“Oh ya! Sebelum itu diganti, pastikan kamu memotret semuanya.” Ucap Felice.“Baik, Non.” Balas Vareena.Manajer toko segera mengganti pakaian yang dipajang di manekin sesuai dengan permintaan Felice. Luna dan membantu mengeluarkan pakaian sebelumnya dan Vareena mendokumentasikan pergantian model pakaian yang di desain.“Hati-hati membawanya.” Ucap Vareena sembari mendokumentasikannya.“Baiklah!” Balas Manajer toko. Lalu Ia segera mengangkat manekin untuk di pajang ke dalam lemari kaca transparan.Melihat Felice yang seperti tidak fokus bekerja membuat Manajer toko bingung karena ini baru pertama kalinya Felice seperti tidak antusias dengan pekerjaan. Manajer toko mendekat ke arah Luna. “Apa Nona Felice sedang tidak enak badan hari ini?” Bisik Manajer toko.“Hah?” Respon Luna. Lalu mereka diam-diam mengamati Felice yang sedang diam mematung. “Dia sedang mengalami ba
BRUK BRUK [Suara saat Felice melempar tas dan blazer ke sofa]“Akhh kepalaku sepertinya sebentar lagi akan meledak.” Gumam Felice sembari mondar mandir di depan tv.Sesekali Felice menggigit jarinya untuk menghilangkan anxiety dengan masalah-masalah yang sedang berputar di kepalanya.Felice duduk di sofa lalu mengambil ponselnya dan terus menscroll media sosial untuk mencari ide. Felice mencari tahu bagaimana cara brand mempromosikan produknya. Felice bukan hanya mencari tentang cara promosi di Indonesia saja. Namun, Ia juga mencari-cari cara orang luar negeri dalam mempromosikan produk. Berjam-jam Felice mencoba menscroll sosial media. Namun, isi kepalanya terlalu bercabang dan berantakan. Felice tidak bisa fokus karena rasa bersalahnya atas kejadian yang menimpa Calvin. Rasanya tidak adil sudah membenci seseorang tanpa tahu alasannya. Namun, terlalu menyakitkan jika mengingat kejadian lima tahun lalu.Felice akhirnya memutus
Hari ini The Premiére kedatangan anak kedua dari Presdir Edward. Kedatangan Elijah Rodrigo menjadi perbincangan semua karyawan The Premiére.Ciit [Suara ban mobil saat berhenti tepat di depan kanto The Premiére]Elijah keluar dari mobil dengan mengenakan blazer berwarna coklat dan kacamata hitam. Setelah keluar dari mobil, Elijah segera pergi ke ruangan Presdir Edward.“Bukankah itu putra dari Presdir Edward?” Tanya Karyawan 1.“Sepertinya begitu.” Ucap karyawan 2.“Apa dia juga akan bekerja disini?” Ucap Karyawan 3.“Sepertinya begitu. Kira-kira dia akan langsung jadi manajer atau dia akan bergabung dengan tim yang sudah ada?” Ucap Karyawan 4.“Entahlah.”***“Sudah hadir semua?” Tanya Felice saat masuk ruangan tim Lauré.“Sudah, Non.” Balas Luna.“Oke. Ayo kita mulai meeting kita.” Ucap Felice.“Baik, Non.” Ucap tim.“Jadi gini. Saya ada beberapa ide untuk promosi, meskipun seharusnya ini bukan ranah kita. Tapi untuk sekarang saya rasa kita juga perlu turun langsung untuk meningkatka
“Hei, beginner! Ayo ikuti saya.” Ucap Vareena sembari menghadap ke arah Elijah.Elijah melihat ke kanan kiri dan belakangnya. Namun, tidak ada orang, “Apa? Kamu bicara dengan saya?”“Ya kamu pikir saya bicara dengan manekin? Ya kamu lah! Ini bawa kertas-kertas ini.” Balas Vareena.Felice dan yang lainnya hanya tersenyum melihat mereka berdua. “Ikutlah dengannya, nanti saya menyusul ke sana. Sekarang saya harus pergi meeting soal bahan tambahan.” Ucap Felice.“Baiklah. Sampai jumpa.” Balas Elijah. Lalu Ia mengikuti Vareena dan Rosé pergi.“Sebanyak apa kamu tahu tentang desain dan kain?” Ucap Vareena.“Kain? Desain? Saya memang tidak tahu banyak tentang itu. Tapi saya tahu butik-butik populer di Asia dan Eropa.” Balas Elijah.“Hm saya rasa kita akan cocok bekerja sama, saya seperti melihat diri lama saya dalam dirimu.” Ucap Vareena.***Tuuut tuut“Luna, bagaimana dengan perkembangan untuk live streaming? Apa sudah dapat host tamunya?” Ucap Felice.“Untuk influencer dari china itu kita
Felice hanya bisa terdiam mematung, ketika melihat Xavier mendekat ke arahnya.[Musik klasik romantis yang menegangkan diputar]“Kamu boleh memilih apa yang akan terjadi kepada kita sesuai dengan logikamu. Entah kita akan terus bertemu atau tidak. Itu semua terserah kepadamu. Tapi aku harap kamu menjawab ini dengan jujur pada dirimu. Apa kamu merindukanku?” Ucap Xavier.Ucapan Xavier semakin membuat Felice diam membeku dengan mata yang penuh haru. Felice juga tidak mau membohongi dirinya terus menerus. Namun, ini semua keputusan yang sangat sulit untuk Ia hadapi.“Jika tidak bisa kembali kemarin, hanya ada satu hal yang bisa kulakukan. Untuk hidup hari ini.” Gumam Xavier dalam hati.“Jawablah pertanyaanku ini. Apa kamu merindukanku? Aku sangat merindukan kamu.” Tanya Xavier[Musik romantis diputar]***“Luna, bagaimana? Tidak ada kendala?” Tanya Felice setelah bertemu dengan Luna.“Tidak ada, Nona Felice. Oh ya! Nona Alice ikut dengan kita kemari, dia ingin melihat produk yang akan di
“SOLD OUT!!!” Ucap Alice saat mendapat info dari staffnya bahwa semua produk Lauré yang di jual saat live terjual dalam waktu satu jam.“Nona Felice. Ini bukan mimpi kan? Sabrina?” Ucap Luna.“Aaaahhh kak Luna, aku masih ga nyangka penjualannya beneran sold out, padahal kita masukan semua stok yang ada. Aahh terharu.” Ucap Sabrina.“Ini bukan mimpi, ini takdir baik yang sedang berpihak pada kita. Kita harus merayakan ini dengan makan siang bersama.” Ucap Felice.Setelah acara live selesai, Felice segera menghampiri Alice, “Nona Alice, saya sangat berterima kasih atas bantuannya.” Ucap Felice.“Sama-sama Nona Felice. Ini semua juga berkat campaign yang dibuat tim Anda. Tadi saat live banyak yang mengomentari terkait video dan foto yang kalian posting di sosial media. Sepertinya hastag bangga pakai desain asli dan ini desain asli berhasil menarik perhatian pembeli. Karena itu me
Aku tidak ingat apa pun.Mulai dari nol adalah gayaku.-From Karl Lagerfeld.Tok tok“Masuklah!” Ucap Direktur Arina.“Direktur Arina, Tim Galaxy PR sudah datang.” Ucap Manajer Ellie.“Oh ya, minta dia masuk.” Ucap Direktur Arina.Arka dan Xavier masuk ke ruangan Direktur Arina. “Hallo!” Ucap Arka“Pak Arka silahkan masuk.” Ucap Direktur Arina sembari berdiri di depan pintu. Pastinya Ia sedang menunggu pujaan hatinya. “Selamat datang Mr. X. kami merasa terhormat dan senang karena kamu mengizinkan The Premiére bekerja dengan Anda.” Sahut Direktur Arina saat Xavier masuk.Namun sayangnya mata Xavier hanya tertuju pada Felice yang sedari awal sudah ada di ruangan Direktur.Flashback on.Lima hari lalu“Candy, akhirnya kamu dapat tawaran pe
Direktur Arina menyeruput teh dengan anggun saat makan malam dengan Xavier.“Kenapa kamu ingin menemuiku?” Ucap Xavier.“Aku pikir akan bagus jika kamu membuat sebuah kenangan indah di Jakarta. Ada pameran besar di kota ini.” Ucap Direktur Arina lalu memberikan sebuah tiket pameran untuk Xavier. “Kamu harus ikut denganku. Aku rasa itu akan menginspirasimu.”“Direktur Arina.” Ucap Xavier.“Jangan panggil aku direktur saat sedang berdua. Bagaimana kalau kita mulai lagi dari awal? Aku memang sudah membuat kesalahan dengan tidak datang pada hari itu. Namun, kita tidak bisa memutar waktu untuk kembali ke momen itu. Aku tidak mau masa lalu mengganggu kita. Yang penting adalah masa depan bukan?” Ucap Direktur Arina.“Ya. Tapi aku tidak ingin menjalani hidup seperti yang orang tuaku inginkan.”“Ah! Dahulu aku juga merasakan hal yang sama. Itu sebabnya aku tidak datang ke a
Janji yang kita buat dan cintamu menunjukkan jalannya. Serta berjalan di jalur itu adalah caraku membalas kepadamu. Felice Chiara FarfallaXavier menikmati tempat rekreasi itu sambil naik gondola untuk melihat pemandangan di sekitarnya. Saat sedang melihat ke sekitar, Xavier tidak sengaja berpapasan dengan wanita yang mirip Felice sedang naik gondola yang berbeda arah dengannya. Matanya langsung tertuju pada wanita cantik itu.Xavier ingin memastikan itu benar atau tidak. Namun, gondolanya terlalu cepat bergerak dan mereka saling menjauhi satu sama lain. Xavier terus memperhatikan sampai benar-benar tidak terlihat.Nalurinya berkata bahwa itu adalah Felice. Tapi bagaimana mungkin Felice masih tidak berubah sejak terakhir bertemu. Dia masih selalu cantik, anggun dan elegant. Xavier berharap ingin bertemu orang itu lagi untuk memastikan dia Felice atau bukan.Setelah turun dari gondol
Berjalan di jalanan yang sama seperti dua tahun lalu, di malam yang berbeda dan tidak ada yang seseorang yang menemani setiap langkah kaki ini terasa sangat asing bagi Xavier. Udara di sekitar, pepohonan yang rindang jalanan yang basah setelah diguyur hujan, semuanya tidak banyak yang berubah.Xavier memandangi pemandangan di jalanan yang terguyur hujan itu sambil memikirkan kenangan dua tahun lalu bersama Felice. Matanya terus memperhatikan setiap sudut di kanan dan kiri jalanan itu.“Satu atau dua tahun dari hari ini. Jika aku bisa berjalan di jalur seperti ini di hari ini, aku akan memikirkanmu dan kita hari ini.” Suara hati Xavier.Drttt drttt [+62813003680996]Xavier menghentikan langkahnya untuk membuka pesan di ponselnya.“Aku mengirimimu pesan dari Jakarta. Apa kamu tiba dengan selamat? Sampai jumpa besok di Jakarta.”Setelah membaca pesan itu, enta
“Kamu sudah menikah?” Tanya Xavier.“Astaga! Kamu bahkan tidak mengirimi aku undangan pernikahan. Kamu pikir seperti itulah teman yang setia? Wahh! Aku kecewa padamu.” Keluh Xavier.“Haha. Tenang dulu! Kita tidak menikah. Kita hanya tinggal bersama.” Jawab Arka.“Benarkah? Kamu tidak takut dengan omongan orang? Ini Indonesia bukan Eropa atau America.” Ujar Xavier.Drttt drtt [Nona Luna]“Halo, ini Arka Nolan Jude, CEO Galaxy PR.”“Halo, Pak Arka. Aku menelepon dari tim Lauré.” Ujar Luna.“Ya, Nona Luna.” Balas Arka sambil melihat ke arah posisi Xavier duduk beberapa saat.“Bagaimana perkembangan iklan produk kami?” Tanya Luna.“Oh itu Pak Liam yang akan bertanggung jawab atas iklan produk tahun ini. Anda tidak usah khawatir. Tenag saja. Tunggu saja
Xavier hanya sempat memasak mie instan hari ini. Saat mie sudah dimasukan, Xavier hendak memasukan telur. Namun, Xavier teringat sesuatu saat memegang telur itu.Flashback On“Kamu selalu mengaduk telur setelah menambahkannya ke mie instan, bukan?” Ujar Felice.“Tidak.” Balas Xavier.“Wah! Astaga, kita sungguh berbeda. Kita benar-benar tidak cocok. Sepertinya kita akan sering bertengkar.” Balas Felice.Flashback OffXavier membatalkan niatnya yang akan langsung memecahkan telur di atas mienya. Dia memutuskan untuk mencoba selera makan Felice.Xavier pecahkan telur itu di atas mangkuk kecil lalu diaduk hingga terampur rata. Setelah itu baru dimasukan ke dalam mie.Setelah mienya matang, Xavier segera memakannya sebelum mie itu menjadi dingin. Xavier makan mie sambil sesekali melihat ke arah foto Felice yang ada di hadapannya.Flashback On
“Itu sesuatu yang harus kamu ulur dan kamu bumbui sedikit. Hehehe…” Ujar Alano yang agak malu malu tapi akhirnya mengaku juga.“Hahaha!”“Hehe! Ya, memang aku yang mengatur semua ini.” Ujar Alano sambil mengajak yang lain untuk cheers.“Terima kasih, Pak Al dan semua yang hadir di sini. Aku akan menerima semua bantuan kalian.” Ujar Felice.“Heah! [Menghela nafas] Aku sangat putus asa hingga tidak peduli untuk menyelamatkan wajahku. Kini aku punya dua pegawai yang harus kuberi makan. Aku terima tawaran kalian dengan senang hari dan terima kasih untuk semuanya. Terima kasih banyak.” Ucap Felice dengan berlinang air mata penuh haru“Kamu pasti bisa, Nona Felice!” Ujar Diana.“Aku akan memasok kain terbaik. Tenang saja! kamu tinggal buat desain yang bagus untuk karya baru di brand pribadimu.” Ujar Budi.“Hubungi aku meski hanya untuk satu atau dua hal. Aku akan menjahitnya meskipun harus mengurangi waktu tidurku.” Ujar Selena.“Wahh!”“Astaga! Benarkah?” Ujar Felice.“Ya!” Balas Selena.“W
Pagi ini, Felice memulai harinya dengan mengecek semua hasil desainnya kemarin. Felice melihatnya satu persatu. Desainnya cukup unik tapi Felice merasa bingung bagaimana cara merealisasikan gambar ini di saat tidak ada orang yang mempercayainya.“Kamu membuat semua desain ini? Dalam sebulan?” Ujar Xavier.“Ya.” Balas Felice sembari tersenyum.Felice melirik ke sebelah kanannya sambil tersenyum senang. Felice merasakan Xavier membuka sketsa desainnya lembar demi lembar.“Wah!” Puji Xavier.“Bagaimana bisa kamu menyimpan semua ini?” Tanya Xavier sembari terus membuka lembaran pada buku itu.“Aku tidak tahu apakah aku sangat berbakat atau sedang penuh inspirasi. Aku merasa seperti Mozart.” Ujar Felice.“Apa kamu juga genius? Hehe!” Puji Xavier.“Hehe..” Felice tersenyum bahagia sambil merasakan Xavier membuka buk
“Tidak apa-apa. Ya, sampai jumpa.” Ujar Felice yang masih berusaha menghubungi rekan kerja lamanya.“Huftt!” Gumam Felice setelah mematikan teleponnya.“Tidak apa-apa. Aku bisa mencoba lagi.” Ucap Felice.Felice melakukan peregangan agar leher, bahu, punggung dan tangannya tidak kaku. Lalu Felice melihat dirinya di dalam cermin.“Apa aku tidak cukup merawat diriku?” Ujar Felice saat merasa wajahnya terlihat kusam dan ada beberapa kerutan di wajah yang cukup menganggu penampilannya.Felice mengambil minuman collagen dan vitamin booster. Lalu menyeduhnya dalam gelas. Kemudian dia minum sampai habis. Lalu kembali pada pekerjaannya.Ting nong [Suara bel]“Siapa itu?” Ujar Felice.Felice membukakan pintu untuk tamunya. Lalu kembali ke meja makan yang sedang Felice gunakan untuk bekerja.Berkas-berkas yang ada di atas meja itu mereka rapikan dan disis
Kegiatan Felice saat ini adalah disibukkan dengan kartu-kartu nama dan daftar list yang harus Felice hubungi untuk keperluan labelnya sendiri.“Halo, Pak Akbar, apa kabar? Aku akan meluncurkan labelku sendiri.”“Hai, ini Felice Chiara Farfalla. Ini tentang lini mini yang ku sebutkan sebelumnya.”“Kamu tidak sanggup lagi? Oh baiklah.”“Ah sayang sekali.” Ucap Felice saat mencoret beberapa daftar nama dalam listnya.***Drtt drttt [Suara telepon Manajer Umum Alano]Manajer Alano mengangkat telepon itu, “Halo.”“Halo, Pak Al. Ini Pak Belva.”“Ya, ada apa?” Ujar Manajer Alano.“Saya ingin tanya. Apa benar Nona Felice meluncurkan brandnya sendiri?” Ujar Budi.“Apa kamu memutuskan untuk bekerj
“Apa katamu?” Ujar Mama Yuri.“Aku berhenti bekerja.” Ujar Felice.“Kapan?” Tanya Mama Yuri.“Ini hari terakhirku.” Ujar Felice.“Kenapa kamu berhenti?” Tanya Mama Yuri.“Alasan yang sama dengan Mama.” Balas Felice.“Apa?”“Jika aku melihat kembali hidupku, itu tidak terlalu buruk. Ada saat-saat bahagia dan berharga, tapi aku ingin mulai melakukan apa yang selalu ingin kulakukan, tapi terlalu takut untuk mencobanya.” Ujar Felice“Maaf, aku tidak punya lagi posisi penting di perusahaan besar.” Ujar Felice sembari tersenyum.“Jangan konyol. Mama tidak pernah meminta hal seperti itu.” Ucap Mama Yuri.Mama Yuri mendekat pada Felice, memegang tangannya, “Kamu sudah bekerja dengan baik. Bekerja sangat keras selagi melakukan tugasmu sebagai anak kami. Kamu putri terbaik yang bisa diharapkan siapa pun.”“Mah! Masalahnya, aku tidak punya apa-apa sekarang. Belum ada yang diputuskan.” Ujar Felice.“Lalu apa yang akan kamu lakukan? Kenapa kamu jadi ceroboh begini?” Ujar Mama Yuri.“Benar, bukan Ma