Julie pun bangun dari duduknya. “Ayo, Nona, kita harus semangat!”
Jessica tertawa penuh kebahagiaan walaupun perusahaannya sedang dalam masalah besar.
Leon tersenyum melihat bosnya tertawa bahagia, ia berkata dalam hati sambil mengikuti sang nona dari belakang. ‘Saya akui anda memang cerdas, Nona. Andalah penguasa sebenarnya. Saya harus banyak belajar darimu, Boss.’
Leon sama sekali tidak sakit hati mendengar ucapan sang nona karena memang itulah yang sebenarnya terjadi.
Benar yang dikatakan wanita itu, memang dengan kecurangan sama saja mencoreng kehormatan sendiri. Ia akui kalau saja perusahaannya tidak melakukan kecurangan, tentu saja Beauty Corporation lah yang ada di atasnya.
‘Silakan saja anda mencaci maki
“Ya ampun saya tidak menyangka, padahal para staf tadi rata-rata sudah lima sampai sepuluh tahun bekerja di perusahaan ini, tapi dengan mudahnya dia berkhianat,” sahut Julie. “Kalau Nona sudah tahu kenapa tidak ditanya langsung kepada orangnya?”“Aku ingin dia sendiri yang mengakuinya," sahut Jessi. "Ada untungnya juga di balik kejadian ini, kita jadi tahu siapa lawan siapa teman. Aku yakin masih banyak pengkhianat di antara kita.”“Anda harus tetap berhati-hati, Nona! Jangan mudah percaya kepada orang. Sekali pun kepada saya, anda harus curiga. Manusia kalau sudah kepepet apa pun pasti dilakukannya.”"Maksudmu?""Mungkin si pengkhianat itu sedang terdesak atau ada ancaman mungkin, maka dari itu ia berani melakukan hal kotor."“Terima kasih, Julie.” Jessi tersenyum pada wanita cantik itu. “Semoga kamu juga tidak mengkhianatiku.”“Saya akan selalu mengendalikan piki
Jessi tidak bisa menolak lagi karena laki-laki itu sudah menutup panggilan teleponnya. “Mereka semakin posesif saja. Aku sudah tidak nyaman dengan Jimmy dan Alan, tapi aku masih membutuhkan mereka.” Jessi memijat pelipisnya sambil memejamkan mata. Ia sadar kalau perbuatannya salah, telah menyakiti hati kedua laki-laki itu. Tapi, ia juga tidak sepenuhnya salah karena menurutnya sama-sama saling menguntungkan. Ia mendapat bantuan dan dukungan dari kedua kekasihnya dan mereka pun mendapat keuntungan dengan menikmati tubuhnya. Wanita cantik itu larut dalam pikirannya sendiri, hinga ia tidak menyadari kalau sang pengawal sudah berdiri di hadapannya. “Apa anda sakit, Nona?” Leon menaruh cangkir kopi itu di meja yang ada di depan sang nona. “Aku tidak apa-apa, hanya sedikit lelah saja." “Sebaiknya Nona istirahat, jangan bekerja terlalu keras!” Walau bagaimanapun Jessi orang yang selama berbulan-bulan dekat dengannya. Walaupun ia ingin menghan
Jessi berhenti mengunyah, ia menatap kekasihnya dengan tatapan yang sulit diartikan, hingga Jimmy merasa kalau wanitanya tersinggung dengan ucapannya. “Lupakan ucapanku yang tadi! Sekarang kita makan lagi.” Jimmy menyendokkan makanan ke dalam mulutnya. “Apa aku terlihat seperti wanita kesepian, walau aku mempunyai dua kekasih yang selalu memuaskanku?” “Tidak, Sayang, maksudku bukan itu.” Jimmy menaruh sendoknya. “Sejujurnya aku hanya cemburu kepada Leon. Dia tingal satu atap denganmu. Dia bisa memandangmu setiap hari sedangkan aku tidak.” “Apa perlu aku jelaskan kembali siapa Leon?” “Tidak perlu. Sudahlah lupakan saja! Aku akan berusaha untuk menjernihkan isi kepalaku ini.” “Baiklah, ayo makan lagi!” Jessi kembali makan makanan yang dibawa Jimmy. “Sayang, apa kamu tidak tersinggung dengan uccapanku tadi? Aku benar-benar minta maaf. Ternyata cemburu itu susah sekali disingkirkan. Aku harus berusaha menahannya supaya tidak menyak
Alan tia-tiba saja muncul. Pria itu berjalan dengan santainya menghampiri sang kekasih. “Oh sedang ada tamu ya,” kata Alan sambil tersenyum ramah. Lalu mengulurkan tangannya pada laki-laki yang bersama kekasihnya. “Selamat siang, Tuan Jimmy.” “Siang, Tuan Alan.” Jimmy bangun dari duduknya lalu menerima uluran tangan itu. Kedua laki-laki itu saling menyapa, sedangkan Jessi hanya duduk bersandar sambil menumpangkan kakinya. Ia terlihat sangat santai, tidak seperti pasangan lainnya yang panik saat tertangkap basah. “Maaf, aku lansung masuk saja karena tidak tahu kalau sedang ada tamu. Sebaiknya aku tunggu di luar.” “Memangnya tidak ada Nona Julie di depan?” tanya Jimmy kepada kekasih pacarnya itu setelah ia kembali terduduk. “Julie sedang makan siang, ini waktunya beristirahat.” Jessi yang menjawab pertanyaan Jimmy. Ia tahu kalau Jimmy pasti sedang cemburu. Kepada Leon saja dia begitu cemburu apalagi kepada Alan yang jelas-jelas b
Satu jam sudah Jessi melakukan apa yang menjadi rutinitasnya setiap bertemu dengan teman kencannya. Leon sudah kembali sejak beberapa menit yang lalu. Ia tidak berani masuk karena mendengar suara aneh dari dalam ruangan boss-nya. Laki-laki tegap itu tahu apa yang sedang dilakukan boss-nya dengan sang kekasih, hingga ia tidak membiarkan siapa pun mendekati ruangan itu. Bahkan Julie sekretarisnya yang ingin bertemu dengan sang nona setelah makan siang, tidak diizinkan olehnya. Sebelum wanita cantik itu mendekati ruangan sang CEO, Leon berjalan menghampiri Julie yang sedang berjalan ke arah ruangan boss-nya. “Nona Julie, apa anda hendak ke ruangan Nona?” tanya Leon kepada wanita yang menaruh hati padanya. Julie memandang wajah Leon sambil tersenyum. “I-iya, Tuan. Saya ingin memberikan berkas yang harus Boss tanda tangani,” jawabnya dengan sedikit gugup berada sedekat itu dengan laki-laki yang ia kagumi. “Sebaiknya nanti saja.” “Ta
“Tidak apa-apa, Tuan, saya hanya terkejut saja,” ucap Julie sambil berusaha untuk tenang.“Baiklah. Silakan, Nona.” Leon mempersilakan Julie untuk berjalan terlebih dulu. Wanita cantik itu pun mengiyakannya.Ia berusaha untuk tenang, mengatur napasnya supaya tidak gugup lagi. Semakin berusaha untuk menghilangkan perasaannya terhadap laki-laki yang selalu siaga menjaga bosnya, semakin ia tidak bisa mengendalikan dirinya untuk terus menyukai Leon. Leon berjalan cepat untuk membuka pintu, wanita itu dibiarkan masuk seorang diri, ia kembali bediri di depan ruangan boss-nya.Julie mengembuskan napasnya perlahan sebelum berbicara. “Ini dokumen yang harus anda tanda tangani, Nona.”Jessi membuka berkas itu sambil berkata, “Kenapa baru sekarang diberikan padaku?” “Maaf, Nona, saya baru selesai mengerjakannya,” jawab julie. “Satu jam lalu saya ingin langsung meminta tanda tangan anda, tapi Tuan Leon melarangnya karena Nona sedang ada tamu penting sejak jam istirahat, saya tidak tahu soal itu.
“Leon pilihlah jas yang kamu suka dan yang cocok dengan gaunku. Aku tidak bisa datang bersama Alan ataupun Jimmy. Aku khawatir mereka malah merusak rencanaku untuk bertemu dengan Tuan Hans.” “Baik, Nona.” Tidak mau mempermalukan sang nona di pesta itu, ia mengiyakan saja apa yang menjadi kemauan boss-nya. “Ini, Nona Jessi.” Pegawai butik itu memberikan paper bag berwarna hitam kepada Jessi, tapi Leon yang menerimanya. "Biar saya saja." Leon mengambil paper bag itu dari tangan pegawai butik. “Carikan setelan jas yang cocok dengan gaunku untuk Leon!” titah Jessi kepada pegawai itu. “Baik, Nona,” jawabnya dengan sopan. “Sebentar saya ambilkan.” Wanita muda itu bergegas mengambilkan pesanan pelanggan setianya. Setelah beberapa menit ia sudah kembali dengan beberapa setelan jas. “Silakan dipilih, Tuan.” “Yang ini saja.” Leon menunjuk setelan jas berwarna hitam. “Tunggu sebentar, Tuan!” ucap pegawai buti
Jessi membenamkan wajahnya pada dada bidang Leon yang membuat langkah sang pengawal semakin cepat. Ia khawatir sang nona terbangun dan terutama ia harus tetap menjaga batasannya sebagai seorang pengawal. “Tidurlah yang nyenyak!” ucap Leon setelah membaringkan wanita cantik itu di tempat tidur. “Dia memang sempurna,” gumamnya setelah menyelimuti wanita cantik itu. Laki-laki berpengawakan tegap itu keluar dari kamar sang boss, lalu masuk ke dalam kamarnya. Kemudian menelpon seseorang dengan serius sambil berjalan mondar-mandir. Entah apa yang direncanakannya, laki-laki itu tampak serius dan tersenyum setelah selesai menelepon. “Tidak lama lagi rencana ini berhasil, saya harus berhati-hati dengan wanita itu. Dia mempunyai sejuta pesona untuk memikat para lelaki,” ucapnya sambil membuka pakaian, lalu pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri sebelum beristirahat. Pagi harinya Jessi bangun sudah berada di tempat tidurnya. “Kenapa aku ada d
Hai semuanya. Alhamdulillah Leon dan Liebe udah tamat. Terima kasih untuk kakak semua atas dukungannya. Readerku yang cantik dan yang ganteng terima kasih banyak sudah mampir di karyaku. Aku mohon maaf atas segala kekurangan pada novel ini, terutama pada aku sendiri yang jarang sekali update dikarenakan sedang menyiapkan novel baru. Mohon dimaklumi ya kekurangan pada novel ini, kritik dan sarannya aku ucapkan banyak-banyak terima kasih. Mohon maaf juga jika banyak typo atau eksekusi pada novel ini yang tidak sesuai dengan bayangan kakak semua.🙏🏻🙏🏻🙏🏻Aku akan terus belajar dan belajar untuk bisa menulis lebih baik lagi. Kritik dan saran kakak semua sangat membantuku untuk menjadi lebih baik lagi dari sekarang.Terima kasih sampai jumpa di novel yang baru. Pantengin sosmedku ya untuk info karya-karyaku selanjutnya. Jangan lupa follow igeh aku ya.🤭untuk nama² di bawah ini tolong hubungi saya lewat DM di inst**ram @nyi.ratu_gesrek1. Husna Amri Alfathunissa2. Mythasary3. Joko Le
"Sebelum tahu calon suami saya seperti apa saya sudah menerima pilihan orang tua, tapi maaf, saya tidak mencintai Anda atau laki-laki mana pun.""Tidak masalah kamu mencintai saya atau tidak, yang terpenting saya mencintai kamu," kata Daniel. "Dan besok kita akan menikah." Laki-laki itu kembali ceria saat tahu kalau Julie tidak mempunyai kekasih."Dulu tidak mau disuruh menikah, sekarang malah ingin cepat menikah," kata Tuan Bayden. "Sekarang kamu tahu bagaimana rasanya ditolak." Laki-laki tua yang masih terlihat gagah itu tertawa meledek anaknya."Ayah, apa kamu tidak suka melihat anakmu bahagia?" Daniel melirik sinis pada ayahnya."Saya senang melihat kamu bahagia dan Ayah akan lebih senang lagi melihat kamu dan ibumu berdamai.""Itu sulit, tapi saya akan berusaha untuk bersikap baik padanya.""Itu lebih baik." Tuan Bayden memeluk anaknya. "Berbahagialah, Nak.""Sepertinya kita harus menambah menu makanannya," kata Bibi Delma pada Alexa."Tentu saja, kita akan menyiapkan dua pernik
Pagi-pagi sekali keluarga Morris dan keluarga Karl sudah sampai di rumah Tuan Felix. Tak lama kemudian disusul keluarga Daniel."Selamat datang semuanya. Silakan masuk!" Bibi Delma menyambut para tamunya.Kedua orang tua Daniel sangat terkejut melihat calon menantunya ada di sini."Julie, kenapa kamu ada di sini? tanya seorang wanita yang tak lain adalah calon mertuanya."Iya, Bu, Nona Jessica adalah Bos saya di kantor. Saya diundang di pernikahan ini. Apa Ibu juga kenal dengan Nona Jessica?" tanya Julie setelah bersalaman dengan calon mertuanya."Saya kenal dengan Tuan Hans karena calon suamimu bekerja padanya," kata wanita yang bernama Greta. "Itu dia calon suamimu!" tunjuk Nyonya Greta kepada anaknya. "Daniel, kemarilah!"'Daniel?' ucap Julie dalam hatinya. 'Apa yang Bu Greta maksud adalah Tuan Daniel?'"Aku sangat malas bertemu dengannya," gumam Daniel saat dipanggil ibunya, tapi ia tetap menghampiri wanita yang melahirkannya. "Daniel, ini dia calon istrimu. Dia ini wanita yang b
"Terima kasih, Hans," ucap Alexa dengan tulus. "Sekarang istirahatlah, aku tidak mau nanti kamu pingsan ketika mengucap janji di depan Tuhan." Alexa tertawa pelan mengejek kakaknya."Baiklah, saya memang sangat lelah." Leon bangun dari duduknya. Jessica bangun dari duduknya. "Ayo aku antar."Jessica mengantar Leon untuk beristirahat di kamarnya, sedangkan Alexa, Bibi Delma, dan Paman Timo masih berada di ruang tamu."Alexa, tolong bantu Bibi untuk menyiapkan semuanya." "Apakah pernikahan ini bisa dipercepat?" tanya Alexa. "Maksudku dilakukan dalam beberapa hari ini.""Tunggu sebentar." Paman Timo mengambil ponselnya yang berdering. "Saya jawab telepon dari Tuan Felix dulu."Paman Timo berbincang di telepon dengan serius. Alexa dan Bibi Delma menunggu dengan sabar kabar yang diterima laki-laki tua itu."Tuan Felix berbicara apa?" tanya Bibi Delma setelah suaminya selesai menelepon."Besok lusa pernikahan mereka akan dilaksanakan. Ini perintah Tuan Felix.""Apa kita tidak bertanya leb
"Aku tidak mau Hans, kamu saja yang menelepon Ayah. Aku belum siap berbicara dengan mereka.""Baiklah, saya akan menelepon Ayah." Leon mengeluarkan ponselnya dari saku celana. "Lenora, apakah kamu mau berdamai dengan ibu dan ayah jika bertemu dengan mereka?""Aku akan berdamai dengan mereka jika Ayah dan Ibu merestui hubungan aku dan Victor, tapi jika mereka masih bersikeras seperti dulu, aku akan tetap mempertahankan pernikahanku. Aku tidak butuh kemewahan dan kekayaan orang tua kita, aku hanya butuh kebahagiaan dan dan kasih sayang yang tidak pernah aku rasakan sebelumnya dari mereka dan semua itu hanya aku dapatkan darimu dan Viktor.""Tunggu!" Bibi Delma menatap Alexa dan Leon, memang ada kemiripan pada wajah mereka. "Alexa, apa dia kakakmu?""Iya, Bibi, inilah kenapa aku dan Viktor menyembunyikan identitas kami karena hubungan kami tidak direstui.""Alexa, kenapa kamu tidak bilang pada Bibi." Bibi Delma mendekati Alexa dan memeluk wanita itu."Maafkan aku, Bi." Viktor yang menjaw
"Apa aku boleh tahu, apa yang kalian bicarakan selama dua jam di dalam rumah bersama dengan kakakku, Renate?" tanya Alexa kepada wanita hamil yang berjalan di depannya sambil bergandengan tangan dengan Leon."Aku tidak bicara banyak dengannya, tadi dia hampir pingsan dan dia melarang aku untuk keluar meminta bantuan kalian," jawab Jessica."Sudah saya bilang panggil dia Jessi atau Kakak ipar." Leon kembali memperingatkan adiknya."Aku sudah terbiasa memanggil dia Renate," jawab Alexa. "Apa ada yang salah dengan nama itu?""Tidak ada," jawab Leon. "Renate nama yang bagus, tapi kini dia sudah kembali menjadi Jessica, jadi kamu harus memanggil dia dengaslinya.""Baiklah kakakku tersayang, aku akan memanggilnya Kakak ipar," balas Alexa sambil tersenyum lalu kembali bertanya kepada Jessica. "Jadi kalian di dalam tidak banyak bicara? Aku pikir kalian berbicara serius.""Tidak perlu berbicara banyak karena hati kami masih bisa merasakan cinta masing-masing kata Leon.""Ya Tuhan, dia terlalu
"Cintamu yang telah menyelamatkan saya dari maut. Saya yakin kamu masih mencintai saya.""Aku memang masih mencintaimu, tapi aku masih membencimu," jawab Renate berbohong. Padahal ia sudah Tidak membenci Leon lagi, ia hanya belum siap bertemu dengan Leon dalam keadaan seperti ini "Liebe, maafkanlah saya." Leon menangkup wajah polos Jessica, lalu mencium di kening wanita itu.Alexa semakin bingung dengan apa yang terjadi di hadapannya"Daniel, apa kamu bisa menjelaskan semuanya?" tanya Lenora."Nona Renate adalah Nona Jessica, kekasih Tuan Hans yang pergi karena kesalahan yang Tuan perbuat," jawab Daniel pelan.Setelah mendengar penjelasan dari Daniel, Alexa menghampiri Renate, ia berdiri di depan wanita hamil itu."Renate, aku mohon dengarkan dulu penjelasan Hans. Aku yakin dia tulus mencintaimu dia sudah menceritakan semua tentang dirimu, tapi aku tidak tahu kalau yang dia cintai itu adalah kamu. Tolong maafkan kakakku, dia laki-laki yang baik." Alexa memohon sambil berlinangan a
Leon kembali masuk ke dalam mobil. "Daniel, kita ke rumah yang itu.""Apa Nona Lenora tinggal di rumah itu?" tanya Daniel seakan tak percaya Nona muda keluarga Karl meninggalkan kemewahan demi cintanya dan rela tinggal di rumah sederhana."Ya, dia tinggal di sana."Daniel segera melajukan kembali mobilnya menuju rumah yang ditunjuk oleh tuannya.Tak butuh waktu lama, mobil mewah itu sudah berhenti di depan rumah sederhana, tapi terlihat asri dan sangat nyaman untuk ditinggali.Lenora berjalan cepat menghampiri Leon saat laki-laki itu keluar dari mobilnya."Hans, aku sangat merindukanmu.""Maafkan saya selama beberapa minggu terakhir tidak bisa menghubungimu karena saya mengalami kecelakaan dan koma." Leon memeluk erat adik perempuannya."Maafkan aku, Hans, aku tidak tahu, tentang itu." Lenora melepas pelukannya, lalu meraba wajah kakaknya." Apa kamu baik-baik saja? Wajahmu masih terlihat pucat.""Tuan Hans baru seminggu lalu sadar dari koma, tapi Tuan memaksakan diri untuk pergi ke si
"Tuan, apa Anda yakin ingin pergi ke sana? Tuan masih sangat lemah." Daniel mengkhawatirkan kondisi tuannya yang baru sadar dari koma."Saya akan segera sembuh, Daniel. Besok juga saya keluar dari sini, saya akan meminum obat sebanyak-banyaknya."'Astaga, kalau dia minum obat banyak-banyaknya, apa dia tidak akan cepat mati?' kata Julie dalam hatinya.Seminggu kemudian setelah Leon bangun dari koma. Laki-laki itu sudah terlihat lebih baik dari sebelumnya. Ia memaksakan diri untuk pergi, walaupun badannya belum pulih benar, tapi CEO tampan itu berusaha terlihat baik-baik saja di depan semua orang."Daniel, ayo kita berangkat sekarang." Leon berjalan lebih dulu."Baik, Tuan." Daniel berjalan cepat menyusul tuannya untuk membukakan pintu mobil."Mungkin perjalanan kita membutuhkan banyak waktu, apa Tuan yakin akan pergi?" tanya Daniel lagi setelah membukakan pintu mobil untuk Leon."Kamu sedang mengkhawatirkan atau sedang meremehkan saya, Daniel?" Ucapan Leon benar-benar membuat Daniel me