Jangan buat Fashion menguasaimu
Tapi tentuka n siapa dirimu.
-From Gianni Versace
Pagi ini dimulai dengan bersiap memilih pakaian mana yang akan Felice pakai untuk pergi ke kantor The Premiére yang terakhir kalinya sebagai karyawan. Felice mencoba beberapa pakaian terbaiknya. Hingga akhirnya, pilihannya jatuh pada setelah dengan blazer dan celana berwarna putih yang ditambah dengan aksesoris bros berbentuk daun semanggi di bagian dada kiri.
Felice mengambil tas dari brand Luxury Chanelle berwarna pink. Kemudian Felice siap untuk pergi ngantor untuk yang terakhir kalinya.
Sesampainya di kantor, ruangan Lauré langsung di kerumuni oleh mereka-mereka yang tidak rela Felice pergi. Bukan hanya karyawan Lauré dan Vareena yang mantan karyawan Lauré dan Direktur Arina saja yang tidak terima. Namun, Manajer Alano yang biasanya adu argumen dengan Felice , juga tidak rela Felice pergi dari The Premiére.
Direktur
Felice terus melihat ke arah karyawan Lauré sampai tidak sadar bahwa Manajer Ellie menghampiri dirinya.“Aku akui kamu memang hebat dan berani. Aku tidak percaya kamu meninggalkan Lauré.” Ujar Manajer Ellie.Felice membalikkan badannya untuk menoleh ke arah sumber suara.“Kamu dan aku sangat berbeda, Nona Felice.” Ujar Manajer Ellie.“Tapi kita berdua sama-sama ingin bekerja dengan baik dan ingin membuat pakaian bagus. Itu kesamaan kita.” Ujar Felice.“Aku akan terus cemburu dan iri kepadamu. Jadi, aku akan mengawasi apa yang kamu lakukan.” Ujar Manajer Ellie sembari tersenyum pada Felice.“Terima kasih. Akan aku anggap itu sebagai kata-kata penyemangat.” Balas Felice sembari tersenyum lalu pergi dari dapur.Manajer Ellie, terus memandangi Felice sambil tersenyum sampai Felice menghilang dari pandangannya. Baru kali ini, Manajer Ellie melihat Felice dengan peras
Seorang perancang busana mendesain empat koleksi dalam setahun sesuai dengan musim di Eropa. Semua desainer berharap tiap karya yang mereka desain akan menjadi karya yang sangat dicintai dan disukai banyak orang, tapi tren selalu berlalu begitu cepat. Pada akhirnya, hanya ada satu hal yang tidak pernah berubah yaitu fakta bahwa tidak ada yang abadi.Paris, 2024.Seperti tahun-tahun sebelumnya. Paris Fashion Week selalu diadakan dua kali dalam setahun di Carrousel du Louvre Paris, France.Peragaan busana itu dihadiri oleh banyak orang termasuk Stylist, VIC, Fashion Editor, PR, Celebrities International and VIPs, Influencer dan pastinya pembeli. Acara peragaan busana itu didominasi oleh brand-brand Luxury International termasuk Lauré.Semua orang yang akan tampil di peragaan busana itu terlihat sibuk untuk menyiapkan semua keperluan acara. Para stylists dari berbagai brand Luxury sedang mempersiapkan model-model dan selebritis pilihan mereka agar segera bersiap untuk memperagakan koleksi
Dengan mengenakan baju merah yang nyentrik, kacamata hitam dan lipstik merah Arina berdiri di depan kamar Hotel yang dia pesan. Dia mengikuti permintaan Felice untuk tidak melakukan hal bodoh dan harus tetap tenang sampai Felice datang.Di depan kamar yang sudah di pesan Arina untuk tidur bersama Luca, sudah ada tulisan “PLEASE DO NOT DISTURB”. Karena sudah ada dua orang yang menempati kamar itu. Berdasarkan informasi yang Arina dapatkan, Luca masuk kamar itu bersama seorang wanita. Apalagi saat Arina berada di depan kamar itu. Masih ada suara berisi yang penuh dengan desahan dan kata-kata mesum.Felice berlari untuk mendekati Arina agar tidak melakukan kekerasan yang akan menyebabkan dirinya dianggap bodoh dan ceroboh.“Berani-beraninya dia berbuat seperti ini padaku. Aku membiarkan dia masuk kamar lebih dulu. Beraninya dia tidur dengan wanita lain. Dia bahkan mengunggah foto mereka bersama.” Ucap Arina.“Kamu diam dan tunggu dulu disini, biar aku yang masuk dan menghadapinya.” Pinta
“Itu hanya hubungan satu malam.” Ucap Felice saat menerima panggilan telepon dari Direktur Arina sambil berjalan keluar café meninggalkan Luca.Xavier langsung menoleh ke arah sumber suara dan menemukan bahwa suara itu berasal dari suara wanita yang tadi bertemu dengannya di lift.“Dia bilang dia mabuk. Hal itu kerap terjadi. Lupakan saja dia. Payah jika kamu terus memikirkannya.” Ucap Felice saat melewati Xavier.“Bagaimana dengan Luca?” Tanya Direktur Arina.“Aku sudah memberinya peringatan. Jadi, dia tidak akan mengulanginya lagi. Kabar itu tidak akan tersebar. Jadi, Presdir Edward tidak akan tahu.” Ucap Felice sambil berjalan hendak membeli makanan ringan untuk mengganjal perutnya.“Benarkah? Oh ya! Kamu harus membeli tas baru. Kamu sudah lama membeli tas itu.” Balas Direktur Arina yang sontak saja membuat Felice memperhatikan tas yang sedang Ia pakai.“Presdir Edward bilang janji temunya pukul 20.00. Aku sudah buat janji di salon untukmu. Jangan terlambat.” Ucap Felice lalu menut
Wanita yang akhirnya datang ke pertemuan itu adalah Felice Chiara Farfalla. Dia datang masih dengan baju yang dia pakai dari tadi pagi. Felice terpaksa datang karena tidak ingin menimbulkan keributan atau menjadi sasaran kemaraha Presdir Edward.Tak tuk tak tuk“Maaf aku terlambat.” Ucap Felice yang sedang menyamar jadi Direktur Arina.Xavier yang awalnya ingin memutuskan pergi setelah tahu dibohongi oleh Arka mendadak diam membeku setelah melihat wanita itu. Arka melirik ke arah tulisan nama yang ada piring yang sudah disiapkan waitress. Disitu tertulis nama Xavier Oda Valent dan Arina Greesa Reine.“Kamu nona Arina Greesa Reine?” Tanya Xavier.“Anggap saja begitu.” Balas Felice mengangguk.“Aku Xavier Oda Valent.” Ucap Xavier.Rencana awal Felice setelah datang ke tempat itu adalah hanya untuk hadir lalu pulang ke hotel. “Maaf ada masalah di kantor. Aku tahu ini tidak sopan, tapi aku harus…” Ucap Felice terhenti saat waitress membuka menu steak daging yang terlihat menggiurkan di de
Hari esok pun tiba. Xavier menerima tawaran Felice untuk menjadi Fotografer mereka. Felice dan team segera menyiapkan semua keperluan untuk foto.Suasana photoshoot sudah cukup ramai dengan staff yang berlalu lalang untuk mengerjakan tugas mereka masing-masing. Fotoshoot dilakukan di outdoor, sesuai dengan tema yang sudah ditentukan.Felice sudah menyiapkan semuanya dengan detail. Apa yang akan dipakai oleh model sudah tertera di papan informasi.“Baris pertama Rosalia dalam urutan ini. Dan Luca?” Ucap Felice.“Skema warnanya tumpang tindih.” Ucap Luna.“Kita akan pakai gaun?” Tanya Felice. “Ya. Tidak apa-apa?” Ucap Luna. “Ya tidak masalah.” Balas Felice.“Oke.” Balas Luna.“Vareena, periksa rambut dan riasan para model.” Ucap Felice.“Baiklah.” Vareena.“Apa itu sudah disiapkan?” Tanya Felice pada staff yang sedang menyiapkan properti untuk foto.“Sudah.” Ucap staff properti foto.Ckrek ckrek ckrek.Xavier terus mengambil foto Felice dalam keadaan apapun. Baginya Felice terlihat sang
“Menemui Anthony. Setidaknya kita harus memberitahunya apa yang dia lewatkan dari kita.” Balas Felice.Saat Felice pergi ternyata Xavier mendengarkan percakapan mereka berdua. Namun, Felice dan Luna tidak menyadari ada Xavier di dekat mereka.***Sesuai dengan ucapannya, Felice benar menemui Anthony di acara Special Party. Hanya orang-orang yang memiliki tiket undangan yang bisa datang ke acara itu. Dalam party itu Felice mendekati Anthony untuk membujuknya agar mau melihat hasil desainnya dan mau diajak bekerja sama.Xavier yang menyadari Felice akan menemui Anthony di Special Party, membuatnya jadi pergi ke acara tersebut. Namun, Xavier datang menggunakan tiket undangan milik Arka. Saat Xavier berada di pintu masuk Xavier tidak sengaja menginjak kaki wanita dibelakangnya, Xavier segera menangkap tubuh wanita itu agar tidak jatuh.Bugh! Mata mereka saling bertatapan. Wanita itu tersenyum kepada Xavier. “Arina Greesa Reine.” Gumam Xavier dalam hati. Yaps benar wanita itu yang ia bantu
Hal pertama yang perlu dilakukan setelah gagal adalah mencoba cara lain yang lebih ekstrem. Itu semua bisa dimulai dengan mencari tahu apa yang orang inginkan.Psikologi orang yang ingin memakai warna berani seperti warna neon chartreuse atau warna kulit merah itu sebagai bentuk pelarian dari kenyataan yang penuh tekanan.“Vareena, kamu bertanggung jawab atas kaus polos, dan Sabrina kamu bertanggung jawab atas gaun. Minta sampel kain pada tim manufktur handmade. Aku akan pergi untuk mengatur semuanya.” Ucap Felice saat rapat tim.Setiap tahun, kurang lebih para desainer membuat 200.000 pakaian. Tapi pakaian bukanlah sekedar rancangan. Namun, para desainer merancang kebutuhan 200.000 orang.Kebutuhan akan mantra yang orang yakini agar mereka akan tampak menonjol atau tampil cantik dengan pakaian tertentu. Sebut saja itu hipnosis diri atau penghiburan diri. Satu pakaian membuat ilusi orang menjadi kenyataan. Jika kamu ingin bahagia, jadikanlah i
Felice terus melihat ke arah karyawan Lauré sampai tidak sadar bahwa Manajer Ellie menghampiri dirinya.“Aku akui kamu memang hebat dan berani. Aku tidak percaya kamu meninggalkan Lauré.” Ujar Manajer Ellie.Felice membalikkan badannya untuk menoleh ke arah sumber suara.“Kamu dan aku sangat berbeda, Nona Felice.” Ujar Manajer Ellie.“Tapi kita berdua sama-sama ingin bekerja dengan baik dan ingin membuat pakaian bagus. Itu kesamaan kita.” Ujar Felice.“Aku akan terus cemburu dan iri kepadamu. Jadi, aku akan mengawasi apa yang kamu lakukan.” Ujar Manajer Ellie sembari tersenyum pada Felice.“Terima kasih. Akan aku anggap itu sebagai kata-kata penyemangat.” Balas Felice sembari tersenyum lalu pergi dari dapur.Manajer Ellie, terus memandangi Felice sambil tersenyum sampai Felice menghilang dari pandangannya. Baru kali ini, Manajer Ellie melihat Felice dengan peras
Jangan buat Fashion menguasaimuTapi tentuka n siapa dirimu.-From Gianni VersacePagi ini dimulai dengan bersiap memilih pakaian mana yang akan Felice pakai untuk pergi ke kantor The Premiére yang terakhir kalinya sebagai karyawan. Felice mencoba beberapa pakaian terbaiknya. Hingga akhirnya, pilihannya jatuh pada setelah dengan blazer dan celana berwarna putih yang ditambah dengan aksesoris bros berbentuk daun semanggi di bagian dada kiri.Felice mengambil tas dari brand Luxury Chanelle berwarna pink. Kemudian Felice siap untuk pergi ngantor untuk yang terakhir kalinya.Sesampainya di kantor, ruangan Lauré langsung di kerumuni oleh mereka-mereka yang tidak rela Felice pergi. Bukan hanya karyawan Lauré dan Vareena yang mantan karyawan Lauré dan Direktur Arina saja yang tidak terima. Namun, Manajer Alano yang biasanya adu argumen dengan Felice , juga tidak rela Felice pergi dari The Premiére.Direktur
“Felice! Maaf aku terus meminta bantuanmu. Aku ada rapat penting pagi ini.” Ucap Liam.“Pergilah. Ini janjiku pada Keena. Akan kupastikan Sera tiba di TK dengan selamat.” Ucap Felice.“Terima kasih!” Balas Liam.“Sera, jangan lupa memberitahu gurumu…” Ucap Liam.“Aku alergi telur. Aku tidak bisa makan telur goreng. Tolong jangan masukan telur di gimbap. Apa ada hal lain yang bisa kumakan selain kue bolu?” Ucap Sera.“Okay!” Ucap Liam.“Okay!” Ucap Sera.“Sampai nanti!” Ucap Liam sambil mencubit pipi sera dengan gemas.“Felice, terima kasih.” Ucap Liam.“Ya!” Ucap Felice.Liam segera pergi ke kantor melewati jalan yang berbeda dengan Felice dan Seraphina.“Ayo, Sera!” Ucap Felice sambil menggandeng tangan Seraphina.“Ayo tante!” Balas Sera.“Ahh!!! Cuacanya bagus hari ini. bukankah begitu, sera?” Ucap Felice.Felice dan Sera terus bergandeng tangan seperti Ibu dan anak bahkan saat sudah hampir dekat dengan sekolah mereka terus bergandeng tangan.“Sera, pita mu cantik sekali.” Ucap Feli
Kesedihan yang kamu rasakan hanya sementara.Kesepian yang kamu rasakan tidak akan bertahan lama.Jangan terlalu emosional.-Haii’FerCklek [Suara pintu]Felice masuk ke dalam rumahnya yang masih gelap itu. Felice menghidupkan lampu di ruang tengah. Lalu hendak pergi ke kamar. Namun, saat akan melangkahkan kakinya, Felice terdiam saat melihat foto jalanan.Felice berbalik menghadap foto itu. Memandangi foto itu untuk beberapa saat. Kemudian Felice mengambil tiket pesawat pemberian Xavier dari dalam tasnya. Kemudian Felice menyelipkan tiket itu di sudut kanan bawah foto jalanan hasil karya Xavier untuk mengenang semua hal yang sudah dilakukan bersama Xavier.Felice tersenyum memandangi foto dan tiket yang penuh kenangan indah itu.“Jangan terlalu emosional. Aku hanya berharap kamu akan mengingatku dari waktu ke waktu. Lalu teruslah melanjutkan hidupmu.” Suara hati Felice.***Malam ini, Liam tidak bisa memejamkan matanya meskipun Keena sudah tertidur di pelukan Liam. Liam takut saat dia
Keena terus memandangi jarum jam yang sudah tidak berdentang lagi. Waktunya sudah berakhir.Cklek [Suara pintu terbuka]Dengan cepat Keena menyembunyikan jam yang sudah mati itu dan menutupi kesedihannya dengan senyuman.“Mama!” Panggil Sera yang baru saja pulang sekolah. “Hai, Sera sayang!” Ucap Keena sambil memeluk Sera yang langsung berlari ke arahnya.“Kamu bersenang-senang hari ini?” Tanya Keena.Liam melihat kondisi Keena sebentar lalu pergi menyimpan tas sekolah Seraphina.“Mama, aku pergi ke kamar mandi sendirian hari ini.” Ucap Sera.“Bagus dong. Anak Mama sudah bisa mandiri.” Balas Keena.“Aku juga memberitahu guru ku bahwa aku mengikat rambutku sendiri.” Ucap Sera.“Sera. Suatu hari nanti, saat kamu pulang dari sekolah, mungkin Mama tidak ada di rumah.” Ucap Keena.“Kenapa Mama tidak dirumah? Apa Mama pergi berbelanja atau pergi dengan tante Arina dan tante Felice?” Tanya Sera.“Itu bisa saja terjadi. Tapi, Mama sudah sangat lelah dan mengantuk. Jadi, maaf mungkin Mama haru
“Selamat malam, Nona Felice.” Panggil Xavier.“Hehe.. malam Mr. X!” Balas Felice.Seperti malam-malam kemarin, Xavier berjalan menemani Felice pulang ke rumahnya. Menyusuri jalanan yang sama dengan bergandeng tangan.“Kamu akan pergi besok?” Tanya Felice.“Ya.” Balas Xavier.Mereka berhenti berjalan di sebuah persimpangan. Kemudian saling berhadapan.“Kita berdiri di persimpangan jalan.” Suara hati Felice sambil menatap Xavier.Xavier terlihat bingung tatapan Felice padanya, “Ada apa?“Kenapa kamu tidak bertanya?” Tanya Felice.“Bertanya?” Ucap Xavier.“Kamu tidak bertanya apa yang akan kulakukan. Pergi atau tidak?” Ujar Felice.“Posisimu, situasimu, dan alasanmu. Aku mengerti dan menerima semuanya.” Ujar Xavier.“Aku tetap membelikan tiket untukmu dan memintamu ikut denganku karena kupikir aku harus memberitahumu bahwa aku masih merasakan hal yang sama.” Lanjut Xavier.“Maaf kamu harus pergi sendiri.” Ujar Felice.“Meskipun aku pergi sendiri, alasannya bukan karena aku pernah jatuh ci
Tik tik tik [Suara tetesan infus]Keena sudah sadarkan diri setelah ditangani oleh dokter. Setelah Keena sadar dokter menemui Liam yang sudah bersama dengan Arina dan Felice.“Bagaimana kondisinya dok.” Ucap Liam.“Kankernya menyebar ke perutnya. Dari sanalah darahnya berasal. Kami mencoba menghentikan pendarahan dari perut dengan bronkoskopi untuk sekarang.” Ucap dr. Rayden.“Apa yang kita lakukan sekarang? Apa ada obat lain?” Ucap Arina.“Dia bisa kehilangan banyak darah. Itu akan sulit dihentikan.” Ucap dr. Rayden.“Dokter. Berapa lama lagi sisa waktunya?” Tanya Liam dengan mata yang memerah. “Jika dia harus berpamitan pada keluarga atau teman, kurasa sebaiknya hubungi mereka sekarang.” Ucap dr. Rayden.“Ahh…” Liam tertunduk dan menangis. Liam tidak bisa membayangkan jika Keena benar-benar pergi.“Keena.. haaa… Keena Angelica.. haaa Keenaaaa….” Tangis Arina semakin pecah. Arina menangis sambil menghadap ke tembok dan menutup wajahnya dengan tangannya.Air mata Felice juga tidak bis
Pagi hari ini dimulai dengan Luna memberikan surat permintaan pemesanan kain pada Felice.“Nona Felice. Kita harus memesan kain untuk persiapan musim mendatang. Haruskah aku memesannya atas nama The Premiére atau Lauré karena kita sudah independen?” Tanya Luna.Semua orang penasaran dengan jawaban Felice. Mereka menantikan apa yang akan Felice katakan.“Prosesnya tetap sama untuk The Premiére, tapi jika memakai nama Lauré, kita harus menulis kontrak baru. Mereka ingin dikabari secepatnya.” Ujar Luna.“Sampaikan bahwa aku akan menelpon mereka.” Balas Felice.“Baiklah.” Balas Luna sembari menyerahkan suratnya. Lalu Felice mengambil surat itu untuk dia ambil alih.Kemudian Luna kembali ke meja kerjanya dan mereka yang menunggu jawaban sedikit kecewa karena tidak bisa mendengarnya secara langsung.Felice memang belum bisa menjawabnya karena masih belum terbiasan dengan ini semua dan Felice juga masih ragu untuk menjadikan Lauré sebagai brand independen.***Xavier masih harus merapikan beb
Cklik [suara koper]Xavier membuka kopernya untuk memasukkan barang-barang yang akan dibawa ke Paris nanti.“Kamu bilang akan berkemas akhir pekan ini. Aku ingin membantumu.” Ujar Felice.“Aku bisa sendiri.” Balas Xavier.Felice melihat ke sekeliling kamar Xavier yang sudah berantakan dengan barang-barang yang akan dikemas.“Akan kamu apakan semua ini?” Tanya Felice.“Aku hanya akan mengambil yang kubutuhkan.” Ujar Xavier.“Aku pernah ke Eropa dan Korea. Aku terbiasa berkemas untuk perjalanan bisnis. Ambil yang kamu butuhkan dan kurangi volumenya. Itu adalah keterampilan, dan itu keharusan bagi semua desainer.” Ujar Felice sambil membantu Xavier merapikan pakaian.“Hehe.” Xavier hanya tertawa mendengarnya.“Apa yang akan kamu ambil?” Tanya Felice.“Aku belum bisa memastikannya.” Ujar Xvaier.Felice melihat-lihat ke sekeliling kamar, lalu melihat ada foto dirinya berserakan di meja. Felice menghampirinya dan mengambil foto itu.“Itu bukan latihan?” Ucap Felice.Xavier melihat ke arahnya