Share

BAB 30

Penulis: Ede Thaurus
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-05 23:14:42

Aku segera melepaskan genggamannya dan tertawa dengan kaku.

"Ka, gurauanmu benar-benar berlebihan," sahutku sambil mengibaskan tangan.

"Ayo, cepat kita kejar mereka. Nanti kita ketinggalan," lanjutku sambil membalikkan badan dan mengejar Dora dan Rahul dengan langkah cepat, sebelum Joshua sempat melanjutkan perkataannya.

"Kalian jalan cepat sekali," seruku sambil merangkul bahu Dora dan Rahul bersamaan, sementara Joshua berjalan di belakangku.

"Kenapa kau disini? Sana berjalanlah bersama Joshua," bisik Dora sambil berusaha melepaskan rangkulanku.

Aku tetap bertahan dan tidak melepaskan rangkulanku sampai kami tiba di restoran langganan kami.

Dora segera menduduki kursi di samping Rahul sebelum aku meraihnya. Sehingga aku terpaksa harus duduk di samping Joshua, meski sebenarnya aku tidak nyaman.

Ada apa denganku? Bukankah aku sangat menyukai Joshua? Mengapa ketika dia bilang merindukanku tadi, aku malah merasa terganggu. Tidak ada perasaan berbunga-bunga seperti dugaanku selama ini.

A
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • SENTUHAN PANAS PERTAMA TUAN DANTE   BAB 31

    Aku mengangkat kepalaku perlahan dan memberanikan diri menatap mata Joshua."Aku? Kita?" tanyaku gugup.Bagaimana ini? Otakku benar-benar kosong, aku tidak tahu harus berkata apa."Tenanglah, jangan tegang. Kau tidak harus buru-buru menjawabnya. Pikirkanlah dulu dengan tenang dan beritahu aku jawabannya kalau kau sudah siap," potong Joshua membuatku bisa bernapas sedikit lega."Baiklah, aku akan memikirkannya dulu," jawabku pelan.Aku senang mendengar Joshua juga menyukaiku, tapi kenapa tidak ada ledakan kembang api seperti yang aku lihat di film-film. Tidak ada perasaan menggebu-gebu yang membuatku melayang. Aku hanya ... senang. "Ayo, aku akan mengantarmu pulang," ucapnya sambil berdiri dan menjulurkan tangannya.Aku baru akan meraih tangan Joshua ketika telepon genggamku berbunyi."Tunggu sebentar," ucapku begitu melihat nama Dante muncul di layar teleponku."Halo.""Aku berada di sisi kanan. Masuklah ke mobil sekarang!" Aku menoleh ke sisi kananku dan melihat mobil Dante berhent

  • SENTUHAN PANAS PERTAMA TUAN DANTE   BAB 32

    Aku tiba di kampus setelah berlari di bawah gerimis dari halte bus, sambil menutupi kepalaku dengan jaket. Aku mematung di depan taman kampus, menatap hujan yang kembali deras, sambil bertanya-tanya dalam hati.'Mengapa dia tampak begitu berbeda tadi? Yang manakah Dante yang asli? Yang tadi atau yang selalu muncul di hadapanku?' Aku menghela napas dalam, menyadari kalau aku sama sekali tidak mengenal pria itu. Dante benar-benar orang asing bagiku."Hei, kau datang pagi sekali. Apa kau ada kelas tambahan?" Rahul tiba-tiba muncul sambil menepuk bahuku."Tidak, aku hanya ingin datang lebih pagi saja," jawabku terus menatap hujan."Apa yang kau lihat?""Hujan," jawabku singkat."Kenapa menatap hujan? Apa kau sedang ada masalah? Atau kau sedang bosan?" tanyanya lagi.Aku menggelengkan kepala, lalu menoleh ke arahnya sambil menjawab singkat."Ingin saja.""Benar-benar aneh!" gumamnya tapi ikut menatap hujan bersamaku."Bagaimana kemarin? Apa Joshua mengantarmu dengan selamat?" "Dia tidak

  • SENTUHAN PANAS PERTAMA TUAN DANTE   BAB 33

    "Terima ... kasih," jawabku bingung.Ada apa ini? Kenapa dia tiba-tiba perhatian. Aku membuka plastik yang dia berikan, di dalamnya ada roti lapis, air minum dan beberapa batang coklat mahal.Aku segera membuka bungkus roti lapis itu dan menyantapnya. Dante sudah membelikannya jadi sebaiknya aku memakannya, lagipula sayang membuang-buang makanan."Kita akan naik kereta cepat ke sana, untuk menghemat waktu. Kita bisa tiba disana 3 jam lebih cepat daripada membawa mobil." "Baik," jawabku setelah menelan rotiku.Aku menghabiskan semua yang dibelikan yang dibelikan Dante tepat sebelum kami tiba di stasiun kereta cepat.Dante membeli tiket sementara aku menunggu di dekat pintu masuk sambil mengamatinya dari jauh. Beberapa wanita menatap Dante dengan tatapan kagum, terpesona bahkan sebagian lagi terang-terangan menatapnya dengan tatapan penuh birahi. 'Akhir-akhir ini makin banyak wanita yang tidak punya harga diri,' makiku menatap para wanita itu dengan kesal.Dante sedang berjalan mengha

  • SENTUHAN PANAS PERTAMA TUAN DANTE   BAB 34

    Aku menatap Dante dengan marah. Apa maksudnya?"Itu bukan urusanmu! Kau tidak berhak mengatur perasaanku!" bentakku marah."Ya, kau benar. Aku tidak berhak mengatur perasaanmu. Hanya saja kau harus ingat satu syarat penting dari perjanjian kita yang tidak akan pernah aku ubah. Kau tidak boleh jatuh cinta kepadaku!" tegasnya tanpa menatapku."Jadi kau pikir aku jatuh cinta kepadamu? Karena aku ingin melindungimu saat kau mengalami serangan panik? Kau benar-benar besar kepala! Aku melakukannya demi kemanusiaan! Dari awal sudah aku katakan, aku tidak akan pernah jatuh cinta kepada pria sepertimu! Jadi jangan melewati batas dan mengatur dengan siapa aku harus berhubungan!" semburku ... berbohong.Dante tidak menjawab dan langsung menghidupkan mobil lalu mengendarainya keluar dari stasiun kereta cepat.Aku menatap keluar jendela dengan hati perih. Pria ini benar-benar membuat batasan yang sangat jelas dan terus membuatku sadar kalau dia tidak menginginkanku.Sebuah pesan masuk ke teleponku

  • SENTUHAN PANAS PERTAMA TUAN DANTE   BAB 35

    "Aku akan mengantar Dora dulu, karena rumahnya lebih dekat dari sini," ujar Rahul sambil menyalakan mesin mobil."Tumben, biasanya biarpun harus memutar kau pasti akan mengantarkan Dora belakangan," godaku sambil masuk ke dalam mobil."Akhirnya! Aku bisa duduk di kursi belakang!" seru Dora setelah menutup pintu mobil."Jangan sedih Dora, ini hanya untuk sekarang, karena hari ini aku terlalu lelah untuk memutar," goda Rahul membuat aku tertawa."Aku senang bukan sedih! Aku malah berharap baiknya begini saja terus!" balas Dora dengan wajah kesal.Aku kembali tertawa dan terus tertawa dalam perjalanan menuju ke rumah Dora. Rahul terus menggoda Dora yang terlihat kesal tapi aku yakin menyukai gombalan dan rayuan Rahul."Tunggu sebentar aku akan mengantar Dora masuk," ucap Rahul sambil melepaskan sabuk pengaman."Tidak usah! Kenapa kau harus selalu mengantarku ke depan pintu?" gerutu Dora."Nenekmu harus tahu siapa yang mengantarmu agar dia tidak khawatir," jawab Rahul segera keluar dari m

  • SENTUHAN PANAS PERTAMA TUAN DANTE   BAB 36

    Dante segera mengalihkan pandangannya dan berjalan ke meja kasir."Sepertinya dia mengenalimu," bisik Rahul dengan mata membesar."Bagaimana dia bisa mengenaliku?" tanyaku gugup.Rahul memiliki pengamatan yang sangat tajam, aku khawatir dia akan mengetahui hubunganku dengan Dante."Apa kau lupa kalau waktu itu dia menegurmu karena terus berbincang dengan Joshua. Dari matanya aku yakin dia mengenalimu, tapi kabar buruknya sepertinya dia tidak menyukaimu.""Apa maksudmu?""Cara dia memandangmu tampak seperti orang yang terkejut dan kesal!"Aku menghela napas dalam."Rahul, aku sarankan kau bekerja sebagai jaksa setelah tamat nanti. Karena kau sangat lihai mendeteksi orang lain," sahutku mencoba mengalihkan pembicaraan kami."Tunggu sebentar aku akan menyapanya.""Jangan! Apa yang kau lakukan? Untuk apa menyapanya?" sahutku sambil menahan tangan Rahul."Tenang sajalah, aku juga ingin dikenali olehnya. Aku akan mencoba mengajaknya bergabung dengan kita. Siapa tahu dia berubah pikiran dan

  • SENTUHAN PANAS PERTAMA TUAN DANTE   BAB 37

    Kami berlari hingga benar-benar kelelahan. "Apa ... yang ... kau ... lakukan?" tanya Dante terbata-bata karena kelelahan."Aku ... mencoba ... metode ... baru," jawabku dengan napas memburu.Dante duduk di jalan dan mengatur napasnya, aku ikut duduk di sampingnya dan mencoba untuk bertahan, meski rasanya hampir mati.Aku bukan gadis yang suka berolahraga. Jadi, berlari jauh dengan kecepatan yang tidak main-main, pasti membuat jantungku hampir berhenti."Metode baru apa yang kau maksud?" tanya Dante setelah napasnya mulai teratur."Metode mencegah serangan panik. Kalau tadi kita tidak berlari, mungkin kau sudah mengalami serangan panik. Dan sepertinya metode barunya berhasil, berlari membuatmu lupa untuk panik," jawabku masih sedikit terengah-engah.Dante menatapku dengan takjub."Kau benar, aku tidak panik karena kelelahan berlari. Dari mana kau mengatahui metode ini?""Rahul, kakaknya juga mengalami serangan panik.""Apa dia tahu kalau aku-""Tidak! Tentu saja aku tidak memberitahu

  • SENTUHAN PANAS PERTAMA TUAN DANTE   BAB 38

    Setelah selesai Dante menempelkan koyo lain di kakiku yang satunya lagi. Aku menatap rambut Dante yang tebal dan berwarna coklat tua. Ada apa dengan pria ini? Selama ini dia sama sekali tidak memedulikanku, tapi tindakannya saat ini sangat bertentangan dengan sikapnya yang biasa. Bagaimana dia bisa berjongkok di hadapanku hanya untuk mengobati kakiku. Padahal berbicara dengan lembut kepadaku saja dia tidak pernah. Dante kau benar-benar aneh dan membingungkan!"Sudah selesai, masukkan lagi kakimu," perintahnya lalu berdiri dan menungguku menggeser posisiku. Setelah aku kembali duduk menghadap ke depan dia menutup pintu di sampingku.Dante masuk ke dalam mobil tanpa mengatakan apapun."Terima kasih," ucapku pelan. Dante tidak menanggapi ucapan terima kasihku, malah mengatakan hal lain."Obatnya akan bekerja dalam lima belas menit. Jadi sesampainya di kampus nanti, sakitnya pasti sudah berkurang. Jangan terlalu banyak berjalan atau berdiri, agar tidak terlalu sakit. Lalu setelah ujian s

Bab terbaru

  • SENTUHAN PANAS PERTAMA TUAN DANTE   BAB 46

    "Ruby, ada apa?" tanya Dora langsung berlari ke arahku."Kau tidak apa-apa?" tanya Rahul khawatir.Mereka segera membantuku berdiri lalu duduk di kursi taman, tempat kami sedang bersiap untuk pulang."Aku hanya pusing, mungkin karena kurang istirahat," jawabku berbohong."Mukamu pucat sekali, apa kau sudah makan?" tanya Dora sambil menyentuh dahiku."Sudah, aku hanya kurang tidur.""Apa kau bawa mobil?" tanya Dora kepada Rahul yang langsung menggelengkan kepala."Rahul, apa kau bisa melihat daftar penumpang yang ada dalam pesawat yang kecelakaan itu?" tanyaku dengan wajah berharap."Aku rasa hal seperti itu tidak akan langsung diumumkan ke publik. Mungkin mereka akan mengumumkannya sebentar lagi, ada apa?" tanya Rahul santai lalu tiba-tiba menegang dan menatapku dengan mata membesar."Jangan bilang, apa dia juga berangkat ke Montenegro?" Aku mengangguk. Rahul menutup mulutnya dengan kedua tangan."Siapa yang kalian bicarakan?" tanya Dora bingung."Suamiku," jawabku hampir menangis."

  • SENTUHAN PANAS PERTAMA TUAN DANTE   BAB 45

    "Kakak tahu?" tanyaku panik. Bagaimana dia bisa tahu?"Meskipun kalian berusaha bersikap biasa-biasa saja, tapi aku sudah memergoki kalian beberapa kali!" ucapnya tegas."Aku sama sekali tidak mempermasalahkan kalau kalian punya hubungan. Yang aku permasalahkan adalah kenapa kalian tidak terbuka? Kenapa kalian membuatku tampak seperti orang bodoh?" tanya Joshua dengan wajah memelas."Kenapa kakak harus merasa seperti orang bodoh. Apa yang membuat kakak merasa seperti itu?" tanyaku bingung. Aku dan Dante tidak pernah melakukan apapun kepadanya, kenapa dia berlebihan sekali?"Aku mohon Ruby, berhentilah berakting. Kau tahu benar apa yang kalian lakukan."Aku menatap Joshua dengan sungguh-sungguh."Aku benar-benar tidak mengerti apa maksud kakak!" tegasku tanpa berkedip."Baik, akan aku beritahu. Kau dan Rahul, sebenarnya kalian adalah pasangan kekasih kan? Kalian berpura-pura menjadi sahabat padahal sebenarnya hubungan kalian lebih dari itu. Teganya kalian mengajakku makan malam dan kau

  • SENTUHAN PANAS PERTAMA TUAN DANTE   BAB 44

    "Dante?" gumamku heran tapi dalam hatiku melompat-lompat kegirangan. Aku berjalan ke arah mobil Dante dengan wajah datar meski aku sangat ingin tersenyum bahagia. Entah ini hanya pikiranku saja, tapi aku merasa dia sengaja pulang untuk menemuiku.Aku masuk ke dalam mobil lalu duduk diam meski mulutku sangat ingin bertanya, mengapa dia pulang dan mengantarku padahal harus segera ke bandara."Aku akan berangkat ke luar negeri sebentar lagi, jadi aku mau berpamitan kepadamu," ucap Dante seperti bisa membaca pikiranku. Berpamitan denganku? Apa ini, kenapa aku merasa senang mendengarnya. "Karena aku sudah berjanji akan membawamu menemui orangtuamu akhir pekan ini. Tapi sepertinya aku tidak akan bisa memenuhi janji itu. Tadi aku ke kantor untuk memeriksa jadwalku dan beberapa hal lain. Sepertinya aku akan berada di luar negri selama sepuluh hari."Aku membeku, sepuluh hari? Dia akan pergi selama itu? Kenapa sekarang tiba-tiba aku merasa sedih? Bukankah malah sekarang waktunya aku bahagia

  • SENTUHAN PANAS PERTAMA TUAN DANTE   BAB 43

    "Sedang ..." Aku melirik Dante yang mengangkat tangan sambil menunjukkan telepon genggamnya. Joshua langsung berbalik ke arah Dante, dan pria itu langsung menurunkan tangannya."Tuan Dante, saya mau memperkenalkan seseorang," ucap Joshua tiba-tiba."Ini Ruby, dia adalah mahasiswi yang waktu itu anda tegur di kelas khusus anda di kampus kami," ucapnya berseri-seri.Dante hanya mengangguk dengan sopan dan canggung."Anda pasti tidak mengingatnya, karena penampilannya hari ini sangat berbeda dengan biasanya."Joshua menatapku dengan tatapan kagum."Hari ini dia tampak luar biasa cantik. Bukannya selama ini dia tidak cantik, menurut saya dia adalah gadis tercantik di kampus kami, tapi kali ini dia tampak berbeda," puji Joshua sambil menyentuh punggungku.Dante melihatnya dan tatapannya berubah. Sepertinya dia tidak suka melihat tangan Joshua menyentuhku, aku langsung bergeser dan Joshua menyadari ketidaknyamananku dan langsung menurunkan tangannya."Kalau begitu, silakan kalian lanjutkan

  • SENTUHAN PANAS PERTAMA TUAN DANTE   BAB 42

    Cinta sejati Dante? Perempuan tadi pasti sedang berusaha memanas-manasiku. Kalau Dante memang memiliki cinta sejati, untuk apa dia menyewa orang lain untuk berpura-pura menikah dengannya? Mengapa dia tidak menikahi cinta sejatinya saja? Gadis itu pasti berpikir aku sangat bodoh hingga akan percaya dengan omong kosongnya.Aku kembali menikmati makanan-makanan kecil yang disajikan di meja. Aku benar-benar lapar, tapi mereka hanya menyajikan makanan-makanan kecil dan minuman berwarna-warni di atas beberapa meja yang sangat panjang.Ada pangsit kecil berisi udang yang diletakkan di dalam sendok keramik, pangsitnya terlalu kecil hingga aku menghabiskan 5 potong. Lalu ada roti kecil yang diatasnya diletakkan daging asap dan sayuran yang rasanya sangat lezat, lagi-lagi aku menghabiskan 5 potong. Aku harus memakan setidaknya 50 potong makanan-makanan mini ini sebelum benar-benar kenyang.Tapi setelah kuperhatikan, hanya aku yang terus makan. Orang lain hanya mengambil satu lalu pergi. Apa mer

  • SENTUHAN PANAS PERTAMA TUAN DANTE   BAB 41

    Aku menatap bayangan diriku di cermin. Perias yang dikirimkan Dante benar-benar luar biasa. Aku tampak berbeda, tapi tidak berubah. Aku tetap tampak seperti diriku hanya dalam versi yang lebih cantik.Pakaian yang kukenakan juga sangat indah. Sebuah gaun sederhana berwarna gelap, bukan hitam, bukan biru, juga bukan abu-abu. Aku tidak tahu apa nama warna ini, tapi memakainya membuatku merasa seperti cinderela. Aku tidak pernah memiliki pakaian yang indah. Jadi aku tidak pernah tahu kalau ternyata memakai pakaian indah, membuat perasaan kita bahagia.Ini adalah kali kedua aku merasa bahagia hanya dengan melihat bayanganku di cermin. Pertama kali ketika Myrna meminjamkan gaun. Waktu itu saja aku sudah merasa bahagia, tapi kali ini perasaan itu menjadi dua kali lipat, karena kali ini aku benar-benar cantik.Ya! Aku cantik, dan aku sangat mengagumi bayangan yang kulihat di cermin ini."Apakah ada yang kurang, Nona?" tanya sang perias melihatku tidak berhenti menatap cermin."Oh, tidak. Ini

  • SENTUHAN PANAS PERTAMA TUAN DANTE   BAB 40

    "Aku pasti akan mendapatkan uangku dan tidak akan terpengaruh dengan pesona Dante. Karena aku bukan wanita biasa!" tegasku sekali lagi. Semakin lama semakin melupakan sopan santunku."Baiklah kalau begitu. Makanlah, sebelum dagingnya dingin dan keras," perintah kakek lalu kembali makan.Aku memaksakan diriku untuk makan, meski tiba-tiba kehilangan seleraku setelah pembicaaan dengan kakek.***Sudah lewat tengah malam. Tapi aku masih duduk bersandar di atas tempat tidurku. Sudah hampir satu jam aku mencoba untuk tidur tapi tetap tidak bisa. Berbagai cara sudah aku coba, tapi sama sekali tidak berhasil. Kepalaku terus berputar, memikirkan ibuku, Dante dan perkataan kakek tadi.Tapi yang paling menggangguku, tentu saja ibuku. Untuk pertama kalinya dalam hidupku aku berpisah darinya selama lebih dari sebulan. Tidak bertemu, tidak bicara dan tidak ada kabar. Berbagai hal buruk muncul, dugaan yang tidak-tidak tumbuh di pikiranku."Mungkin segelas susu hangat bisa menolong," gumamku sambil k

  • SENTUHAN PANAS PERTAMA TUAN DANTE   BAB 39

    "Dante?" tanya kami lagi-lagi bersamaan. Kami bertiga sangat terkejut, tapi aku yakin karena alasan yang berbeda-beda."Kenapa kalian bertiga tampak kaget?" tanya ayah Dora heran."Dia adalah dosen tamu di kampus kami. Aku mengenalnya, jadi paman tidak perlu khawatir. Aku bisa mengurusnya," jawab Rahul dengan mulut besarnya."Dante kan adalah pengacara yang sangat terkenal. Pasti biayanya akan sangat besar. Kenapa harus memakai pengacara semahal itu hanya untuk sengketa tanah?" tanya Dora khawatir.Sementara aku diam saja, karena tidak mungkin mengungkapkan alasan keterkejutanku."Jangan khawatir. Dia akan membantu ayah dengan gratis.""Ha? Kenapa?" tanya Dora terkejut."Dulu ketika masih mengajar, ayah adalah dosennya. Jadi, dia tidak mau menerima sepeserpun uang ayah.""Kenapa dia melakukan itu? Meskipun ayah dosennya, tapi ayahkan punya uang, seharusnya dia tetap meminta uang jasa.""Kau ini! Tadi kau khawatir ayah akan membayar mahal, sekarang malah kesal karena ayah tidak perlu m

  • SENTUHAN PANAS PERTAMA TUAN DANTE   BAB 38

    Setelah selesai Dante menempelkan koyo lain di kakiku yang satunya lagi. Aku menatap rambut Dante yang tebal dan berwarna coklat tua. Ada apa dengan pria ini? Selama ini dia sama sekali tidak memedulikanku, tapi tindakannya saat ini sangat bertentangan dengan sikapnya yang biasa. Bagaimana dia bisa berjongkok di hadapanku hanya untuk mengobati kakiku. Padahal berbicara dengan lembut kepadaku saja dia tidak pernah. Dante kau benar-benar aneh dan membingungkan!"Sudah selesai, masukkan lagi kakimu," perintahnya lalu berdiri dan menungguku menggeser posisiku. Setelah aku kembali duduk menghadap ke depan dia menutup pintu di sampingku.Dante masuk ke dalam mobil tanpa mengatakan apapun."Terima kasih," ucapku pelan. Dante tidak menanggapi ucapan terima kasihku, malah mengatakan hal lain."Obatnya akan bekerja dalam lima belas menit. Jadi sesampainya di kampus nanti, sakitnya pasti sudah berkurang. Jangan terlalu banyak berjalan atau berdiri, agar tidak terlalu sakit. Lalu setelah ujian s

DMCA.com Protection Status