Share

BAB 96 STROKE

Author: Anna Janitra
last update Last Updated: 2023-05-03 20:35:53

Bi Salimah menderita stroke itu kabar yang aku dengar saat kemarin ada yang datang ke rumah menjenguk bayiku. Dia nggak bisa berbicara lancar dan sebelah tubuhnya tak bisa bergerak seperti dulu lagi.

Sedang Lek Santoso tubuhnya lumpuh separuh, entah apa yang harus aku rasakan saat ini. Mau tertawa terbahak-bahak atau menangis sedih dan turut berduka cita atas musibah yang menimpa mereka. Intinya aku kini pun semakin banyak diam jika melihat mereka sedang duduk di teras bersama-sama.

Mbah Lanang yang tubuhnya pun sudah tidak gagah harus ikut merawat anak juga menantunya telaten. Sayangnya begitu besar kepada mereka, setiap pagi menemani berjemur lalu membantu menyuapinya. Bahu-membahu dengan Julia menjaga mereka, pemandangan yang membuat hati pilu. Namun, mau bagaimana lagi, mereka saja hingga detik ini masih tidak menganggap kami saudara.

Jarak yang membentang itu semakin bertambah jauh dan terhalang tembok besar nan tinggi. Walaupun kadang aku dan Julia saling tatap mata, tapi dia ma
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • SEPEDA TUA WARISAN KAKEK    BAB 97 KEBAHAGIAAN KITA

    Kebahagiaan datang bertubi-tubi, Mas Yanuar usahanya pun bertambah lancar. Alhamdulillah, rezeki nggak akan kemana, mereka akan selalu tahu tempatnya sendiri-sendiri. Ibu mertua pun seringkali berkunjung ke rumah dengan alasan ingin menemaniku merawat Raka.Seminggu menginap lalu akan pulang karena kangen rumah, begitulah kehidupan yang aku jalani bersama orang terkasih. Sepulangnya lalu Mbah Lastri pun akan tidur bersama kami di rumah ini, sedang rumah asli beliau akan ditempati oleh Ayah."Pokoknya kalau ada apa-apa segera panggil kami semua, jangan sungkan-sungkan! Kamu adalah harta berharga bagi kami, bukan, bukan kamu, tapi Raka!" Ucapan Mbah Lastri sontak mengundang tawa kami semua yang sedang duduk mengitari buah cinta kami yang kini telah berusia tiga bulan.Tubuhnya yang gembul itu menjadi rebutan para kakek nenek serta saudara yang datang ke rumah. Tak pernah sepi, karena Kakak iparku selalu datang silih berganti membawakan berbagai macam makanan, buah-buahan serta pakaian l

    Last Updated : 2023-05-03
  • SEPEDA TUA WARISAN KAKEK    BAB 98 KESALAHANKU

    "Ahhhh, prang!" Suara teriakan dari seberang membuat aku yang menggendong Raka di halaman seketika menoleh.Meskipun aku takut untuk mendekat, tapi rasa kasihan tiba-tiba masuk dan mengusik hati ini. Langkah kaki bergerak menuju rumah adik dari Ayah tersebut. Aku takut jika terjadi seseorang yang buruk. Apalagi hanya Mbah Lanang saja yang masih sehat disana."Assalamualaikum," salamku kemudian.Semua mata tertuju padaku, tak terkecuali Mbah Lanang yang terlihat basah di bagian celananya. Sedang mata Bi Salimah yang masih sehat itu membulat sempurna tatkala aku mencoba masuk ke dalam."Buat apa kamu kesini? Mau menertawakan kami? Dasar manusia bedebah, kamu pikir ini karma, tidak! Ini hanya kesalahan kecil yang bisa di benarkan!" bentak Angga dengan sinis."Kamu itu manusia sampah, tidak berarti lagi buat kami. Kamu dan suamimu akan menanggung semua yang pernah kalian lakukan padaku. Kamu pikir aku takut, nggak!""Maksudnya apa? Aku hanya ingin melihat kesini karena teriakan keras, tid

    Last Updated : 2023-05-03
  • SEPEDA TUA WARISAN KAKEK    BAB 99 NASEHAT

    "Jadi orang jangan suka ngeyel, kamu itu sudah menjadi ibu dan seharusnya lebih bijak dalam berpikir bukan malah semakin goblok. Bagaimana kalau terjadi sesuatu sama Raka? Kamu mau bertanggung jawab jika kakek dan neneknya marah?" ujar Ibu dengan wajah marahnya.Jantung yang berdebar ini pun tak karuan saat mendapati ibu dan ayah yang memandang diriku tanpa kedip. Bagaikan seorang terdakwa yang tengah disidangkan dalam sebuah kasus, aku tidak berdaya dan berkutik di depan mereka.Apalagi Mas Yanuar yang seolah enggan membela istrinya ini meskipun hanya sebentar saja. Entahlah, kesalahan yang kuperbuat kemarin benar-benar merusak hubungan keluarga ini."Maaf," ucapku pelan, tapi masih terdengar oleh mereka.Ibu mendesah pelan, pun dengan Ayah yang seperti kecewa karena sikapku itu."Ayah saja berusaha keras untuk tidak ikut campur atau sekedar mendengarkan suara-suara tentang mereka. Malahan kamu berupaya masuk kedalam rumah itu, memangnya kamu mau menjadi pahlawan lalu dihormati dan d

    Last Updated : 2023-05-04
  • SEPEDA TUA WARISAN KAKEK    BAB 100 JULIA MARAH

    "Setelah sekian lama kita nggak pernah tegur sapa, kini Tuhan memberikan jalan untuk bisa menyapa. Kamu senang?" ujar Julia saat aku sedang memilih sayuran di tukang sayur keliling.Alis ini sepertinya bertemu, iya, sama kayak aku dan Julia, bertemu di waktu yang salah. Kalau tempat menurutku benar, tapi entah kalau menurut dia. Sepupuku itu terlihat tak bersahabat, bibirnya yang pucat tersenyum sinis dan memandang ke arahku dari atas hingga bawah.Seperti seseorang yang menyelidiki penuh arti, bagai seekor hewan buas yang siap menerkam mangsanya hidup-hidup. Mata indahnya yang dulu berbulu lebat kini terlihat gersang. Sungguh pemandangan yang bertolak-belakang dengan masa lalu sebelum ada tragedi orang tuanya sakit-sakitan."Kamu itu sok-sokan menjadi wanita sempurna padahal masih banyak celah. Jangan berpikir kamu di atas angin dengan segala macam yang telah terjadi. Kami tidak akan meminta maaf sama kamu dan orang tuamu itu, camkan!" gertak Julia lantang.Sayuran yang dipegang tang

    Last Updated : 2023-05-05
  • SEPEDA TUA WARISAN KAKEK    BAB 101 DI TINGGAL

    "Kenapa lagi? Bukankah Ayah dan Ibu sudah berpesan padamu untuk menjaga jarak atau lebih tepatnya menjauhi mereka?" Mata tajam dan hitam itu memandangku penuh marah."Mas, aku tadi pagi belanja dan tiba-tiba saja Julia memulai pembicaraan yang nggak mengenakan hati. Ngapain juga aku cari gara-gara, malas," balasku sambil mencium pipi gembul Raka."Hindari saja jika berhadapan dengan keluarga itu, nggak ada manfaatnya sama sekali. Aku juga butuh waktu untuk bekerja, bagaimana bisa tenang meninggalkan kalian pergi kerja jika selalu saja seperti ini terus-menerus?" Mas Yanuar menghela napas panjang dan berat.Aku tahu dia pun kepikiran jika terjadi seseorang padaku saat dirumah berdua. Meskipun kadang ibu juga datang ke rumah, tapi itu tidak setiap hari. Kebingungan dan kekhawatiran tergurat jelas di wajah tampan suamiku tersebut.Padahal dalam pikiranku jika mereka berulah maka akupun akan membalas, tengah kenapa keluargaku melarang untuk meladeni. Rasanya tangan ini gatal untuk tidak m

    Last Updated : 2023-05-05
  • SEPEDA TUA WARISAN KAKEK    BAB 102 PESAN

    Deru mobil memasuki halaman rumah saat aku menyuapi Raka di pagi ini. Terlalu pagi jika ibu dan Ayah mertua datang karena ini aku saja belum mandi. Sejak subuh tadi aku berkutat dengan pekerjaan rumah sedang Mas Yanuar menjaga Raka."Assalamualaikum," salam Ibu dan Ayah bersamaan.Girang hati ini jika bertemu dengan ibu dan ayah mertua, mereka selalu saja menghibur dalam kesendirian karena Ayah dan ibu lebih sering menemani Mbah Lastri. Meskipun terkadang pulang sebentar menengok cucu mereka. Orang tuaku baik kandung maupun mertua sangat baik dan besar sayangnya pada kami.Benar saja, oleh-oleh yang dibawa tidak hanya satu plastik, ini bahkan lebih dari empat. Entah apa yang mereka bawakan. Namun, aku lebih berharap mereka tulus sayang padaku juga Raka."Cucu Mbah baru sarapan?" tanya Ibu mertua yang sudah mencuci tangan juga kaki lalu menggendong anak lelakiku yang ku pangku ini."Kebetulan sekali sudah kesini pagi-pagi." Mas Yanuar yang datang dari luar lalu menyalami ayah dan ibuny

    Last Updated : 2023-05-06
  • SEPEDA TUA WARISAN KAKEK    BAB 103 BERSAMA

    Mas Yanuar siang ini pergi ke luar kota, semua persiapan pun telah selesai. Tas besar berisi pakaian dan pun telah aku tata rapi. Tinggal menunggu ayah dan ibu saja untuk pulang sejenak karena tadi Mas Yanuar sudah ke rumah Mbah Lastri untuk berpamitan.Akan tetapi, mereka berdua meminta supaya di tunggu untuk sekedar bersalaman lagi. Sepuluh menit berlalu, kini kamu semua telah berkumpul di teras rumah. Mobil travel yang akan memberangkatkan Mas Yanuar dan dua orang temannya pun sudah terparkir di halaman rumah."Hati-hati di jalan dan jangan lupa kabari kami jika telah sampai. Ingat, ya, jika ada orang-orang yang menunggumu disini," pesan Ayah mertua kepada anak lelakinya."Baik, Yah," jawab Mas Yanuar hangat.Selama ini kami tidak pernah berpisah jauh seperti ini, hati ini terasa sedih meskipun ada telepon yang akan mendekatkan hati ini. Entahlah, begitu sedihnya di tinggal suami pergi bekerja padahal itu demi masa depan kita semua.Air mata ini pun tidak bisa berhenti saat tangan

    Last Updated : 2023-05-07
  • SEPEDA TUA WARISAN KAKEK    BAB 104 IBU MERTUA

    "Kenapa, Bu?" tanyaku panik.Ibu mertua terlihat pucat saat memasuki rumah, tangannya bergetar bahkan nyaris ambruk. Segera aku menopang tubuhnya itu dengan kuat. Ayah mertua yang datang dari belakang pun tergopoh-gopoh mendapati sang istri yang seperti sedang tidak baik itu."Bu, ada apa?" tanyaku lagi."Apa yang kamu lakukan terhadap Yanuar? Apa?!" teriak Ibu mertua keras memekakkan telinga.Sontak aku terkejut di buatnya, ini kali pertama aku mendengar suara keras dan kasar daei beliau. Selama ini ibu mertua selalu baik dan lembut, tapi kali ini?"Bu, ada apa?" Ayah mertua pun kaget di buatnya.Kedua bahu itu di guncang hebat, berharap sang istri sadar dengan ucapannya barusan. Mungkin, itu hanya kemungkinan yang aku pikirkan."Yanuar di paksa bekerja keras tanpa istirahat di sini. Di perlakukan seperti babu, memangnya kamu kaya? Selama ini kami baik terhadapmu bukan berarti takut. Beli mobil, motor dan apapun yang kamu mau, sejahat itukah kamu Suci!" teriak Ibu lagi.Aku tersentak

    Last Updated : 2023-05-08

Latest chapter

  • SEPEDA TUA WARISAN KAKEK    BAB 165 TAMAT

    Akupun ikut berbaur dengan memeluk mereka berdua, kami berangkulan dengan deraian air mata. Semua yang di dada keluar, hingga kesalahan yang paling ujung di dalam jiwa pun seakan ikut keluar juga. Terbang tinggi mengikuti angin yang baru saja datang.Juga saat elusan lembut mendarat di punggung ini menyadarkanku dari tangisan. Ku lihat mata indah yang pernah membuat hatiku terbuai itu lalu memeluknya erat dan mengatakan dengan terbata kata maaf.“Maafkan aku, Mas, aku belum bisa menjadi istri yang baik bagimu. Maafkan aku,” isakku hari.“Aku sudah memaafkan, kita perbaiki kesalahan yang pernah lalu supaya kedepannya rumah tangga yang telah kita bina semakin baik dan bahagia, mau?” ucap Mas Yanuar dengan menyeka air mata ini.Aku hanya bisa mengangguk karena sekedar bersuara lagi pun tenggorokan ini terasa sulit. Semua seolah berhenti di tengah-tengah sehingga yang mampu aku lakukan adalah menangis dan menangis. Bahagia rasanya memiliki suami seperti Mas Yanuar, dia begitu sabar di saa

  • SEPEDA TUA WARISAN KAKEK    BAB 164 LULUH

    “Suci, apa kamu ingin tahu isi hati kami? Terlebih lagi Ibu, apakah kamu ingin mengetahuinya, nak?” Ibu mulai bersuara, beliau duduk di kursi bambu lalu memandang ke depan.Tidak ada airmata juga kesedihan, beliau justru beberapa kali mengedipkan kedua matanya. Aku melihat itu adalah sebuah cara untuk menghalau air mata supaya tidak keluar. Aku yakin itu.“Sebenarnya jauh di lubuk hati ibu sakit, terluka dan perih sekali menerima kenyataan pada usia senja Ibu ini. Ipar, keponakan dan mertua yang begitu membenci Ibu, berharap ibu tidak ada lagi di dunia ini, memaki Ibu, menghina bahkan meludahi Ibu dengan tawa nyaringnya kala itu. Semua perlakuan mereka memang membekas di sini!” ucap Ibu dengan menunjuk dadanya yang naik turun.Semua terdiam, baik itu Mas Yanuar dan Ayah. Tiba-tiba suasana berubah, pada hewan peliharaan kami pun seolah tahu bahwasanya ada hati yang ingin membuka luka menganga tersebut.Bahkan aku nyaris ambruk tatkala mendengar perkataan Ibu yang jauh dari perkiraanku

  • SEPEDA TUA WARISAN KAKEK    BAB 163 KACAU

    “Coba kamu ulangi lagi!” titah Mas Yanuar, dia berdiri sambil menatap ke arahku.“Berapa kali kamu meminta perpisahan kepadaku?” imbuhnya.“Jika memang aku bukanlah yang terbaik bagimu kenapa tidak kita sudahi saja pernikahan ini? Bukankah seumur hidup itu lama dan kita juga masih muda, kamu masih banyak pilihan yang baik untuk kedepannya. Soal Raka, aku tidak akan menghalangi untuk bertemu.”“Masih banyak wanita diluar sana yang jauh lebih baik daripada aku bukan? San kamu tahu sendiri jika aku sulit diatur dan tidak bisa bekerjasama dengan baik. Lalu apa yang kamu cari lagi jika celah dan kesempatan sudah aku berikan?” ujarku dengan bibir bergetar.Sakit sebenarnya hati ini mengeluarkan apa yang baru saja terdengar aneh di telinga. Namun, aku akan semakin sakit jika tidak ada dukungan dan genggaman kuat menghadapi hati yang terus saja tersakiti oleh sikap dan ucapan mereka yang aku sayang.Aku keluar kamar, menuju tempat paling nyaman, dia adalah kursi yang terbuat dari bambu dan te

  • SEPEDA TUA WARISAN KAKEK    BAB 162 KAGET

    Pagi ini kami tidak jadi pulang, Ibu terlampau khawatir dengan keadaan yang sedang kacau ini. Apalagi sejak tadi aku hanya diam dengan tatapan mata kosong. Pikiran yang berkecamuk seolah ingin mengajakku kembali terpuruk jauh dalam tragedi hati yang tidak tahu kapan selesainya ini.Mas Yanuar pun seolah tidak ingin membiarkan istrinya larut dalam tangisan. Dengan setia dia menemaniku di dalam kamar, mengaji dan sesekali menatap mata ini dengan sebuah senyuman.“Nggak kerja?” tanyaku saat suamiku berhenti mengaji.Dia menggeleng pelan lalu meletakkan kembali kita suci itu di tempatnya semula. Kembali duduk di samping lalu mengelus lembut rambut yang terurai panjang sepinggang ini. Perlahan Mas Yanuar menciumnya lalu memeluk dari belakang sambil berbicara.“Kegagalan seorang suami terhadap istri itu bukanlah karena hal duniawi saja, tapi jalan menuju akhirat. Imam, pemimpin pasti akan mengajak anggotanya untuk tetap berada di jalan yang baik, dengan susah payahnya atau mudah pasti akan

  • SEPEDA TUA WARISAN KAKEK    BAB 161 KERAS KEPALA

    “Nggak semudah itu aku bisa melakukan hal konyol ini, Ayah!” “Ayah tahu, tapi setidaknya kamu bisa mengatakan hal itu di sini dan sekarang!”“Itu namanya pemaksaan, aku nggak bisa mengatakan hal yang tidak tulus dari hati.”“Mereka bisa dan berani minta maaf kesini bukankah itu hebat. Kebesaran hati mereka merendah dan mengatakan kalau perbuatan di masa lalu adalah kesalahan dan yakin akan memperbaiki semuanya bukankah itu hebat? Nak, Ayah dan Ibu tidak pernah mengajarkan hal dendam terhadapmu. Ini demi masa depanmu kelak supaya jangan dendam dengan seseorang karena justru akan merugikan diri sendiri,” jelas Ayah bijak.“Ayah semangat sekali membela mereka di sini!” ucapku ketus.Mata itu tajam ke arahku, Ibu pun sama. Kedua orang tuaku seolah ingin bertarung hebat dengan diri ini hanya karena orang lain yang telah menjadi saudaranya.“Jangan pernah ke rumah ini jika kata maafmu tidak ada!”“Ayah!” Suara Ibu meninggi mendengar suaminya berucap demikian padaku putri kesayangannya.Ent

  • SEPEDA TUA WARISAN KAKEK    BAB 160 HATI

    Pagi-pagi sekali aku menata barang bawaan untuk dibawa pulang. Di kursi itu aku juga mengajak Raka berbicaralah supaya dia anteng.“Maafkan, Mbah,” ucap seseorang yang tak ku hiraukan.Rasa sakit yang sudah bertahun-tahun ini tidak bisa dengan sekejap aku hilangkan bahkan sembuhkan sekalipun. Entah sisi jahatku ini kenapa tidak bisa pergi dengan ucapan maaf dari mereka. Masih terlalu sakit. Akan tetapi, jika aku masih bergelut dengan dendam dan luka maka benar apa yang dikatakan oleh Mas Yanuar, jika aku tidak akan bisa maju.Ruang lingkupku pun akan tetap sama di situ-situ saja dan enggan bergerak padahal yang bisa menjalankan adalah diriku sendiri. Tanpa terasa air mata ini jatuh berlomba-lomba menuju pipi, tidak ada suara karena terlalu sakit.“Ikhlaskan, nggak ada yang bisa menyembuhkan luka kita sendiri kecuali dengan ikhlas dan ikhlas. Jika masih saja seperti itu, kapan kamu akan berkembang lebih baik?” Tepukan kecil di pundak dan suara lembut itu tidak mampu membuat air mata in

  • SEPEDA TUA WARISAN KAKEK    BAB 159 USAI

    Malam ini kami menginap di sini, rasa kangen yang setiap kali hadir membuat diriku semakin ingin berada di rumah ini bersama Ibu dan Ayah. Makanan yang dimasak oleh Ibu terasa begitu membuat selera ini datang dan menghabiskan nasi.“Pelan-pelan kalau makan, itu masih banyak tumis kangkung dan sambalnya,” ujar Ibu yang ku balas dengan senyuman.“Bu, lalu siapa yang memberikan makanan buat Mbah Lastri jika dia nggak mau tinggal di sini?” tanyaku di saat suapan terakhir.“Kadang Ibu, kadang juga beliau masak sendiri. Tergantung selera, namanya juga sudah tua, lidah yang pagi ini siang itu membuat kami bingung,” jawab Ibu.“Kenapa nggak mau sekalian tinggal di rumah ini?” Kini Mas Yanuar yang bertanya, mungkin dia juga penasaran sama sepertiku.“Paling enak itu tinggal di rumah sendiri, meskipun rumah orang lain lebih besar dan lebih baik. Nanti kalau kalian sudah tua pasti bisa merasakan hal tersebut,” kok Ayah.Selesai makan malam, kami duduk di depan televisi. Menonton berita sambil be

  • SEPEDA TUA WARISAN KAKEK    BAB 158 MEMAAFKAN

    “Suci, dengarkan Mbah Lastri sebentar saja! Bisa?” Suara parau itu membuat amarahku sedikit reda.Sebenarnya bukan reda hanya saja aku berusaha meredakan sekejap. Karena beliau adalah orang yang selalu menyayangi diri ini tulis sehingga apapun yang dikatakan aku selalu nurut.Kali ini pun sama, aku langsung berusaha menetralkan segala kebencian yang sudah memuncak. Menepiskan semua emosi yang tengah membara, bukan hal mudah. Akan tetapi, aku berusaha keras melawannya.“Mbah!” Akhirnya aku menjawab beliau dengan pandangan memohon untuk tidak memarahiku.“Tidak ada sepuluh menit.” Mbah Lastri kembali mengatakan apa yang akan dikehendaki.“Di dunia ini tidak ada yang abadi, semua hanya semu dan abu-abu. Setiap manusia diberikan akal serta pikiran untuk selalu memilih mana yang baik dan buruk. Dendam, benci semua ada, tapi apakah itu baik bagi kita? Jika kaki melangkah dalam bayang-bayang permusuhan, kamu tahu sendiri apa yang terjadi bukan? Nggak akan pernah bahagia, hanya sakit hati saj

  • SEPEDA TUA WARISAN KAKEK    BAB 157 AMARAHKU

    Aku tertegun melihat sikap Ibu yang seolah tidak pernah terjadi sesuatu, sungguh hatinya terbuat dari apa wanitaku itu? Emosiku saja sudah berkumpul dan siap untuk meledak, tapi Ibu dan Ayah?“Kami kesini mau minta maaf atas apa yang telah kami lakukan baik itu sengaja ataupun tidak. Maafkan kami,” ucap Lek Santoso, mata itu telah redup.Seperti bukan milik dia, dulu saat dia masih gagah dan sehat, tatapan itu sungguh sangat membuatku ingin memakinya dan memukul wajah yang songong itu. Akan tetapi, kini, hari ini dan detik ini semua berubah seratus delapan puluh derajat.“Maafkan aku juga, Paman. Maaf, aku tahu jika selama ini aku salah dan tidak menjadi keluarga yang baik, tapi tolong demi masa depanku, maafkan yang telah berlalu!” pintanya dengan nada sedikit bergetar.Aku masih setia melihat sikap mereka satu persatu, aku masih menunggu apa yang ingin dikatakan oleh anggota keluarga yang masih ku benci itu. Angga, bilang demi masa depan dia, berarti ini hanya demi dia seorang bukan

DMCA.com Protection Status