Share

Menyesal

Author: Atieckha
last update Last Updated: 2025-03-23 16:58:23

Edward memejamkan mata ketika rasa perih di sudut bibirnya yang mulai mengeluarkan darah semakin terasa. Luka sobek itu kembali perih seperti saat pertama kali Davin menghantam wajahnya. Namun, dia tahu hari ini dia tidak pantas untuk dikasihani. Hari ini dia harus minta maaf di hadapan keluarga Abimanyu.

"Saya tahu saya adalah manusia yang paling kejam di dunia ini. Bahkan hanya karena rasa sayang saya terhadap saudara angkat saya, saya sampai khilaf dan melakukan tindakan tidak terpuji pada Rania," ucapnya dengan suara yang bergetar.

Davin mendengus, tapi belum ada yang berkomentar.

"Dari lubuk hati saya yang paling dalam, saya ingin minta maaf pada keluarga Abimanyu. Saya menyesal. Demi Tuhan, saya sangat menyesal. Bahkan penyesalan itu membuat hati saya sangat sakit dan saya rasakan sehari setelah kejadian tersebut. Pak Davin dan keluarga yang lain boleh tanya sama Rania, saya setiap hari datang mengunjunginya. Meski sikapnya sangat dingin dan ketus terhadap saya, saya tetap datan
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (1)
goodnovel comment avatar
leolita
kesel, kecewa, emosi, jadi satu.. tapi kasian juga sama Edward, hmmm.... gara² Maria satu itu dalang dari kekecewaan semua orang. bikin emosi aja tuh ulet bulu
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Ego

    Saat ini, waktu sudah menunjukkan pukul 00.10 waktu London, tapi Davin tidak bisa tidur. Dia masih kesal pada Edward. Akhirnya, Bram mengajak Davin menuju bar yang berada di hotel tempat mereka menginap."Aku tahu kamu orang tuanya. Pasti kamu orang yang paling tersakiti dalam masalah ini, apalagi kamu laki-laki. Ketika melihat anak perempuanmu disakiti, maka kamu tidak akan bisa mengontrol amarahmu terhadap orang itu. Aku pun sama. Kalau aku ada di posisimu, mungkin aku bisa melakukan lebih dari itu. Terlebih, aku seorang ayah dari satu anak perempuan, dan kita sudah berusaha keras untuk menjaga anak kita dengan baik. Tapi kita tak pernah tahu takdir seperti apa yang akan dijalani oleh anak kita," ujar Bram.Davin terdiam mendengar ucapan kakak tirinya. Dia tahu ke mana arah pembicaraan Bram saat ini, tapi Davin benar-benar tidak ingin berkomentar apa pun."Ada baiknya kita menyampingkan ego demi kebahagiaan Rania dan bayi dalam kandungannya. Semua sudah terjadi dan tidak bisa dihapu

    Last Updated : 2025-03-23
  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Pembatalan

    Bram menatap Davin dengan penuh kesabaran. Dia tahu, saudara tirinya itu masih dihantui amarah dan dendam yang sulit diredam. Wajar saja. Sebagai seorang ayah, melihat putrinya hancur karena ulah orang lain tentu meninggalkan luka yang mendalam. Namun, Bram tidak ingin mereka semakin terperosok ke dalam lingkaran kebencian yang sama."Kita pikirkan itu nanti. Sekarang, sebaiknya kita hubungi Pak Jackie dulu agar dia membatalkan permintaan kita untuk balas dendam pada Maria," ucap Bram dengan nada tegas.Keputusan ini sebenarnya tidak mudah bagi Bram. Dalam hati kecilnya, dia juga ingin melihat Maria mendapatkan ganjaran atas perbuatannya. Namun, dia sadar bahwa membalas kejahatan dengan kejahatan tidak akan menyelesaikan apa pun. Dendam hanya akan melahirkan dendam baru.Sejujurnya, Bram setuju dengan usulan istrinya dan Davin agar mereka tidak melanjutkan rencana balas dendam. Mereka bukan orang yang seperti itu. Mereka tidak bisa menyalahkan Edward sepenuhnya karena, bagaimanapun j

    Last Updated : 2025-03-23
  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Hanya untuk Balas Budi

    Jackie menatap Davin dengan penuh perhatian. Meski waktu telah menunjukkan pukul satu dini hari, ia tetap berusaha tetap fokus pada pembicaraan ini. Dari raut wajah Davin, Jackie tahu bahwa pria itu sedang berada dalam dilema besar."Apa yang bisa saya bantu, Pak Davin?" tanyanya dengan nada serius.Davin mengembuskan napas panjang sebelum akhirnya membuka suara. Ada begitu banyak beban yang tengah ia pikul, dan kini ia harus mengambil keputusan yang bertentangan dengan emosinya sendiri."Saya ingin kamu membatalkan rencana eksekusi yang sudah saya minta sebelumnya," ucapnya dengan suara berat. "Istri dan mama saya tidak ingin kejahatan dibalas dengan kejahatan. Saya pribadi tidak akan pernah bisa memaafkan dia seumur hidup atas luka dalam yang dia tinggalkan pada putri saya. Tapi keluarga saya membatalkan niat balas dendam saya."Jackie terdiam. Ia sudah lama mengenal Davin, dan ia tahu pria ini bukan orang yang mudah mengalah atau memaafkan begitu saja. Davin adalah seseorang yang t

    Last Updated : 2025-03-23
  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Tidak Takut

    Sementara itu, di sisi lain, Maria berdiri di depan pintu apartemen Jackie dengan wajah penuh amarah. Dingin malam di London tidak cukup menahan bara yang berkobar di dadanya. Seharian ia mencari pria itu, mulai dari kantornya, hingga ke vila tempat mereka biasa bertemu. Namun, Jackie tidak ada di mana-mana.Maria menggertakkan giginya, kemudian mengetuk pintu apartemen itu dengan keras. Beberapa detik berlalu tanpa jawaban. Ia mengetuk lagi, kali ini lebih kasar.“Jackie! Aku tahu kau ada di dalam! Buka pintunya atau aku akan membuat keributan!” serunya dengan suara lantang.Hening sejenak. Kemudian, suara kunci diputar terdengar dari dalam. Pintu terbuka perlahan, memperlihatkan sosok Jackie yang masih mengenakan kemeja putih dengan kancing atas terbuka. Tatapan pria itu datar, seolah tidak terpengaruh dengan kehadiran Maria yang penuh emosi.Maria langsung menerobos masuk tanpa menunggu undangan. Jackie hanya menghela napas sebelum menutup pintu di belakangnya.“Apa maumu, Maria?”

    Last Updated : 2025-03-23
  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Suami Idaman

    Esok paginya, tepat pukul 08.00 waktu London, Naura dan Rania duduk di balkon kamar apartemen mereka. Udara pagi yang sejuk berembus lembut, membelai wajah keduanya. Namun, kehangatan matahari yang menyinari kota itu tidak mampu mencairkan dinginnya suasana di antara ibu dan anak tersebut.Naura mengusap lembut rambut panjang Rania, jari-jarinya menyelip di antara helaian yang tergerai indah. Gerakan itu penuh kasih sayang, namun Rania tetap diam, pandangannya lurus ke arah langit yang tampak pucat."Rania sayang, boleh Mommy bicara sebentar?" suara Naura lembut, nyaris seperti bisikan, seolah takut menyentuh luka yang masih menganga di hati putrinya.Rania tetap membisu. Ia tidak menoleh, tidak menunjukkan tanda-tanda ingin mendengar. Hanya tarikan napasnya yang terdengar lebih berat dari biasanya.Naura menarik napas dalam, berusaha menenangkan hatinya sebelum mengutarakan apa yang ingin ia sampaikan. "Edward datang menemui Daddy dan keluarga," katanya perlahan, memilih kata-kata de

    Last Updated : 2025-03-24
  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Chef Pribadi

    Edward segera membersihkan diri ke kamar mandi. Setelah itu dia menggunakan pakaian santai, Dia segera menuju ke dapur yang ada di apartemen. Mulai meracik makanan kesukaan Rania, tadi pagi Rania request minta dibuatkan bubur yang enak dan berkaldu. Kemampuannya memasak bahkan mengalahkan sang mertua. Beberapa kali Edward mendapat pujian dari sang Mama mertua karena masakannya sangat enak. Tapi seperti biasa Davin tidak pernah terima kalau sang istri memuji orang lain meski orang itu adalah menantunya sendiri. Setelah 30 menit bertarung dengan bahan masakan di dapur, Edward termasuk ke dalam kamar. “Sayang, buburnya udah jadi,” ucapnya.Rania yang tadinya sudah memejamkan mata, membuka matanya lalu tersenyum ke arah sang suami. Jujur semakin lama Rania semakin nyaman dan merasa dijaga penuh oleh pria ini. Mungkin kalau dari segi wajah tak kelihatan perbedaan usia mereka yang sangat mencolok, tapi dari segi sikap dan sifat, tentu Mereka bagai langit dan bumi. Edward seolah benar-bena

    Last Updated : 2025-03-24
  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Kejutan

    "Paket apa ini, Sayang? Kok gede banget?" tanya Davin heran, menatap box besar yang tingginya hampir melebihi tubuhnya sendiri.Naura ikut mengernyit, ikut merasa bingung dengan kehadiran paket sebesar itu. "Mana aku tahu, Sayang. Aku nggak ada pesan apa-apa. Coba saja dibuka," sahutnya, matanya masih menelusuri permukaan box seolah mencari petunjuk.Davin melirik beberapa pengawalnya yang sudah berjaga di sekitar mereka. Paket ini memang sudah melewati proses pengecekan, tapi ukurannya yang tidak biasa tetap membuatnya waspada. Dengan hati-hati, ia mulai merobek segel dan membuka box tersebut.Begitu bagian depan box terlipat ke bawah, Davin dan Naura sama-sama terlonjak, refleks mundur selangkah saat sesuatu dari dalamnya tiba-tiba bergerak.Seseorang melompat keluar dengan senyum lebar, membuat balon-balon warna-warni melayang ke udara."Happy anniversary pernikahan!" seru sosok itu dengan suara riang.Davin sempat terpaku, matanya menyipit, sementara Naura menahan napas, otaknya b

    Last Updated : 2025-03-25
  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Suami yang Pengertian

    Esok harinya,Rania duduk di meja makan sambil menatap roti gandum di hadapannya. Aroma selai almond yang dioleskan Edward tercium samar, tapi perutnya masih terasa sedikit mual. Sejak kandungannya memasuki bulan keempat, mualnya memang berkurang, tapi tetap saja ada hari-hari di mana ia merasa tidak nafsu makan.Di seberangnya, Edward tengah menuangkan susu ke dalam gelasnya, kemudian mendorongnya perlahan ke arah Rania.“Makan yang banyak, sayang. Kamu butuh energi buat ke kampus,” ujarnya dengan suara lembut, tapi tetap terdengar tegas.Edward udah seperti emak-emak pada umumnya, karena dia selalu bawel pada istrinya. Dia harus memastikan Rania benar-benar dalam keadaan baik.Rania menghela napas. “Aku makan, kok. Tapi jangan maksa aku habisin semuanya kalau nggak sanggup, ya.”Terlalu banyak yang dihidangkan oleh sang suami hingga terkadang membuat Rania bingung harus makan yang mana. Meskipun dia mengandung dua janin kembar tapi nafsu makannya tidak seperti ibu hamil pada umumny

    Last Updated : 2025-03-25

Latest chapter

  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Happy Ending

    Daniel Dominic Montgomery dan Darren Damian Montgomery adalah nama yang dipilih oleh kedua orang tua mereka dan sudah disepakati oleh keluarga untuk si kembar. Kedua bayi itu kini berada di ruang perawatan sang Mama. Setelah dilahirkan kemarin, mereka sempat dibawa ke ruang perawatan bayi, tetapi pagi ini mereka sudah dipindahkan ke ruang perawatan Rania. "Selamat ya, Nia! Aku senang banget akhirnya punya keponakan," ucap Raka. "Untung saja wajahnya kayak kamu," tambahnya lagi sambil melirik ke arah sang adik ipar yang usianya jauh di atasnya. Edward hanya tersenyum mendengar ucapan iparnya. "Kamu kapan menyusul, Raka?" tanyanya. "Menyusul? Bisa-bisa aku digantung sama Mommy dan Daddy. Pacaran saja nggak boleh, apalagi nyusul kalian nikah dan punya anak. Mommy bisa mati berdiri," kata Raka sambil melirik ke arah sang Mommy. "Bener kan, Mom?" tanyanya lagi. "Bukan cuma digantung, tapi Mommy akan ikat seluruh tubuh Raka biar nggak bisa bergerak," jawab Naura, membuat seluruh or

  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Baby Twins

    Sementara itu, di dalam mobil, Rania terus menangis. Tangannya mencengkeram erat kursi, napasnya terengah-engah menahan rasa sakit yang begitu menyiksa. Perutnya terasa melilit hebat, sakit yang tak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Setiap gelombang kontraksi yang datang membuat tubuhnya menegang, dan air mata semakin deras mengalir di pipinya."Sabar ya, sayang… sabar… kita sebentar lagi sampai," ucap Edward, suaranya bergetar, namun ia berusaha tetap tenang untuk istrinya. Tangannya terulur, mengusap kening Rania yang penuh peluh. Ia ingin melakukan sesuatu untuk mengurangi rasa sakit istrinya, tetapi ia tahu tidak ada yang bisa benar-benar membantu selain memastikan mereka segera tiba di rumah sakit.Rania menggigit bibirnya, tubuhnya sudah mulai gemetar. "Sakit, sayang… sakit banget…" ucapnya dengan suara lemah, hampir seperti bisikan. Air ketubannya sudah pecah sejak beberapa menit yang lalu, dan kini darah mulai keluar, membasahi pahanya hingga betisnya.Melihat kondisi itu, E

  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Darurat

    "Bagaimana kalau kita menikah bulan depan saja?" tanya Bram tiba-tiba, menatap Monica dengan penuh harapan.Mereka sedang duduk di balkon kamar Monica. Awalnya, Bram berencana menemani Angelica di kamar ibunya karena gadis kecil itu ingin tidur bersama sang nenek. Namun, Laura tampaknya memahami situasinya dan justru menyuruh Bram untuk menemani Monica.Monica tersenyum lembut, tatapannya penuh kehangatan. "Aku ikut saja, sayang. Terserah kamu mau kapan, aku siap," jawabnya tulus. "Aku bahagia banget akhirnya Angelica mau menerima kehadiranku."Bram merasakan haru menyelimuti hatinya. Ia lalu meraih Monica ke dalam pelukannya, mendekapnya dengan penuh kasih sayang. "Terima kasih, sayang. Terima kasih juga karena sudah mau menerima pernyataan cinta dari seorang duda beranak satu," ucapnya dengan suara lembut.Monica tersenyum dan membalas pelukan itu. "Aku mencintaimu, Bram. Statusmu tidak pernah menjadi masalah untukku," bisiknya.Bram mengusap pelan punggung calon istrinya. "Tapi aku

  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Janji sang Nenek

    Naura menghela napas panjang, matanya masih terlihat menerawang, seolah pikirannya belum bisa benar-benar menerima kenyataan yang baru saja terjadi. “Aku nggak pernah menyangka kalau Angelica bisa langsung menerima Monica sebagai calon Mama barunya,” ucapnya lirih, suaranya terdengar masih dipenuhi rasa haru.Saat ini, dia sudah berada di kamar bersama suaminya, Davin. Malam di London terasa lebih dingin dari biasanya, tetapi suasana hati Naura jauh lebih hangat setelah melihat kebahagiaan di wajah keponakannya tadi.Davin yang tengah bersandar di kepala ranjang ikut tersenyum, meskipun ada sedikit keterkejutan di matanya. “Iya, sayang. Aku juga tidak menyangka kalau Angelica secepat itu menerima kehadiran Monica. Aku pikir tadi, saat dia mencium foto Mamanya, dia tidak akan mau Mamanya digantikan oleh siapa pun.”Naura mengangguk pelan, memahami perasaan yang mungkin sempat berkecamuk di hati Angelica. Ia tahu betul seberapa besar gadis kecil itu mencintai sosok ibunya, meskipun tak

  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Meminta Restu

    Angelica masih sibuk menyapa teman-temannya satu per satu dengan wajah ceria. Senyumnya terus mengembang, mencerminkan kebahagiaan yang begitu tulus. Sesekali, ia tertawa kecil saat berbincang dengan sahabat-sahabatnya, menikmati momen berharga yang baru pertama kali diberikan oleh sang Papa. Sejak kecil, Angelica memang tidak pernah merasakan pesta ulang tahun sebesar ini, dan melihat banyak orang yang datang hanya untuknya membuat gadis kecil itu merasa begitu istimewa. Bram berdiri bersama ibunya, Laura, serta Monica, sekretarisnya yang selama ini selalu berada di sisinya, mendukung setiap langkahnya dalam pekerjaan maupun kehidupan pribadinya. Tidak ada banyak orang di sekitar mereka, memberikan kesempatan bagi mereka bertiga untuk berbicara lebih leluasa tanpa ada yang mendengar.Laura menatap putranya dengan penuh arti sebelum akhirnya membuka suara, "Bram, kau benar-benar akan meminta izin pada Angelica untuk menikahi Monica?" Suaranya terdengar tenang, tapi ada sedikit kekh

  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Birthday Angel

    Waktu terus berjalan, tanpa terasa minggu depan adalah jadwal kelahiran kedua anak Rania dan Edward. Perjalanan panjang yang mereka lalui bersama akhirnya membawa mereka ke titik ini—menanti hadirnya dua buah hati yang akan melengkapi keluarga kecil mereka.Sejak tiga bulan lalu, Rania telah resmi pindah ke Sun City, meninggalkan London untuk membangun kehidupan baru bersama Edward. Edward, yang sejak awal ingin memberikan kenyamanan terbaik bagi istrinya, sudah menyiapkan rumah mewah untuk Rania. Namun, meskipun Rania menerima rumah tersebut dengan penuh rasa syukur, menjelang persalinannya, dia lebih memilih tinggal di kediaman kedua orang tuanya. Bagi Rania, berada di dekat Mommy dan Daddy akan membuatnya lebih tenang.Bisnis butiknya yang kini berkembang pesat tetap berjalan dengan baik meskipun Rania sementara waktu harus istirahat dari dunia fashion. Dia mempercayakan pengelolaan butik itu kepada manajernya, tetapi setiap laporan tetap dikirimkan kepada William, asisten keper

  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Butik

    Mereka baru saja turun dari mobil.Davin hanya bisa menghela napas panjang saat melihat Naura dengan cekatan mengambil black card miliknya, seolah kartu itu sudah menjadi milik pribadi istrinya. "Sayang, kamu kan udah punya kartu sendiri," protesnya, meski nada suaranya lebih terdengar seperti pasrah daripada keberatan.Naura hanya tersenyum manis, menggoyangkan kartu itu di depan wajah suaminya. "Tapi kan tetap saja uang suami adalah uang istri, sayang. Uang istri ya uang istri," sahutnya santai. "Apalagi aku mau belanjain anak-anak juga."Davin hanya bisa menggelengkan kepala sambil tersenyum. Dia tahu, pada akhirnya, apa pun yang ia miliki memang untuk istri dan anak-anaknya tercinta.Sementara itu, Angelica yang sedari tadi sibuk melihat-lihat koleksi sepatu mewah tiba-tiba menoleh pada pamannya. "Uncle, Angelica di-belanjain juga nggak?" tanyanya dengan mata berbinar.Davin menoleh ke arah gadis mungil itu, yang kini menatapnya dengan ekspresi menggemaskan. Wajah Angelica yang c

  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Menang Taruhan

    Davin melangkah masuk ke ruang keluarga apartemen Edward dan Rania, mengedarkan pandangan ke sekeliling. Ia baru saja tiba bersama Naura dan Angelica, membawa beberapa koper berisi makanan dan oleh-oleh untuk putri mereka. Belum sempat duduk, Edward sudah menyambutnya dengan senyum lebar.“Duduk dulu, Daddy,” ucap Edward sambil menunjuk sofa di hadapannya.Davin mendengus geli, menatap menantunya dengan ekspresi datar. “Geli kali aku dipanggil Daddy olehmu,” sahutnya, nada suaranya masih terasa tak bersahabat.Naura yang duduk di sampingnya hanya menghela napas, sementara Edward malah cengengesan. “Masak mau dipanggil Paman?” goda Edward.Naura ikut menimpali, “Lagian kamu ini, sayang. Memang sudah sepantasnya menantu memanggilmu dengan sebutan Daddy. Kenapa protes terus setiap sama Edward?”Davin menatap istrinya dengan alis terangkat. “Makin besar kepalanya Edward. Semua dibelain. Heran deh, sama kamu dan Mamaku. Doyan sekali membela laki-laki ini,” ujarnya bercanda.Edward hanya te

  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Kado Spesial

    Saat Rania dan Edward tiba di sebuah restoran, mereka bertemu dengan seseorang yang sudah lama tidak Rania jumpai."Hai, Andrew! Apa kabar?" sapa Rania dengan ramah, sambil mengulurkan tangan ke arah pria itu.Namun, sebelum tangannya sempat menyentuh tangan Andrew, Edward dengan sigap menarik tangan istrinya, menjauhkannya dari jangkauan pria lain. Andrew, yang sudah hendak menyambut salam Rania, hanya bisa menarik tangannya kembali dengan ekspresi sedikit terkejut.Rania melirik suaminya dengan kesal. "Kamu apa-apaan sih?" tanyanya, tak habis pikir dengan tindakan Edward yang begitu protektif.Edward menatapnya tanpa rasa bersalah sedikit pun. "Aku nggak suka ada yang nyentuh-nyentuh istriku, meskipun hanya sekadar salaman," ucapnya tegas.Andrew tertawa kecil melihat sikap Edward yang begitu posesif. "Nggak apa-apa, Rania. Semua pria pasti punya pemikiran seperti suamimu ini. Wajar kalau dia nggak mau istrinya yang cantik dimiliki orang lain," ujarnya santai.Edward langsung meloto

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status