan semua di depan Dokter tersebut dan membuatnya jadi bermasalah nantinya."Semoga saja Aditya melakukan apa yang sudah aku katakan tadi, tak rela saja rasanya kalau dia berkata yang sebenarnya, bisa hancur masa depanku kalau sampai dipenjara nanti," guma
Lisa mendekatkan wajahnya ke arah pria berjaket hitam itu dengan tatapan matanya yang tajam kian menusuk, jelas terlihat kalau sekarang ia sedang dalam keadaan sangat marah "Itu bukanlah menjadi urusanmu! Jangan terlalu ingin tahu urusanku, uruslah sendiri urusanmu!" jawabnya dengan dingin penuh dengan amarah.Karena sudah paham sifat asli Lisa yang sangatlah menakutkan, membuat pria itu segera pergi dari sana karena tak mau cari masalah dengan wanita itu."Main kabur saja tuh orang, ternyata takut, memangnya aku sejahat itukah, lewat tatapan dan ucapan membuatnya bisa lari terbirit-birit seperti itu," gumamnya, sembari mengangkat kedua bahunya.Senyum Lisa langsung sumringah tatkala melihat perawat membawakan makan siang untuk Aditya, apa yang sudah ia tunggu sedari telah datang, membuat Lisa tak perlu terlalu lama lagi menunggu untuk melancarkan rencana selanjutnyaDengan langkah pelan dan senyuman yang mengembang, Lisa melangkahkan kakinya mengikuti perawat yang mendorong kereta ma
Senyuman Smirk Lisa kembali muncul, membuat Aditya semakin bertanya-tanya, apa benar istrinya itu tak lagi terobsesi untuk melenyapkan dirinya."Lisa, kau jangan coba-coba untuk mengulangi perbuatan yang telah kau lakukan tadi, kalau berani mengulanginya lagi, aku akan berteriak sekeras mungkin agar para perawat datang untuk menolongku, dan pada saat itu juga kau akan ditangkap dan dimasukkan dalam jeruji besi!!" pwkik Aditya, berusaha untuk memperingatkan Lisa agar tak lagi menyakitinya.Karena dengan menakut-nakuti seperti itu, berharap Lisa punya rasa takut saat hendak menyakitinya.Namun bukan Lisa namanya jika ia ketakutan dengan Aditya, bahkan di dalam kamusnya tak pernah ada rasa takut pada suami kejamnya itu."Apa katamu tadi? Berteriak? Memangnya kamu seorang wanita kalau ada apa-apa harus berteriak minta tolobg, jangan malu-maluin, memang kenyataannya kau sekarang sedang lumpuh, tapi jangan terlalu menyusahkan orang lain juga dong! Sadarlah bahwa sekarang masih ada aku yang
Lisa dengan sangat tergesa-gesa keluar dari ruang perawatan Aditya, mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru dan memastikan bahwa tak ada orang yang melihatnya."Semoga saja tetap aman seperti ini, aku harus membuat diriku seaman mungkin dan jangan sampai dicurigai sebagai pembunuh Aditya," gumamnya, dalam langkah cepatnya menuju ke dapur.Dapur tersebut tempat memasak makanan pasien yang menginap di rumah sakit.Sesampainya di sana, Lisa cukup dibuat kesulitan saat masuk karena ada penjaga yang siap menjaga dua puluh empat jam lamanya.Tapi bukan Lisa namanya jika tak mencari jalan keluar agar bisa segera masuk ke sana tanpa diketahui siapapun. Tak sengaja netranya menangkap jendela yang terbuka di sana, membuat senyuman smirk menakutkannya kembali terlihat.Dengan langkah yang pelan, namun pasti Lisa akhirnya bisa masuk ke dalam sana dengan sangat berhati-hati dan tanpa diketahui oleh penjaga yang saat ini sedang menjaga di pintu masuk.Dengan cepat dan sigap Lisa memasukkan sedi
Naina tak kunjung menjawab pertanyaan dari Rangga, terlihat sibuk mencerna informasi yang baru saja ia dengarkan.Diamnya Naina, justru membuat Rangga cemburu, mengira kalau wanita pemilik hatinya saat ini sedang terpukul dengan kepergian mantan suaminya yang begitu tiba-tiba itu.Rangga mulai naik pitam, memilih meninggalkan mereka berdua untuk masuk ke dalam kamarnya."Rangga, kamu mau kemana?" tanya Sashmita, tapi tak digubris sedikitpun oleh pria berumur dua puluh delapan tahun itu."Ada apa dengannya, dengan tiba-tiba saja bertingkah layaknya anak kecil yang sedang ngambek begitu?" Saahmita dibuat heran dengan sikap Putranya, namun lama-lama paham setelah melihat ekspresi Naina saat mendengarkan kabar tersebut sedang sangat terkejut sekali, seolah berat untuk mendengarnya."Oh, pantesan Rangga masuk ke dalam kamar begitu saja, ternyata Naina kelihatan bersedih begitu, semoga saja Naina tak bersedih atas meninggalnya Aditya, tapi masalahnya mereka pernah saling mencintai dan memil
"Apa yang kamu katakan memang benar Rangga. Namun tak menampik ada kekhawatiran tersendiri kalau misalkan kematian Aditya pemicunya adalah kita yang sudah membuat rencana sehingga membuat mereka bertengkar!"Sebagai orang yang pernah dekat dengan Lisa, tentu saja Naina paham betul dengan sahabatnya itu, adalah wanita yang bukan hanya sangat terobsesi tapi juga tipe yang nekat, kalaupun Lisa yang dituduh oleh Rangga, mungkin memang benar adanya."Sudah kubilang ini bukan salah kita, semua itu karena Lisa sendiri, kenapa kau jadi berpikiran sempit Naina? Betapa kali harus aku bilang kalau semua itu bukan salah kita?""Semuanya berasal dari Lisa sendiri yang terlalu nekat melenyapkan nyawa suaminya dan aku tahu tujuannya, karena pasti ujung-ujungnya adalah surat wasiat itu, karena dengan meninggalnya Aditya otomatis hartamu yang telah direbut olehnya otomatis menjadi milik Lisa seutuhnya!" Naina mulai paham dengan apa yang dimaksud Rangga, demi harta bisa saja Lisa melakukannya, tapi ka
Wajah Lisa seketika pias setelah mendengar pertanyaan dari Rangga, takut saja kalau pria itu kembali mencurigainya yang telah menyakiti Aditya, kenyataannya memang seperti itu, tapi kalau dicurigai Rangga tetap saja bahaya, karena Rangga bukan orang biasa."Tentu saja saya bersedih, karena suami yang begitu saya cintai pergi meninggalkan saya sebagai istri, iya 'kan Naina?""Sudah kubilang, aku bukan lagi istri Aditya, aku juga tak bersedih sama sekali dengan kepergiannya! Karena dia memang pantas mendapatkan itu semua!"Tangan Naina seketika terkepal dengan kuat, sedang sangat diliputi oleh emosi dengan Lisa, seperti tak punya salah, bisa berdiri dan bicara santai padanya.Padahal kalau bisa dibilang salah Lisa tentulah sangat besar pada Naina, bukan hanya telah merebut suaminya, tapi sebentar lagi akan menguasai hartanya, bagaimana Naina tak dibuat geram karena hal itu. Meskipun ingin sekali bertanya secara langsung dan menyuruhnya untuk mengembalikan semua hartanya, Naina mengurungk
Malam harinya di dalam kamar Naina tampak gusar, mondar mandir melangkahkan kaki ke sana ke mari di dalam kamarnya, sesekali menggigit kuku hingga memilin baju akibat gugup.Hingga suara ketukan pintu mengejutkannya sekaligus membuat degup jantungnya berdetak kencang.Segera dibuka pintu kamar hingga kepala Rangga menyembul, semakin mengejutkannya.Rangga berjalan terus mendekat ke arah Naina, membuat wanita itu langsung mundur beberapa langkah.Naina terus saja melangkah mundur hingga terbentur tembok.Rangga semakin mendekat hingga berhasil mengurung dirinya, pria itu tampak menyeringai dan mulai mendekatkan wajahnya."A-pa yang hendak kamu lakukan?" tanya Naina tergagap akibat gugup dan seketika dibuat membeku dengan sikap suaminya."Kenapa, kamu takut? Bukankah kamu sudah tahu kewajiban sebagai seorang istri yang utama? Boleh 'kan aku melakukannya? Aku menginginkanmu malam ini."Naina mengangguk dengan kikuk. "Boleh, tapi pelan-pelan ya.""Tentu saja sayangku, aku akan pelan-pelan
Tak terasa sudah satu minggu berlalu, pernikahan Naina dan Rangga yang sudah dirancang sedemikian rupa dan jauh-jauh hari sebelumnya akhirnya dilaksanakan juga.Di hari pernikahan, jantung Naina berdebar tak santai, meskipun bukan pengalaman yang pertama untuknyq, tetap saja wanita itu saat ini tengah dirundung kegugupan yang teramat sangat."Naina, lihatlah dirimu Nak! Kamu sungguh cantik sekali!" puji Sashmita begitu bahagia saat mendapati penampilan calon menantunya yang luar biasa.Nauna memandangi dieinya di deoan cermin, sedang dalam keadaan terkejut setelah mendapati penampilannya yang tudak seperti biasanya, sekarang ia tampak lebih cantik juga segar."Anda memang sangat cantik, Nona Naina." Perias yang berada di samping ya tak mau kalau untuk memuji kecantikan Naina yang bisa ia buka dengan polesan make up yang diberikan pada wajahnya."Dengan penampilanmu seperti ini, yakin sekali kalau Rangga pasti akan langsung terpesona dengan kecantikanmu dan tidak bisa melepaskan pandang
Gariendra langsung mengernyit. "Iya, tapi menurut Papa, lebih baik kamu cari yang lain Rangga, karena Papa kurang setuju rasanya jika kamu bersama dengan wanita yang pernah menikah sebelumnya," ungkapnya.Seperti yang sudah Rangga duga sebelumnya, jika Papabya itu tidak akan setuju dengan pernikahannya dengan Naina."Tapi kalau menurut Rangga janda atau tidak sama saja, karena yang paling terpenting adalah hati Naina yang bersih, tidak seperti wanita jahat yang lain," ungkap Rangga, berusaha untuk sesopan dan selembut mungkin saat berkata pada sang Papa.Sedangkan Gariendra sendiri tampak menatap ke arah Sashmita untuk meminta penjelasan, karena selama ia tak ada hanya istrinya itu yang selalu ada dan menjaga putra mereka.Menurutnya sayang sekali jika putra sematawayangnya harus mendapatkan janda tidak seperti yang seharusnya ia dapatkan."Kamu belum bertemu dengannya Pah, Mama jamin setelah bertemu dengannya nanti, kamu akan bangga karena Rangga bisa dapatkan wanita sebaik Naina!"Me
Mendengar pertanyaan dari Rangga, Sashmita langsung diam tak berkutik, baru sadar kalau suaminya belum tahu status Naina yang sebenarnya."Entahlah, Mama juga batu sadar kalau Papamu tak tahu soal statusnya, Mama juga tidak bisa menjamin Papamu bisa menerima Naina jika mengetahui yang sebenarnya," ungkap Sashmita semakin membebani pikiran Rangga.Bagaimana tidak, kalau Papanya tidak setuju, makan rencana pernikahannya dengan Naina pasti gagal dilaksanakan.Mereka jadi dirundung kepanikan yang sangat, entah kenapa tiba-tiba merasa ketakutan kalau Garuendra akan marah besar jika mengetahui calon menantunya sebelumnya pernah menikah."Apa sebaiknya kita sembunyikan status Naina yang sebenarnya dari Papa ya, Mah?"Sashmita terdiam sejenak lanjut menggeleng pelan untuk menolaknya."Sebaiknya jangan karena yang namanya menyembunyikan sebuah kebenaran itu tidaklah dibenarkan, katakan saja sejujurnya pada Papamu, beri alasan kuat kamu menikahi Naina agar bisa menerimanya," ungkap Sashmita.Uca
Pagi harinya, Rangga sangat bersemangat untuk menuju ke meja makan, dengan terus melebarkan senyuman seperti sedang menunggu kedatangan seseorang hingga datang Mamanya."Tumben habis bangun langsung ke sini?" tanya Sashmita yang sudah menaruh curiga.Karena sebagai orang yang paling dekat dengan Rangga, Sashmita paham betul dengan kebiasaan anak laki-lakinya itu yang selalu datang telat jika sarapan karena susah untuk bangun."Mana Naina Ma?" tanya Rangga semakin penasaran.Sashmita tersemyum lebar sembari duduk tepat di hadapannya Rangga."Naina sedang berada di resort sekarang, pagi-pagi sekali Mama menyuruhnya untuk berangkat, sengaja memang agar kamu tidak membuat drama lagi," ungkap Sashmita.Mendengar pertanyaan yang baru saja terlontar dari mulut anaknya, Sashmita jadi paham jika alasan utama Rangga bangun pagi hanya karena ingin melihat Naina, sungguh anak laki-lakinya memang sifatnya jadi berubah drastis saat sudah jadi budak cinta.Mendengar kenyataan yang tidak diinginkannya
"Hanya bercanda Ma! Tak sungguhan, " ucapnya seraya melebarkan senyumnya dengan sangat ke arah Sashmita yang ternyata sedari tadi belum benar-benar pergi dari sana.Meskipun ekspresi wajahnya masih kocak seperti biasanya, tapi sebetulnya Rangga teramat malu setelah kepergok Sashmita sedang menggoda Naina.Sedangkan Naina sendiri terlihat sedang menertawakannya seolah ia adalah badut yang sudah menghiburnya di malam yang seharusnya menyipitkan kedua mata karena mengantuk kini menjadi terbuka lebar karena efek tertawa."Apa yang kamu katakan Rangga? Ayo ulangi?"Sashmita terlihat sangat menyeramkan, sedamgkan Rangga terlihat semakin ketakutan karena tak biasanya Mamanya seperti itu."Mama ingin dengar apa yang kamu bicarakan tadi? Berani ya berkata seperti itu padahal posisi kalian belum menikah?!" Rangga langsung mengernyitkan dahinya dibuat tak paham dengan ibunya yang menganggap hal itu sebagai keinginannya sungguhan padahal yang sebenarnya tadi hanya sebuah bercandaan."Astaga, Mama
Rangga mengernyit untuk menanggapi ucapan Mamanya yang terdengar aneh di telinga, seumur hidup tak oernah Rangga mendengar ketakutan Sashmita sebekumnya, entah apa yang Mamanya takutkan, tapi dengan pertanyaan itu justru membuat Rangga jadi bersedih.Baru menyadari jika sudah menikah dengan Naina, otomatis ia akan meninggalkan kekuarganya, sehingga wajar saja kalau Sashmita berpikiran seperti itu. Mungkin takut kesepian karena akan ia tinggal di rumah terpisah."Tentu masih boleh meluk dong! Bagaimana bisa Mama berkata seperti itu? Jangan berpikiran sempit Ma, karena sampai kapanpun Rangga akan dekat terus dengan Mama kerena setelah menikah kita akan tinggal di sini bersama kalian," ungkap Rangga membuat Sashmita langsung lega.Akhirnya anak laki-lakinya itu tahu penyebab ia bersedih seperti ini karena apa, sehingga memutuskan untuk tinggal di rumah yang sama setelsh menikah dengan Naina."Nah! Begitu dong, kalau kalian tinggal di rumah ini 'kan jadi rame nanti belum lagi kalau sudah
"Bagaimana Naina, kamu maunya acara pernikahan kita dilangsungkan kapan? Secepatnya 'kan? Kalau besok bagaimana? Hari ini jug aku akan mempersiapkan semuanya!"Naina masih terdiam sembari menatap heran pada Rangga, betapa semangatnya pria itu hendak menjadikannya istri secepatnya, terlihat sekali sudah sangat tidak sabar."Naina memang wanita yang kau cinta dan ingin kau nikahi secepatnya, tapi tidak besok juga! Kau pikir menikah itu cuma pakai ucapan? Tentu saja harus ada persiapan!"Sashmita yang tidak setuju langsung buka mulut, cukup tergelitik dengan ucapan Rangga, yang mengira melangsungkan acara pernikahan bisa secepat itu tanpa persiapan apapun. Padahal Sashmita inginnya pernikahan anak sematawayangnya dikaksanan secara meriah dan diketahui banyak orang."Kamu bersabarlah sedikit, jangan terburu-buru karena yang namanya terburu-buru tidak baik, jalani dengan biasa saja tapi fokus pada tujuan."Rangga menggaruk kepalanya yang tidak gatal karena bingung hendak mengatakan apa, tap
Mendengar pertanyaan dari Naina yang tidak pernah ada dalam pikirannya, membuat Rangga saat itu juga menjadi tersedak akibat makanan yang masih ada dalam mulutnya.Naina tentu tahu respon yang baru saja Rangga berikan merupakan sebuah keterkejutannya saat mendengar apa yang baru saja ia ungkapkan."Minum dahulu, kemudiwn coba untuk rileks dan setenang mungkin. Jangan sampai karena pertanyaanku tadi kamu menjadi terkejut," ujar Naina dengan segera mengambilkan segelas air minum untuk Rangga.Setelah tenggorokannya lega, Rangga kembali menggenggam kedua tangan Naina, sedang dalam keadaan menenangkan wanita itu dari ketidakkepercayaannya pada dirinya sendiri."Sekarang dengarkan perkataanku ini baik-baik Naina, jangan terlalu berpikir buruk pada dirimu sendiri, memangnya kenapa kalau aku mssih muda dan punya segalanya? Lagipula umur kita juga tidak terlalu terpaut jauh, kamu lebih dewasa dua tahun di atasku dan untuk punya segalanya, itu tidaklah benar!""Karena aku belum mendapatkan kamu