Masjid Kobe 480 Kobe Hyoko
Sebelum Ryu mengucapkan kalimat akad, dia terlebih dahulu dibimbing oleh seorang ustad membaca 2 kalimat syahadat.Jantung Leona berdegup kencang saat itu, tak bisa dia pungkiri, 4 bulan hidup dengan Ryu membuat hatinya bergetar. Dia mulai mencintai lelaki yang sesaat lagi akan menjadi imamnya."Sudah siap?" tanya penghulu.Ryu pun mengangguk. Setelah itu, lelaki tampan itu mengucapkan kalimat akad hanya dengan satu tarikan nafas. Nama Leona yang diucapkan, bukan Lily."Bagaimana saksi?" tanya penghulu."Saaah," teriak mereka.Leona merasa lega, akhirnya pernikahan mereka sah juga. Dia langsung mencium tangan suaminya, setelah itu barulah Ryu mencium kening istrinya. Papa Leona menyaksikan pernikahan putrinya yang kedua kali melalui video call."Selamat sayang, semoga kali ini, rumah tangga kalian penuh berkah dan langgeng hingga akhir hayat," ucap Papa Leona."Terima kasih doanya Pa, Ma," ucap Ryu dan Leona bersamaan.<"Waifu, kita sudah 3 bulan menikah, kenapa kamu belum hamil juga?" tanya Ryu saat mereka selesai dengan kegiatan panasnya.Wajah yang semula ceria kini murung. Leona berpikir, Ryu menuntutnya segera memiliki anak darinya."Apa kamu tidak menyayangi Rayyan, sehingga kamu segera ingin memiliki anak?" tanya Leona.Mendengar panggilan sang istri berubah membuat Ryu menyadari kalau dia salah bicara. Dan itu membuat sang istri marah."Maaf Waifu, aku sangat menyayangi Rayyan, hanya saja, aku bingung, kita melakukannya setiap hari sedangkan kamu juga tidak KB kenapa belum hamil?" jawab Ryu."Rayyan masih 7 bulan, dan masih meminum ASI, itu sebabnya aku belum hamil. Mungkin, setelah Rayyan lepas ASI, saat itulah kesuburanku kembali, mungkin … aku bisa hamil," kata Leona."Ohh iya aku lupa," sahut Ryu sambil menepuk dahinya.Saat ini, keberadaan mereka belum terendus oleh Rehan, jadi kedua orang yang dimabuk cinta itu merasa nyaman. Namun, tanpa mereka sadari, Reh
"Rayyan, apakah balita ini putraku?" batin Rehan.Rei langsung saja memgambil Rayyan dari pangkuan lelaki tadi. Dia segera membawa pergi anak majikannya pergi dari sana."Hei tunggu, dia putraku, jangan kamu bawa dia," teriak Rehan.Ya, lelaki tadi adalah Rehan, dia mendapat undangan dari temannya untuk makan bersama di restoran dekat situ, kebetulan dia melihat masjid dan sholat disana terlebih dahulu.Rehan langsung mengejar lelaki yang membawa sang putra tadi. Untungnya lelaki itu masih terlihat, jadi dia masih bisa mengejarnya."Pencuri, pencuri, tolong, lelaki itu telah menculik putraku," teriak Rehan supaya mendapat bantuan dari orang orang disana. Benar saja, beberapa orang ikut mengejar Rei."Mati aku, bagaimana ini?" gumam Rei.Lelaki itu pun menelepon sang atasan. "Bos, saya dikejar oleh seorang lelaki yang mengaku Ayah dari Tuan Kecil, sekarang kami dalam bahaya, karena dia berteriak aku menculik putranya," ujarnya."Posisi kamu dimana
"Bawa dia," titah beberapa orang yang baru saja datang.Para warga yang mengira dia adalah aparat kepolisian hanya terdiam saat lelaki itu membawanya."Mati aku," batin Rei.Sementara itu di Restoran India, Leona langsung dibawa oleh Jack menggunakan mobilnya. Wanita itu panik, karena Jack hanya datang seorang diri."Dimana Rei? Dimana Rayyan?" teriak Leona."Nanti Anda akan melihatnya," kata Jack dengan tenang."Kita akan kemana? Kenapa kamu tidak menyelamatkan Rei duluan?" Leona kembali bertanya."Nyonya tenang, di persimpangan nanti, kita akan melihatnya," ujar Jack.Leona hanya diam, dia berdoa semoga Rei dan Rayyan bisa selamat. Rasa cemas seketika hilang ketika dia mendapati putranya tengah digendong oleh seorang lelaki yang dia tidak kenal."Mami!" seru balita itu.Leona mencium dan memeluk putra kesayangannya. Saat tak melihat Rei, Leona akhirnya bertanya, "mana Rei?""Maaf Nyonya, Rei, tertangkap oleh anak buah Rehan," lirih Jack.
Sesaat sebelum kecelakaan."Nyonya, sepertinya mobil kita akan terbalik," kata Jack saat berusaha mengendalikan laju mobilnya yang mulai oleng."Lalu, apa yang harus aku lakukan Jack?" tanya Leona yang mulai panik."Saya akan melindungi tubuh Nyonya dan Rayyan saat mobil ini terbalik, begitu mobil telah berhenti, segera keluar dan cari tempat persembunyian. Tidak lama lagi, Tuan akan sampai, tunggu sampai Tuan datang jangan keluar meski nanti mobil ini akan meledak, sebentar lagi kita akan sampai di jembatan, kemungkinan, mobil ini akan terjun ke sungai,9" kata Jack."Bagaimana denganmu Jack?" tanya Leona."Saya akan baik baik saja Nyonya," jawab Jack."Hati hati Jack," ujar Leona kemudian menyembunyikan sang putra di belakang tubuhnya."Bersiaplah Nyonya," teriak Jack yang langsung merangkul tubuh Leona.Benar saja, tak lama setelah itu, mobil pun terbalik. Bruak bruak bruak. Mobil itu menabrak jembatan dan jatuh ke sungai."Se-ge-ra ke-lu-ar," h
"Dibaca dulu Papi," lirih Leona dengan wajah sendu membuat Ryu semakin khawatir.Begitu dia melihat isi amplop itu, matanya berbinar, lelaki tampan itu pun mencium dan memeluk sang istri. "Terima kasih Mami," ujarnya.Melihat sang istri hanya diam"Kenapa Mami sedih begitu?" tanya Ryu."Mami sedih, karena kita tidak bisa pindah sekarang, padahal Mami sudah kangen dengan Mama dan Papa," ujar Leona."Tenang, nanti kalau Mami sudah diperbolehkan naik pesawat, kita pasti pulang, Papi janji" kata Ryu."Terima kasih Pi," ujar Leona.Ryu akhirnya membawa sang istri ke Hanakaida, yaitu ryokan kecil yang tidak jauh dari jembatan Togetsu, tempat Leona bersembunyi tadi. Ryu memilih kamar yang dilengkapi dengan pemandian udara terbuka."Mami suka tempatnya?" tanya Ryu."Suka Papi, tapi kalau Mami mandi terus ada yang ngintip gimana, kamar mandinya bolong begini," omel Leona."Bolong?" tanya Ryu bingung.Leona tidak menjawab hanya menunjuk pada atap ya
Melihat Ayumi yang tak sadarkan diri, membuat nafas Rehan terasa berat. Dia segera menekan tombol sembarang di gawainya. Belum sempat tersambung, tubuh Rehan langsung kejang kejang dan tak sadarkan diri."Halo, halo … Rehan, kamu baik baik saja kah?" tanya seorang disana.Karena tak kunjung mendapat jawaban, lelaki itu menjadi khawatir dengan keadaan sahabatnya. Rehan jarang sekali menelepon, jika tidak penting sekali. Lelaki yang ditelepon Rehan tadi adalah Daichi, dia bergegas menuju ke apartemen Rehan. Dia yang sudah hapal dengan kode passwordnya langsung saja masuk ke dalam."Rehan … Rehaan," panggilnya.Karena tidak ada jawaban, lelaki itu pun mencoba membuka kamar sang sahabat. Matanya membola ketika melihat kedua orang tanpa busana sedang terkapar di ranjang."Ya Tuhan, Rehaan," teriaknya.Daichi segera memeriksa denyut nadi Rehan. "Lemah," gumamnya.Dia lalu menutup tubuh wanita yang sedang tidur tertelungkup kemudian membalik tubuhnya dan me
Ryu sudah kembali ke Kobe, mereka sudah tiba di rumah yang hampir sebulan tak ditinggali. Rayyan sangat senang melihat hewan peliharaannya masih ada disana."Mami, cici Iyan macih idup," katanya."Iya sayang, Papi menyuruh orang untuk terus merawatnya," kata Ryu."Makasih Papi," ujar Rayyan."Sama sama sayang," balasnya sambil mengacak rambut sang putra."Iyan mau main sama cici boleh Pi?" tanya Rayyan."Boleh sayang, tapi kelincinya jangan diajak mandi seperti waktu itu ya, nanti dia mati," ujar Ryu."Baik Pi," sahut Rayyan.Ryu pun masuk ke dalam menemani sang istri. Dia duduk di samping sang istri sambil menempelkan kepalanya di bahu sang istri."Sayang, kita kan belum pernah memeriksanya, kita ke dokter ya," ajak Ryu seraya memegang perut sang istri."Boleh Papi, coba Papi tanya? Dokternya praktek hari apa?" ujar Leona.Ryu akhirnya menelepon perawatnya, ternyata, hari ini ada jadwal praktek dokter kandungan."Kamu daftarkan sekali
"Auww, Papi, perut Mami sakit Pi," desis Leona.Ryu yang masih tertidur karena lelah setelah mengempur sang istri langsung terbangun mendengar desisan sang istri."Kamu kenapa sayang?" tanyanya dengan wajah panik."Tidak tahu Pi, tiba tiba perut aku sakit," lirihnya.Ryu pun mengambil handuk kecil kemudian dia celupkan dengan air hangat. Lalu dia tempelkan pada perut sang istri."Bagaimana rasanya? Apakah masih sakit?" tanyanya.Leona hanya mengangguk sambil menahan perutnya yang terasa kencang."Kita ke dokter ya?" ajak Ryu.Leona menggelengkan kepalanya. Dia lalu memgambil tangan suaminya lalu menempelkannya di perut. Ajaibnya, begitu tangan itu mengusap usap perutnya, rasa sakit itu sedikit demi sedikit mulai berkurang."Tadi kencang, sekarang tidak," kata Ryu.Leona mengangguk."Apa sekarang, dia baik baik saja?" tanya Ryu "Tidak apa Papi, hanya sedikit kram tadi," jawab Leona."Apa Papi terlalu kasar? Sehingga membuat dia kes
"Ayra … Nevan … apa yang kalian lakukan?" teriak Raina penuh amarah.Kedua orang itu pun langsung menjauh. Mereka sama sama menunduk karena takut dimarahi oleh sang mama."Maafkan kami Ma. Tolong jangan salah paham. Nevan cuma pamit aja tadi. Dan itu, ciuman perpisahan," jujur Ayra.Nevan merutuki kebodohannya yang tak bisa menahannya tadi. Harusnya dia tidak melakukan itu."Maaf Ma. Nevan yang salah. Bukan Ayra. Kami tidak ada hubungan apa-apa kok," aku Nevan.Raina pun menyuruh kedua remaja itu duduk. Dia pun menjelaskan kemungkinan yang terjadi kalau mereka berhubungan. Dan dia tidak ingin, apa yang dia alami dengan Rehan dan Revan, terulang kembali pada Ayra dan juga Nevan."Sekarang kalian paham kan maksud Mama?" tanya Raina pada dua remaja di hadapannya ini.Keduanya pun mengangguk secara bersamaan. Mereka pun kembali ke kamar masing-masing. Di kamar, Raina mendengus kesal pada sang suami. Lelaki tampan itu tersenyum sambil melambaikan tangannya. Dia menyuruh sang istri duduk di
"Lah, kok malah pingsan," gumam Revan.Lelaki itu tidak terlihat panik saat sang istri jatuh pingsan. Dia dengan santainya menggendong tubuh istrinya kemudian menidurkannya di ranjang.Beberapa jam kemudian, Raina sadar. Dia melihat putra sulungnya ada di sampingnya sambil tersenyum manis."Ngapain kamu senyum-senyum?" Kesal Raina."Hehehe, akhirnya, adik Varo udah jadi. Ternyata, tak sia-sia aku kemarin meminta Papa membuat Mama hamil," celetuk remaja tampan itu.Raina pun bangkit dan menjewer telinga sang putra. "Jadi, semua ulah kamu dan Papa ya. Gara-gara kalian, Mama hamil lagi. Kalian pasti yang menukar obat yang biasa Mama minum," omelnya."Aduh Ma, ampun, sakit Ma. Bukan Varo yang melakukan itu. Varo cuma menyuruh Papa supaya Mama bisa hamil," aku remaja itu."Sama saja, kalian telah bersekongkol rupanya," kesal Raina.Wanita itu pun melepaskan tangannya. Dia juga tak tega menyakiti putranya. Mungkin, memang sudah takdirnya harus memiliki anak lagi. Namun, dia masih harus meng
"Astaga Nevan? Kenapa kamu bisa ada di kamar Papa? Kenapa tidak ketuk pintu dulu saat masuk?" amuk Revan.Bocah kecil itu langsung menundukkan kepalanya. Dia tidak pernah dibentak oleh Mamanya. Maka dari itu, dia takut saat mendengar suara Revan yang meninggi.Raina yang mengerti pikologis Revan langsung menyenggol lengan suaminya.Raina pun menarik selimut sampai menutupi tubuhnya. "Sayang, maaf, Mama belum sempat bicara sama Papa. Sekarang, kamu tunggu Papa dan Mama di luar. Setelah ini, kami akan mengantarkanmu mendaftar sekolah," ujar Raina penuh kelembutan.Bocah kecil itu pun mengangguk, lalu keluar masih dengan kepala menunduk. Raina menghela nafas panjang."Pa, jangan terlalu keras sama Nevan. Dia itu belum pernah dibentak sama Nayumi. Wanita itu mungkin terlalu menyayanginya hingga tak pernah memarahinya. Kita didik dia secara perlahan. Nayumi tidak memiliki suami, tentu dia bisa dengan bebas masuk kamar mamanya," nasehat Raina."Ahh iya, aku lupa. Nanti aku akan meminta maaf
"Siapkan alat pacu jantung," titah Revan pada perawatnya.Lelaki itu pun menempelkan alat itu pada dada sang putra. Dua kali kejut, tubuh Revan masih belum menunjukkan reaksi. Padahal, Revan sudah dua kali menaikkan tenaga listriknya."Sus, naikkan lagi," titahnya."Dok, ini sudah yang paling tinggi," ucap perawat itu.Revan pun mengangguk. "Kita coba sekali lagi," ujarnya.Revan akhirnya bernafas lega, saat terlihat garis halus di layar monitor jantung. Tubuhnya pun merosot ke lantai, karena tak sanggup lagi menahan bebannya. Andai dia bisa, dia ingin menggantikan putranya yang sedang terbaring lemah itu.Raina pun membantunya berdiri. Wanita itu terus mengusap punggung sang suami, supaya lelaki itu lebih kuat."Kita tunggu Nevan di sana ya," bujuk sang istri sambil menggiring suaminya ke sofa.Revan pun menurut, lelaki itu membenamkan kepalanya di bahu sang istri. Tangisnya kembali pecah, karena dia mengetahui, kemungkinan sembuh putranya sangat kecil."Sabar Kak, kita doakan saja y
"Hai Boy, gimana kabarmu?" tanya Revan saat dia berada di ruangan sang putra."Baik Pa," jawab bocah kecil itu dengan lesu.FlashbackBegitu mereka turun dari bandara, Revan sudah menunggunya dengan ambulan. Dan langsung dia bawa ke rumah sakit tempat Raina dirawat.Dahi lelaki itu mengerut saat membaca laporan kesehatan yang dilampirkan oleh dokter dari rumah sakit sebelumnya."Kenapa sudah sampai separah ini Nayumi tidak memberi tahunya. Apa wanita itu sudah tidak menganggapnya lagi?" batin Revan kesal.Lelaki itu pun mencari dokter terbaik untuk Nevan. Dia bahkan mencari donor hati, seandainya Nevan memerlukannya.Flashback off"Papa sangat merindukanmu Boy," ucap Revan."Nevan juga Pa. Sekarang, Nevan bahagia, bisa di sini bersama Papa," ucap bocah itu.Tak lama, pintu terbuka, datang Raina sambil menggendong putranya didorong oleh sang mami."Sayang, kenapa kemari? Apa kamu sudah baikan?" tanya Revan khawatir.Melihat raut wajah sang papa yang berubah saat kedatangan wanita canti
"Papa ….""Ayo Mami, semangat. Papa di sini menemani Mami," bisik lelaki itu.Revan terus menciumi kening istrinya sebagai penyemangat sang istri. Setelah meraup oksigen. Raina akhirnya mengejan hingga terdengarlah suara tangisan bayi yang melengking.Oweek oweek oweekRevan tersenyum bahagia saat melihat putranya lahir dalam keadaan sehat dan selamat."Mami hebat! I Love You Mami," bisiknya.Tak lama, Raina pun memejamkan matanya. Tenaganya sudah habis hingga membuat dia tak sanggup untuk membuka mata."Sus, istri saya kenapa? panik Revan saat melihat sang istri yang hanya terdiam.Dokter itu pun memeriksa keadaan Raina. Wanita itu kembali tersenyum dan berkata, "Ibu hanya kelelahan Pak. Nanti juga bangun."Revan bernafas lega. Dia sudah berpikir yang tidak tidak tadi. Sungguh, dia tak sanggup jika harus kehilangan orang yang dia cintai untuk kedua kalinya.Raina sudah dipindahkan ke ruang perawatan. Revan terus menggenggam tangan sang istri. Sesekali dia menciumnya."Mi, ayo bangun!
Masih jelas di ingatannya senyum ceria saat lelaki itu berlutut di hadapannya untuk kembali melamarnya."Maafkan Mami Dad. Hanya saja, Mami takut dan trauma dengan kehilangan. Dan sekarang, Daddy malah pergi meninggalkan Mami, Selamat Jalan Dad. Cinta Mami untuk Daddy akan tetap ada di sini," batin Raina.Sementara gadis kecil itu, hanya menangis sesenggukan di samping makam sang ayah."Daddy, maafkan Ay. Ay sayang sama Daddy. Meski kebersamaan kita tidak lama. Namun kasih sayang Ay pada Daddy sangat besar. I Love You Dad," lirihnya.Saat Rayyan hendak membantu tubuh Raina berdiri, wanita itu mendadak limbung dan tak sadarkan diri.Rayyan lalu menggendong tubuh adiknya ke dalam mobil. Ryu memeriksanya, setelah sang ayah mengangguk. Mereka pun membawanya pulang ke rumah.Raina sudah membuka matanya, tangisnya kembali pecah kala mengingat apa yang dia alami saat ini. Rasanya, baru kemarin lelaki itu tersenyum bersamanya. Kini, dia harus kehilangan senyum itu.Raina baru menyadari kalau c
"Daddy, berdiri," ujar Raina setengah berbisik."Tidak, aku tidak akan berdiri sebelum kamu menerimaku," kekeh Rehan.Raina berdecak. "Baiklah, aku menerimamu, sekarang berdirilah," ujar Raina.Sorak sorai bergema di taman kolam renang itu. Senyum menghiasi wajah Rehan. Namun, senyum itu pudar saat mendengar ucapan dari mantan istrinya."Daddy, aku menerimamu hanya karena tidak ingin kamu merasa malu di hadapan mereka. Daddy kan tahu, aku tidak ingin menikah lagi."Rehan hanya mengangguk saja. Benar kata Raina, dia pasti akan malu kalau wanita itu menolaknya mentah-mentah.Acara pun dilanjutkan kembali. Yang laki-laki memilih membakar daging, ayam, sosis dan juga pentol. Sementara yang wanita menyiapkan saus dan makanan lainnya.Semua bahagia hari itu, kecuali Rehan. Lelaki yang hari ini bertambah usia itu hanya bisa menghela nafas panjang mengingat ucapan Raina tadi. Ayra duduk di samping sang ayah. Gadis itu seolah tahu kegundahan hati ayah kandungnya."Dad, kenapa murung gitu?" tany
Entah berapa lama Raina tak sadarkan diri. Wanita itu bangun kala adzan subuh telah terdengar. Raina segera melaksanakan kewajibannya sebagai seorang muslim.Selepas salam, dia ingin membantu sang mama membuat sarapan. Namun tiba-tiba tubuhnya mendadak limbung. Dunia terasa berputar-putar. Hingga wanita itu pun kembali tak sadarkan diri.Wanita itu terbangun, dia menghembuskan nafas kasar kala melihat dirinya berada di rumah sakit kembali. Raina melirik ke samping. Makin kesal lagi saat dia melihat mantan suaminya ada di samping."Apa tidak ada orang lain? Kenapa mesti menyuruh dia menungguku di sini?" gerutu Raina dalam hati.Wanita itu pun membalikkan tubuhnya. Melihat ranjang yang bergetar membuat Rehan membuka matanya."Rai, kamu sudah sadar?" tanyanya."Huumm," jawab Raina singkat."Ada yang kamu inginkan?" tanya Rehan lagi."Aku ingin pulaaang. Kenapa aku dibawa kesini lagi? Kalau di rumah, kan aku bisa melihat semua barang peninggalan kak Revan, hiks, hiks," tangis Raina."Rai,