Kris terkikik sebelum bicara, "hi-hi-hi. Mungkin E itu Edan, Egan atau E,, busyet dah."Qeiza menatap tajam Kris, tak suka perkataannya dibecandain, "Aku serius!""Owalah, begitu saja ngambek!" Kris pergi meninggalkan Qeiza yang memasang wajah cemberut. "Sabar ndo, sabar!"Qeiza kembali melihat buket bunga yang ada di tangannya. "Kira-kira siapa sih E ini?!" Dengan pikiran yang diselimuti kebingungan, Qeiza membuang buket bunga tersebut. "Daripada jadi masalah, lebih baik aku buang saja.""Kenapa dibuang?!" tanya Mita baru saja masuk butik."Tidak jelas siapa pengirimnya, lebih baik dibuang saja," jawab Qeiza sambil berlalu pergi kembali ke ruang kerjanya.**"Sementara itu, jauh dari tempat Qeiza. Di dalam gedung pencakar langit, Evan sedang bersiap akan pergi. "Bos, semuanya sudah siap!" asisten sekaligus pengawal pribadinya baru saja masuk."Ok, Max!" Evan lalu pergi ke luar dari ruang kerjanya diikuti Max.Tak membutuhkan waktu lama, Evan dan Max telah sampai di sebuah bandara.
Mama hanya bisa menghela napas, jika putrinya sudah bilang tidak, maka itu adalah harga mutlak yang tidak bisa dibantah. "Aku dan Arlando baru menikah beberapa bulan. Menurutku wajar saja jika aku belum juga hamil," ucap Qeiza sedikit lunak. "Jika Tuhan sudah berkehendak, aku pasti hamil kok. Kalian tenang saja."Mama terdiam. Apa yang dikatakan putrinya memang ada benarnya juga. "O ya, Ma. Aku dan Arlando, besok akan pergi untuk menghadiri undangan dari klien Arlando. Karena mama ada di sini. Aku bilangnya sekarang saja.""Pergi ke mana?!" tanya mama."Ke pulau pribadi ma. Aku juga tidak tahu tempatnya di mana.""Pulau pribadi?!" tanya mama kaget. Qeiza mengangguk. "Iya.""Apa Arlando pernah ke sana?!" "Tidak tahu, tapi sepertinya belum," jawab Qeiza. Mama terdiam. Setelah mendengar putrinya akan pergi ke pulau pribadi, perasaannya jadi tidak enak."Aku bingung harus memakai gaun malam yang mana. Kata Arlando, acaranya akan diadakan malam hari.""Acara apa?!"Sejenak Qeiza terdi
Qei membalikkan badan melihat Arlando. "OMG, aku baru sadar. Kamu ganteng banget!"Arlando mendelik. "Basi! Aku ngomong baru memuji. Ke mana saja dirimu tadi?!""He-he," Qeiza terkekeh, datang mendekat pada suami kontraknya. "Maaf, aku terlalu sibuk dengan diriku." Dirapikannya dasi kupu-kupu dengan jari jemari lentiknya. "Tapi percayalah, kamu memang sangat ganteng. Suamiku sangat rupawan."Darah Arlando terasa berdesir cepat. Ada ketulusan dari ucapan dan tatapan Qeiza yang membuat jantungnya berdetak lebih cepat.Qeiza merapikan jas hitam yang menunjang penampilan Arlando semakin gagah. Postur tinggi dengan tubuh atletis tentu saja akan membuat setiap kaum hawa tak berkedip melihatnya. "Arlando," Qeiza mendongak menatap wajah suami kontraknya. "Jika suatu saat nanti kontrak pernikahan kita habis dan kamu telah menemukan wanita yang kamu cintai. Aku minta, jangan pernah lupakan aku."Sesaat Arlando terdiam. Iris mata hitam legamnya begitu lekat menatap iris mata Qeiza seakan sedan
Lagi-lagi istri kontraknya tak ditemukan. Hanya suhu ruangan kamar dingin dan sepi yang menyambut Arlando ketika masuk ke dalam kamar.Kamar mandi tak luput dari pencarian Arlando dalam mencari istrinya, tapi lagi-lagi nihil yang didapat, Qeiza tak ada dimana-mana.Ponsel yang ada di saku celana panjangnya segera dirogoh, tapi lagi-lagi kecewa yang di dapat karena begitu teleponnya tersambung, ponsel Qeiza sedang teronggok manis di atas nakas. "Astaga, Qei tidak membawa ponselnya," ucap Arlando mengambil ponsel milik istrinya. "Ceroboh sekali!"Setelah itu Arlando menelepon seseorang. Wajahnya begitu serius ketika sedang berbicara lalu setelah itu Arlando ke luar dari kamar.Di tepi pantai, Qeiza masih duduk sendiri. Cahaya rembulan serta angin pantai yang semilir di iringi suara deburan ombak membuat Qeiza betah duduk berlama-lama."Cantik bukan?!" Qeiza mendongak tersadar dari lamunan ketika mendengar suara bariton di sampingnya. "Bulan itu sangat cantik," sambungnya lagi terseny
Wajah Gloria berubah was-was. Rencana yang telah disusunnya bisa berantakan kalau Arlando tidak mau minum wine yang ada di tangannya. Sebelum bertemu Arlando tadi, Gloria sudah menyusun rencana matang-matang. Wine yang sedang dipegang Arlando sudah dicampur dengan obat perangsang. Gloria telah membayar pelayan tersebut agar memasukkan obat perangsang ke dalam minuman Arlando. "Hanya satu gelas saja, tidak mungkin Tuan Meshach mabuk," rayu Gloria penuh harap. "Kepalaku agak pusing. Saya terlalu banyak minum. Lebih baik minum yang lain saja."Gloria memutar otak agar Arlando minum wine yang ada di tangannya karena itu adalah penentuan akhir dari rencananya dalam menjebak Arlando. "Waduh, gawat. Bagaimana ini?!" dalam hati Gloria bicara sendiri. "Ada apa Nona Gloria?! Kenapa terlihat cemas?!" tanya Arlando melihat perubahan ekspresi yang ada pada Gloria."Tidak, tidak ada apa-apa," jawab Gloria diakhiri meneguk wine miliknya untuk menutupi kegugupan.Arlando mengedarkan pandangannya
"Arlando, tubuhku hhh tubuhku panas hhh ,,,," bisik Qeiza tak tahan menatap sendu wajah suami kontraknya.Kening Arlando mengernyit, menatap bingung tubuh istrinya yang bergerak gelisah. "Kenapa dengan kamu?!" Qeiza perlahan bangun. Sekuat tenaga menahan hasrat yang bergejolak dalam dada. "Aku ingin mandi. Tubuhku rasanya panas.""Mandi?!""Badanku ahhhk,,," Qeiza menyentuh tubuhnya sendiri. Sesuatu yang aneh berdesir ketika kulit tangannya bersentuhan dengan tubuhnya sendiri. Arlando melihat ada yang aneh dengan istrinya. "Jangan-jangan ,,, OMG!" Tanpa membuang waktu, Arlando segera mengangkat tubuh istrinya ke kamar mandi. Rasa curiga langsung muncul dalam pikirannya, tapi tak berani menduga-duga.Qeiza hanya pasrah mengikuti apa yang dilakukan suaminya. Bahkan sampai tubuhnya diguyur air sampai basah kuyup, Qeiza hanya diam saja karena tubuh dan pikirannya sedang berperang melawan hasratnya yang bergejolak. Arlando mengisi bathub sampai penuh. Tubuh Qeiza yang telah basah kuyup
Qeiza memejamkan mata. Entah apa yang dirasakannya sekarang karena tubuh bagian bawahnya terutama di area sensitifnya terasa sakit dan perih, tapi berbeda dengan Arlando yang nampak begitu sangat menikmati surga dunia milik istrinya yang baru saja berhasil dijebol oleh senjata andalannya."Qei, ghh hhh," bisik Arlando di antara geraman nikmatnya. "Terima kasih hhh khhh. Kamu hhh telah memberikan kesucian mu ghhhh hhh ahh padaku." Qeiza tak berkata apa-apa, hanya air mata di sudut matanya yang menjadi saksi kalau hatinya juga sangat bahagia karena telah berhasil menjaga kesuciannya sampai suami sahnya sendiri yang berhasil merobeknya.Arlando menjeda sebentar ritme tubuh bagian bawahnya. Tersenyum manis menatap wajah Qeiza yang berada di bawah tubuh kekarnya. "Apa masih sakit?!" Qeiza mengangguk pelan. "Itu karena milikmu belum terbiasa. Nanti juga akan terbiasa dan aku akan membawamu ke surga," bisik Arlando kemudian melumat habis bibir istrinya dengan penuh gairah. Malam pertama
Aliran darah yang mengisi setiap urat yang menjalar dalam tubuhnya terasa bergejolak ketika Arlando dengan lembut melumat bibirnya sehingga tanpa sadar Qeiza mendesah di antara ciumannya.Senyum tipis tersungging di bibir Arlando begitu mendengar desahan istrinya. Sebagai seorang lelaki, itu adalah pencapaian luar biasa bisa membuat pasangannya terbuai.Qeiza menatap sendu wajah Arlando yang melepaskan ciumannya, ada rasa kekosongan begitu bibir mereka terlepas. Bibir sedikit bengkak dan merah milik Arlando telah menjadi candunya. "Apa kamu menginginkannya?!" tanya Arlando menggoda istrinya.Wajah merona langsung menghias Qeiza. Senyum malu-malu tersungging di bibir bengkaknya diiringi kepala mengangguk. "Good!" bisik Arlando kembali mendaratkan bibirnya di atas bibir Qeiza. "Aku akan membuatmu menjadi wanita paling bahagia di dunia ini."Ciuman yang awalnya hanya berupa lumatan lembut semakin lama semakin berubah menjadi lumatan penuh dengan gairah. Qeiza menggelinjang ketika Arla
Setelah puas saling melepas rindu. Arlando dan Qeiza duduk. Tak sedikitpun Arlando melepaskan tangan Qeiza. "Aku seperti mimpi kamu datang ke sini," ucap Arlando memandang lekat wajah Qeiza. "Kamu tahu, aku sangat merindukanmu." "Kalau kamu begitu sangat merindukan ku, kenapa tidak pernah datang atau telepon?!" "Keadaan yang membuatku tidak bisa menghubungi kamu," jawab Arlando. "Tapi diluar itu semua, aku memang sengaja tidak menghubungi kamu untuk menguji perasaanku." "Maksudnya?!" "Aku ingin memastikan perasaanku sendiri. Apa aku ini mencintai kamu atau perasaanku ini hanya karena kita terikat pernikahan kontrak itu?!" jelas Arlando. "Lalu, sekarang bagaimana perasaanmu?!" tanya Qeiza. Arlando semakin memegang erat jari jemari lentik tangan istrinya. "Aku takut kehilangan kamu. Dengan kita terpisah beberapa hari ini, aku seperti kehilangan arah. Tidak tahu lagi tujuanku ini sebenarnya apa." Qeiza tersenyum, hatinya sangat senang mendengar kata-kata yang begitu tu
Qeiza berbaring ditempat tidur. Wajahnya semakin pucat. "Qei," mama masuk dengan tangan membawa sesuatu.Qeiza tidak menjawab. "Apa bulan ini kamu datang bulan?!" tanya mama."Datang bulan?!" Qeiza tertegun dengan pikiran mengingat-ingat sudah dapat atau belum bulan ini."Ini!" Mama memberikan test pack. "Coba kamu cek."Qeiza perlahan bangun. "Cek apa?!" "Kapan terakhir kali kamu datang bulan?!" tanya mama.Qeiza terdiam, mengingat-ingat tapi tidak ingat. "Entahlah, aku tidak ingat."Mama duduk di tepi tempat tidur. "Apa kamu dan Arlando pernah ,,,"Dengan cepat Qeiza mengambil test pack yang ada di tangan mama. "Biar aku coba!" lalu dengan terburu-buru turun dari atas tempat tidur menuju kamar mandi.Di dalam kamar mandi, Qeiza sejenak berdiri termangu bersandar pada daun pintu. "Apa mungkin aku hamil? Kalau benar berarti aku mengandung anaknya Arlando," gumam Qeiza memegang perutnya yang masih rata. Qeiza melakukan apa yang seharusnya dilakukan untuk menguji keakuratan test pac
Tuan Meshach masih memandang heran pada putranya. Kopi begitu wangi kenapa dibilang bau busuk. Arlando bersandar pada sandaran sofa yang ada di sudut ruangannya. "Ada apa pi, pagi-pagi sudah keruanganku?! Memangnya papi tak ada pekerjaan lain.""Ada sekretaris, ada asisten pribadi, ngapain papi masih repot-repot urus pekerjaan," jawab Tuan Meshach sekenanya. "Juga ada kamu."Arlando mendelik. "Sombong!"Papi duduk di samping putranya. "Bagaimana istri kontrakmu? Papi sudah lama tidak mendengar kabarnya. Apa kalian berdua sering bertemu?!""Telepon saja sendiri. Kalian semua yang memisahkan aku dan istrik!" jawab Arlando kesal. "He-he," papi malah terkekeh melihat putranya. "Makanya jangan main-main dengan kami. Tahu sendirikan akibatnya apa?! Menikah kok kontrak, kayak rumah saja dikontrak," ledek papi.Arlando lagi-lagi mendelik. "Semuanya juga gara-gara papi yang keras kepala! Kalau papi tidak memaksaku, tidak mungkin pernikahan kontrak itu terjadi!""Lho, kok jadi papi yang disal
"Tidak usah ma!" karena kesal dengan mama, Qeiza tanpa sadar mengencangkan suaranya. "Aku sedang menyetir ma. Jangan mengganggu konsentrasiku!""Ok!" Setelah itu, Mama tidak bicara apa-apa lagi. Qeiza menghela napas, berurusan dengan mama lebih menjengkelkan dari berurusan dengan para pelanggan di butik yang minta diubah gaunnya menjadi ini itu ini itu.Rumah kediaman Qeiza sudah depan mata. Setelah melewati pintu pagar dan parkir depan rumah, Qeiza segera turun dari mobil. "Dasar bocah!" gumam Mama melihat putrinya hampir saja jatuh terantuk lantai keramik saking tergesa-gesanya melangkah masuk ke dalam rumah."Nyonya!" panggil Mang Ujang."Lho kok Mang Ujang ada di rumah. Bukannya tadi suruh ke bengkel betulin mobil.""Mobilnya masih di bengkel," Mang Ujang lalu mengeluarkan secarik kertas dari dalam saku celana panjangnya. "Apa ini?!" tanya Mama Qeiza mengambil kertas yang diberikan Mang Ujang. "Nota.""Belum juga dibenerin mobilnya sudah minta nota! Aneh!" gerutu Mama Qeiza ma
Qeiza rasanya ingin menghilang saat itu juga supaya bisa menghindari tatapan semua orang yang sekarang sedang menatapnya. "Ya Tuhan, kenapa masalahnya jadi seperti ini? Aku merasa jadi seorang terdakwa kelas kakap yang akan dihukum vonis mati."Baik Arlando maupun Qeiza tidak bisa menghindari keinginan kedua orangtua masing-masing memisahkan mereka berdua karena buktinya cukup kuat yakni pernikahan kontrak mereka satu tahun. Qeiza pergi dengan mamanya meninggalkan rumah kediaman Meshach tanpa bisa Arlando cegah. Semuanya jadi rumit apalagi Arlando tidak bisa menjelaskan alasan apa sampai mereka berdua bisa terikat pernikahan kontrak. Sepanjang perjalanan menuju rumahnya, Qeiza lebih banyak diam. Tatapannya tak beralih melihat ke luar jendela mobil. Mama Qeiza duduk disampingnya sampai tak berani untuk mengajak putrinya bicara.Tak membutuhkan waktu lama dalam perjalanan, Qeiza telah sampai di rumah. Kamar yang telah berbulan-bulan ditinggalkan sekarang ditempati kembali oleh pemilik
Pagi-pagi Qeiza sudah siap-siap berangkat ke butik. Walau semalam tidur sangat larut malam, tapi pagi-pagi sekali Qeiza sudah bangun. "Arlando!" Qeiza menepuk kaki suami kontraknya. "Bangun! Ini sudah siang!"Respon Arlando hanya menggeliat kecil, matanya sulit sekali untuk terbuka.Qeiza menggoyangkan tubuh Arlando. "Bangun! Katanya mau pergi ke kantor pagi-pagi."Ditunggu beberapa saat, tapi Arlando tidak bangun juga akhirnya Qeiza pergi ke luar dari kamar.Mami baru saja ke luar dari kamar. Setiap hari mami memang selalu bangun pagi untuk menyiapkan sarapan suaminya."Qeiza!" panggil mami melihat menantunya sedang menuruni tangga."Iya mi," jawab Qeiza berhenti ditengah-tengah tangga, melihat mertuanya."Mami ingin bicara denganmu!" Deg!Jantung Qeiza langsung berdetak cepat. Apalagi melihat mami begitu serius menatap pada dirinya."Kamu pasti sudah tahu tentang permasalahan yang sekarang terjadi," ucap Mami tanpa basa basi."Masalah apa mi?!" tanya Qeiza pura-pura.Tatapan mami
"Iya, saya sangat setuju jeng!" seru Mama Qei. "Saya juga akan mencari tahu, kenapa putriku bisa-bisanya bertindak sampai sejauh itu. Sampai sekarang saya tak habis pikir, apa maksudnya Qeiza melakukan semua kebohongan ini." "Sama jeng, saya juga tak habis pikir dengan putraku itu. Kok bisa bohongi kita semua. Tapi terlepas dari itu semua, sebaiknya kita mencari tahu alasan yang sebenarnya kenapa sampai bisa terjadi pernikahan kontrak.""Jeng," Mama Qeiza menurunkan volume suara. "Qeiza dan putramu melakukan pernikahan kontrak, tapi mereka tidur dalam satu kamar. Bagaimana itu jeng?!"Mami Arlando tertegun. Apa yang dikatakan besannya benar, bahkan tadi pagi saat membangunkan putra dan menantunya mereka sedang tidur berpelukan. Lalu ,,, lalu, kepala mami jadi tambah pusing."Jeng," panggil Mama Qei melihat besannya hanya diam tertegun. "I-iya ,,,.""Mereka tidur dalam satu tempat tidur. Bagaimana jeng?" Mama Qeiza jadi khawatir. "Apa mereka telah ,,,,""Aduh, saya jadi tambah bingun
Arlando menggosok kedua mata. "Siapa sih yang buka jendela? Silau!" ucapnya bersuara serak ciri khas orang bangun tidur.Qeiza yang terlebih dahulu menyadari akan kehadiran mami segera menyenggol tubuh Arlando. "Mami ,,,"Mendengar kata mami, kesadaran Arlando langsung terkumpul sempurna. "Mami?!" Qeiza bangun. "Selamat pagi mami,' sapanya basa basi."Sudah siang masih tidur! Kalian tidak pergi bekerja?!" tanya mami."I-iya mam," jawab Qeiza gugup langsung turun dari atas tempat tidur dan bergegas ke kamar mandi. Sementara Arlando kembali menarik selimut. "Aku masih mengantuk."Mami menarik selimut yang menutupi tubuh Arlando. "Bangun, ini sudah siang! Mami juga ingin bicara tentang pernikahan kontrakmu itu!"Deg!Jantung Arlando kaget. "Gawat! Pernikahan kontrak lagi yang mami bahas! Aku harus cari akal untuk menghindari mami," hati kecilnya bicara."Mami ingin bicara denganmu! Cepat bangun Arlando!" "Apa sih mami ini?! Pagi-pagi sudah marah-marah. Nanti kulitnya cepat keriput," u
Kediaman keluarga Meshach nampak sepi ketika Arlando dan Qeiza pulang. "Jam berapa?!" tanya Qeiza pada suaminya. "Sudah lewat dari tengah malam," bisik Arlando."Semua orang sudah tidur.""Baguslah," gumam Qeiza berjalan sangat hati-hati karena lampu ruang yang temaram.Klik!Lampu ruangan berubah terang, Qeiza hampir saja meloncat kaget. "Tuan muda, nyonya muda? Bibi pikir siapa," suara bibi memecah kesunyian. "Aduh bibi! Bikin kaget saja! Hampir copot jantungku!" "He-he, maaf nyonya. Bibi tidak bisa melihat dengan jelas, takutnya ada maling," bela bibi."Lampunya matiin lagi bi!" pinta Arlando kemudian menarik tangan Qeiza agar melanjutkan lagi langkahnya menuju kamar.Di dalam kamar, Qeiza langsung melepas sepatu high heelsnya. "Lelah banget, ingin cepat mandi dan tidur.""Aku duluan yang mandi!" Arlando buru-buru masuk ke kamar mandi. Qeiza menghempaskan tubuh di sofa. "Badan cape pikiran juga cape. Kenapa jadi seperti ini?!" gumamnya teringat kembali dengan pernikahan kontr