Ririn mengeluarkan semua yang tadi ingin dikeluarkannya. "Leganya," gumam Ririn.Setelah selesai, Ririn merapikan diri sebentar di depan wastafel kamar mandi. Sementara Sinta melihat ke semua tempat yang ada di kamar pribadinya, mencari pria yang tadi bercinta dengannya. "Sembunyi di mana si Damar?!" gumam Sinta menyibakkan gundukan selimut di atas tempat tidur, tapi itu hanya sebuah bantal yang tertutup selimut.Dilihatnya ke kolong tempat tidur, tapi tetap kosong. Berdiri sejenak, berpikir, "kok tidak ada sih."Tatapan Sinta kemudian jatuh pada lemari pakaiannya. "Mungkinkah si Damar sembunyi di dalam lemari?!" Belum Sinta memastikan benar atau tidaknya Damar sembunyi di lemari, Ririn ke luar dari kamar mandi. "Lega banget. Thanks ya," ucap Ririn melihat Sinta. "I-iya," jawab Sinta melihat Ririn.Ririn melihat ke sekeliling kamar yang berantakan. "Berapa hari loe tidak merapikan kamar?!" "Entahlah," jawab Sinta menyadari kalau kamarnya berantakan. "Gue tidak ada waktu.""Loe
Qeiza mondar mandir di ruang kerjanya sendiri. "Bagaimana ini?"Ponsel yang ada di atas meja segera Qeiza ambil. Dipandanginya beberapa saat sebelum menghubungi Arlando.Qeiza :"Halo."Arlando :"Halo. Kamu mau pulang?! Tunggu sebentar, aku akan jemput kamu."Qeiza menggeleng, ingat tadi Arlando akan menjemputnya pulang :"Tidak, bukan itu. Aku ,,,," Qeiza bingung sendiri tidak melanjutkan kalimatnya.Arlando :"Ada apa Qei?!" Qeiza berdeham sebentar agar bisa bicara normal :"Tadi mami ke sini dan mengajakku ke dokter kandungan."Arlando :"What?! Dokter kandungan? Mau apa?Qeiza :"Orangtua kamu pengen cucu!"Arlando tak menjawab, ponsel malah terputus sambungannya.Qeiza :"Kok malah diputus sih?!"Sementara itu, Arlando langsung ke luar dari ruang kerjanya. Tujuannya hanya satu, menemui istri kontraknya. Tak berselang lama, Arlando sudah sampai di butik tempat di mana Qeiza bekerja. "Tuan ganteng mencari istrinya ya?!" tanya Kris dengan gerakkan kemayunya."Di mana Qei?!" tany
"Kenapa?!" tanya Qeiza melihat Arlando hanya menatap layar ponsel."Sepertinya mami marah.""Apa marah karena aku?!" tanya Qeiza."Bukan." Arlando menaruh ponsel kembali ke dalam saku celana panjangnya. "Mami lagi sensitif."Setelah itu, keduanya berkeliling sekitar pantai berharap ada toko yang menjual baju.Tak lama kemudian, Qeiza merasakan naga-naga kecil dalam perutnya bernyanyi, "Aku lapar.""Aku juga lapar. Kita cari restoran." "Lalu bagaimana dengan celana kamu yang basah itu?! Nanti kamu bisa masuk angin," ucap Qeiza."Tak masalah, aku tidak akan mati hanya karena celana basah. Paling hanya senjataku yang jadi mengkerut karena kedinginan."Qeiza mendelik. "Itu lebih parah," gumamnya pelan.Arlando melajukan mobilnya pelan, menyusuri jalan raya tepi pantai mencari restoran yang khusus menghidangkan masakan seafood.Tak berapa lama, Arlando dan Qeiza mendapatkan restoran yang nyaman. Tanpa menunggu lagi, keduanya segera memesan berbagai macam olahan masakkan seafood. Arlando d
"Maaf?!" tanya Arlando dengan mimik wajah yang bertanya siapa anda. Wanita itu terkikik malu karena Arlando tak mengenalinya sementara dirinya begitu antusias. "Saya Gloria. Mobil kita waktu itu hampir bertabrakan."Setelah beberapa detik, Arlando baru bisa mengingat wanita tersebut. "Oh. Saya ingat sekarang. Anda, Nyonya Gloria.""Nona Gloria, bukan Nyonya Gloria. Saya belum menikah," ucap Gloria menegaskan. "Oh, maaf. Saya tidak tahu.""Tidak masalah, tapi ngomong-ngomong, kebetulan kita bertemu di sini. Ada sesuatu yang ingin saya bicarakan," ucap Gloria. Pembicaraan berlanjut, Gloria berusaha mencari topik pembahasan agar Arlando bisa berlama-lama mengobrol dengannya. Sementara itu, Qeiza yang berada di kamar menunggu dengan gelisah. "Ke mana sih si Arlando ini? Lama banget cuma ambil baju di mobil!" Tak lama kemudian, Qeiza memutuskan untuk pergi mencari Arlando. Di lobi hotel, Qeiza mengedarkan pandangan ke sekeliling, tapi suami kontraknya tidak ada. Langkah kakinya berl
Qeiza berhasil membantu Gloria masuk ke dalam kamarnya yang ternyata kamar Gloria bersebelahan dengan kamarnya sendiri. "Thank you," ucap Gloria setelah duduk ditepi tempat tidurnya."Sama-sama," jawab Qeiza. "Aku akan minta tolong pegawai hotel untuk memanggilkan dokter untukmu.""Tidak usah," ujar Gloria meringis menahan sakit."Kakimu harus diobati!" seru Qeiza melihat sekeliling kamar yang nampak berantakan. "Apa kamu tinggal sendirian di sini atau bersama seseorang?!""Aku tinggal sendiri. Aku seorang wanita lajang. Ngomong-ngomong, namaku Gloria.""Qeiza Noura. Kamu bisa memanggilku Qeiza," jawab Qeiza. Setelah itu, Qeiza pergi untuk mencari bantuan agar kaki Gloria segera di obati. Selesai dengan semua urusan menolong Gloria, Qeiza mencari obat penurun panas untuk suami kontraknya yang kebetulan ada di apotik kecil di samping hotel sehingga memudahkan Qeiza untuk mendapatkannya. Arlando terbaring lemah di atas tempat tidur. Wajahnya terlihat pucat dengan tubuh menggigil keti
DREET!DREET!Ponsel Arlando bergetar. Nama mami kembali tertera di layar ponsel."Qei, aku mau angkat telepon dulu," bisik Arlando pelan kemudian pergi meninggalkan meja.Gloria tersenyum melihat Qeiza. "Aku tidak menduga sama sekali, ternyata Tuan Meshach adalah suamimu."Qeiza hanya tersenyum. Mulutnya sedang mengunyah nasi goreng seafood."Kamu, wanita yang sangat beruntung punya suami ganteng dan kaya seperti Tuan Meshach," sambung Gloria. "Apa kalian berdua sudah punya momongan?!" Qeiza menggeleng. "Oh," senyum misterius langsung tersungging di bibir Gloria. "Cepat-cepat punya anak lho Qei biar suamimu tidak diambil wanita lain. Anak itu pengikat dalam rumah tangga.""Kami belum memikirkan tentang anak," ucap Qeiza dengan polosnya."Lho kenapa? Biasanya, orang yang sudah menikah itu pengen cepat-cepat punya anak."Qeiza diam. Gloria tidak tahu dibalik alasan pernikahannya dengan Arlando karena apa."Melihat si Qei diam, sepertinya ada yang sedang disembunyikan. Gue harus cari
"Hai!"Gloria mendongak. Evan berdiri di samping mejanya."Sudah lama menungguku?!" "Baru beberapa menit yang lalu," jawab Gloria menaruh ponsel yang sedang dipegangnya di atas meja.Setelah pesan makanan, keduanya pun terlibat pembicaraan yang cukup serius."Kebetulan sekali kamu bisa bertemu Tuan Meshach di sini," ucap Evan."Iya. Aku juga tidak menduga bisa bertemu di sini, tapi ,,,," wajah Gloria jadi kesal."Tapi kenapa?!" "Istrinya juga ikut," jawab Gloria tak senang.Evan terkekeh. "He-he. Kamu cemburu?!"Gloria meneguk wine yang tadi dipesannya kemudian melanjutkan lagi bicaranya. "Qeiza Noura. Lumayan cantik, tapi tetap jauh lebih cantik aku.""Pantas kau kesal, ternyata ada macan betinanya," ucap Evan. Gloria menatap intens Evan. "Jadi seleramu sekarang, wanita lugu?!""Apa maksudmu?!" "Qeiza Noura, istri dari Tuan Arlando Meshach yang telah berhasil mencuri hatimu itu!"Wajah Evan berubah serius, menatap tajam Gloria. "Kau jangan masuk campur urusanku dengan Qeiza. Tuga
Qeiza dan Damar melihat ke belakang. Pria dengan jaket kulit berdiri menatap Damar."Reza, tolong aku!" Qeiza mengenali pria tersebut, pria yang telah menolongnya waktu nyasar di hutan."Lepaskan dia!" bela Reza."Jangan ikut campur urusanku," Damar tak kalah galak. Qeiza berusaha menarik pergelangan tangannya. "Lepaskan, brengsek!""Diam!" bentak Damar habis kesabaran.Bukan Qeiza namanya jika menerima begitu saja dibentak Damar. Dengan sekuat tenaga, Qeiza menginjak kaki Damar."Aww!" jerit sakit tertahan ke luar dari bibir Damar. Qeiza langsung menarik tangannya. "Rasain!"Setelah itu pergi meninggalkan Damar yang meringis kesakitan karena kakinya diinjak Qeiza.Reza langsung tersenyum meledek. "Mantap bro!" Qeiza berjalan sangat cepat, "mimpi apa gue semalam sampai bertemu lagi dengan si pengkhianat!""Qeiza!" Terdengar panggilan dari belakang. Qeiza baru tersadar tadi meninggalkan Reza."Jalanmu cepat sekali!" Reza berusaha mengimbangi jalannya Qeiza. "Terima kasih.""Terima
Setelah puas saling melepas rindu. Arlando dan Qeiza duduk. Tak sedikitpun Arlando melepaskan tangan Qeiza. "Aku seperti mimpi kamu datang ke sini," ucap Arlando memandang lekat wajah Qeiza. "Kamu tahu, aku sangat merindukanmu." "Kalau kamu begitu sangat merindukan ku, kenapa tidak pernah datang atau telepon?!" "Keadaan yang membuatku tidak bisa menghubungi kamu," jawab Arlando. "Tapi diluar itu semua, aku memang sengaja tidak menghubungi kamu untuk menguji perasaanku." "Maksudnya?!" "Aku ingin memastikan perasaanku sendiri. Apa aku ini mencintai kamu atau perasaanku ini hanya karena kita terikat pernikahan kontrak itu?!" jelas Arlando. "Lalu, sekarang bagaimana perasaanmu?!" tanya Qeiza. Arlando semakin memegang erat jari jemari lentik tangan istrinya. "Aku takut kehilangan kamu. Dengan kita terpisah beberapa hari ini, aku seperti kehilangan arah. Tidak tahu lagi tujuanku ini sebenarnya apa." Qeiza tersenyum, hatinya sangat senang mendengar kata-kata yang begitu tu
Qeiza berbaring ditempat tidur. Wajahnya semakin pucat. "Qei," mama masuk dengan tangan membawa sesuatu.Qeiza tidak menjawab. "Apa bulan ini kamu datang bulan?!" tanya mama."Datang bulan?!" Qeiza tertegun dengan pikiran mengingat-ingat sudah dapat atau belum bulan ini."Ini!" Mama memberikan test pack. "Coba kamu cek."Qeiza perlahan bangun. "Cek apa?!" "Kapan terakhir kali kamu datang bulan?!" tanya mama.Qeiza terdiam, mengingat-ingat tapi tidak ingat. "Entahlah, aku tidak ingat."Mama duduk di tepi tempat tidur. "Apa kamu dan Arlando pernah ,,,"Dengan cepat Qeiza mengambil test pack yang ada di tangan mama. "Biar aku coba!" lalu dengan terburu-buru turun dari atas tempat tidur menuju kamar mandi.Di dalam kamar mandi, Qeiza sejenak berdiri termangu bersandar pada daun pintu. "Apa mungkin aku hamil? Kalau benar berarti aku mengandung anaknya Arlando," gumam Qeiza memegang perutnya yang masih rata. Qeiza melakukan apa yang seharusnya dilakukan untuk menguji keakuratan test pac
Tuan Meshach masih memandang heran pada putranya. Kopi begitu wangi kenapa dibilang bau busuk. Arlando bersandar pada sandaran sofa yang ada di sudut ruangannya. "Ada apa pi, pagi-pagi sudah keruanganku?! Memangnya papi tak ada pekerjaan lain.""Ada sekretaris, ada asisten pribadi, ngapain papi masih repot-repot urus pekerjaan," jawab Tuan Meshach sekenanya. "Juga ada kamu."Arlando mendelik. "Sombong!"Papi duduk di samping putranya. "Bagaimana istri kontrakmu? Papi sudah lama tidak mendengar kabarnya. Apa kalian berdua sering bertemu?!""Telepon saja sendiri. Kalian semua yang memisahkan aku dan istrik!" jawab Arlando kesal. "He-he," papi malah terkekeh melihat putranya. "Makanya jangan main-main dengan kami. Tahu sendirikan akibatnya apa?! Menikah kok kontrak, kayak rumah saja dikontrak," ledek papi.Arlando lagi-lagi mendelik. "Semuanya juga gara-gara papi yang keras kepala! Kalau papi tidak memaksaku, tidak mungkin pernikahan kontrak itu terjadi!""Lho, kok jadi papi yang disal
"Tidak usah ma!" karena kesal dengan mama, Qeiza tanpa sadar mengencangkan suaranya. "Aku sedang menyetir ma. Jangan mengganggu konsentrasiku!""Ok!" Setelah itu, Mama tidak bicara apa-apa lagi. Qeiza menghela napas, berurusan dengan mama lebih menjengkelkan dari berurusan dengan para pelanggan di butik yang minta diubah gaunnya menjadi ini itu ini itu.Rumah kediaman Qeiza sudah depan mata. Setelah melewati pintu pagar dan parkir depan rumah, Qeiza segera turun dari mobil. "Dasar bocah!" gumam Mama melihat putrinya hampir saja jatuh terantuk lantai keramik saking tergesa-gesanya melangkah masuk ke dalam rumah."Nyonya!" panggil Mang Ujang."Lho kok Mang Ujang ada di rumah. Bukannya tadi suruh ke bengkel betulin mobil.""Mobilnya masih di bengkel," Mang Ujang lalu mengeluarkan secarik kertas dari dalam saku celana panjangnya. "Apa ini?!" tanya Mama Qeiza mengambil kertas yang diberikan Mang Ujang. "Nota.""Belum juga dibenerin mobilnya sudah minta nota! Aneh!" gerutu Mama Qeiza ma
Qeiza rasanya ingin menghilang saat itu juga supaya bisa menghindari tatapan semua orang yang sekarang sedang menatapnya. "Ya Tuhan, kenapa masalahnya jadi seperti ini? Aku merasa jadi seorang terdakwa kelas kakap yang akan dihukum vonis mati."Baik Arlando maupun Qeiza tidak bisa menghindari keinginan kedua orangtua masing-masing memisahkan mereka berdua karena buktinya cukup kuat yakni pernikahan kontrak mereka satu tahun. Qeiza pergi dengan mamanya meninggalkan rumah kediaman Meshach tanpa bisa Arlando cegah. Semuanya jadi rumit apalagi Arlando tidak bisa menjelaskan alasan apa sampai mereka berdua bisa terikat pernikahan kontrak. Sepanjang perjalanan menuju rumahnya, Qeiza lebih banyak diam. Tatapannya tak beralih melihat ke luar jendela mobil. Mama Qeiza duduk disampingnya sampai tak berani untuk mengajak putrinya bicara.Tak membutuhkan waktu lama dalam perjalanan, Qeiza telah sampai di rumah. Kamar yang telah berbulan-bulan ditinggalkan sekarang ditempati kembali oleh pemilik
Pagi-pagi Qeiza sudah siap-siap berangkat ke butik. Walau semalam tidur sangat larut malam, tapi pagi-pagi sekali Qeiza sudah bangun. "Arlando!" Qeiza menepuk kaki suami kontraknya. "Bangun! Ini sudah siang!"Respon Arlando hanya menggeliat kecil, matanya sulit sekali untuk terbuka.Qeiza menggoyangkan tubuh Arlando. "Bangun! Katanya mau pergi ke kantor pagi-pagi."Ditunggu beberapa saat, tapi Arlando tidak bangun juga akhirnya Qeiza pergi ke luar dari kamar.Mami baru saja ke luar dari kamar. Setiap hari mami memang selalu bangun pagi untuk menyiapkan sarapan suaminya."Qeiza!" panggil mami melihat menantunya sedang menuruni tangga."Iya mi," jawab Qeiza berhenti ditengah-tengah tangga, melihat mertuanya."Mami ingin bicara denganmu!" Deg!Jantung Qeiza langsung berdetak cepat. Apalagi melihat mami begitu serius menatap pada dirinya."Kamu pasti sudah tahu tentang permasalahan yang sekarang terjadi," ucap Mami tanpa basa basi."Masalah apa mi?!" tanya Qeiza pura-pura.Tatapan mami
"Iya, saya sangat setuju jeng!" seru Mama Qei. "Saya juga akan mencari tahu, kenapa putriku bisa-bisanya bertindak sampai sejauh itu. Sampai sekarang saya tak habis pikir, apa maksudnya Qeiza melakukan semua kebohongan ini." "Sama jeng, saya juga tak habis pikir dengan putraku itu. Kok bisa bohongi kita semua. Tapi terlepas dari itu semua, sebaiknya kita mencari tahu alasan yang sebenarnya kenapa sampai bisa terjadi pernikahan kontrak.""Jeng," Mama Qeiza menurunkan volume suara. "Qeiza dan putramu melakukan pernikahan kontrak, tapi mereka tidur dalam satu kamar. Bagaimana itu jeng?!"Mami Arlando tertegun. Apa yang dikatakan besannya benar, bahkan tadi pagi saat membangunkan putra dan menantunya mereka sedang tidur berpelukan. Lalu ,,, lalu, kepala mami jadi tambah pusing."Jeng," panggil Mama Qei melihat besannya hanya diam tertegun. "I-iya ,,,.""Mereka tidur dalam satu tempat tidur. Bagaimana jeng?" Mama Qeiza jadi khawatir. "Apa mereka telah ,,,,""Aduh, saya jadi tambah bingun
Arlando menggosok kedua mata. "Siapa sih yang buka jendela? Silau!" ucapnya bersuara serak ciri khas orang bangun tidur.Qeiza yang terlebih dahulu menyadari akan kehadiran mami segera menyenggol tubuh Arlando. "Mami ,,,"Mendengar kata mami, kesadaran Arlando langsung terkumpul sempurna. "Mami?!" Qeiza bangun. "Selamat pagi mami,' sapanya basa basi."Sudah siang masih tidur! Kalian tidak pergi bekerja?!" tanya mami."I-iya mam," jawab Qeiza gugup langsung turun dari atas tempat tidur dan bergegas ke kamar mandi. Sementara Arlando kembali menarik selimut. "Aku masih mengantuk."Mami menarik selimut yang menutupi tubuh Arlando. "Bangun, ini sudah siang! Mami juga ingin bicara tentang pernikahan kontrakmu itu!"Deg!Jantung Arlando kaget. "Gawat! Pernikahan kontrak lagi yang mami bahas! Aku harus cari akal untuk menghindari mami," hati kecilnya bicara."Mami ingin bicara denganmu! Cepat bangun Arlando!" "Apa sih mami ini?! Pagi-pagi sudah marah-marah. Nanti kulitnya cepat keriput," u
Kediaman keluarga Meshach nampak sepi ketika Arlando dan Qeiza pulang. "Jam berapa?!" tanya Qeiza pada suaminya. "Sudah lewat dari tengah malam," bisik Arlando."Semua orang sudah tidur.""Baguslah," gumam Qeiza berjalan sangat hati-hati karena lampu ruang yang temaram.Klik!Lampu ruangan berubah terang, Qeiza hampir saja meloncat kaget. "Tuan muda, nyonya muda? Bibi pikir siapa," suara bibi memecah kesunyian. "Aduh bibi! Bikin kaget saja! Hampir copot jantungku!" "He-he, maaf nyonya. Bibi tidak bisa melihat dengan jelas, takutnya ada maling," bela bibi."Lampunya matiin lagi bi!" pinta Arlando kemudian menarik tangan Qeiza agar melanjutkan lagi langkahnya menuju kamar.Di dalam kamar, Qeiza langsung melepas sepatu high heelsnya. "Lelah banget, ingin cepat mandi dan tidur.""Aku duluan yang mandi!" Arlando buru-buru masuk ke kamar mandi. Qeiza menghempaskan tubuh di sofa. "Badan cape pikiran juga cape. Kenapa jadi seperti ini?!" gumamnya teringat kembali dengan pernikahan kontr