Kening Aditya seketika berkerut saat mendengar perkataan supir pribadinya itu, merasa bersalah, tentu saja, bagaimanapun baginya Lisa sudah sangat keterlaluan. Padahal sudah jelas kalau semua bukti mengarahkan pada perselingkuhannya, namun istrinya itu tak mau menyerah dan justru terus menyalahkan Ningsih dan menuduhnya sebagai penyusup."Loh kenapa harus resign? Untuk masalah tuduhan Lisa terhadap istrimu, lambat laun pasti luntur karena memang kenyataannya Lisa tak memiliki bukti yang cukup, lagipula tadi wajah Ningsih sudah aku rekam, jadi kalau dia mengatakan kalau istrimu penyusup lagi, akan aku tampar dia dengan video itu!"Meskipun Aditya sudah meyakinkannya bahwa Lisa takkan lagi curiga pada Naina, tetap saja Rangga tak lagi bisa tenang kalau Naina masih berada di dekat Lisa yang keadaannya saat ini sedang seperti singa yang marah karena telah dijauhi oleh Aditya."Mohon maaf sekali Pak, tapi kenyataannya memang kita sudah tidak bisa berada disini lagi, kami menang orang kecil
Karena sangat penasaran, Aditya semakin mendekat ke arah mereka, ponsel yang berbunyi dengan nyaring itu rasanya sudah seperti gendang yang ditabuh dengan begitu kencangnya oleh Aditya hingga membuat Naina dsn Rangga menjadi sangat ketakutan."Bagaimana ini Rangga, kalau dia sampai tahu yang menghubungimu adalah dia sendiri bagaimana?" bisik Naina dengan begitu lirihnya, sehingga hanya mereka yang bisa mendengarnya.Meskipun panik, bukan Rangga namanya kalau tidak bisa bersikap biasa saja, seperti tidak terjadi apa-apa padanya.Setelah Aditya berada di hadapannya, dengan terburu-buru Rangga segera mematikan ponselnya, lanjut berpura-pura sedang mengangkat telfon dari seseorang."Ada apa Pak Rangga? Memangnya kenapa kalau ponsel saya berbunyi? Ponsel saya berbunyi karena memang Ibu saya menghubungi saya!"Aditya menyipitkan kedua matanya karena merasa heran, bahkan sampai menggaruk kepalanya yang tidak gatal karena saking bingungnya."Bukan begitu Cakra, tadi saya sedang menghubungi sah
"Memangnya kepala ayam, sehingga dengan mudah bisa kau penggal begitu saja?!" sahut Sashmita yang tidak mengetahui bahwa putranya tersebut sedang bercanda."Aihh, Mama tidak tahu kalau perkataanku tadi hanyalah bercandaan, tentu saja aku tak bisa memenggal kepala manusia, terlebih Aditya! Aku tidak akan membiarkan dia meninggal dengan mudah, harus merasakan rasa sakit yang pernah ia ciptakan kepada Naina baru setelah itu dia boleh meninggal!" timpal Rangga, yang langsung mengkoreksi ucapan sang Mama yang menurutnya terlalu terbawa perasaan hingga mengira hendak memenggal kepala orang.Mereka semua melanjutkan makannya tapi harus dikejutkan dengan dering telfon Rangga yang menggema ke seluruh penjuru ruangan."Rangga! Itu nada telfon memangnya tidak bisa dikecilin sedikit? Begitu menggema dan merusak gendang telinga saat mendengarnya!" protes Sashmita.Rangga tidak menjawab apapun, sedang sibuk menatap ke arah layar benda pipih yang berukuran 6inch tersebut."Eh! Aditya meminta untuk di
Aditya membelalakkan kedua matanya, bahkan saking terkejutnya segera berdiri, untuk memastikan apakah benar wanita itu Naina istrinya atau bukan.Semua perasaan sedang dirasakannya saat ini, terkejut, takut, sedih, kecewa dan menyesal, semuanya jadi satu padu dan tak lagi bisa terpisahkan.Sedangkan Naina sendiri terdiam dan masih mematung tetap di posisinya dalam pelukan erat Rangga, namun dalam hatinya sedang tersenyum penuh dengan kemenangan juga kelegaan, akhirnya suami yang tak menginginkannya itu bisa melihatnya telah bahagia bersama pria lain.Naina bisa melihat dari ujung matanya kalau Aditya semakin mendekat ke arahnya secara perlahan, Naina semakin merasa di atas angin sekarang, menantikan penyesalan suami laknatnya itu adalah hal yang paling menyenangkan dalam hidupnya.Sedangkan tubuh Aditya semakin gemetar, tatkala mengetahui kenyataan bahwa wanita yang sedang berada di hadapannya tersebut memang benar-benar istrinya.Masih begitu lekat diingatannya, bagaimana cara ia meny
Pertanyaan yang sedari tadi ditakuti Aditya pada akhirnya terlontar juga dari mulut Rangga secara langsung, dugaan bahwa Naina adalah istrinya pada akhirnya mencuat juga ke permukaan, membuatnya sangat ketakutan kalau sampai rahasia besarnya ketahuan."Apa katamu tadi sayang, aku istrinya? Jangan bercanda! Aku 'kan maunya nikah sama kamu, bagaimana bisa jadi istrinya?!" sahut Naina tidak terima seraya mengerucutkan bibirnya dengan kesal.Rangga segera memeluk Naina untuk menenangkan dan meminta maaf kalau ucapannya tersebut membuatnya menjadi tersinggung, sengaja bersikap begitu romantis supaya Aditya semakin sakit hati."Maaf sayang, aku hanya teringat ucapannya kemarin yang mengatakan kalau istrinya juga bernama Naina dan sekarang anehnya Pak Aditya meminta maaf kepadamu, bagaimana aku tidak bingung? Maka dari itu aku bertanya untuk menjelaskannya!"Naina beralih menatap curiga pada Aditya yang sampai saat ini sedang menatapnya juga dengan tatapan yang jelas terlihat sedang sangat k
Bagaimana Aditya tidak terkejut, sampai detik ini Naina masih berstatus sebagai istrinya. Dan jika Rangga berniat menikahi Naina apakah bisa semua itu dilakukan, tentu saja tidak, ia yang masih berstatus sebagai suami seharusnya menceraikan Naina terlebih dahulu sebelum Rangga menikahi wanita yang masih berstatus sebagai istrinya tersebut."Sebaiknya jangan dulu Pak Rangga, kekasih Anda sedang hilang ingatan, ia belum ingat apapun bahkan identitas dirinya sendiri belum ia mengerti, menurut saya akan sangat beresiko kalau nanti sampai Anda menikahi Naina sebelum ia ingat semuanya!" ucap Aditya, dengan penekanan di setiap kalimat yang telah diucapkannya."Anda memang benar Pak Aditya, saya memang terlalu terburu-buru, padahal sudah jelas kalau keadaan Naina belum sembuh total dan ingatannya belum kembali, sudah seharusnya saya bersabar terlebih dahulu.""Sebenarnya alasan utama saya ingin segera menikahi Naina hanya berencana untuk membahagiakannya, karena waktu itu saya menemukan sedang
"Kamu benar-benar mau pergi ke luar negeri? Aku minta jangan ya! Kamu bisa beralasan apapun, tapi tidak dengan pergi jauh!" protes Naina kepada Rangga, setelah beberapa menit yang lalu Aditya meninggalkan kantor.Bukannya langsung menjawab, Rangga justru tertawa dengan begitu lepasnya."Memangnya kenapa? Takut kangen ya?!"Seketika kedua pipi Naina bersemu merah mendengar pertanyaan dari pria di hadapannya."Bukan begitu, kamu jangan salah paham dulu! Aku takut saja nanti Aditya macam-macam padaku, kita tidak pernah tahu isi hati seseorang itu seperti apa, kalau dia berusaha untuk membunuhku lagi, bagaimana?" Rangga menjadi terdiam, sedang mencerna semua yang baru saja Naina ungkapkan, meskipun sebelumya ia sangat yakin kalau Aditya bisa berubah dan menyesali perbuatannya, tapi setelah melihatnya tak mau mengakui kesalahan bahwa sebenarnya dirinya yang telah menyakiti Naina, membuat Rangga kembali khawatir hal yang buruk akan terulang kembali kepada Naina nantinya."Kamu benar juga, t
Malam harinya dengan sangat terpaksa, Aditya mengajak Lisa untuk double date bersama Rangga dan Naina. Padahal sebetulnya ia inginnya pergi sendiri, tak ingin bersama Lisa yang telah diketahuinya dengan jelas telah berselingkuh di belakangnya."Kenapa kita tidak masuk?" tanya Lisa kebingungan, karena Aditya tak kunjung mengajaknya untuk masuk ke dalam restoran mewah tersebut."Belum tahu mejanya dimana, aku lupa bertanya pada Pak Rangga tadi! Sudahlah kau diam saja, jangan banyak protes! sudah bagus aku mengajakmu! Kalau bukan karena undangan dari Pak Rangga, takkan sudi mengajakmu ke sini!" Lisa tampak kesal, tapi tak bisa berbuat banyak untuk bisa mengembalikan Aditya yang dulu, suaminya sekarang telah berubah begitu dingin, seperti kulkas tiga pintu setelah mendapatkan bukti palsu itu.Tak berselang lama, mobil yang mereka tunggu akhirnya datang, terlihat Rangga mengitari mobil supaya bisa membukakan pintu untuk sang kekasih. Meskipun pura-pura, mereka berusaha bersandiwara sebaik
Malam harinya di dalam kamar Naina tampak gusar, mondar mandir melangkahkan kaki ke sana ke mari di dalam kamarnya, sesekali menggigit kuku hingga memilin baju akibat gugup.Hingga suara ketukan pintu mengejutkannya sekaligus membuat degup jantungnya berdetak kencang.Segera dibuka pintu kamar hingga kepala Rangga menyembul, semakin mengejutkannya.Rangga berjalan terus mendekat ke arah Naina, membuat wanita itu langsung mundur beberapa langkah.Naina terus saja melangkah mundur hingga terbentur tembok.Rangga semakin mendekat hingga berhasil mengurung dirinya, pria itu tampak menyeringai dan mulai mendekatkan wajahnya."A-pa yang hendak kamu lakukan?" tanya Naina tergagap akibat gugup dan seketika dibuat membeku dengan sikap suaminya."Kenapa, kamu takut? Bukankah kamu sudah tahu kewajiban sebagai seorang istri yang utama? Boleh 'kan aku melakukannya? Aku menginginkanmu malam ini."Naina mengangguk dengan kikuk. "Boleh, tapi pelan-pelan ya.""Tentu saja sayangku, aku akan pelan-pelan
Tak terasa sudah satu minggu berlalu, pernikahan Naina dan Rangga yang sudah dirancang sedemikian rupa dan jauh-jauh hari sebelumnya akhirnya dilaksanakan juga.Di hari pernikahan, jantung Naina berdebar tak santai, meskipun bukan pengalaman yang pertama untuknyq, tetap saja wanita itu saat ini tengah dirundung kegugupan yang teramat sangat."Naina, lihatlah dirimu Nak! Kamu sungguh cantik sekali!" puji Sashmita begitu bahagia saat mendapati penampilan calon menantunya yang luar biasa.Nauna memandangi dieinya di deoan cermin, sedang dalam keadaan terkejut setelah mendapati penampilannya yang tudak seperti biasanya, sekarang ia tampak lebih cantik juga segar."Anda memang sangat cantik, Nona Naina." Perias yang berada di samping ya tak mau kalau untuk memuji kecantikan Naina yang bisa ia buka dengan polesan make up yang diberikan pada wajahnya."Dengan penampilanmu seperti ini, yakin sekali kalau Rangga pasti akan langsung terpesona dengan kecantikanmu dan tidak bisa melepaskan pandang
Gariendra langsung mengernyit. "Iya, tapi menurut Papa, lebih baik kamu cari yang lain Rangga, karena Papa kurang setuju rasanya jika kamu bersama dengan wanita yang pernah menikah sebelumnya," ungkapnya.Seperti yang sudah Rangga duga sebelumnya, jika Papabya itu tidak akan setuju dengan pernikahannya dengan Naina."Tapi kalau menurut Rangga janda atau tidak sama saja, karena yang paling terpenting adalah hati Naina yang bersih, tidak seperti wanita jahat yang lain," ungkap Rangga, berusaha untuk sesopan dan selembut mungkin saat berkata pada sang Papa.Sedangkan Gariendra sendiri tampak menatap ke arah Sashmita untuk meminta penjelasan, karena selama ia tak ada hanya istrinya itu yang selalu ada dan menjaga putra mereka.Menurutnya sayang sekali jika putra sematawayangnya harus mendapatkan janda tidak seperti yang seharusnya ia dapatkan."Kamu belum bertemu dengannya Pah, Mama jamin setelah bertemu dengannya nanti, kamu akan bangga karena Rangga bisa dapatkan wanita sebaik Naina!"Me
Mendengar pertanyaan dari Rangga, Sashmita langsung diam tak berkutik, baru sadar kalau suaminya belum tahu status Naina yang sebenarnya."Entahlah, Mama juga batu sadar kalau Papamu tak tahu soal statusnya, Mama juga tidak bisa menjamin Papamu bisa menerima Naina jika mengetahui yang sebenarnya," ungkap Sashmita semakin membebani pikiran Rangga.Bagaimana tidak, kalau Papanya tidak setuju, makan rencana pernikahannya dengan Naina pasti gagal dilaksanakan.Mereka jadi dirundung kepanikan yang sangat, entah kenapa tiba-tiba merasa ketakutan kalau Garuendra akan marah besar jika mengetahui calon menantunya sebelumnya pernah menikah."Apa sebaiknya kita sembunyikan status Naina yang sebenarnya dari Papa ya, Mah?"Sashmita terdiam sejenak lanjut menggeleng pelan untuk menolaknya."Sebaiknya jangan karena yang namanya menyembunyikan sebuah kebenaran itu tidaklah dibenarkan, katakan saja sejujurnya pada Papamu, beri alasan kuat kamu menikahi Naina agar bisa menerimanya," ungkap Sashmita.Uca
Pagi harinya, Rangga sangat bersemangat untuk menuju ke meja makan, dengan terus melebarkan senyuman seperti sedang menunggu kedatangan seseorang hingga datang Mamanya."Tumben habis bangun langsung ke sini?" tanya Sashmita yang sudah menaruh curiga.Karena sebagai orang yang paling dekat dengan Rangga, Sashmita paham betul dengan kebiasaan anak laki-lakinya itu yang selalu datang telat jika sarapan karena susah untuk bangun."Mana Naina Ma?" tanya Rangga semakin penasaran.Sashmita tersemyum lebar sembari duduk tepat di hadapannya Rangga."Naina sedang berada di resort sekarang, pagi-pagi sekali Mama menyuruhnya untuk berangkat, sengaja memang agar kamu tidak membuat drama lagi," ungkap Sashmita.Mendengar pertanyaan yang baru saja terlontar dari mulut anaknya, Sashmita jadi paham jika alasan utama Rangga bangun pagi hanya karena ingin melihat Naina, sungguh anak laki-lakinya memang sifatnya jadi berubah drastis saat sudah jadi budak cinta.Mendengar kenyataan yang tidak diinginkannya
"Hanya bercanda Ma! Tak sungguhan, " ucapnya seraya melebarkan senyumnya dengan sangat ke arah Sashmita yang ternyata sedari tadi belum benar-benar pergi dari sana.Meskipun ekspresi wajahnya masih kocak seperti biasanya, tapi sebetulnya Rangga teramat malu setelah kepergok Sashmita sedang menggoda Naina.Sedangkan Naina sendiri terlihat sedang menertawakannya seolah ia adalah badut yang sudah menghiburnya di malam yang seharusnya menyipitkan kedua mata karena mengantuk kini menjadi terbuka lebar karena efek tertawa."Apa yang kamu katakan Rangga? Ayo ulangi?"Sashmita terlihat sangat menyeramkan, sedamgkan Rangga terlihat semakin ketakutan karena tak biasanya Mamanya seperti itu."Mama ingin dengar apa yang kamu bicarakan tadi? Berani ya berkata seperti itu padahal posisi kalian belum menikah?!" Rangga langsung mengernyitkan dahinya dibuat tak paham dengan ibunya yang menganggap hal itu sebagai keinginannya sungguhan padahal yang sebenarnya tadi hanya sebuah bercandaan."Astaga, Mama
Rangga mengernyit untuk menanggapi ucapan Mamanya yang terdengar aneh di telinga, seumur hidup tak oernah Rangga mendengar ketakutan Sashmita sebekumnya, entah apa yang Mamanya takutkan, tapi dengan pertanyaan itu justru membuat Rangga jadi bersedih.Baru menyadari jika sudah menikah dengan Naina, otomatis ia akan meninggalkan kekuarganya, sehingga wajar saja kalau Sashmita berpikiran seperti itu. Mungkin takut kesepian karena akan ia tinggal di rumah terpisah."Tentu masih boleh meluk dong! Bagaimana bisa Mama berkata seperti itu? Jangan berpikiran sempit Ma, karena sampai kapanpun Rangga akan dekat terus dengan Mama kerena setelah menikah kita akan tinggal di sini bersama kalian," ungkap Rangga membuat Sashmita langsung lega.Akhirnya anak laki-lakinya itu tahu penyebab ia bersedih seperti ini karena apa, sehingga memutuskan untuk tinggal di rumah yang sama setelsh menikah dengan Naina."Nah! Begitu dong, kalau kalian tinggal di rumah ini 'kan jadi rame nanti belum lagi kalau sudah
"Bagaimana Naina, kamu maunya acara pernikahan kita dilangsungkan kapan? Secepatnya 'kan? Kalau besok bagaimana? Hari ini jug aku akan mempersiapkan semuanya!"Naina masih terdiam sembari menatap heran pada Rangga, betapa semangatnya pria itu hendak menjadikannya istri secepatnya, terlihat sekali sudah sangat tidak sabar."Naina memang wanita yang kau cinta dan ingin kau nikahi secepatnya, tapi tidak besok juga! Kau pikir menikah itu cuma pakai ucapan? Tentu saja harus ada persiapan!"Sashmita yang tidak setuju langsung buka mulut, cukup tergelitik dengan ucapan Rangga, yang mengira melangsungkan acara pernikahan bisa secepat itu tanpa persiapan apapun. Padahal Sashmita inginnya pernikahan anak sematawayangnya dikaksanan secara meriah dan diketahui banyak orang."Kamu bersabarlah sedikit, jangan terburu-buru karena yang namanya terburu-buru tidak baik, jalani dengan biasa saja tapi fokus pada tujuan."Rangga menggaruk kepalanya yang tidak gatal karena bingung hendak mengatakan apa, tap
Mendengar pertanyaan dari Naina yang tidak pernah ada dalam pikirannya, membuat Rangga saat itu juga menjadi tersedak akibat makanan yang masih ada dalam mulutnya.Naina tentu tahu respon yang baru saja Rangga berikan merupakan sebuah keterkejutannya saat mendengar apa yang baru saja ia ungkapkan."Minum dahulu, kemudiwn coba untuk rileks dan setenang mungkin. Jangan sampai karena pertanyaanku tadi kamu menjadi terkejut," ujar Naina dengan segera mengambilkan segelas air minum untuk Rangga.Setelah tenggorokannya lega, Rangga kembali menggenggam kedua tangan Naina, sedang dalam keadaan menenangkan wanita itu dari ketidakkepercayaannya pada dirinya sendiri."Sekarang dengarkan perkataanku ini baik-baik Naina, jangan terlalu berpikir buruk pada dirimu sendiri, memangnya kenapa kalau aku mssih muda dan punya segalanya? Lagipula umur kita juga tidak terlalu terpaut jauh, kamu lebih dewasa dua tahun di atasku dan untuk punya segalanya, itu tidaklah benar!""Karena aku belum mendapatkan kamu