Beranda / Romansa / SIMBIOSIS / 78. Profesi baru Andra

Share

78. Profesi baru Andra

Penulis: Fit
last update Terakhir Diperbarui: 2021-12-26 23:41:03

Keesokan harinya, Eva datang ke tempat bekerjanya dengan wajah murung. Baru datang beberapa menit, ia langsung merebahkan kepalanya di meja. Ia tidak bersemangat sama sekali menjalani harinya. Vira dan Ina belum datang, padahal ia ingin bercerita tentang apa yang terjadi kemarin. Ia tidak tahu apa-apa, tapi Robi tiba-tiba mengacuhkannya. Eva melipat kedua tangan di meja untuk menjadikannya sebagai bantal.

Setengah jam kemudian, pintu ruangan itu terbuka. Terdengar helaan napas pelan dari arah pintu. Eva mengangkat kepalanya, lalu menoleh ke belakang. Rupanya Vira terlebih dahulu datang dibandingkan Ina. Rekan kerjanya itu terlihat masih mengantuk, ia menguap beberapa kali tanpa menutup mulutnya. Eva yang ingin bercerita, langsung mengurungkan niatnya. Percuma jika cerita pada Vira yang masih mengantuk, tidak akan nyambung. Ia akan menunggu sampai Ina datang.

Lebih dari 1 jam, Ina belum juga datang. Eva menoleh ke arah jam dinding yang ada di belakangnya. Kurang 5 menit

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • SIMBIOSIS   79. Retaknya hubungan

    Andra tidak tahu harus mengatakan apa saat. Hendri yang duduk di sampingnya membuat suasana menjadi sangat canggung. Selain karena mereka yang jarang berkomunikasi, mereka juga memiliki kisah yang tidak terlalu baik sejak perceraiannya dengan Eva. Andra menggosok-gosokkan kedua telapak tangannya untuk menghilangkan rasa canggung. Hendri menoleh sekilas, ia bisa tahu apa yang ada dipikiran Andra. Ia mendeham pelan, lalu menepuk bahu Andra."Kamu sudah makan?" tanya Hendri.Andra menaikkan kedua alisnya dengan panik. "I-iya, sudah."Hendri tertawa pelan menyadari betapa canggungnya mereka saat ini. Ia mencoba untuk memikirkan cara agar mereka tidak terjebak dalam kondisi seperti ini. Walaupun mereka tidak terikat hubungan apa pun, namun setidaknya mereka bisa berbincang santai, tidak seperti ini."Bagaimana kabarmu, Ndra?" tanya Hendri sambil tersenyum tipis. Ia menengadahkan kepalanya, kedua matanya menerawang ke langit.Andra menoleh, kali ini ia t

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-01
  • SIMBIOSIS   80. Memecahkan masalah

    Lebih dari 5 hari Andra dan Hendri menjadi sangat dekat. Bahkan beberapa kali Hendri menawarkan diri untuk mengantar Andra ke tempat tinggalnya saat ini. Walaupun Andra seringkali menolak, Hendri tetap memaksanya. Nampaknya ia cukup penasaran di mana saat ini Andra tinggal. Maka dari itu ia terus bersikeras ingin mengantar Andra dan Wawan pulang ke rumah.Andra tersenyum lebar saat melihat Hendri mengeluarkan sebuah plastik dari dalam mobilnya. Bos sekaligus mantan mertuanya itu memang menjanjikan akan membelikan mereka makanan. Wawan nampak sangat antusias menantikan apa yang ada di dalam plastik tersebut. Lalu Hendri meletakkan plastik itu di meja."Buka sendiri, deh. Saya engga enak cuma bisa kasih ini," kata Hendri.Wawan mengangguk cepat, lalu menyambar plastik yang ada di atas meja tersebut. Matanya berbinar begitu melihat ayam yang begitu besar. Wawan mengeluarkan isi dari plastik itu dengan senyum yang tak kunjung luntur."Ayam, Mas!" kata Wawan,

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-01
  • SIMBIOSIS   81. Bertengkar lagi?

    Tanpa terasa pekerjaan Andra dan Wawan sudah selesai. Berkat bantuan dari banyak pekerja yang juga ikut andil dalam pembangunan rumah tersebut. Andra duduk di kursi yang ada di depan rumah tersebut. Matanya menatap lurus ke arah jalan setapak yang masih beralaskan tanah. Ia mengambil ponsel dari saku celananya. Lalu menggeser layar ponselnya mencari nama seseorang. Nampak sebuah kontak yang sudah ia blokir. Ibu jarinya bergerak, hendak membuka blokiran pada nomor tersebut. Namun dengan segera ia menahannya, ia tidak boleh lengah sedikit pun.Tiba-tiba dari belakang, seseorang menepuk punggungnya. Andra langsung menoleh, ia menekan tombol power saat melihat sosok Hendri yang sudah ada di belakangnya. Hendri menarik salah satu kursi dan duduk di samping Andra. Ia mengulurkan sebelah tangannya. Andra terdiam sejenak, menatap uluran tangan tersebut dengan bingung."Terima kasih sudah mau bekerja secara profesional," kata Hendri sambil tersenyum.Andra menaikkan kedu

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-02
  • SIMBIOSIS   82. Keputusan sepihak

    Robi mengacak rambutnya dengan frustasi, ia menyalahkan dirinya yang memilih pergi saat ini. Padahal seharusnya ia masuk ke dalam, bukan mengalah dan pergi seperti ini. Robi mengangkat sebelah tangannya, ia melihat jam yang melingkar di pergelangan tangannya. Baru satu jam sejak kepergiannya dari rumah Eva. Apakah belum terlambat untuk datang dan meminta maaf?Robi mendesah pelan, lalu menyambar kunci mobil yang ada di meja kamarnya. Ia berlari kecil keluar dari kamarnya. Secepat kilat ia masuk ke dalam mobil dan meninggalkan rumah mewahnya tersebut. Ia mendengus saat mengingat kejadian beberapa jam yang lalu. Mulai detik ini ia tidak boleh kalah dengan pria tersebut. Pria itu hanyalah masa lalu Eva. Sekarang Robi lah yang akan segera memiliki Eva sepenuhnya.Robi memutar kemudinya, melaju dengan kecepatan sedang menuju rumah Eva. Kondisi jalan sangat ramai hingga membuatnya seringkali menurunkan kecepatan mobilnya. Ia melirik jam yang melingkar di pergelangan tanganny

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-02
  • SIMBIOSIS   83. Pilihan Eva

    Setelah satu hari menghindari Robi, akhirnya Eva membuat keputusan besar dalam hidupnya. Ia sudah tidak ingin lagi menjadi orang yang labil dan tidak bisa membuat keputusan. Ia akan menentukan ke mana arah jalan hidupnya setelah ini. Maka dari itu, ia menghubungi Robi yang saat itu tengah memimpin sebuah rapat besar di restorannya. Namun siapa sangka kalau Robi tetap menerima panggilannya."Kamu di mana?" tanya Eva dengan nada dinginnya."Saya di restoran," jawab Robi cepat. Suaranya menunjukkan kalau ia sedang terburu-buru. Eva bisa mendengar langkah kaki yang setengah berlari tersebut."Apa kamu sibuk?" tanya Eva lagi.Robi terdiam sejenak, lalu terdengar helaan napas pelannya. "Sedikit.""Saya mau ketemu sekarang di restoran cabang dekat tempat saya bekerja."Setelah mengatakan itu, Eva langsung mengakhiri panggilan. Ia menyambar slingbagnya, lalu melangkah cepat meninggalkan rumahnya. Hari minggu yang seharusnya ia gunakan untuk bersenan

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-02
  • SIMBIOSIS   84. Pendatang baru

    Eva terbangun dari tidurnya. Ini merupakan hari pertamanya setelah memutuskan hubungan dengan Robi. Ia menghela napasnya pelan, otaknya terus berpikir bahwa keputusannya sudah benar. Eva mengedikkan bahunya, ia mencoba tidak memikirkan apa pun lagi. Eva melangkahkan kakinya ke kamar mandi, seperti biasa ia membasuh wajahnya sebelum pergi bekerja.Selama kurang lebih sepuluh menit, ia keluar dari ruangan lembab tersebut. Kakinya melangkah ke arah lemari besar yang menampung banyak pakaiannya. Matanya menelitis setiap pakaian yang ada di depan matanya, lalu ia menarik sebuah kaos polos berwarna putih. Kalau dipikir-pikir, ia sudah tidak pernah pergi bekerja mengenakan kemeja. Ia langsung menarik kaos tersebut.Setengah jam berlalu, Eva keluar dari kamarnya. Ia menatap meja makan yang masih kosong. Mungkin ibunya sudah pergi karena ada urusan mendadak. Eva sama sekali tidak terganggu karena bisa makan di kantor. Ia mengenakan sepatunya, lalu bergegas keluar dari rumah. Ta

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-04
  • SIMBIOSIS   85. Penyesalan

    Dua bulan berlalu sejak Eva memutuskan hubungannya dengan Robi. Kini ia sudah kembali pada dirinya di masa lalu. Ia menjunjung tinggi karirnya dibanding pernikahan. Berdasarkan pengalamannya, ia merasa kalau menikah hanya akan berujung pada perceraian. Begitu juga dengan menjalin hubungan, hanya akan berujung pada perpisahan. Eva menyambar ransel kecil yang ada di meja kerjanya. Perutnya sudah berbunyi sedari tadi, menandakan waktu makan siang sudah tiba."Ikut engga, Na?" kata Eva saat tiba di dekat meja Ina.Ina menggeleng pelan, kedua matanya masih tetap fokus menatap layar monitornya. Ia masih terjebak dengan pekerjaan yang setiap harinya tidak pernah habis."Ikut, Vir?" tanya Eva pada Vira."Hmmm ...," jawab Vira dengan dehaman pelan. Kedua matanya terpejam, kepalanya menyandar di meja. Ia sudah tertidur sejak dua jam yang lalu. Tidur nomor satu, pekerjaan nomor dua.Eva menghela napasnya, sudah pasti ia akan pergi seorang diri. Ia menepuk bah

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-04
  • SIMBIOSIS   86. Debat

    Pekerjaan Eva hari ini selesai lebih cepat dari biasanya. Ia merebahkan kepalanya di meja kerja. Wajahnya mengarah ke meja Vira. Sahabatnya itu terlihat tengah sibuk menatap layar ponselnya. Raut wajahnya seringkali berubah-ubah. Eva bisa melihat wajah sedih, senang, dan bahkan ia terlihat kesal. Eva yang mengira Vira tengah menonton film itu langsung menghampirinya. Kebiasaan Vira memang melalaikan pekerjaannya. Seakan ia tidak peduli kalau suatu saat ia bisa saja ditendang dari tempat tersebut.Eva menarik ponsel dari tangan Vira. Ia langsung melihat apa yang ada di layar ponsel tersebut. Dahinya berkerut, ia hanya melihat deretan tulisan yang sama sekali tidak menarik. Ia menyerahkan kembali ponsel itu pada Vira. Ia menghela napasnya, langkah kakinya kembali ke meja kerjanya. Vira yang melihat wajah lesuh Eva langsung menarik kursinya menuju ke meja kerja Eva. Ia menyodorkan ponselnya ke depan wajah Eva."Coba baca deh!" kata Vira.Eva menatap malas kumpulan

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-05

Bab terbaru

  • SIMBIOSIS   94. Lamaran

    Eva memandang hasil lukisan pertamanya di atas kanvas yang ukurannya terbilang cukup besar tersebut. Ia sudah tiba di galeri sebelum matahari terbit, ia sengaja memilih tempat yang strategis agar Andra bisa melihatnya saat masuk. Walaupun membayar mahal untuk mendapat tempat itu, ia merelakan uangnya. Eva mengambil ponsel di sakunya, ia menghidupkan layar ponsel untuk melihat jam. Ternyata satu jam lagi pameran akan segera di buka. Eva segera menghubungi Robi yang belum juga datang. Selain itu, ia juga menghubungi Ina, Vira, dan Erfan yang ikut andil dalam menjalankan rencananya hari ini. Mereka sempat ragu, tapi saat melihat wajah Eva yang begitu semangat, akhirnya mereka mengalah."Gue udah di depan nih, Va!" kata Ina melalui pesan suara.Eva mendekatkan ponsel ke bibirnya. "Gue keluar ya. Jangan ke mana-mana."Setelah itu Eva langsung berlari keluar dari galeri. Benar saja, sosok Ina sudah ada di luar tengah menyandar di mobilnya. Ia melambaikan sebelah tanga

  • SIMBIOSIS   93. Seribu kupu-kupu

    Setelah perbincangannya dengan Eva, kini Robi merasa pikirannya sudah lebih ringan dari sebelumnya. Ia bisa tertawa lepas, bukan lagi tertawa yang seolah ditahan. Robi mengulurkan sebelah tangannya pada Eva."Mari kita berteman sekarang, Kak," kata Robi.Eva mengernyitkan dahinya, walau begitu ia tetap membalas uluran tangan tersebut. "Kak?"Robi mengangguk cepat. "Aku jauh lebih muda dari kamu loh.""Serius?" tanya Eva dengan terkejut.Robi mengangguk lagi, kali ini dengan senyum lebarnya. Eva tidak bisa lagi menahan senyumnya. Untuk pertama kalinya ada yang memanggilnya dengan sebutan seperti ini. Robi melirik jam yang melingkar di tangannya. Ternyata sudah lebih dari tiga jam ia berada di sana. Tiba-tiba ia terpikirkan sesuatu."Kak, apa kamu sudah benar-benar melupakan Kak Andra?" tanya Robi."Saya—""Aku, Kak. Jangan pakai saya," kata Robi lagi. "Jangan terlalu formal."Eva tertawa, sebenarnya ia tidak pernah

  • SIMBIOSIS   92. Pengakuan

    "Gila aja lo, Ndra!"Andra hanya tertawa, ia menatap lurus ke arah Fadil. Ia sama sekali tidak memberitahukan Fadil kalau ia menghapus ceritanya karena ingin menghilang dari Eva. Ia merasa benar-benar sangat kecil saat mengetahui seberapa tidak berguna dirinya. Bahkan papanya sampai mengadopsi anak agar ada yang bisa meneruskan usahanya. Andra merebahkan tubuhnya di kasur, tidak peduli dengan Fadil yang melotot ke arahnya."Itu kan satu-satunya karya lo yang lagi booming," kata Fadil sambil mengacak rambutnya. Ia terlihat sangat frustasi.Andra hanya menjawabnya dengan dehaman pelan. Seandainya ia tidak datang kemarin, apa hidupnya akan tetap tenang seperti sebelumnya? Ia akan tetap seperti orang bodoh yang tidak tahu apa-apa. Andra menutup wajahnya dengan kedua tangan. Ia berharap kalau semua yang ia rasakan selama ini hanya mimpi. Sangat berat rasanya setiap mengingat apa yang terjadi saat ini. Bagaimana bisa orang yang merupakan adik tirinya itu berusaha untu

  • SIMBIOSIS   91. Rindu

    Andra memandangi layar ponselnya dengan mata berkaca-kaca. Setibanya di rumah, tubuhnya terperosok jatuh ke lantai, kedua lututnya seakan tak mampu untuk menopang tubuhnya. Andra memejamkan kedua matanya, kepalanya menyandar di tembok. Lagi-lagi kilasan tentang pertemuannya dengan papanya itu memasuki ingatannya. Ia meletakkan ponselnya di lantai, kedua tangannya menjambak rambutnya sendiri. Seolah ia ingin menyingkirkan isi kepalanya yang berkaitan dengan papanya dan Robi.Flashback on."Kamu dengar papa kan, Ndra?" tanya Bambang.Andra tidak mampu mengeluarkan jawaban apa pun selain tertawa. Ia sendiri tidak tahu apa yang ditertawakannya saat ini. Apakah ia tertawa karena Robi yang selama ini berusaha merebut Eva adalah adik tirinya? Atau karena ia baru tahu kalau papanya itu menganggapnya sebagai anak yang tidak bisa diandalkan?Andra menoleh ke arah Robi, pria itu masih menundukkan kepalanya. Ia tidak bisa menyalahkan Robi, karena setiap anak yang tin

  • SIMBIOSIS   90. Adik

    Andra tiba di depan kantor papanya setelah menempuh perjalanan lebih dari 40 menit. Perjalanannya ke kantor papanya itu memang tidak terlalu jauh, tapi kalau naik angkutan umum, tentu saja akan memakan waktu lama, terutama karena akses jalannya yang terbilang ramai. Ia mempercepat langkahnya, mencoba untuk mempersingkat waktu sebelum sesuatu yang besar itu dimulai. Bertepatan saat dirinya tiba di pintu utama, lift langsung tertutup. Andra mendecak pelan, mau tidak mau ia harus lewat tangga darurat agar tidak terlalu lama menunggu lift.Andra berlari, seolah ia sudah menghafal tinggi setiap anak tangga. Satu per satu lantai berhasil ia lewati. Kini ia sudah berada di lantai lima, tersisa lima lantai lagi untuk tiba di ruangan papanya. Cukup melelahkan hingga membuatnya harus berhenti sejenak untuk memulihkan staminanya.Tiga menit rasanya sudah cukup untuk membuat tenaganya pulih kembali. Ia segera melanjutkan langkahnya menaiki anak tangga yang entah berapa ratus jumla

  • SIMBIOSIS   89. Sebuah kenyataan

    Robi semakin curiga saat melihat bab yang baru dikirim oleh penulis cerita berjudul Kupu-Kupu tersebut. Ia tersenyum miring, saat membaca kedatangan seorang tokoh baru bernama Roni. Mungkinkah itu dirinya? Jika dilihat dari profesinya yang merupakan pemilik restoran terkenal, itu pasti dirinya. Robi membaca bagian terbaru dari cerita itu dengan cermat tanpa melewatkan satu kata pun. Ia sempat kesal saat digambarkan sebagai karakter yang seolah merebut istri orang lain. Tapi mau bagaimana lagi, kekuasaan digenggam penuh oleh penulisnya. Ia bisa saja berkomentar, tapi itu tidak akan menghentikan penulis membuatnya menjadi karakter yang jahat."Andra atau Eva ya?" tanyanya pada diri sendiri.Robi melanjutkan kegiatannya. Untung saja saat ini tidak ada keluhan di restoran pusat atau pun cabang. Jadi ia bisa beristirahat di ruangannya dengan nyaman. Ia mengernyitkan dahinya saat tiba-tiba membaca bagian yang terasa tidak asing.Tokoh wanita itu mengalami hilang ingat

  • SIMBIOSIS   88. Curiga

    Eva hampir saja memuntahkan makanan yang baru masuk ke mulutnya. Ia tidak bisa berkata apa-apa lagi saat melihat balasan yang dikirim oleh penulis favoritnya tersebut. Walaupun ia tidak tahu penulis itu laki-laki atau perempuan, namun kalau dilihat dari ketikannya, Eva yakin seribu persen kalau penulis itu pasti laki-laki. Ia bisa merasakan sisi buaya darat lewat ketikan tersebut. Vira dan Ina yang sedari sibuk makan, langsung mengalihkan tatapannya ke Eva. Mereka nampak curiga karena sahabatnya itu. Mereka saling pandang, lalu tersenyum dengan mencurigakan.Eva yang merasa dilihat seperti itu, langsung menyembunyikan ponselnya ke dalam saku celananya. Ia harus bersikap senatural mungkin agar tidak dicurigai oleh kedua sahabatnya tersebut. Ia kembali memakan makanan yang ada di hadapannya. Walau dengan pikiran yang tidak tenang, ia berusaha keras menyembunyikannya."Gimana, Va? Sudah dibalas?" tanya Ina, pandangannya masih fokus pada makanannya."Hah? Balasan ap

  • SIMBIOSIS   87. Bertukar pesan

    "Va, lo kesurupan ya?"Eva menggelengkan kepalanya. Kedua matanya menatap layar ponsel dengan sangat serius. Tangannya bergerak menggeser layar ponselnya secara perlahan. Ia benar-benar panik saat melihat sebuah pesan dari aplikasi bacanya tersebut. Ia takut kalau komentarnya menyakiti penulis cerita yang belakangan ini menjadi favoritnya. Ina yang baru datang, langsung terkejut saat melihat wajah Eva yang sudah ditekuk. Ia segera menghampiri temannya tersebut, lalu mengusap wajah temannya dengan telapak tangan."Sadar, Va!" kata Ina.Eva langsung menepis tangan Ina dari wajahnya. Ina terkekeh, lalu pergi menuju tempat duduknya. Eva terlihat kesal, namun sedetik kemudian ia kembali fokus pada ponselnya. Eva menggigit bibir bawahnya, haruskah ia membalas pesan tersebut? Vira yang kebingungan melihat tingkah Eva, langsung menyambar ponselnya. Seketika ia tidak bisa bergerak, tubuhnya langsung mematung. Ia benar-benar terkejut saat melihat penulis cerita yang sedan

  • SIMBIOSIS   86. Debat

    Pekerjaan Eva hari ini selesai lebih cepat dari biasanya. Ia merebahkan kepalanya di meja kerja. Wajahnya mengarah ke meja Vira. Sahabatnya itu terlihat tengah sibuk menatap layar ponselnya. Raut wajahnya seringkali berubah-ubah. Eva bisa melihat wajah sedih, senang, dan bahkan ia terlihat kesal. Eva yang mengira Vira tengah menonton film itu langsung menghampirinya. Kebiasaan Vira memang melalaikan pekerjaannya. Seakan ia tidak peduli kalau suatu saat ia bisa saja ditendang dari tempat tersebut.Eva menarik ponsel dari tangan Vira. Ia langsung melihat apa yang ada di layar ponsel tersebut. Dahinya berkerut, ia hanya melihat deretan tulisan yang sama sekali tidak menarik. Ia menyerahkan kembali ponsel itu pada Vira. Ia menghela napasnya, langkah kakinya kembali ke meja kerjanya. Vira yang melihat wajah lesuh Eva langsung menarik kursinya menuju ke meja kerja Eva. Ia menyodorkan ponselnya ke depan wajah Eva."Coba baca deh!" kata Vira.Eva menatap malas kumpulan

DMCA.com Protection Status