Sekitar jam 4 sore, Jeff yang duduk gelisah sejak mendapat laporan dari kedua bodyguard-nya bahwa ada seorang pria yang sedang mengamati kediaman Bik Narsih seketika membuatnya gelisah. Pikirannya benar-benar tak fokus dan terus tertuju pada Rena. Jeff tahu jika Rena sendirian di rumah karena Citra pergi bekerja. Bahkan, tak jarang Citra akan pulang malam karena atasannya meminta dia untuk mengambil jam lembur. Setelah mematikan komputer, Jeff bangun dari duduknya dan keluar ruangan untuk menemui Imel yang berada di depan untuk sekedar pamit sebelum dia pulang.
Yanto yang sudah mengukung tubuh Rena di bawah tubuh besarnya membuat dia tak mampu bergerak atau melawan. Namun, Yanto terperanjat ketika mendengar suara laki-laki berteriak dan memakinya dari arah pintu yang ditendang dengan kasar hingga terbuka serta sedikit rusak. Yanto terbelalak ketika melihat seorang pria dengan tubuh tinggi besar menatap nyalang ke arahnya. Tanpa berkata lagi, Jeff yang tak mengenal pria tersebut langsung melayangkan pukulan ke wajahnya. Yanto yang kaget tentu tak bersiap untuk menghindar dan hanya pasrah menerima saat Jeff menarik tubuhnya untuk menjauh dari Rena dam mendorongnya ke lantai, lalu memukul Yanto bertubi-tubi. Terlihat Jeff sudah sangat marah karena melihat apa yang sudah dilakukan terhadap Rena di depan mata
Sekitar jam 9 malam, Jeff dan Rena akhirnya bertolak ke Jakarta. Di sepanjang jalan, Rena terus terdiam, sedangkan Jeff sesekali melirik ke arahnya yang lebih memilih menatap keluar jendela. Melihat sikap Rena yang tetap bungkam, Jeff hanya mengulum senyum. Dia sudah lama mengenal Rena serta karakternya. Saat ini, tentu Rena sedikit menjaga jarak kepadanya karena dia menganggap bahwa dia dan Jeff tak memiliki hubungan apa pun lagi, kecuali mantan istri. Tak berapa lama, mobil yang dikendarai oleh Jeff akhirnya sampai di sebuah gedung tinggi di mana apartemen milik Jeff berada. Rena berkerut kening karena dia juga tak tahu bahwa Jeff memiliki apartemen di kawasan tersebut.
Keesokan harinya, Rena bangun berada dalam pelukan Jeff yang masih nampak terpejam. Rena menatap wajah Jeff dan tersenyum mendapati pria yang dicintainya ada bersamanya kini. Mata Rena menatap sekitar di mana cahaya matahari sudah masuk di celah jendela dan menatap jam dinding yang menunjukkan jam 8 pagi dan artinya bahwa Rena bangun kesiangan. Secepat kilat, Rena bangun dari tidurnya dan hal itu juga membuat Jeff terbangun."Ada apa, Sayang?" tanya Jeff yang melihat Rena sudah duduk sambil menguce
Di jalan Raflesia, Maida yang beru saja mengantarkan makanan serta menyuapi Evran makan siang, berjalan santai sambil membawa nampan beserta piring kosong menuju dapur. Sesampainya di sana, dia mencucinya sambil memikirkan bagaimana keadaan Alex saat ini. Mengetahui jika beberapa hari ini Tanaya maupun Dilara tidak datang ke rumah, akhirnya dia memutuskan untuk meminta izin kepada salah satu penjaga untuk masuk ke loker mengambil handphone untuk menghubungi Alex ."Mumpung wanita ular itu belum dat
Tanaya tengah duduk bersantai di teras belakang rumah megahnya yang tak lain adalah rumah milik Evran. Di meja yang ada di hadapannya, terdapat cangkir teh beserta camilan yang dibuat oleh pembantu di rumah tersebut. Sejak sejam lalu, dia duduk sendiri tanpa ada yang menemani. Beberapa hari tak melihat Anin karena tak pulang ke rumah akhirnya didapatkan kabar bahwa Anin pulang ke apartemen miliknya. Sejak meminta izin agar diantar oleh Kimoy untuk pergi ke mall dan tak pulang selama tiga hari, Tanaya meradang karena mengetahui bahwa Anin berada di apartemen bersama Kimoy.
Hakan sedang bersama dengan Dilara di apartemennya. Dia sudah menceritakan semua yang telah terjadi, bahkan mengenai perceraian antara Jeff dan Rena. Mendengar kabar itu, hati Hakan tentu bersorak-sorai karena dia benar-benar memiliki kesempatan untuk mendekati Rena yang dicintainya selama ini dalam diam. Dilara yang melihat raut wajah Hakan tersenyum tenty berkerut kening dan penasaran denga apa yang sedang dipikirkan olehnya. "Kau sedang berpikir apa? Kenapa tersenyum seperti itu?" tanya Dilara
Penjaga berkepala botak dengan tubuh tinggi besar itu berjalan perlahan menghampiri Alex dan Bebek yang mematung. Tubuh mereka mendadak terasa kaku, bahkan terasa sulit untuk bernafas karena rasa gugup yang menyambangi hati mereka. Pria itu berhenti tepat dihadapan mereka yang berkedip lambat menatap kedatangannya."Apa yang kalian lakukan di sini? Siapa kalian?" tanya pria itu berdiri menjulang di hadapan mereka yang kalah tinggi dan besar.
Alex segera masuk ke dalam rumah mengikuti langkah Maida. Pada awalnya, pria itu meminta Alex untuk menggunakan toilet yang ada di pos jaga. Namun, tahu jika pria itu membenci jengkol sesuai ucapannya tadi, dia pun beralasan bahwa semalam baru saja memakan semur jengkol untuk memanfaatkan celah yang ada. Mendengar pengakuan tersebut, pria itu tentu melarang keras Alex untuk menggunakan toilet tersebut dan akhirnya mengizinkan dia menggunakan toilet khusus tamu yang ada tak jauh dari dapur. Ucapan pria itu tentu menjadi angin segar bagi Alex dan Maida yang mengukir senyum tipis. Hal itu tentu sangat menguntungkan baginya untuk berkeliling ke penjuru rumah agar Jeff yang saat ini memantau dari kantor dapat melihat suasana rumah tersebut. Maida pun m
Hari pun terus berlalu. Tanaya dan Dilara resmi mendekam di penjara dengan semua kejahatan yang telah mereka lakukan. Sedangkan Anin telah resmi menikah dengan Kimoy tanpa restu dari Tanaya dan hidup sederhana serta membuka rumah makan yang cukup ramai berkat keahlian Kimoy meracik bumbu dan pintar masak selama ini. Anin sudah mengetahui apa yang telah menimpa Tanaya dan sudah berkunjung ke penjara menjenguknya beberapa kali. Tangis dan sesal ditunjukkan oleh Tanaya dan Dilara setelah mendekam di penjara untuk menebus semua kejahatan yang dilakukan mereka, meskipun hukuman yang diberikan kepada Dilara jauh lebih ringan, tapi tetap saja membuat dia begitu sedih dan menyesali perbuatannya selama ini. Jeff dan Rena pun beberapa kali berkunjung ke pen
Tubuh Tanaya seketika menegang melihat apa yang ada di hadapannya kini. Matanya menelisik satu-persatu tiap orang yang ada di depannya dalam keadaan duduk dan terdiam serta memandang tajam ke arahnya. Berkali-kali Tanaya menelan salivan karena tenggorokannya yang mendadak tercekat. Lututnya seolah lemah dengan kepalanya yang mendadak sakit dan berharap bahwa apa yang dialami saat ini hanyalah sebuah halusinasi saja akibat sedang kesal dengan perbuatan yang Anin lakukan. "Astaga, sepertinya aku ben
Mendengar jawaban yang diberikan oleh Hakan dan terlihat begitu santai, Tanaya memincing curiga ke arahnya serta menelisik saksama. Dia pun menatap sekeliling dan terlihat suasana rumah yang begitu tenang. Hal itu membuat kening Tanaya berkerut banyak karena merasa aneh dan tak biasa."Sejak kapan kau berada di sini? Apa kau belum pulang sejak semalam?" tanya Tanaya menatap tajam pada Hakan yang duduk berseberangan dengannya.
Setelah memerintahkan Maida untuk memberikan sarapan kepada Rena, Tanaya akhirnya pamitan untuk pulang sebentar ke kediamannya sekedar melihat apakah Anin pulang ke rumah atau tidak. Namun, sesampainya di rumah dia masih tidak menemukan keberadaan Anin dan hari itu kembali membuat darah tingginya kumat. Dia duduk di ruang keluarga sambil memijit pelipisnya yang terasa sakit. Tak berapa lama, dia meraih handphone yang ada dindalam handbag berwarna hitam miliknya untuk menghubungi Dilara karena sejak semalam dia berpamitan untuk makan malam di rumah Jeff hingga kini masih belum memberi kabar, meskipun hanya berupa pesan. Berulang kali Tanaya menghubungi Dilara, tapi tak kunjung diangkat. Dia pun merasa aneh kenapa Dilara tak mengangkat panggilannya
Keesokan harinya, Rena terbangun dengan tubuh yang terasa begitu sakit karena dia dikurung di sebuah gudang tak jauh dari kebun belakang. Dia tertidur hanya beralaskan sebuah koran bekas. Ruangan tersebut tak ada penerangan sama sekali, kecuali cahaya lampu yang masuk dari jendela. Selain itu, ruangan tersebut memang cukup luas, di mana barang-barangnya tidak terlalu penuh dan kebanyakan diisi oleh buku-buku serta elektronik yang sudah tak digunakan. Rena meregangkan otot yang terasa kaku serta tubuhnya yang sedikit menggigil karena semalaman dia tidur di lantai. Dia menatap ke jendela dan berpikir untuk menebak sekiranya sudah jam berapa saat itu. Ketika dia sedang menerka, tiba-tiba terdengar perutnya yang berbunyi menandakan bahwa dia kelaparan
Di kediaman Jeff, Dilara terkejut ketika mendengar kalimat yang diucapkan oleh Jeff karena tak menyadari dan terbuai dengan khayalan kotornya sendiri. Dengan cepat, dia melepaskan tangannya dari payudara yang dia remas sendiri sejak tadi, sehingga memicu gairah. Merasa terciduk, wajah Dilara seketika merona karena malu dilihat oleh Jeff yang tak disadarinya sudah keluar dari kamar mandi. "Dasar bodoh! Kenapa aku tak dengar dia keluar kamar mandi, sih! Benar-benar memalukan!" kata Dilara dalam hati
Di Jalan Raflesia, Maida yang berada di kamar Evran saat kejadian diseretnya Rena untuk dikurung seperti mereka tentu terkejut karena tak menyangka bahwa Rena akan kembali ke rumah itu. Evran yang tentu mendengar dengan jelas teriakan Rena hanya bisa melotot tak percaya mendengar teriakan menantunya karena diseret paksa oleh penjaga rumah diiringi bentakan dari Tanaya. Hatinya tentu sangat geram karena tindakan Tanayaa yang sudah melampaui batas dan benar-benar ingin menyingkirkan orang yang dia cintai. Bahkan, Evran yakin Tanaya akan melenyapkan dia beserta Rena dan jika sudah mendapatkan hartanya, dia pun yakin Tanaya akan menyingkirkan Jeff. Maida bisa melihat betapa Evran berbaring gelisah di ranjang. Tahu apa yang telah dilakukan Fanaya kali
Sekitar jam 6 sore, akhirnya Jeff tiba di kediamannya. Pikiran dia masih tertuju pada Rena yang saat ini berada di Jalan Raflesia dan terkurung bersama Evran. Dia berjalan lunglai masuk ke dalam rumah dan terkejut ketika disambut oleh sosok wanita dengan pakaian seksi serta make up tebal yang tak lain adalah Dilara. Terhenyak sebentar, pikiran waras Jeff akhirnya kembali dan sadar bahwa siang tadi Dilara sudah memberikan pesan kepadanya bahwa malam ini dia akan datang ke rumah untuk makan malam bersama. Sadar akan hal itu, dia menarik nafas panjang. Matanya menatap malas pada Dilara yang berjalan mendekat untuk menyambut kepulangannya.
Kimin dan Codet seketika mendekati Rena yang terkejut dan mundur untuk menghindar, tapi mereka menarik tangannya demi melaksanakan tugas yang diperintahkan oleh Tanaya. "Tidak! Jangan sentuh aku! Lepaskan kubilang!" teriak Rena berusaha menolak kedua penjaga itu yang tentu dengan mudah meringkus Rena.