Tiba-tiba...
Dering ponsel Hizkia di nakas samping sofa tempat keduanya duduk berbunyi. Pada awalnya mereka abaikan, tetapi pada dering panggilan kedua, Ruth menoleh untuk meraup udara. Tidak sengaja Ruth membaca nama pemanggil yang tertera beserta gambarnya. Foto perempuan dengan busana cut off shoulder top dipadu dengan hot pants.
Sontak Ruth berdiri, melepaskan diri dari Hizkia dengan penampilan agak berantakan seperti hatinya yang makin kacau. Kenapa malah jadi bermesraan? Logikanya mulai buntu karena selimut gairah tubuhnya.
"Sekarang kamu punya kebebasan, lakukan apapun yang kamu mau!" Ruth mengeluarkan kalimat itu, ia kembali pada kenyataan. Dirinya benar-benar berbalik dan berlalu meninggalkan kamar dengan rasa hati yang tak menentu.
"Mama El..." Hizkia memanggil istrinya, tapi kali ini Ruth tidak kembali. Perempuan itu menutup pintu sedikit kencang membuat Hizkia terperanjat dan refl
Kening Hizkia mengernyit saat tengah memeriksa berkas laporan tentang kecelakaan kerja pembangunan gedung baru dari kuasa hukumnya. Hasil pengusutan yang berwajib ada dugaan kesengajaan. Dering ponsel Hizkia berbunyi. Pada panggilan kedua barulah ia melirik ponselnya. Mama. "Halo Ma..." Hizkia segera menjawab panggilan. "Halo Papa El.. apa kabar, Nak?" Hizkia tersenyum mendengar panggilan dari ibu kandungnya, sangat manis terdengar. "Baik Ma. Mama gimana kabarnya?" Percakapan antara ibu dan anak mengalir ringan. Nenek Elkana, Endang Srirahmawati, berencana mengunjungi mereka seminggu lagi, rindu pada Elkana dan menantu kesayangannya. Ruth sering menghubungi mama mertua, meski mereka tengah dirundung prahara rumah tangga. Ruth tahu benar membedakan masalah dengan suami tidak merembet ke orang tua. Hizkia juga berlaku yang sama terhadap bundanya Ruth.
Ruth terpaksa kembali sekamar dengan Hizkia. Mereka bersepakat tidak ingin menimbulkan kecurigaan Endang terhadap pernikahan yang tengah mereka jalani. Hati suami istri ini belum memutuskan apapun terhadap perkawinan mereka. Malam hari setelah menidurkan anaknya, Ruth masuk ke dalam kamarnya. Sementara, Endang telah terlelap di kamar tamu. Seharian bersama Elkana begitu menyenangkan hati Endang, rasa lelah yang menggembirakan. Ruth kembali bertemu muka dengan Hizkia yang tersenyum sumringah sembari menepuk-nepuk ranjang. Kalau tidak ada mama mungkin Ruth akan memperpanjang pisah ranjangnya. Syukur saja ada mama. Batin Hizkia. Awalnya, Ruth mengira Hizkia sudah tidur. Dirinya sengaja masuk ke kamar lewat dari jam sepuluh malam supaya mereka tidak perlu bertemu seperti saat ini. Terlintas ingatan akan ciuman mereka sebulan yang lalu, rasanya pipi Ruth merona menghangat. Peristiwanya begit
Keesokan hari, Ruth bangun seperti biasa. Ia menjalankan tugas harian: menghidangkan sarapan pagi yang telah dimasak Riyem, mengurus keperluan suami sebelum ke kantor, dan melihat putra mereka yang sedang diasuh neneknya, sementara Ratmi tengah membereskan kamar Elkana. Hizkia juga tengah bersiap-siap di kamar.Ruth kembali melakoni perannya sebagai ibu dan istri, mengingat mama mertua ada di rumah. Ruth tidak ingin perkara rumah tangga yang absurb menjadi beban pikiran Endang.Dilayani lagi setelah sekali purnama sempat sendiri, Hizkia merasa senang mamanya berada di rumah mereka. Ia merasa suasana sebulan belakangan terasa mistis di rumah seluas ini karena melakukan apa-apa sendiri. Ruth dan Elkana yang telah menjadi kebiasaan untuk Hizkia seolah-olah menghilang karena interaksi mereka sangat minim."Mama, di Jakarta lama 'kan? Ada sebulan apa mau dua bulan?" Mereka sedang di meja makan, sarapan. Sesekali Hizkia meliri
Saat Ruth masuk ke ruangan Hizkia, pria itu tampak serius menekuni berkas di meja kerjanya, sementara Naomi berulah terus menarik perhatian dengan mengelus pundak suaminya.Alih-alih langsung marah, Ruth menaruh kotak makan siang di meja sofa dengan suara sedikit keras. Hizkia yang kedatangan istri tiba-tiba, menyambutnya ia berjalan menuju Ruth."Ini makan siang kamu," ucap Ruth. Hizkia canggung, meski begitu tetap menerima makan siang sang istri. Ia senang kalau ada bunda atau mama di rumah, istrinya akan tampak lebih manusiawi terhadapnya."Kamu makan bersamaku?" Ruth bertanya dalam hati, apakah itu suatu ajakan."Kenapa? Punya rencana makan bersama orang lain?" Ruth tidak lagi menyemb
Di masa lalu mendiang kakek Elkana, Daniel Perkasa Alamsyah, berteman baik dengan papa Naomi, Ryuzaki. Mereka saling mengenal semenjak bangku sekolah menengah, tergolong anak orang berada yang memiliki perusahaan keluarga.Mereka terpisah saat meneruskan perkuliahan. Ryuzaki meneruskan kuliah ke Jepang. Sementara Daniel tetap memilih tinggal di dalam negeri. Pulang dari Jepang setelah menamatkan kuliah, Ryuzaki membawa seorang perempuan yang telah menjadi tunangannya. Sementara, Daniel dengan mama Hizkia - Endang masih berpacaran.Suatu waktu perusahaan mereka memiliki jalinan kerjasama, sebelumnya Daniel dan Ryuzaki tidak tahu tentang kemitraan yang terjalin, pucuk pimpinan masih ditangan orang tuanya masing-masing. Mereka bertemu dalam rapat kedua perusahaan, sejak saat itu semakin dekatlah hubungan pertemanan mereka.Ryuzaki kemudian menikahi perempuan yang kelak menjadi mama Naomi. Saat mereka memiliki anak pertama, bertepatan juga Daniel dan Endang memutusk
Kisah masa lalu yang begitu pelik. Ruth tidak menyangka keluarga Perkasa Alamsyah melewati gelombang kehidupan yang dahsyat. Ia mengamati wajah Endang yang menceritakan semua kisah itu. Raut sedih Endang begitu kentara, mata sayunya berkaca-kaca.Bagi Ruth, Endang perempuan yang tegar. Ia harus kehilangan dua orang yang dicintainya dengan jarak waktu tidak begitu lama. Bila Ruth memutuskan mengakhiri pernikahan, bagaimana kisah keluarga ini nantinya? Bagaimana pandangan Endang?Ruth juga bertanya-tanya dalam hati, mengapa dirinya begitu mudah jatuh cinta pada Hizkia padahal belum setahun pernikahan mereka? Apa jangan-jangan sebenarnya bibit cinta itu telah tumbuh lama? Ruth takut lalu menepis pertanyaan itu. Dirinya tidak berani menjawab sendiri.Ruth bukanlah orang yang akan berkhianat pada suaminya sendiri. Sesungguhnya itu tidak pernah terjadi. Namun, pesona anak laki-laki Perkasa Alamsyah tidak terelakkan bagi Ruth.
Sewaktu menurunkan tangan dan membuka mata, Hizkia terperanjat di kursinya. Ada Ruth berdiri di sampingnya begitu dekat. Hizkia mencoba memindai keadaan. Ruth terlihat menunduk memandang wajah Hizkia. Netra mereka bertemu.Ruth mau apa!? Jangan membangunkan singa tidur, geram Hizkia dalam hati."Tubuh kamu butuh istirahat, jangan dipaksakan," saran Ruth dengan lembut.Ruth menarik lengan suaminya dari kursi kerjanya. Faktanya Hizkia memang begitu lelah dan butuh istirahat. Hizkia terdiam menuruti tarikan istrinya keluar dari ruang kerja, berjalan menuju kamar mereka. Hizkia seperti terhipnotis oleh Ruth. Matanya fokus hanya pada Ruth.Ruth tampak biasa saja. Sesampai di kamar, perempuan itu naik ke atas ranjang. Pegangan pada Hizkia telah diurai. Hizkia membeku masih menatap istrinya, imajinasinya melanglang buana.Hizkia berjalan mendekat, nalurinya menuntun mendekati Rut. Lupa
Ruth mengantarkan makan siang ke kantor suaminya. Saat ia masuk ruangan Hizkia, pria itu tengah sendiri sibuk dengan pekerjaan kantornya. Perempuan bernama Naomi yang kerap berkunjung, tidak bersama Hizkia saat ini.Rencananya, Ruth akan memulai strategi dengan mencari tahu profil Naomi dari sekretaris suaminya, Melina.Hizkia mengajak Ruth untuk makan siang bersama, tetapi Ruth menolak dan mengatakan ada keperluan dengan Melina. Hizkia sedikit heran lalu menanyakan urusan apa Ruth dengan Melina."Makan dengan Melina? Kepentingan apa?" tanya Hizkia membereskan berkas di meja kerjanya."Melina pernah menawarkan padaku produk skin care beberapa bulan lalu. Kebetulan skin care ku habis, daripada beli dari orang lain mendingan Melina 'kan?""Oh... dia ada kerja sampingan?" tanya Hizkia tanpa rasa curiga."Iya, tapi tidak mengganggu pekerjaannya sebagai sekr
Lima bulan berlalu. Sepanjang periode itu ada kabar mengejutkan dari Lidya. Perempuan itu membuat pengakuan melalui video yang dipublikasi pada media sosial miliknya.Sembari menangis perempuan itu berkata, "Saya Lidya Prameswardjo memohon maaf telah membuat masalah, keributan dengan pengusaha muda Hizkia Perkasa Alamsyah. Saya telah menuduhnya melakukan kejahatan penganiayaan dan asusila yang sebenarnya tidak pernah terjadi. Adapun motivasi saya tidak lain karena memiliki kekaguman pada yang bersangkutan. Tidak ada pihak lain di belakang saya, seperti yang diberitakan beberapa media. Besar harapan saya, Hizkia berkenan memaafkan saya."Video itu telah sampai pada Hizkia, dikirim oleh Hidayat. Penasihat hukum Hizkia tahu bahwa kliennya tidak begitu aktif mengikuti pemberitaan di media sosial."Dasar Lidya! Malah melindungi orang-orang yang di belakangnya!" seru Hizkia tidak habis pikir. Pengakuan itu tidak mendapat maaf dari Hizkia, sebab bukan seperti itu yang dimaksud oleh Hizkia.
"Mama Elkana...," bisik Hizkia.Tidak ada sahutan dari Ruth, tadi dirinya langsung bertudung selimut dengan posisi membelakangi Hizkia. Perempuan itu tidak bersedia bicara padanya, maka Hizkia berusaha merayu dengan ucapan penjelasan."Aku bukannya tidak percaya sama kamu. Hanya antisipasi kalau-kalau ada yang masuk rumah tanpa izin," ucapnya perlahan sembari sedikit mengguncang tubuh Ruth. "Aku memang sudah menyediakan tenaga pengamanan untuk di rumah, tetapi aku tetap perlu waspada dengan CCTV tersembunyi itu, Ma," terangnya detail.Ruth masih bergeming, tidak menyahut sama sekali. Hizkia menyusun kembali kalimatnya. "Kamu jangan ngambek. Ini tandanya aku sayang kamu dan anak-anak. Tidak ingin terjadi hal buruk pada kalian," imbuhnya lagi. "Sini loh, bicara sama aku," tambahnya.Mama Elkana masih tidak bersedia membuka selimut yang membungkusnya. Lantas, Hizkia perlahan menyingkap dari arah kepala Ruth. Sebenarnya, ia agak ragu melakukannya, khawatir Ruth akan mengamuk.Saat Hizkia
Sorenya, Hizkia pulang ke rumah setelah berdiskusi di kantor bersama tim kuasa hukum yang dikoordinatori oleh Hidayat. Sementara, Ruth dan Elkana telah menanti kedatangan dirinya."Sepertinya kamu lelah sekali," ujar Ruth di depan teras."Sangat," sahutnya pendek. Hizkia berjongkok menyapa Elkana yang sangat senang melihat papanya pulang dari kantor."Papa punya hadiah buat kamu, El," ucap Hizkia menyerahkan bungkusan dalam tas jinjing."Hore...," respon Elkana. Ia melonjak senang mendapat bingkisan dari papanya. "Apa ini, Papa?" tanyanya."Yang waktu itu pernah kamu bisikin ke Papa," sahut Hizkia, "buka di dalam ya, Nak," imbuhnya."Siap, Papa." Lantas, Elkana masuk ke dalam rumah menuju ruang keluarga untuk membuka hadiah dari papanya.Kini, tinggal Ruth dan Hizkia di teras. "Aku senang kasus kamu tidak terbukti, tadi aku sempet nonton berita," jelas Ruth.Mereka bergerak masuk ke dalam rumah. "Ya, pihak berwajib menghentikan kasus ini karena tidak ada unsur tindak pidana. Dan... ya
Setelah menunggu proses yang cukup alot dari pihak berwajib, hari ini ditetapkan bahwa dugaan penganiayaan dan kekerasan seksual yang dialami oleh Lidya tidak terbukti dilakukan oleh Hizkia."Kita telah memeriksa saksi dan bukti CCTV tidak ada bukti pendukung ke arah sana." Begitu berita yang diliput oleh salah satu media televisi. Ruth sedang duduk menonton berita di televisi setelah suaminya pergi ke kantor. Ia mengelus dada menandakan kelegaan.Ruth sebenarnya tidak diperbolehkan oleh Hizkia untuk mengonsumsi berita terkait dirinya yang berkonflik dengan Lidya. Pria itu tidak menginginkan sang istri banyak pikiran dan berimbas pada kehamilannya."Syukurlah, kebenaran yang menang," ujar Ruth mengusap air mata yang jatuh di pipinya. Ia pun merasa lebih lega karena apa yang dilihatnya di apartemen bukanlah seperti yang dipikirkannya saat memergoki Lidya dan Hizkia.Nama Hizkia telah kadung buruk di tengah masyarakat, pria itu pernah menyatakan rencana pada Ruth untuk melaporkan Lidya.
Ruth mendengar suara kendaraan suaminya memasuki halaman rumah. Ia sedang duduk di ruang tamu sambil mengecek ponsel, ada banyak berita terkait suaminya.Perempuan itu menyambut kepulangan suaminya. Dengan wajah kurang semangat, Hizkia memasuki rumah."Papa El, sudah pulang. Tidak jadi ke kantor?" tanya Ruth heran.Hizkia mendesah sembari menjatuhkan bokongnya di sofa ruang tamu. "Aku dikejar-kejar pemburu berita. Nama baikku jatuh, susah payah aku membangunnya," sesalnya.Ruth hanya diam menatap suaminya. "Mau bagaimana... harus kamu hadapi," sahut Ruth.Hizkia menoleh pada istrinya, "Ini salah aku sama kamu... dari awal harusnya aku dengerin kamu untuk waspada terhadap suster itu," sesalnya lagi. Ia menyentuh tangan istrinya. "Menyesal aku tidak gubris intuisi kamu, Mama El," tambahnya lagi.Ruth tersenyum mendengar penuturan suaminya. Belum pernah ia mendengar suaminya mengakui kebenaran nalurinya sebagai istri. Perkataan itu membuat satu rasa yang istimewa dalam diri Ruth. Darahny
Pagi ini Ruth telah berada di dapur untuk menyiapkan sarapan. Setelah semua beres, ia kembali ke dalam kamar untuk membangunkan suaminya.Hizkia semalam berpesan untuk dibangunkan pagi hari, ia ada janji bertemu dengan kuasa hukumnya setelah beberapa hari lalu mengalami kondisi badan yang kurang fit. Saat Ruth akan membangunkan suaminya, mendadak perut perempuan itu bergejolak hebat. Lantas, ia beralih ke kamar kecil untuk menuntaskannya.Hizkia terbangun saat mendengar suara Ruth yang asing dari kamar kecil. Segera saja ia menyingkap selimut dan gegas menuju sumber suara."Heh, kamu kenapa?" tanya Hizkia khawatir, ia hanya bisa menyentuh punggung istrinya tanpa tahu harus berbuat apa. Ruth tidak menjawab karena tenggorokannya terasa penuh dan harus dikeluarkan.Huek...Ruth kembali memuntahkan isi perutnya yang kosong. "Ya ampun, apakah mualku tempo hari menular?" ucap Hizkia begitu saja, menatap ke cermin menatap istrinya.Ruth membersihkan sisa cairan muntah di bibirnya."Atau k
Gegas Hizkia turun dari ranjang menuju kamar kecil. Pria itu kembali memuntahkan isi perutnya, tetapi yang keluar cairan sedikit saja. Hanya saja, ia perlu mengerahkan tenaga yang besar agar puas untuk tidak mual lagi. Rasa kaki Hizkia seperti jeli yang kenyal dan lemas. Kepalanya bahkan sampai menyentuh pinggiran wastafel agar tidak menumpu pada tubuhnya yang terasa goyah. "Aduh... mual terus, kapan berhentinya ini," gerutu Hizkia merasa tidak nyaman. Beberapa saat menunggu, mualnya terasa mulai mereda. Hizkia mendudukkan diri di lantai kamar mandi. Punggungnya menyender ke dinding, kepalanya ditumpu di lutut. Terasa oleh Hizkia, seseorang menyentuh punggungnya, lebih tepatnya mengusap-usap. Dengan sisa tenaga, diangkatnya kepala untuk mengetahui siapa gerangan pelakunya. "Mama El...," lirihnya. "Kamu nasih mual terus ya," ucap Ruth khawatir. "Coba lebih rileks nafasnya," saran Ruth. Perempuan itu masih setia mengusap tengkuk suaminya. "Tidak lagi," ucap Hizkia. Lagi-lagi Ruth
Makan siang telah disediakan oleh Ruth. Elkana dan Magdalena di meja makan, sementara hidangan untuk Hizkia dibawa Ruth ke kamar.Bersamaan Ruth masuk, Hizkia terlihat sedang bangun dari tidurnya. "Kamu sudah bangun," ujar Ruth basa-basi. Hanya deheman dari Hizkia yang terdengar. "Aku bawakan makan siang kamu," tunjuk Ruth di nakas. "Setelah ini, kamu minum obat sesuai saran dokter," imbuhnya.Hizkia menerima nampan yang diambil Ruth dari nakas. Ia tidak banyak bicara. Saat Ruth menawarkan diri menyuapi makanan untuknya, Hizkia menolak."Tidak perlu, aku sendiri saja," sanggahnya.Ruth membiarkan suaminya untuk menyuapkan sendok demi sendok makanan. "Sudah cukup," ucapnya setelah enam sendok hitungan Ruth."Kenapa? Makanannya tidak enak? Ini makanan kesukaan kamu," kata Ruth menunjukkan rasa heran."Entahlah... kurang nafsu makan," sahut Hizkia."Ya sudah, kalau begitu obatnya diminum." Ruth meletakkan kembali nampan dan mengambil obat yang dibelinya dari apotek tadi.Pria itu meneri
Hizkia dan Ruth tertegun mendengar pertanyaan dokter Ridwan. Ruth menjawab, "Tidak, Dokter.""Oh... maaf Ibu untuk pertanyaan saya," ucap Ridwan. Setelahnya dokter berpamitan, Ruth mengantarkan hingga keluar pintu.Perempuan itu kembali ke ruangan, dilihatnya Hizkia sedang berusaha duduk dari posisi rebah. Gegas ia membantu suaminya.Saat duduk kembali pusing melanda, pria itu memejamkan matanya sembari punggungnya menyender di sofa."Masih pusing ya," ucap Ruth menyimpulkan. Hizkia hanya mengangguk dan berdehem."Tolong ambilkan handphone-ku," pintanya menjulurkan tangan.Ruth mengambil dan menyerahkan ponsel milik Hizkia. Pria itu mencari nomor kontak seseorang, lalu menghubunginya. "Halo Pak Danu, tolong ke ruangan ya, bantu saya. Saya mau pulang," suruh Hizkia. Pria itu kembali memejamkan matanya dan menarik nafas panjang."Kenapa harus Pak Danu, aku bisa bantu kamu turun ke mobil," resah Ruth merasa seperti tidak dianggap kehadirannya.Hizkia menoleh dengan kepalanya menyender d