Ini sudah ketiga kali Vinny berlari ke kamar mandi. Padahal, sarapan yang dia makan dari masakan ibu. Tidak mungkin dia salah makan sampai buang-buang air.
"Vin, kamu sakit perut?" tanyaku sambil mengetuk pintu kamar mandi yang berada di lantai satu.
Dia membuka pintu kamar mandi sambil mengelap bibir yang basah. "Sepertinya aku masuk angin. Tubuhku pegal saat bangun tidur," jawabnya lemas.
"Wajahmu pucat. Ibu sudah siapkan teh hangat untukmu, diminum," tukas ibu tiba-tiba sudah berada di sebelahku. "Zoe, Ibu akan pergi menemui pelanggan lain. Kamu jaga adikmu." Ibu memberi pesan sambil membawa tas tangan.
Hari ini aku sedang libur dari permintaan para hantu. Akhirnya, bisa rebahan untuk satu hari. Aku sudah sembuh dari sakit panas, tapi lengan masih sakit sekali.
Kepalaku dengan cepat menoleh pada Vinny yang kali ini berlari ke wastafel dapur. Aku pikir dia sakit perut, ternyata mual-mual.
Kalau memang kembar, tidak mungkin namanya persis. Ini seperti kasus si kembar Levin saja.Dan tadi, Sony terlihat sangat marah sampai membanting pintu di depanku.Sebenarnya ... aku yang salah. Aku sampai berdebat hebat dengannya. Pasti ada sesuatu yang tidak disampaikan oleh Hannah padaku."Kenapa? Kamu terlihat kesal?" tanya William yang sedari tadi diam saja di motor. Tidak ada niat untuk membantuku berbicara dengan si lelaki keras kepala itu?"Aku harus bicara lagi pada Hannah. Sony bilang, ibunya tidak keluar rumah dari kemarin. Lalu, siapa yang aku temui di depan rumah sakit?" balasku dengan nada kesal."Enak saja, kita sudah jauh-jauh ke sini, tapi dia tidak ingin mendengarkanmu. Biar aku yang bicara," kali ini dia berjalan dengan gagah. Aku ingin tertawa melihatnya.Kuikuti dia dari belakang, supaya bisa mendengar bagaimana William melakukan dengan caranya. Dia ini terl
Jadi teringat dengan cara dulu, bagaimana aku menyampaikan pesan para hantu seperti mendikte. Cara itu tidak akan berlaku lagi. Aku akan membiarkan Hannah masuk ke tubuh, supaya dia bisa merasakan kehangatan saat bertemu anaknya.Kukencangkan jaket. Ya, aku sudah siap.Jiwaku keluar dari tubuh dansekarang tubuhku dikendalikan oleh Hannah. Aku disini berdiri seperti hantu yang tidak bisa dilihat."Sony, anakku!" Hannah langsung memeluk Sony erat. "Ibu sangat merindukanmu. Kamu sudah remaja sekarang."Entah kenapa, aku ingin tertawa. Aku menjadi ibu dari anak yang umurnya sama denganku."Maafkan aku, Bu. Aku tidak tahu, jika kamu adalah Ibuku yang sebenarnya. Aku pikir Lannah ... Kenapa Ibu pergi begitu cepat?" tanya Sony merasa bersalah."Ayahmu ingin membawamu jauh bersama dengan Lannah. Ibu tidak ingin itu terjadi, tapi takdir berkata lain," jawab Hannah sambil mengelus w
Kami sudah dapat motel untuk menginap selama tiga hari. Tempatnya tidak buruk. Ada dua ranjang kecil terpisah, sofa panjang, televisi, kamar mandi.Sekarang sudah jam 07: 15, sudah ramai sekali!Aku bisa lihat di halaman sebelah Danau Tahoe, ada banyak orang yang berjualan seperti cemilan, aksesoris, pakaian dan apa pun itu. Di danau juga bisa mendayung. Bahkan ada rumah yang dengan senang hati menyajikan beberapa makanan berat seperti pie, pizza, sphagetti dan lain-lain. Aku tidak tahu harus mulai dari mana."Ikuti Ibu," ajak ibu mulai berjalan duluan. Aku dan Vinny mengikuti dari belakang.Ini rumah yang merelakan menyajikan makanan berat. Tahan Zoe, jangan sampai air liurmu menetes."Makanannya gratis. Kalian bisa pilih makanan di sini. Kalau mau jalan-jalan ke tempat lain, tidak apa-apa. Asalkan jangan terlalu jauh," ujar ibu memperingatkan.Terima
Aku sudah mulai membaik, tapi ibu tetap menyuruh untuk tidak ke mana-mana, karena ibu dan Vinny ingin pergi membeli sarapan. Ibu tidak ingin aku mendekat lagi ke danau.Ya ... aku sudah tahu pasti larangan ini akan terjadi. Semoga saja, tidak ada gangguan yang datang tiba-tiba.Aku tidak mengerti, kenapa dia tiba-tiba mencekik? Kenapa juga para arwah yang meminta bantuan, malah menarikku ke danau?Semua ini tidak masuk diakal. Suami istri yang tercebur kemarin sampai sekarang belum ditemukan.Warga California mengira bahwa ada ikan hiu atau buaya yang lepas. Pfftttt ...Tunggu, ada sesuatu yang membuat bingung. Arwah yang menarikku ada banyak, tapi energi mereka tidak kuat dari energi hantu anak laki-laki yang ada dipenglihatan.Aku sempat mencari cerita Danau Tahoe di masa lalu. Mungkin ada informasi yang bisa ditemukan.Ketika membuka laptop, suara air di kamar
"Dengarkan Ibu kali ini saja, Zoe. Berhenti untuk sementara. Biarkan kamu istirahat penuh, setelah itu kamu boleh mulai kembali.""Zoe, kita sudah sepakat tentang ini. Setelah kasus Mark kemarin, kamu harus berhenti untuk beberapa hari."Seperti itulah, kalimat yang keluar dari mulut Ibu dan William.Vinny? Dia tidak berani melarang, tapi dia sepenuhnya mendukung Ibu dan William.Mau bagaimana lagi? Tidak ada yang mendukung. Hanya aku sendiri yang kontra. Ya sudah, aku juga ingin mengistirahatkan otak. Kalau nanti ada hantu yang datang meminta bantuan, aku tidak bisa menolak.Aku sampai dilarang keluar rumah untuk beberapa hari. Sudah seperti Rapunzel saja.Ingin tahu bagaimana aku selamat?William menyeburkan diri demi menyelamatkanku, di saat aku hampir kehabisan napas. Sampai dipermukaan air, aku memeluknya erat karena air danau sangat dingin
"Will?" panggilku dari lantai dua sambil, memeriksa sekitar dengan senter kecil yang persis seperti dimimpi. "William?""Zoe, kamu di mana?" balasnya sambil keluar dari kamar hanya dengan senter dari ponsel. "Sial, rumah ini tidak pernah mengalami mati listrik, kecuali dari pemerintah yang mematikan listrik. Seseorang pasti sengaja.""Ini yang ingin kusampaikan, Will. Akan ada perampok," balasku ketika William mendekat."Untung aku sudah menyiapkan pukulan baseball," balasnya sambil mengangkat pukulan baseball-nya. "Dulu, aku juara pertama permainan baseball."Terserah. Di saat tegang seperti ini, dia masih bisa bercerita.Suara pecahan kaca terdengar."Sial! Berani-beraninya mereka memecahkan jendela! Kuberitahu ibuku baru tahu rasa kalian," ujarnya sambil pergi memeriksa asal suara. "Kamu tunggu di sini. Aku tidak akan lama," suruhnya padaku.
Aku, Vinny dan William sedang asik menonton film tentang anak perempuan yang memiliki teman imajinasi, tapi teman imajinasinya bukanlah hantu, melainkan-Ada yang mengetuk pintu. Aku hentikan dulu film-nya, supaya tidak tertinggal."Halo, maaf mengganggu." Seorang pria tua berkacamata dan anak perempuan datang. "Kami baru saja tiba kemarin di sebrang rumahmu." Ah, ternyata tetangga baru.Pria itu menjulurkan tangan untuk berkenalan. Belum saja kubalas jabatan, aku bisa merasakan ada hawa dingin."Edward Ricardo," ujarnya ketika aku membalas jabatannya. "Dan dia adalah putriku, Zoe Ricardo.""Nama kita sama," balasku sambil menatap pada putri Tuan Ricardo. "Namaku Zoe Veronica dan dia William Thunder." Giliranku memperkenalkan diri. Begitu Vinny datang, aku juga memperkenalkannya."Ini untukmu sebagai tanda perkenalan." Tuan Ricardo memberikan kotak kue yang lum
Aku terbangun di ... ruang bawah tanah, sepertinya. Pintu terbuka sedikit, tapi aku belum berani untuk keluar. Sial, kepalaku sakit. Pasti kepalaku berdarah karena merasa ada cairan."Papa, hentikan semuanya!" Itu suara Zoe kecil. "Aku lelah melihat Papa seperti ini ...," lanjutnya sambil menangis."Kamu tidak bisa menghentikan Papa, nak," balas Tuan Ricardo. Entahlah, dia Edward Ricardo atau Charlie, aku tidak peduli. Dia itu raksasa!Setelah mereka berbincang, aku dengar suara kaki yang menjauh dari ruang bawah tanah. Sepertinya, Zoe kecil sedang dikejar raksasa itu.Kesempatan untuk keluar. Ada sekop di dekat pintu. Kubawa untuk menyelamatkan Zoe kecil.Kalau di-film, psikolog wanita menyelamatkan anak perempuan dengan pistol revolver, lalu dia menembak si pria raksasa itu.Aku tidak berani memegang senjata api atau tajam. Lebih baik nampan besi yang kupakai
Kubuka pintu dengan kunci cadangan, lalu masuk perlahan. Tidak ingin membuat mereka, lebih tepatnya Elizabeth terkejut. Menyerang dari belakang itu bagus.Aku lihat semuanya. William tiduran di ranjang dengan telanjang dada. Sedangkan Elizabeth, dia sangat liar dengan ciuman yang dia berikan.Sudah saatnya aku menarik dan membantingnya ke lantai.Tapi, sebelum hal itu terjadi, dia menoleh dan langsung mencekikku. Padahal, sudah sangat perlahan tanpa suara."Oh, ada tamu tak diundang ternyata." Dia mendorong masih dengan cekikan ke dinding, bahkan sampai membuatku tak menapak. "Aku sudah tahu, jika kamu akan datang untuk menyelamatkan sang pacar."Lengannya kupukul berkali-kali untuk berusaha lolos, tapi sulit."Kamu tahu? Mudah sekali membuatnya terpancing. Lelaki memang lemah akan sentuhan perempuan. Ingat saat kita di kafe? Ya, dia terkejut karena aku menyentuh pahanya. Dan ba
Aku tidak boleh menyerah. William tidak hanya pacar, tapi juga rekan. Ini tidak boleh terjadi. William pasti bisa menjaga janjinya, 'kan?Kudatangi rumah William dan bertemu dengan ibunya. "Halo tante, ada William?""Bukannya dia pergi menemuimu?" Ibu William saja terkejut mendengar pertanyaanku. Pasti William berbohong pada ibunya sendiri."Tidak. Dia bilang ingin pergi, tapi tidak bilang ke mana," jawabku jujur.Ibu William menghela napas. "Anak itu ... beraninya berbohong. Kutendang nanti bokongnya. Masuk dulu, yuk. Kasihan calon menantuku datang sendiri," ajaknya ke ruang tamu."Tante, apa ... William bertingkah aneh dari kemarin?" Aku tidak punya waktu untuk basa-basi. Aku datang hanya memastikan bahwa William berubah atau tidak. Ya ... aku ini pacarnya, pasti berhak tahu.Ibu William datang membawa air putih dengan wajah bingung. "Dia baik-baik saja kemarin. Ada apa? Kalia
Sudah lima hari kami berkabung. Tidak baik selalu berada pada kesedihan. Vinny kembali sekolah dan ibu sudah mulai bekerja lagi.Dan aku, memutuskan untuk jalan-jalan tanpa William. Dia harus menjaga Wildan sementara.Kesedihanku berubah menjadi khawatir. Ada teman dari grup kelas mengatakan bahwa ada kanibal. Sulit untuk percaya, tapi hal itu memang ada.Katanya, ditemukan pria tewas dengan tubuh yang telah tercabik, seakan telah dimakan hewan buas. Korban ditemukan di sebuah gang kecil yang gelap. Apa ada hewan buas yang lepas?Yang aku bingungkan adalah, bekas cabikan bukanlah dari hewan buas, tapi juga bukan dari manusia. Lalu, di mana kanibalnya?Ada saksi yang tidak sengaja melihat manusia sedang memakan manusia.Biar kusimpulkan. Ada saksi yang melihat manusia memakan manusia yang tidak memiliki gigi manusia, dan juga kuku yang seperti hewan buas. Hey, itu bisa saja terja
Esok hari, aku dan William sudah berada di kantor polisi, berdiskusi dengan Opsir Justin di kantor meja yang sedikit berantakan."Aku sudah menyuruh anak buahku untuk mencari nama dari orang yang membebaskan ayahmu. Namanya Benedict Thorez. Katanya, dia salah satu keluarga ayahmu.""Keluarga? Ayahku anak tunggal dan tidak memiliki saudara atau sepupu," balasku sambil terkejut.Opsir Justin mengangguk. "Itu yang kucurigakan. Dilaporan tentang nomor plat mobil Ferrari, yang sahabatmu katakan kemarin, itu milik Benedict Alfred."Entah kenapa, setelah mendengar nama belakang Alferd, tubuhku seakan membeku. Ada apa ini?"Jadi maksudmu, ada dua pelaku bernama Benedict dengan nama belakang berbeda?" tanya William kebingungan."Aku tidak yakin dengan itu. Karena, hasil dari rekaman CCTV dan biodatanya, mereka adalah orang yang sama," balas Opsir Justin.Mereka berbincang
Pagi ini, kami semua sudah bersiap untuk pulang. Aku berniat untuk pergi menemui ayah dulu bersama William. Ibu dan Vinny kusuruh pulang terlebih dahulu.Tapi, entah kenapa ada sesuatu yang mengganjal dihati. Seperti ada sesuatu yang buruk akan terjadi. Ayolah, Zoe. Kamu baru saja berulang tahun.Sedang asik minum teh, ayah William membuatku menoleh. Ada kado besar yang ayah William bawa."Kado untukku?" tanyaku mendekat."Ayah menemukan itu di depan pintu. Tidak ada pengirim nama, hanya ucapan selamat ulang tahun."Hal ini membuat kami yang berada disatu ruangan menjadi penasaran. Mereka mendekat ingin tahu."Apakah isinya televisi?""Itu pasti mainan!""Entahlah, tunggu Zoe buka kadonya dulu."Sebelum kubuka, aku membaca dulu kartu ucapan yang ada di atas kado. Isinya, selamat ulang tahun Zoe Veronica. Semoga suka dengan kado yan
Entah kenapa, aku ingin sekali bangun di subuh hari. Anginnya dingin sejuk, bukan hawa dingin. Kubuka jendela untuk melihat pemandangan yang sudah sering kulihat."Kak, tutup jendelanya. Dingin tahu." Vinny menarik selimut sampai menutupi kepala. Pakai AC saja bisa, masa kena udara saja tidak.Aku biasanya tidak terlalu memikirkan hadiah ulang tahun karena ... jarang sekali dirayakan. Cukup bermodalkan ucapan saja sudah senang. Masih ada orang yang ingat dengan kelahiranku.Karena sekarang William yang mengurus semua, aku jadi penasaran sekali. Tempat sudah dia pilih, dekorasi katanya dia juga, ibu, orang tua William, dan para sahabat. Belum lagi kado ulang tahun. Sangat penasaran.Terlalu lama penasaran malah jadi halu. Mandi sajalah."Anak Ibu sudah rapi saja. Mau ke mana?" Tiba-tiba ibu mengecup pipiku dari belakang, sebelum bertanya. "Selamat ulang tahun, sayang.""
Melelahkan sekali hari ini. Besok masih ada satu hari lagi sebelum hari ulang tahun. Aku ingin menyelesaikan semuanya dengan cepat, supaya tidak menjadi beban nantinya.Aku baru saja pulang dari rumah Opsir Justin. Sudah kuceritakan semua apa yang kulakukan bersama Vinny. Dan juga rambut hantu itu, juga sudah kuberikan.Untung saja dia sudah membaik. Kalau masih dalam keadaan sakit, aku yang dimarahi oleh istrinya.Oh ya, ngomong-ngomong ... William apa kabar, ya? Terakhir dia hanya mengabari kalau tidak bisa ikut ke TKP. Apa urusan keluarganya masih lama?Aku tidak enak mengganggunya. Telpon? Beri pesan?Hey, Will. Apa urusan keluargamu sudah selesai? Tidak, terlihat sekali aku sedang kesepian.Kamu sedang apa? Tidak, terlalu formal.Harus dengan kalimat apa aku mulai? Ah, sudahlah. Aku berendam saja dulu. Membersihkan diri setelah bertemu dengan hantu rambut hi
"Vin, tolong turunkan baju belakangku. Tanganku tidak sampai." Aku meminta tolong karena selain tanganku tidak sampai, jahitan dipunggung masih sedikit nyeri."Masih sakit, Kak?" tanyanya sambil meraba jahitan dipunggungku."Jangan sentuh tepat di situ," larangku sambil menahan nyeri. "Jika disentuh, ketika aku membungkuk, atau tiduran di tempat yang keras, rasanya nyeri. Kata dokter, rasa nyeri akan hilang sekitar satu minggu."Vinny mengangguk mengerti. "Untung Kakak bukan akrobat, yang suka salto dan kayang," ejeknya dengan tawa keras.Aku ikut tertawa ketika ada notifikasi pesan masuk."Aku tidak bisa menemanimu ke TKP. Ada urusan keluarga. Ayah memintaku untuk tidak pergi ke mana-mana hari ini."Tawaku berubah menjadi cemberut. Aku juga tidak bisa memaksa, apalagi tentang keluarganya. Ya sudah, satu-satunya orang yang bisa menemani adalah orang yang ada di depanku sekarang.
Air dingin ini menenangkan. Pikiranku yang runyam, seketika hilang begitu saja. Mandi di tengah malam ternyata asik juga. Kutambahkan banyak sabun cair supaya bisa mandi busa.Ketika menuangkan sabun cair, ada sesuatu yang muncul dari belakang, berwarna hitam seperti rambut.Ini tidak masuk akal. Rambutku berwarna cokelat, dan juga dijepit ke atas. Bagaimana bisa ada rambut hitam yang muncul di bathub? Apa muncul dari punggungku?Kuraba punggung yang ternyata memang tidak ada apa-apa.Akan kulihat melalui cermin- Ah! Rambut-rambut ini mengikat kakiku!"Lepas!" Rambut-rambut ini semakin mengencangkan ikatan. Bahkan, rambut yang sedang kulepas sekarang malah berpindah ke tangan.Seperti benang layangan yang mudah membuat luka, rambut ini juga. Kaki dan tanganku sekarang sudah mengeluarkan darah, sehingga air di bathub berub