Sore itu, matahari perlahan tenggelam di ufuk barat, memberikan warna jingga yang indah di langit. Satya bersiap-siap dengan pakaian formalnya, menanti kedatangan Hanna. Saat Hanna datang, dia terlihat sangat cantik dengan gaun malam berwarna biru tua."Tante, kamu terlihat luar biasa," puji Satya,
Malam itu, hujan deras mengguyur kota Jakarta dengan gemuruh yang menggetarkan bumi. Tetesan air hujan bersamaan dengan angin malam yang dingin menyelinap masuk ke dalam setiap sudut kota. Di atas rooftop rumah mewah milik Hanna, Satya berdiri sendiri, merenungi pertanyaan-pertanyaan yang menghantui
"Sudah waktunya aku berangkat, aku tidak boleh terlambat dalam pertemuan kali ini," gumam Hanna sambil tersenyum pada cermin. Dia bergegas turun ke bawah, berharap hari ini akan menjadi awal yang semakin baik untuknya dan Satya.Di ruang makan yang mewah, Hanna bertemu dengan dua orang yang selama i
Dari dalam mobilnya, mata Hanna tiba-tiba tertuju pada sosok David yang berada di dekat Zeesha. Hatinya berdegup kencang ketika dia menyadari kehadiran pria itu bersama artis muda tersebut. Tanpa ragu, dia segera memberi instruksi pada sopirnya dengan suara yang teguh, "Tolong kejar mobil itu, pakai
"Berhentilah!" Dua pasang mata menatap Satya dengan sangat nanar setelahnya. "Satya, tidurlah saja dan ja-ngan hiraukan a-ku!" ucap Hanna terbata-bata. Pria berbadan tegap itu terus berdiri dengan sorot tajamnya, membiarkan Hanna sibuk dengan wine yang terus diteguknya. "Aku bilang berhenti!" S
Sementara Satya kini tengah bersantai di apartemennya, Hanna baru saja selesai dengan pertemuan bisnisnya. "Nyonya, sudah waktunya makan malam apakah saya harus menelepon Tuan?" "Tidak perlu! Kita akan langsung pulang!" Tidak ada suara lagi setelahnya, mobil mewah berpelat khusus tersebut kini me
"Hanna!" Satya menjawab seraya menoleh ke arah suara. Wanita di depannya itu terlihat disapu kemurkaan yang sangat hebat. Untuk pertama kalinya, Satya bahkan bisa melihat dengan sangat jelas raut marah dipenuhi emosi pada wajah sang istri. "Tante, aku bisa jelaskan!" Satya segera sadar jika Hanna
"Main?" tanya Hanna.Satya tersenyum. Dia menatap Hanna dengan tulus ketika ia membimbingnya ke dalam kamar mandi yang penuh dengan aroma lavender. Dengan lembut, ia memandu Hanna ke dalam ruangan yang penuh dengan uap hangat dan gemerincing air pancuran."Kau harus rileks," ujar Satya, suaranya lem