Share

8. Menginap

Penulis: Melisristi
last update Terakhir Diperbarui: 2024-02-02 19:31:11

"Lagipula identitas apa yang kau maksud? Aku bahkan tidak tau siapa kamu." Carissa menormalkan emosinya yang tadi naik beberapa detik.

"Jadi, apa yang bisa aku bocorkan?" tanyanya lagi.

"Apa Bibi tidak memberitahumu?"

Carissa menggeleng. "Bibi hanya mengatakan kalau kau bukan preman, itu saja. Aku salah paham terhadap itu."

Zavier terdiam. Sesekali ia menghembuskan napas pelan.

"Baiklah, ternyata aku juga telah salah paham," ucapnya. Kemudian dia melanjutkan, "untuk sepatu serta kopermu yang tertinggal ... nanti aku akan mencarinya lebih dahulu. Tapi jika kau ingin yang baru, nanti akan aku ganti."

"Banyak kenangan di dalamnya, dan aku tidak ingin kehilangan kenangan tersebut." Walau perkataan Zavier meyakinkan tapi ... koper itu benar-benar sangat berharga untuknya. Di dalam koper tersebut terselip kertas yang kemarin Bianca berikan. Di mana nama panti yang sekaligus tempat dirinya berasal. Ya, kertas tersebut akan menunjukkan nama panti serta alamat panti tersebut. Dengan kata l
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • SEMALAM DENGAN PREMAN   9. Menyesal

    "Mas, apa yang Mas lakukan pada Carissa? Kau menganggapnya sudah mati?" ujar Ilma setengah marah. "apa Mas tidak tau apa yang telah kamu perbuat dengan mengusir Carissa?""Itu sudah menjadi keputusanku, Ilma," jawab Fathur tanpa melihat raut geram Ilma. Ia tahu bahwa Ilma kecewa padanya tapi apa yang bisa ia lakukan selain memasrahkan segalanya? Ia juga tak punya pilihan lain. Sebuah kejadian yang tiba-tiba itu membuat Fathur menyesal. Bukan, bukan menyesal atas perkataan yang telah ia lontarkan melainkan menyesal kenapa harus sekarang kejadian ini terjadi? Kenapa saat ia ingin benar-benar melepaskan Carissa dengan cara menikahkannya justru terjadi hal yang tidak ia inginkan? "Tapi kenapa Mas? Apa Mas mau ingkar janji? Begitu?" Nada Ilma sedikit naik membuat Fathur terdiam sesaat. "Dia bukan anakku," ucap Fathur dengan nada lirih. "Justru karena dia bukan anak kita kenapa Mas melakukan ini tanpa pikir panjang ha? Gimana kalau---""Mas tidak punya pilihan Ilma. Mas bingung dihadapka

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-03
  • SEMALAM DENGAN PREMAN   10.Pakaian Daster

    "Lelaki mana yang mau dengan perempuan gendut coba? Setiap laki-laki pasti akan malu punya istri seperti itu. Gak kebayang pas malam pertama, belum dicoba udah roboh tuh ranjang.""Minimal cantik lah, jadi gendutnya ketutup sama kecantikan. Lah ini? Udah gendut, udik lagi!"Carissa menatap dirinya di depan pantulan cermin. Putaran dari setiap hinaan itu bagaikan kaset rusak yang memenuhi otaknya, terus berputar tanpa henti. Sakit dan sesak sudah menjadi makanan setiap hari. Jika dikata kuat? Tidak. Ia sudah lelah dengan semuanya. Hanya saja selama ini ia kuat karena kedua orangtuanya. Karena mereka ... ia kuat seiring kaki itu melangkah. Namun, kenyataan itu lagi-lagi harus terhempas jauh-jauh. Dirinya ... jatuh kembali. Sosok penguat dalam hidupnya tak lagi bersamanya. Sang Ayah dan Ibu ... mereka bukanlah penguat dirinya. Mereka ... bukan orang tua kandung atas dirinya. "Apa aku sejelek itu?" tanyanya pada dirinya sendiri. Carissa semakin menatap lekat dirinya. Padahal pagi ini

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-03
  • SEMALAM DENGAN PREMAN   11. Ternyata Zavier itu ...

    "Adik?" Zavier mengangguk. "Terlalu fokus di dunia intertaiment membuatku melupakan adikku. Melupakan segala hal, sampai saat aku sadar atas semuanya ... aku ingin melepaskan apa-apa yang ada."Zavier Abizar Osean, seorang aktris di dunia intertaiment yang berhasil melepaskan karirnya. Ya, dia adalah aktor dengan sejuta bakat. Siapa yang mengira kalau preman yang sering meresahkan ini ternyata seorang Aktris terkenal? Yang mana amat di pandang oleh masyarakat? Amat dikagum dan dipuja oleh kaum-kaum muda? Lantas kenapa dia tiba-tiba berubah tampak seperti preman? Atau mungkin seperti seorang gelandangan dengan baju yang lusuh nan kotor? Carissa ingat pada foto yang sempat ia lihat. Di dalamnya ada Zavier, Ayahnya, dan Ibunya. Ah, ada satu lagi pria, mungkin itu adalah kakeknya. Kenapa Carissa bisa tahu? Karena keluarga Osean saat itu sedang naik daun, menjadikan keluarga tersebut benar-benar amat dikenal dan dihormati. Ayahnya yang berprofesi sebagai pengacara menjadi alasan orang-

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-04
  • SEMALAM DENGAN PREMAN   12. Gelandangan?

    Zavier melepaskan cekalan tangannya pada Carissa. Pria itu dengan refleks menyimpan telapak tangannya di kening Carissa, membuat sang empu menatap heran Zavier. "Apa yang kau lakukan?" tanya Carissa di tengah keadaan resah begini. Zavier, bukannya membantu pria itu malah menyimpan telapak tangannya di kening Carissa. "Aku takut otakmu koslet, jadinya memastikan---Aw!" Zavier meringis saat Carissa menginjak sandalnya, mana sakit lagi. "Kau kira aku tidak waras?" tanya Carissa dengan napas memburu. Padahal ia sudah mengatakan apa maksudnya, tapi pria itu... "Heh, yang kau bicarakan itu ngelantur! Bisa-bisanya kau melupakan orangtua mu," ucap Zavier. "Orang tua yang mana? Orang tua yang mengumumkan kalau aku udah mati, iya?" Zavier terdiam, mendengar Carissa tampak emosional membuat bibirnya tak berani berkata. "Dia bukan orang tuaku! Mereka ... hanya keluarga baik yang rela menampung anak seperti diriku ....""Kejadian kemarin yang terjadi ... itu dilakukan oleh adikku sendiri. Di

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-04
  • SEMALAM DENGAN PREMAN   13. Gelandang Sesungguhnya!

    "Ya ... gak gitu juga konsepnya, Zav." Carissa menggaruk tengkuknya yang tak gatal, mendengar penuturan tersebut membuatnya menggelengkan kepala. Menjadi gelandangan? Yang benar saja! "Tapi itu satu-satunya cara agar kita bisa menemukannya kembali," ucap Zavier. Carissa terdiam sejenak, menghiraukan ucapan Zavier yang malah membuatnya pusing saja. Bukan apa-apa, tapi ... jika konsepnya begini ya mana mau ia? Masa harus benar-benar menjadi gelandangan? Sudah fisiknya yang serba kurang, masa ditambah dengan hal beginian? Tidak, tidak! Membayangkannya saja sudah membuat Carissa akan menangis. Sebegitu menderitanya kah ia dalam menjalani hidup? Sampai-sampai dunia benar-benar membuatnya jatuh sejatuh-jatuhnya! "Menurutku ... kau tidak usah membantuku dalam hal ini," ucap Carissa setelah selain menit terdiam. "aku tidak ingin kau kena masalah lain nantinya."Dahi Zavier mengerut. "jangan anggap aku membantumu, tapi anggap aku yang bertanggung jawab karena sudah menghilangkannya!" Tau

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-04
  • SEMALAM DENGAN PREMAN   14. Familiar

    Tuk! "Aw!" Carissa meringis kala Zavier dengan tiba-tiba menyentil keningnya. Perempuan itu menyentuh keningnya. "Kau mau buat wajahku sehitam kayak gimana lagi? Sedari tadi kau terus saja memberikan arang padaku!" Eh? Refleks Carissa tersadar dari apa yang telah ia lakukan pada Zavier. Terkejut muka Carissa saat mendapati wajah hitam diwajah Zavier. Benar saja perkataan pria itu, bahwa dirinya telah memperburuk wajah Zavier yang sebelumnya tampan. Bukannya minta maaf Carissa malah tertawa ngakak. "Wajahmu?" tanyanya tertawa lepas. Carissa benar-benar tak percaya ini. Yang ia lihat ini bukan Zavier, melainkan sosok manusia menyeramkan yang tampak seperti hantu saja. Yang terlihat hanyalah mata dan gigi putihnya. "Ish! Kau---""Maaf, aku benar-benar gak sengaja." Akhirnya Carissa berkata demikian. Melihat raut kekesalan Zavier membuat perasaan bersalah itu hadir. "Ck!" Zavier memutar matanya malas. Tanpa aba-aba ia mengambil sebuah kain yang ada di saku celananya. "bersihkan!"

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-04
  • SEMALAM DENGAN PREMAN   15. Berubah Langsing

    Zavier kembali dengan dua botol minum ditangannya. Pria itu berinisiatif membeli minuman untuk dirinya dan Carissa. Namun, matanya mengerut karena tak mendapati Carissa ada di sini, ke mana dia? Zavier ingat bahwa Carissa duduk di gubuk ini, hal itu pula membuat Zavier tak khawatir apabila ia meninggalkan Carissa seorang diri, karena kebetulan ia pergi hanya untuk membeli minum. Tapi, saat ia kembali kenapa dirinya tak mendapati Carissa? Zavier menelusurkan bola matanya ke sekeliling, namun tak ia dapati Carissa. "Apa jangan-jangan dia pergi sendiri?" gumam Zavier menyimpan terlebih dahulu dua botol minum di dekat gubuk, pria itu kembali melirik sana-sini. "Atau aku tunggu saja di sini sampai dia datang sendiri?" tanyanya pada dirinya sendiri. Perasaannya semakin tidak enak saja, tapi juga ia tak punya pilihan lain selain berdiam diri terlebih dahulu. Karena tak kunjung datang Zavier memilih untuk tidur saja, lumayan, semalam ia kurang tidur jadi agaknya akan terasa nyaman apabil

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-04
  • SEMALAM DENGAN PREMAN   16. Orang Gila

    Zavier menepuk jidatnya sendiri, masih mencerna atas ucapan Carissa padanya. "Zav, bantuin ya?""Apa kau tidak waras? Kau meminta buat langsing padaku? Yang benar saja!" Zavier menggeleng. "apa otakmu bergeser setelah keluar dari dalam toilet? Atau jangan-jangan otakmu terbawa arus bersamaan warna kuning---"Carissa melotot, perempuan itu mencubit punggung tangan Zavier, membuat bibir itu langsung terkatup. "Zav, kemarin kamu sempet nanya, apa aku gak mau balas dendam sama pria yang sudah menghancurkan hidupku? Kamu bahkan bilang bakal mau membantuku.""Kapan?""Tadi.""Aku tak pernah menawarkan," ucap Zavier keukeuh. "Dih lupa, kamu sendiri yang bilang itu kemarin.""Kau tidak pandai berbohong!" Zavier berdecak, apa-apaan perempuan itu, bilangnya tadi, lah kenapa jadi kemarin? "Aku tidak berbohong!" jawab Carissa tegas. Zavier menghembuskan napas gusar. Untuk hari ini niat baiknya benar-benar diuji! "Ayolah, Zav. Bantuin ya?" Carissa memegang lengan Zavier, memohon penuh agar p

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-05

Bab terbaru

  • SEMALAM DENGAN PREMAN   Bab 39

    “Zav, Papa mau bicara sama kamu.” “Ah, Papa masuk aja, enggak dikunci kok,” jawab Zavier dari dalam kamar. Zayn yang mendapat respon masuk ke dalam kamar. Dilihatnya putra pertamanya yang tampak sedang bermain gitar di atas kasur king sizenya. Zayn ikut duduk di samping, melihat Zavier yang tampak acuh. Ah, sudah terhitung seminggu Zavier tampak galau, semua itu dikarenakan Carissa. Perempuan yang dia cintai tak bisa Zavier temukan. Ada perasaan bersalah saat Zayn mengingat bagaimana dirinya dahulu, ia terlalu menjadikan Zavier satu-satunya penghasil uang. “Ada apa Pa?” tanya Zavier tanpa menoleh. Matanya hanya menatap fokus buku yang berisi not petikan gitar. “Papa mau pergi,” ucap Zayn pelan. Tak ada tanggapan dari Zavier. “Papa mau sembuhin Zafira di luar negeri, selain itu Papa punya perusahaan yang harus Papa kembangkan di sana. Kamu … tidak apa-apa kalau Papa tinggal sendiri?” tanya Zayn hati-hati. Bukan tak ingin mengajak Zavier, hanya saja Zayn tau bahwa Zavier tak per

  • SEMALAM DENGAN PREMAN   Bab 38

    “Baiklah, mari kita bertemu, Rissa.”Zavier tersenyum binar kala ia menatap masa depan di depan sana, yang nyatanya hanyalah sebuah jalanan kosong tanpa ada kendaraan apapun. Zavier menyugarkan rambutnya terlebih dahulu lewaf jari-jemarinya, lantas pria itu memakai topi untuk menutup atas kepalanya, tak lupa, masker ia gunakan pula untuk menutupi sebagian wajahnya. Ya, tepat hari ini Zavier akan pergi untuk menemui Carissa. Perbincangan dengan sang Papa saat itu menjadi topik hangat untuk dibicarakan di masa depan, karena nyatanya Papanya mendukung ia untuk mendapatkan cintanya.. Cinta? Yang benar saja, bahkan Zavier belum berani untuk mengatakan cinta itu. Ia masih mengumpulkan keberanian dalam menyatakan cinta tersebut. Permintaan Zayn dalam mengubah penampilannya tidak Zavier turuti. Dimintai menjadi gelandangan? Tentu saja ditolak Zavier. Enak saja! Mau ditaruh di mana mukanya bilamana nanti ia bertemu dengan Carissa? Malulah! Sebelumnya Zayn memang sempat menolak, menegaskan

  • SEMALAM DENGAN PREMAN   37. Mencari Keberadaan Carissa

    "Zav, kita harus pergi dari tempat ini!" "Apa?" Kening Zavier mengernyit, mendengar penuturan Zayn membuatnya menatap heran. "Tempat ini tidak aman, kita harus pindah dari sini," ucap Zayn. Setelah lama berkecamuk mengenai isi kepalanya, akhirnya Zayn memilih untuk pergi. Ia tidak ingin egois, ia tidak ingin kembali menyiksa putranya, apalagi menjadikan putranya adalah bonekanya. Tidak! Sudah cukup! Sekarang tidak lagi. Ia akan memperlakukan Zavier layaknya putra tercintanya, memberinya kasih sayang, nasehat serta menjaganya. Ia tidak ingin ada pemaksaan kembali, mengambil bahagia serta kebebasannya. "Tapi kenapa, Pah?" Zavier tetap bertanya membuat emosi Zayn sedikit naik. Kesal karena putranya ini banyak bertanya. "Turuti saja apa yang Papa katakan! Mengerti!" ucapnya tegas. Zavier terdiam, bungkam. "Tapi Zafira akan ikut, kan?" "Tentu saja Zafira akan Papa bawa juga, demi keselamatan kita, kita harus bisa bersembunyi."Zavier menatap bingung, perkataan Zayn membuatnya teri

  • SEMALAM DENGAN PREMAN   36. Hal Yang Disembunyikan

    "Tapi tempat ini ...?""Adik kamu di rawat di rumah sakit ini, Zav. Dia ... dia sakit gangguan jiwa." Ucapan Zayn membuat Zavier melebarkan pupil matanya. "J--kadi, selama ini ... Zafira gangguan jiwa?" Zavier menatap tidak percaya. "tidak, tidak mungkin!""Kau tidak akan percaya sebelum kau melihat keadaannya secara langsung," ujar Zayn kemudian melenggang pergi. Zavier mengikuti dari belakang, perasaannya kini bercampur, antara percaya dan tidak ia benar-benar belum mempercayainya. Nyatanya saat ini Zayn menunjukkan rumah sakit khusus bagi orang yang gangguan jiwa. Semua orang di sini sakit, gila dan ... tidak waras, setiap orang yang keduanya lewati memandang dirinya dengan tatapan tajam, adapula yang meledek, atau mungkin tertawa sendiri. Zavier mengepalkan tangannya dalam diam, tak menyangka bahwa sang adik ternyata ada di sini. Dalam beberapa koridor yang sudah Zavier lewati, Zayn akhirnya berhenti di sebuah ruangan. Ruangan itu tertutup, namun dibagian pintu utama terdapat

  • SEMALAM DENGAN PREMAN   35. Kebenaran Mengenai Adik Zavier

    Zavier mengerjapkan matanya tatkala sebuah cahaya masuk ke dalam retina matanya. Dalam remang-remang ia mengerjap matanya, dan perlahan mata itu mulai terbuka. Zavier terdiam, menatap langit-langit. Selimut hangat membungkus tubuhnya, tersadar bahwa ini … kamarnya. “Sial!” Zavier mengusap kasar wajahnya, mengacak rambutnya frustasi. Ditengah kesialan yang Zavier rasa tiba-tiba pintu terbuka. “Kau sudah bangun, putraku?” Dia Zayn, berjalan masuk menuju ranjang Zavier. Zavier terurung emosi sekaligus kesal setelah mendengar suara itu. Ia membuang muka ke arah jendela, merasa tak sudi jika harus melihat Papanya yang benar-benar egois terhadap dirinya. “Makan ini, dua bulan lebih berlalu makananmu pasti tidak sehat dan bergizi, lihat, badanmu bahkan terasa kurusan,” ucapnya menyimpan nampak yang ia bawa. Suara ‘tak’ yang terdengar tak mengubris tatapan Zavier untuk menoleh. Ranjang Zavier sedikit bergerak, Zayn duduk di bibir ranjang tepat di samping Zavier. Zavier sedikit bergeser

  • SEMALAM DENGAN PREMAN   34. Membawa Pulang Zavier

    Zavier segera berlari menuju jalan yang dipenuhi oleh semak-semak, mengubris setiap semak yang ada, entah lebat ataupun tidak ia lalui dengan perasaan berat. Di satu sisi ia memikirkan nasibnya apabila tertangkap, namun di sisi lain ia memikirkan keadaan Carissa di belakang sana. Ah, hatinya tak tentu arah, bercampur baur dengan perasaan mengganjal. Tapi untuk sekarang tampaknya ia harus selamat terlebih dahulu. Biarlah urusan dengan Carissa, dia akan mencari tahu tentangnya apabila waktu memang mengizinkannya untuk bertemu. Sebuah jalan raya Zavier temukan di depan sana. Rasa gembira karena ia berhasil keluar membuatnya tersenyum membanggakan diri. “Yes! Selamat!” ucapnya semakin cepat berlari. Zavier menuju jalan raya tersebut, saat ia berada di sana, tak ia temukan kendaraan yang melintas. “Ayolah, ke mana roda empat ini berada?” ucapnya resah sembari menatap kiri-kanan, berharap ada kendaraan yang melintas. Jika ada tentulah ia bisa ikut untuk ke kota. Sambil menunggu kend

  • SEMALAM DENGAN PREMAN   33. Janji Yang Diingkari

    “A--apa ini? Pa--papa? Papa menuju ke sini?!”Saking terkejut ponsel Zavier sampai terjatuh pula. Tidak lama setelah itu, sering ponsel terdengar membuyarkan lamunan Zavier yang masih mencerna.Segera Zavier angkat, itu dari Alan. “Kau di mana hah?! Daritadi aku mencoba menghubungimu, tapi kau malah asik sendiri?” Alan membuka suara dengan nada geram. “ini– apa maksud semua ini?” tanya Zavier memastikan ulang akan Zayn yang tau keberadaannya. Bagaimana bisa? “Sekarang kau di mana?” tanya Alan. Zavier menjawab cepat, ia memberitahukan tempat di mana ia berada kepada Alan. “Apa kau tidak waras, Zav?! Tempat itu tempat yang sering Papa kamu kunjungi dahulu!”“Apa?!” Zavier berdiri dengan terkejut. “Iya, dan jelas Papa kamu akan tau tempat itu, bahkan jika kau nanti kabur, dia akan tetap menemukanmu!”Zavier mulai panik, sialnya! Carissa masih tak kunjung datang membuat Zavier harus memilih antara menunggu sampai ditangkap atau kabur dan memilih selamat? “Lalu apa yang harus aku lak

  • SEMALAM DENGAN PREMAN   32. Dibuat Resah

    Sudah 30 menit berlalu, tapi Carissa belum juga keluar membuat Zavier yang terduduk diam merasakan resah. Beberapa kali Zavier melirik ke arah di mana tadi Carissa pergi dengan Erwin, berharap Carissa segera hadir dan menemuinya. Namun tak urung, Carissa masih tak menunjukkan batang hidungnya. “Ck! Ke mana mereka? Kenapa mereka belum juga ke sini?” ucap Zavier resah. “apa jangan-jangan Erwin menculik Carissa?” Pikiran Zavier berkecamuk akan keadaan Carissa, mengenai hal buruk pun ia pikirkan. “Tidak, tidak mungkin. Risa pasti baik-baik saja.” Zavier menggelengkan kepalanya, menolak keras pikirannya yang dipenuhi oleh berbagai pertanyaan. Zavier berdiri dari tempatnya, berjalan ke tempat yang Erwin dan Carissa masuk. Sebuah tempat yang dibatasi sebuah tembok besar, terdapat pintu di tengah-tengah hanya saja Zavier tidak tau cara membuka pintu tersebut. Dicoba pun tidak bisaa, pasalnya pintu tersebut tidak ada knop ataupun gagang pintu. Pintu berbahan kayu itu hanya tergambar polos s

  • SEMALAM DENGAN PREMAN   31. Kesembuhan Zayn

    “Baiklah, dengarkan ini!” Mendadak ruangan itu terdiam sunyi, tak ada suara, bahkan napas pun terasa ditahan saja. “Sebenarnya … aku tidak akan memberitahukannya selain pada Clara sendiri!” Sudah lama terdiam, serius, dan yang keluar dibibir Erwin hanha kalimat itu? “Kau mengusirku dengan cara halus, heh?” Zavier bersuara. Entah kenapa ia jadi kesal, benar-benar kesal pada sosok pria di hadapannya ini. “Bukan hanya mengusir, tapi kau memang tidak diperlukan untuk kami,” jawab Erwin enteng. Zavier mengepalkan tangannya, saat hendak mengangkat tangan untuk membalas perlakuan Erwin, tangan itu langsung dihentikan oleh Carissa. “Tolong untuk tidak berantem,” ucap Carissa menatap Zavier. Perempuan itu menenangkan Zavier dengan cara mengenggam tangannya. “Tidak usah sungkan, Kak. Katakan saja, Zavier … Zavier pria yang baik. Dia yang sudah menolongku untuk sampai ke sini. Jika bukan karena dia, mungkin aku tidak akan bisa bertemu denganmu ataupun mengetahui kebenaran ini.” Ucapan Ca

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status